Anda di halaman 1dari 8

PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN PENYEBARAN HAMA WERENG

COKLAT DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Rusydi Umar1*, Muhammad Aziz2, Wisnu Dwi Rahardiyan3


1,2,3
Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan
Jl Prof Soepomo, Janturan Yogyakarta, DIY
*Email: rusydi_umar@rocketmail.com

Abstrak
Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia terutama beras. Konsumsi beras akan
meningkat seiring dengan perkembangan penduduk. Sementara itu terjadi penurunan produksi
beras yang banyak disebabkan oleh hama, terutama hama wereng coklat. Hama wereng coklat
mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dan bermigrasi untuk
berkembang biak dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan tanaman padi. Sistem
Informasi Geografis (SIG) dibutuhkan untuk mencegah penyebaran hama wereng coklat agar
tidak meluas dan lokasi mana yang harus ditangani untuk menghentikan penyebaran.
Pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) melalui beberapa tahapan, yaitu analisa
kebutuhan, desain, implementasi dan pengujian. Hasil yang didapat pada pengembangan
perangkat lunak ini berupa pemetaan penyebaran hama wereng coklat dan peringatan dini
berupa pesan email.

Kata kunci: Hama wereng coklat, SIG, Sistem Peringatan Dini

1. PENDAHULUAN
Pangan merupakan kebutuhan primer bagi manusia. Seiring dengan perkembangan penduduk
maka konsumsi pangan akan meningkat. Peningkatan produksi pangan terutama produksi beras
merupakan satu aset yang sangat berharga dalam mensejahterakan masyarakat.
Kecamatan Cimanggu merupakan bagian dari Kabupaten Cilacap bagian barat dan memiliki
peran penting dalam sektor pertanian. Dinas yang bertanggung jawab meningkatkan produktifitas
hasil pertanian adalah Dinas Penyuluh Pertanian. Namun usaha yang dilakukan kepada petani kurang
maksimal dikarenakan terbatasnya tenaga penyuluh jika dibandingkan dengan luasnya wilayah kerja
yaitu 167,44 km2, ditambah lagi penyuluh harus melakukan survey kondisi pertanian terutama
serangan hama wereng coklat pada wilayah pertanian kemudian harus disosialisasikan kepada petani
langkah penanganannya [BPSK. 2012].
Hama wereng coklat merupakan (penyebar virus) yaitu virus kerdil hampa dan virus kerdil
rumput, Hama ini mampu membentuk populasi cukup besar dalam waktu singkat dengan bermigrasi
dan merusak tanaman pada semua fase pertumbuhan tanaman padi, hama wereng coklat juga
termasuk hama yang sangat sulit dibasmi karena ketahanannya terhadap insektisida dan sulit diatasi
dengan satu cara pengendalian karena wereng batang cokelat mempunyai daya berkembang biak
yang cepat dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, dalam waktu 10 hari wereng
coklat bisa menurunkan produktivitas panen 10% sampai 50%. Penggunaan insektisida yang tidak
tepat hanya akan memicu ledakan pertumbuhan hama wereng coklat karena penyemprotan
insektisida hanya akan membunuh wereng-wereng dewasa sedangkan telur tidak mati karena
insektisida, maka dari itu sangat penting mengetahui penyebaran wereng coklat agar dapat dilakukan
penanganan yang tepat pada masa penetasan telur hama wereng coklat sebelum mencapai tahap
migrasi.
Herry Wiriawan dkk. (2012), membuat Sistem Informasi Geografis yang dapat
mengidentifikasikan luas lahan, intensitas serangan hama dan merepresentasikan ramalan serangan
hama dan penyakit tanaman padi berdasarkan luas serangan dan intensitas hama dan penyakit
tanaman padi. Sugianto dkk. (2012), melakukan penelitian untuk pencarian mengenai daerah
pertanian meliputi hasil pertanian, lahan, dan pola tanam, dan mengubah dan menampilkan data-data
spasial menjadi format SHP (ESRI Shape File). Nikmah Rahmawati dkk. (2013), melakukan
penelitian yang dapat menampilkan hasil pertanian, curah hujan dan tinggi tanah dari permukaan laut
dalam bentuk peta, dan menganalisis lahan beserta hasil pertanian. Sri Yulianto dan Joko Prasetyo
(2014), membuat aplikasi untuk mendeteksi terjadinya hotspot wilayah endemik dan coldspot

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 100
serangan organisme pengganggu tanaman dari wilayah hotspot menuju wilayah yang mendukung
untuk hidup. Aus Firdaus (2014), membuat sistem informasi geografis untuk monitoring dan
peramalan serangan organisme pengganggu tanaman. Dewi Soyusiawati dkk. (2007), membuat
sebuah Sistem Informasi Geografis yang dapat mendukung untuk mengukur jarak dan skala dengan
digitalisasi. Dalam penelitian ini untuk mengatasi masalah hama wereng coklat diperlukan Web
Sistem Informasi Geografis yang dapat memberikan peringatan dini kepada petani jika terjadi
serangan hama wereng coklat dan pemetaan wilayah persawahan untuk mengetahui penyebaran
(migrasi) hama wereng coklat.
Wereng Batang Coklat (WBC) merupakan hama padi yang paling merusak tanaman padi,
WBC dapat menyebabkan daun berubah kuning sebelum menjadi coklat dan mati. Dalam keadaan
populasi wereng tinggi dan varietas yang ditanam rentan wereng coklat dapat mengakibatkan
tanaman seperti terbakar atau “hopperburn”. Wereng coklat juga dapat menularkan penyakit virus
kerdil hampa dan virus kerdil rumput, dua penyakit yang sangat merusak. Pada awalnya serangga ini
dianggap sebagai minor pest dalam jumlah yang sedikit sehingga tidak menyebabkan pengaruh yang
terlalu besar. Namun sejak tahun 1970 secara signifikan serangan hama ini terus berkembang di
Indonesia terutama di daerah Sumatera, Jawa, dan Bali. [Radhy Alfitra. 2011].

1.1 Siklus Hidup


Satu generasi hama wereng cokelat antara 28-32 hari dan memiliki 3 fase dalam satu siklus
hidupnya, yaitu fase telur, nympha dan fase imago. Seekor imago dewasa mempunyai dua bentuk,
yaitu yang bersayap normal dapat terbang (makroptera) serta yang bersayap pendek tidak dapat
terbang (brakhiptera). Berdasarkan umur padi dan umur imago wereng cokelat dalam setiap generasi,
maka selama satu musim tanam dapat timbul 2-8 imago wereng cokelat

1.2 Siklus Hidup


1. Penanaman padi yang berkelanjutan sepanjang tahun tanpa jeda.
2. Penggunaan insektisida yang terlarang untuk padi.
3. Pemupukan yang tidak seimbang.
4. Rapatnya pola tanam yang terlalu rapat antara tanaman padi satu dan yang lain

1.3 Gejala Serangan


Saat serangan hama wereng coklat maka pada tanaman padi timbul gejala-gejala pada tanaman
yang dapat dilihat, sepeti pada Tabel 1. [Febri Kurnia Sari, 2012].

Tabel 1. Parameter Serangan Hama


Kegiatan Jumlah Peserta
Aman Daun hijau dan batang
Pertumbuhan umur tanaman padi normal
Bulir padi terisi penuh
Sedang Terdapat bercak putih pada batang dan daun
Daun muda menguning di bagian pucuk daun
Banyak kotoran WBC berupa embun madu pada
daun
Berat Tanaman padi menjadi kerdil rumput (Grassy
Stunt)
Banyaknya kehadiran musuh alami WBC (Laba-
laba, kepik, kumbang karabid. dll.
Pertumbuhan umur tanaman padi terhambat
Puso Tanamann kerig Hopper burn (seperti terbakar)
Bagian akar tanaman terlapisi jamur berwarna
putih
Bulir padi menjadi hampa

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 101
2. ANALISA DATA
Metode wawancara dilakukan dengan mengajukan sesi tanya jawab tentang informasi dan
materi yang terkait dengan fokus masalah agar memperoleh data yang valid dan dijamin
kebenarannya. Dilanjutkan dengan metode observasi yang dilakukan dengan mengamati langsung
objek dan permasalahan yang terjadi ditempat penelitian. Agar dapat diketahui perkembangan
teknologi, permasalahan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dilakukan studi pustaka melalui
studi literatur dari buku, jurnal, white paper, tugas akhir yang diperoleh dari perpustakaan dan
Internet. Studi tersebut berguna dalam penentuan topik dan dasar teori penelitian.

3. ANALISA KEBUTUHAN SISTEM


Analisis sistem berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap data Dinas Balai
Penyuluhan Pertanian Kecamatan Cimanggu. Berdasarkan analisis, Dinas Balai Penyuluhan
Pertanian Kecamatan Cimanggu belum memiliki Sistem Informasi Geografis.Topik penelitian ini
adalah membuat sistem informasi geografis menggunakan website dengan bantuan dari Google
MAPS API yang disediakan untuk membuat content melalui Web, Dengan konsep tampilan yang di
hasilkan dapat di atur sekalanya. Dengan menggunakan teknologi website maka sistem informasi
geografis ini dapat diakses oleh siapa saja dan kapan saja.
Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh data-data yang diperlukan untuk membuat
sistem informasi geografis, data yang diperoleh terdiri dari dua jenis yaitu data spasial dan data
aspasial (atribut). Data aspasial (atribut) adalah pembaruan data yang terdiri dari informasi yang
berhubungan dengan suatu lokasi, Seperti Nama Desa, Kelurahan dan lain sebagainya yang bisa
dihubungkan dengan lokasi tertentu dengan maksud memberikan identifikasi. Kemudian Data
Spasial yaitu data berupa peta diklasifikasikan menjadi bentuk blok koordinat. Data tersebut
ditentukan berdasarkan peta yang telah ada. Data spasial berupa koordinat (latitude, longitude) data
seluruh wilayah persawahan di Kecamatan Cimanggu. Kemudian pada tahap analisis kebutuhan
sistem untuk pengguna, di Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Cimanggu yang nantinya data
tersebut dapat membantu dalam proses perancangan sistem.
Keluaran dari program ini adalah Sistem Informasi Geografis yang dapat memetakan
penyebaran hama wereng coklat dan kodisi-kondisi dari lahan persawahan beserta pesan peringatan
kepada kelompok tanni jika terindikasi adanya status serangan hama wereng coklat.

4. PERANCANGAN
Untuk rancangan arsitektur sistem yang digunakan pada sistem informasi geografis ini
menggunakan arsitektur client-server, yaitu pengguna mengakses data yang terdapat pada web
server. Masukan data yang dimasukan akan di simpan dalam database web server, sehingga jika ada
pencarian data, maka data yang diinginka akan dicari ke database server yang selanjutnya akan di
kirim ke client yang meminta data. Rancangan sistem yang akan di kembangkan dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perancangan Arsitektur Sistem

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 102
Perancangan dimulai dengan merancang Data Flow Diagram (DFD) dan Entity Relationship
Diagram (ERD). Data Flow diagram dimulai dengan menggambarkan diagram Konteks yang dapat
dilihat pada Gambar 2.

Superadmin

Kelola User
Info user

Data Panen

Data Kebun Info Lokasi


1

Data Kelompok Tani

SI Peringatan Dini Peta Penyebaran


Data Status User
Admin Penyebaran Hama Wereng
Coklat
Peringatan Bahay a Email Peringatan

Data Desa
+

Gambar 2. Data Flow Diagram, Diagram Konteks

Diagram konteks pada Gambar 2. adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan
menggambarkan ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD
yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Untuk input ke sistem terdapat
6 inputan yaitu Data Desa, Data Status, Data Kelompok Tani, Data Kebun, Data Panen dan
Peringatan Bahaya. Semua data diinputkan oleh admin ke dalam sistem dan disimpan dalam
database. Untuk output dari sistem terdapat 3 output yaitu Peta Penyebaran, Email Peringatan, Info
Lokasi.

Nama_kelompok Id_kelompok

KELOMPOK_TANI

password Nama
Id_desa
Nama_desa username Level_user

DESA kelola Status_user

Langitude USER / ADMIN

Id_user
Latitude

mempuyai

kelola

Id_kebun Tbl_Aaps
owner
Nama_lokasi

appname conntact
Id_desa
LOKASI_KEBUN E-mail
Id_app address
alamat
Keterangan

Id_panen

Id_kebun PANEN mempunyai STATUS_LOKASI

Id_status
Nama_status Id_status
Warna_status
Tahun_panen

Gambar 3. Perancangan Entity Relationship Diagram (ERD)

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 103
Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan model jaringan yang menggunakan susunan
data yang disimpan dalam sistem secara abstrak. Entity Relationship Diagram (ERD) menekankan
pada struktur dan relasi data, berbeda dengan Data Flow Diagram (DFD) yang merupakan model
jaringan fungsi yang akan dilaksanakan oleh sistem secara abstrak. Entity Relationship Diagram
(ERD) menekankan pada struktur dan relasi data.

5. IMPLEMENTASI SISTEM
Implementasi Sistem Informasi Geografis Peringatan Dini Penanggulangan Penyebaran Hama
Wereng Coklat Berbasis Web di Kecamatan Cimanggu mengguakan bahasa pemrograman PHP,
Javascript, Maps API, Bootstrap. PHP menjadi bahasa pemrograman utama dalam membagun sistem
terutama dalam proses pengaksesan basis data. sedangkan javascript digunakan untuk membangun
antarmuka dan didukung dengan Bootstrap sebagai Template agar tampilan lebih responsive dan
mudah di gunakan, Maps API sebagai proses untuk menampilkan peta. Ditambah penerapan polygon
dan polyline pada tampilan peta. Polygon digunakan untuk membuat marking objek yaitu sawah
yang ada di Kecamatan Cimanggu, pengambilan data spasial koordinat lokasi (longitude, latitude)
yang diambil dari objek yang menjadi bahan penelitian. Polyline digunakan untuk membuat garis
batas desa dan kecamatan, penerapan data spasial (longitude, latitude) yang dihubungkan menjadi
garis satu kesatuan. Implementasi setelah data spasial Peta diinputkan ke database, dan tampilan yang
di hasilkan dari pemrograman javascript dan PHP maka tampilan dari web siap untuk dipanggil pada
browser, Web Sistem Informasi Geografis Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Cimanggu, adalah
sebagai berikut:

5.1 Halaman Utama Super Admin


Halaman yang digunakan oleh superadmin untuk mengelola admin seperti menambah admin
baru, edit data admin, hapus admin. Halaman ini hanya muncul ketika superadmin Login jika admin
biasa maka halaman kelola ini akan tersembunyi. Halaman super admin dapat dilihat pada Gambar
4.

Gambar 4 . Halaman Super Admin

5.2 Halaman Utama Admin


Halaman yang dikelola admin untuk memasukan data-data yang dibutuhkan untuk sosialisai
dan penanggulangan penyebaran hama dan memberikan peringatan dini kepada email kelompok tani
dari hasil survey dengan mengisi indikator yang serangan hama. Halaman admin dapat dilihat pada
Gambar 5.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 104
Gambar 5. Halaman Admin

Halaman yang dikelola admin untuk memasukan data-data yang dibutuhkan untuk sosialisai
dan penanggulangan penyebaran hama dan memberikan peringatan dini kepada email kelompok tani
dari hasil survey dengan mengisi indikator yang serangan hama. Halaman admin dapat dilihat pada
Gambar 5. Saat tambah panen terdapat parameter yang Digunakan untuk mengirim pesan kepada
kelompok tani jika terjadi status bahaya, setelah memilih criteria dari indikator jika terjadi status
bahaya maka secara otomatis pesan peringatan akan muncul dan dikirimkan ke email petani.

5.3 Halaman Utama User


Halaman ini akan tampil secara otomatis dan menjadi halaman default ketika pengunjung
mengetikkan alamat website di address bar pada browser yang mereka gunakan. Pada halaman home
ini akan ditampilkan marker penyebaran hama wereng coklat pada peta yang ada. Gambaran
rancangan halaman utama user dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Halaman Utama User

5.4 Menu Login


Halaman login pada Gambar 7. digunakan oleh pengelola aplikasi yang terletak dipojok kanan
atas fungsi utama masuk ke menu sistem dan memisahkan tingkat level user yaitu Superadmin dan
Admin.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 105
Gambar 7. Halaman Login

5.5 Menu Kebun


Menu Kebun pada Gambar 8. bisa diakses hanya oleh pengelola yang telah login, superadmin
maupun admin dapat mengelola menu tambah panen.

Gambar 8. Tambah Panen

5.6 Pengujian
Pengujian yang dilakukan yaitu dengan menggunakan uji Blackbox test dan Alpha test. Tujuan
dari pengujian Blackbox adalah untuk memastikan agar semua fungsi pada aplikasi yang telah
dibangun berjalan dengan baik. sedangkan pengujian Alpha adalah untuk memastikan apakah
aplikasi yang telah dibangun tidak memiliki masalah saat dioprasikan oleh pengguna. Hasil
pengujian blackbox menunjukkan bahwa sistem sudah berjalan dengan benar sedangkan hasil
pengujian alpha dapat dilihat pada Gambar 9.

Grafik uji alpha

SS (Sangat
Setuju)
S (Setuju)
48%
52% KS (Kurang
Setuju)
TS (Tidak
Setuju)

Gambar 9. Hasil Pengujian alpha test

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 106
6. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian Blackbox Test dan Alpha Test maka didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :
1. Web Sistem Informasi Geografis yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat digunakan oleh user
yaitu Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Cimanggu.
2. Sistem yang dihasikan mampu menentukan status lokasi-lokasi yang terserang hama wereng
coklat berdasarkan Parameter Serangan Hama Wereng Coklat.
3. Sistem yang dihasikan mampu memberikan peringatan dini ke petani mengenai kemungkinan
bahaya pada kebun mereka dengan rekomendasi tindakan pada petani terhadap kebun mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Aus Firdaus. 2014. Sistem Informasi Geografis Sebaran Organisme Pengganggu Tumbuhan di Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Bandung : Universitas Komputer Indonesia.
BPSK. 2012. (2012 Agustus 8). Kecamatan dalam angka, Dipetik April 8, 2017, dari
http://cilacapkab.bps.go.id
Dewi Soyusiawati, Rusydi Umar, Rochmat Mantofani. 2007. Sistem Informasi Geografis Objek
Wisata Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Berbasis Web. Yogyakarta : Universitas Ahmad
Dahlan.
Febri Kurnia Sari. 2012. Analisis pengaruh faktor iklim Terhadap tingkat serangan hama wereng
cokelat. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Herry Wiriawan, Wawiko Supeno, Harisno, Bens Pardamen. 2012. Penggunaan Sistem Informasi
Geografis Peringatan Dini Penanggulangan Hama Dan Penyakit Tanaman Padi Sawah Di
Kabupaten Karawang. Jakarta : Universitas Bina Nusantara.
Kadir, Abdul., 2008. Dasar pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP (Revisi). Yogyakarta :
Andi.
Nikmah Rahmawati, Ragil Saputra, S.Si, M.Cs, Aris Sugiharto, S.Si, M.Kom. 2013. Sistem
Informasi Geografis Pemetaan dan Analisis Lahan Pertanian di Kabupaten Pekalongan.
Pekalongan : Universitas Dipenogoro.
Radhy Alfitra. 2011. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keparahan Serangan Wereng Batang
Cokelat Nilaparvata lugens stal. (hemiptera: delphacidae) Pada Pertanaman Padi Di Kabupaten
Klaten. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Sri Yulianto, Joko Prasetyo. 2014. Sistem Peringatan Dini Serangan Hama Penyakit Padi Di Jawa
Tengah Menggunakan GI dan GI* Statistic. Salatiga : Universitas Kristen Satya Wacana.
Sugianto, Arna Fariza. 2012. Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan dan Analisa Daerah
Pertanian Di Kabupaten Ponorogo. Ponorogo : Institut Teknologi Sepuluh November.
Suseno Adam, Agus Ricky., 2012. Penggunaan Quantum GIS dalam Sistem Informasi Geografis.
Bogor.

Forum Grup Diskusi Teknologi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (FGDT XI-PTM) 107

Anda mungkin juga menyukai