Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANUSIA DAN PENDERITAAN

DOSEN PENGAJAR: Dr. Jaelan Usman, S. M.Si

Oleh kelompok 3:
1.) Nanda (105611110722)

2.) Aldi Januandar (105611111522)

3.) A. Aisyah Ramadan (1056111112422)

4.) Muh. Filah Pratama (105611113322)

5.) Muh. Irfan Z. (105611115619)

Kelas IAN1D

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS FISIPOL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat-Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas kelompok perkuliahan Mata kuliah Dasar-dasar Ilmu Sosial
yang berjudul “MANUSIA DAN PENDERITAAN” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami sampaikan rasa terima kasih kepada dosen kami, BAPAK DR. JAELAN
USMAN M.SI., yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam proses penyusunan makalah perkuliahan ini. Rasa terima kasih juga kami ucapkan
kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung
maupun tidak langsung sehingga makalah perkuliahan ini bisa selesai pada waktu yang telah
ditentukan.

Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah Perkuliahan ini, namun kami menyadari bahwa di dalam tugas kelompok yang telah
tersusun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan
masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar makalah ini bisa menjadi lebih sempurna
dan bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2

BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Nasib Buruk ....................................................................................... 3
B. Penyesalan .......................................................................................... 6
C. Kehilangan yang Dicintai................................................................... 8

BAB III
PENUTUP ................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ...................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Setiap manusia yang hidup di dunia pasti pernah merasakan penderitaan. Baik itu
ringan atau berat. Hidup tidaklah selalu bahagia Allah memiliki caranya sendiri untuk
mengukur sebarapa kuat iman kepadanya. Hidup di duniapun tidak selalu menderita,
sedih, ataupun susah. Terkadang saat manusia terlalu terbuai dengan kesenangan
duniawi manusia akan melupakan batasan-batasan yang ada sehingga tuhan akan
memberikan cobaan untuknya yang membuatnya menderita. Penderitaan selalu datang
tak terduga, manusia takkan pernah tau kapan, jam berapa, menit keberapa, dan detik
keberapa penderitaan akan datang menghampiri hidupnya. Manusia hanya perlu
menjalani hidupnya dengan sebaik baiknya dengan aturan yang berlaku dan di dalam
agamnya masing-masing. Sesuai dengan firman Allah didalam Al-Qur`an: “…Dan
orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa. (Q.S Al-Baqarah;177).

Pada dasarnya manusia dan penderitaan itu berdampingan. Setiap manusia pernah
mengalami penderitaan dalam hidupnya. Penderitaan adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan yang dialami setiap manusia. Allah memberikan penderitaan kepada
manusia agar manusia itu sadar dan berubah jalan yang lurus yang telah ditentukan
oleh-Nya. Dibalik semua penderitaan terdapat hikmah-hikmah positif yang bisa diambil
oleh manusia untuk bisa merubah hidupnya menjadi lebih baik lagi.

Penderitaan juga merupakan realitas dunia dan manusia. Suatu peristiwa yang
dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang
lain. Semua orang pasti pernah mengalami yag namanya sebuah pederitaan, baik itu
penderitaan fisik, penderitan batin, penderitaan materi, atau penderitaan apapun itu.
Tetapi sikap setiap orang dalam menghadapi sebuah penderitaan itu berbeda-beda, ada
yang bersikap pasrah, tidak menerima keadaan, tetapi ada juga yang bersikap menerima
dan berusaha untuk memperbaiki keadaan yang ada dalam hidupnya agar penderitaan
itu berakhir dalam dirinya. Sikap itulah yang membedakan taraf kesabaran manusia da
nada satu hal yang menjadi pintu gerbang yang menjadi penentu keberhsilan seseorang.
Hal yang dimaksud adalah mental. Seseorang akan semakin berkualitas apabila orang
tersebut memiliki mental yang baik tetapi akan terjadi sebaliknya jika seseorang tidak
memiliki mental yang baik maka orang tersebut akan mengalami kekalahan mental.
Kekalahan mental terjadi apabila kita tidak mampu menerima suatu keadaan yang
sedang terjadi didalam diri kita. Kekalahan mental yang sering terjadi didalam diri
seseorang maka orang tersebut tidak akan dapat menyelesaikan seluruh masalah yang
sedang dihadapinya dan orang tersebut dapat menderita dalam hidupnya. Oleh sebab
itulah mental sangat berperang penting dalam kehidupan manusia.

Hubungan manusia dan penderitaan Allah SWT adalah pencipta segala sesuatu
yang ada di alam semesta ini. Dialah yang maha kuasa diatas segala isi jagad raya ini.

1
Beliau menciptakan makhluk yang bernyawa dan tak bernyawa. Allah tetap kekal dan
tak pernah terikat dengan penderitaan. Hampir semua makhluk memiliki sifat ingin
terpenuhi, manusia akan mengalami penderitaan, dan bila sengaja tidak di penuhi
manusia telah melakukan penganiayaan. Namun bila hasrat menjadi patokan untuk
selalu di penuhi maka hal itu akan membawa pada kesesatan yang berujung pada
penderitaan kekal di akhirat. Manusia yang melakukan kenikmatan berlebihan akan
membawa pada penderitaan dan rasa sakit, muncul penyakit jasmani dan juga terkadang
muncul dari penyakit rohani. Manusia mendapat penyiksaan di dunia agar kembali pada
jalan Allah SWT dan menyadari kesalahannya. Namun bila manusia tidak menyadari
dan malah semakin menjauhkan diri, maka akan membawa pada pederitaan di akhirat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu nasib buruk?


2. Apa itu penyesalan?
3. Bagaimana jika kehilangan yang dicintai?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu nasib buruk


2. Mengetahui apa itu penyesalan
3. Mengetahui bagaimana jika kehilangan yang dicintai

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Nasib Buruk

Nasib Seseorang Tergantung Cara Pola Fikir Manusia dalam berfikir memiliki
dua cara berpikir cara berpikir positif (baik) dan cara berpikir negatif (buruk). Hanya
dua cara tersebutlah yang dimiliki orang dalam menjalani kehidupannya di dunia. Setiap
orang harus tahu cara berpikir dalam menentukan sesuatu hal dan cara orang bertindak,
karena orang yang bertindak tanpa berpikir sama dengan orang yang tidak memiliki
akal. Cara berpikir baik atau positif akan menghasilkan tindakan baik dan cara berpikir
negatif pasti akan menghasilkan tindakan yang tidak baik pula. Prinsip seseorang yang
harus dipegang adalah upaya sekuat tenaga agar cara berpikir selalu di jalur yang
positif. Jalur ini akan menghantarkan seseorang ke tempat yang baiik.

Orang-orang yang gagal dalam menjalani hidup akan selalu mencari pelampiasan
atau mencari kesalahan orang lain. Bentuk-bentuk pelampiasan bagi orang yang tidak
berakal sehat seperti minum-minuman keras sampai mabuk, berjudi, menipu orang, atau
tindakan yang menyimpang norma dan hukum. Orang-orang yang putus asa biasanya
akan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan masalah mereka. Hasilnya pasti suatu
perbuatan yang tidak baik dan cenderung merugikan orang lain dan jika orang tersebut
bearada dilingkungan institusi biasanya hanya ingin mencari keuntungan pribadi saja
tidak ada niatan untuk mengukir prestasi.

Tetapi, ketika banyak mengalami kesulitan hidup, orang ini berani mengambil
keputusan. Dengan merubah cara berpikir. Masuk pada kegiatan yang bernuansa postif
dengan lingkungan hidup yang saling membangun peradaban kreasi dan inovasi
didasari dengan niatan tulus dengan sungguh-sungguh dalam bekerja, dan menerapkan
ajaran rosulullah yaitu hidup hemat, tertip, atur keuangan rumah tangga, memiliki
target, impian, dan terus menerus memperbaiki diri. Pelan-pelan akan terjadi perubahan
dalam hidup seseorang yang memiliki ruh dan jiwa islami. Nah, biasanya ketika
perubahan cara berpikir berangsur-angsur baik, maka nasib orang itu juga akan berubah.
Jadi, hidup ini sebenarnya sederhana: tirulah sebanyak-banyaknya hal baik, dan pelan-
pelan membuang hal-hal yang tidak baik. Namun, perubahan tidak bisa terjadi dalam
semalam. Perubahan umumnya terjadi pelan-pelan dan perubahan itu terjadi seumur
hidup dan perubahan hidup harus didukung selain prinsip, usaha juga harus dengan doa
sebagai wujud ketaatan.

Kita harus memiliki prinsip hidup agar tidak mudah terombang ambing. Prinsip
hidup jujur, pekerja cerdas, pekerja keras, disiplin, tekun, bertanggung jawab, rendah
hati, dan lain sebagainya, sudah pasti, akan menghantarkan kita pada sebuah masa
depan seperti yang kita harapkan.” Seseorang dapat mencari kebijaksanaan-
kebijaksanaan lain yang mungkin seseorang temukan sendiri dalam menjalani hidup ini.
Hayati dan jalankan prinsip atau kebijaksanaan yang telah diyakini. Ada seorang

3
Filusufi pernah berkata: “Ubahlah cara berpikir anda, maka hidup anda juga akan
berubah.

Percaya adanya takdir adalah salah satu rukun iman dalam Islam. Takdir adalah
ketentuan Allah SWT berdasarkan pertimbangan terbaik dari Allah SWT dan hal terbaik
bagi hamba-Nya. Banyak orang percaya bahwa takdir tak dapat diubah. Apa yang sudah
menjadi ketentuan Allah tidak bisa diubah sama sekali. Anggapan ini tidak selalu benar.
Karena ada takdir yang bisa berubah ketika Allah berkehendak. Allah Maha Pengasih
dan Penyayang. Dia juga Maha Kuasa atas segala sesuatu. Nabi SAW mengajarkan
sejumlah amalan untuk mengubah takdir. Takdir ternyata bisa berubah dengan sejumlah
amal kebaikan. Artinya, jika seseorang melakukan amal kebaikan, maka takdir buruk
yang awalnya akan menimpanya, bisa dihapus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Ada tiga amal atau perbuatan yang bisa mengubah takdir buruk menjadi baik,
mengubah nasib yang semula buruk menjadi baik. Berikut di antaranya, berdasarkan
kitab Shaihain dan Bulughul Maram, yakni:

1.) Doa
Doa adalah senjata kaum mukminin. Selain berdoa, seseorang juga harus
mengirinya dengan usaha dan tawakal. Kekuatan doa sangat besar karena ia adalah
permohonan kepada Yang Maha Besar, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala.Tiada
yang bisa menolak takdir Allah, kecuali doa,” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad, dan
Ibnu Majah).
Hadits dari Imam Turmudzi dan Hakim, diriwayatkan dari Abdullah bin Umar,
bahwa Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka
pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih
disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan.
Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum
terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah
wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Turmudzi dan Hakim). Berdo’a itu tidak
selamanya dengan kalimat-kalimat tertentu saja. Sehabis shalat dhuha memang ada
do’a yang dicontohkan. Sehabis shalat tahajud apalagi shalat fardhu. Ada do’a yang
sudah dicontohkan dan kita boleh menambahnya dengan do’a kita sendiri sesuai
keinginan kita.

2.) Amal Kebaikan


Nabi SAW menegaskan, amal kebaikan bisa mengubah hal buruk menjadi hal
baik yang akan menimpa seseorang. Bahkan, usia bisa bertambah dengan amal
kebaikan. ”Beramalah kamu sekalian, karena beramal (berbuat kebaikan) akan
mengubah sesuatu yang buruk yang telah ditentukan-Nya padamu,” (HR. Bukhori
dan Muslim).

“Tiada yang dapat menambah umur seseorang, selain (amal) kebaikan,” (HR.
Ahmad dan Thabrani).

4
3.) Sedekah
Hadits yang menjelaskan tentang manfaat, hikmah atau keutamaan sedekah
sangat banyak. Di samping menambah harta dan membuatnya menjadi berkah,
sedekah pun bisa mengubah takdir atau nasib. “Sesungguhnya sedekah itu dapat
memadamkan kemarahan Allah dan menolak ketentuan yang buruk,” (HR.
Tirmidzi).
“Bersegeralah bersedekah, karena bala tidak pernah mendahului sedekah,” (HR.
Thabrani).

“Sesungguhnya sedekah dan silaturahim itu dapat menambah umur dan menolak
ketentuan buruk yang tidak disukai dan ingin dijauhi.” (HR. Abu Ya’la Alhambali).

Demikian adalah tiga perkara yang dapat mengubah takdir buruk menjadi takdir
baik. Nasib buruk menjadi nasib baik. Semoga kita dapat beramal saleh sehingga
mendapatkan nasib baik dan keselamatan di akhirat. Wallahu A’lam.

Adapun juga bila kita tidak menyukai sesuatu itu justru baik untuk kita begitu pun
sebaliknya, seperti yang di jelaskan pada :

QS. Al-Baqarah Ayat 216

“Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh
jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang
kamu tidak mengetahui.”

Terkait dengan takdir baik dan takdir buruk, satu waktu Nabi SAW ditanya oleh
Jibril mengenai rukun iman yang enam. Dengan penuh keyakinan, Nabi SAW
menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para
rasul-Nya, hari akhir serta qadha dan qadar, yang baik maupun yang buruk” (HR.
Muslim). Bagi Syaikh Nawawi Banten qadha adalah kehendak Allah SWT sejak masa
azali. Qadha berkaitan dengan keputusan Allah SWT yang berlaku bagi makhluk-Nya.
Sementara Qadar adalah penciptaan Allah SWT terhadap segala sesuatu berdasarkan
ketentuan yang sesuai dengan ilmu-Nya. Jadi Qadha itu fondasi, qadar itu bangunan.

Lebih jauh, qadha itu alat untuk menakar, sedangkan qadar itu sama dengan benda
yang ditakar. Ibarat lain, qadha itu sama dengan bahan yang digunakan untuk dijadikan
pakaian, sementara qadar itu adalah pakaian itu sendiri yang dikenakan. Bisa juga,
qadha itu ide gambar seorang pelukis dalam imajinasinya, sedangkan qadar itu
gambarnya. Menurut Syaikh Nawawi Banten dalam al-Tsimar al-Yani’ah beriman
kepada takdir yang baik dan yang buruk adalah wajib. Maksudnya seorang muslim
wajib beriman bahwa takdir telah ditentukan oleh Allah SWT sejak masa azali. Masa
azali adalah masa dimana ruang dan waktu serta seluruh makhluk belum diciptakan oleh
Allah SWT.

5
Dengan kata lain, lanjut Syaikh Nawawi Banten, apa saja yang tidak ditadirkan
oleh Allah SWT, maka kejadiannya itu mustahil. Oleh karena itu, penting dipahami tiga
bagian mengenai ilmu tauhid. Pertama, ilahiyyat atau ilmu tentang ketuhanan. Kedua,
nabawiyyat atau kenabian. Ketiga, sam’iyyat atau berita yang didengar dari rasul.

Allah SWT menegaskan, “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut


ukuran” (QS. al-Qamar/54: 49). Ayat ini, menurut Syaikh Nawawi Banten dalam Tafsir
Munir, maksudnya Allah SWT telah menentukan apa saja sejak dahulu. Selain itu,
segala sesuatu yang terjadi pada waktunya diketahui Allah SWT secara gamblang.
Dalam Qathrul Ghaits, Syaikh Nawawi Banten menyatakan bahwa segala sesuatu baik
yang kecil maupun yang besar tak lepas dari takdir, ketentuan, kepastian, ukuran yang
tepat, bagian yang ditentukan, keakuratan dan ketepatan. Allah SWT berfirman, “Dan
segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis” (QS. al-Qamar/54: 53).

Lebih jauh pada apa saja yang dimiliki oleh manusia, seperti kelemahan atau
kekuatan, kebodohan atau kepintaran sejatinya telah ditentukan oleh Allah SWT secara
tepat dan akurat. Inilah pesan Nabi SAW, “Segala sesuatu telah ditakdirkan, sampai-
sampai kelemahan dan kepintaran” (HR. Muslim). Namun manusia wajib berusaha
untuk merubah keadaannya. Orang yang bodoh lalu rajin belajar, maka tadirnya dia
akan jadi pintar. Dalam ayat lain, kembali Allah SWT tegaskan, “Dia telah menciptakan
segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” (QS. al-
Furqan/25: 2). Artinya, menurut pengarang Tafsir Jalalain, segala sesuatu itu hanya
Allah SWT saja yang mampu menciptakannya dan menetapkannya secara tepat dan
sempurna. Secara lebih terang, kedua ayat di atas diulas oleh Nabi SAW, “Tidak
beriman salah seorang dari kalian hingga dia beriman kepada takdir baik dan buruk dari
Allah, dan hingga yakin bahwa apa yang menimpanya tidak akan luput darinya, serta
apa yang luput darinya tidak akan menimpanya” (HR. Turmudzi).

B. Penyesalan

Penyesalan adalah keadaan emosi/kognitif yang negatif, yang menyalahkan diri


sendiri atas hasil yang buruk, rasa kehilangan atau hampa atas suatu hal yang dirasakan
semestinya terjadi. Rasa penyesalan tidak selalu harus berarti sesuatu yang buruk atau
salah. Namun justru bisa menjadi dorongan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu yang
lebih baik lagi. Penyesalan bisa memberikan dampak yang merusak pikiran dan tubuh
jika dipertahankan dalam pemikiran yang sia-sia. Pola pemikiran yang berulang-ulang
dan negatif adalah karakteristik dari depresi, dan bisa mengganggu kesehatan mental
seseorang secara umum.
Kondisi seperti ini yang akan menurunkan kualitas hidup seseorang. Orang seperti
ini harus diingatkan bahwa sebenarnya masa lalu (past) yang membentuk apa yang
dimiliki sekarang (present). Tapi masa depan (future) masih bisa menjadi lebih baik bila
ada aksi yang dilakukan sekarang. Terimalah bahwa apa yang sudah terjadi, sudah

6
berlalu dan tidak bisa diapa-apakan lagi. Sangat lumrah bila manusia melakukan
kesalahan. Yang lebih penting adalah belajar dari kesalahan yang pernah Anda lakukan.
Dengan demikian Anda bisa terhindar dari kesalahan yang sama di masa mendatang.
Bahkan bisa membuat diri lebih bijak dalam berperilaku. Fokuslah pada masa kini dan
masa depan. Tegaskan hal-hal apa yang ingin Anda capai dengan menuliskannya dalam
kalimat yang jelas dan konkret. Hal ini dapat mengarahkan langkah apa yang
selanjutnya yang harus dilakukan.

Ada dua macam penyesalan yang tidak bermanfaat bagi seseorang.:

1) Penyesalan di waktu ajal tiba. Di antara contohnya adalah penyesalan orang-orang


fâsiq yang enggan melaksanakan kewajiban mengeluarkan sebagian harta mereka
untuk bersedekah,
2) Penyesalan pada waktu siksa akan menimpa (pada hari Kiamat)

(QS. Al-Furqan: 28) :

‫ان لا‬
ِ ‫س‬َ ‫ِْلن‬ َّ ‫لَقَ ْد لَّنِي ال ِ ِّذك ِْر اءنِي انَ ال‬
َ ‫ش ْي‬
ِ ْ ‫طا ُن ل‬

“Sesungguhnya dia menyesatkanku dari Al-Quran itu telah datang kepadaku. Setan itu
tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqan: 29)

Selama di dunia, mereka disebutkan tidak mau berbagi dan menginfakkan


sebagian dari hartanya. Tatkala masuk ke dalam alam barzakh, mereka pun berkata,
“Rabbi law laaa akhkhartaniii ilaaa ajalin qariibin fa ashshaddaqa wa akum
minashshaalihiin,” ‘Ya Tuhanku, seandainya Engkau berkenan menunda (kematian)
aku sedikit waktu lagi, aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang
saleh.’
Penyesalan seperti ini pasti terjadi bagi mereka yang bakhil, tetapi kemudian
sudah meninggal dunia. Informasi tentang keadaan mereka datang dari Allah, Zat yang
Mahabenar. Beruntunglah kita yang masih hidup mendapatkan “bocoran” informasi
tersebut.

Dengan demikian, semoga kita tidak melakukan perbuatan yang sama dengan
mereka. Maka dari itu, kita mesti pula menyimak pesan sebelumnya yang berbunyi,
“Berinfaklah sebelum datang kematian kepadamu”. Seseorang begitu telah meninggal
dunia teringat akan masa hidupnya yang penuh kesia-siaan. Ia tersadar pada saat di alam
barzakh, amal saleh merupakan bekal satu-satunya menuju akhirat. Dalam firman Allah
Ta’ala itu terekam pengharapannya, “Rabbir ji'uuni la'alliii a'malu shaalihan fiimaa

7
taraktu,” “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku dapat berbuat kebajikan
yang telah aku tinggalkan.’

Sayangnya, penyesalan tersebut hanyalah percuma. Sebab, dunia sudah berakhir.


Tidak ada lagi tempat beramal. Dan, akhirat bukanlah tempat beramal, melainkan
menuai apa-apa yang sudah diamalkan selama di dunia dahulu.

Lakukanlah 5 Perkara Sebelum Datang 5 Perkara

Dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ‫ش ْغ ِلكَ َو َحيَاتَك‬ َ ‫سقَمِ كَ َو ِغنَاكَ َق ْب َل َف ْق ِركَ َو َف َرا‬


َ ‫غكَ َق ْب َل‬ َ ‫شبَابَكَ َق ْب َل َه َرمِ كَ َو ِص َّحت َكَ َق ْب َل‬
َ : ‫سا َق ْب َل َخ ْم ٍس‬
ً ‫اِ ْغتَنِ ْم َخ ْم‬
َ‫َق ْب َل َم ْوتِك‬

“Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :

[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,

[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,

[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,

[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,

[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu.”

(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At


Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh
Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir).

C. Kehilangan Yang Dicintai


Kehilangan merupakan bagian dari fitrah manusia yang bisa membuat perubahan
dalam kehidupan kita. Arti kehilangan bisa berupa kesedihan dan penderitaan atau
tempaan atas kualitas ketabahan dan kesiapan diri. Rasa kehilangan merupakan bagian
dari rasa memiliki karena adanya keterikatan atas sesuatu atau seseorang.
Setiap manusia yang hidup di dunia tak pernah luput dari cobaan atau
permasalahan, setiap manusia pasti pernah mengalami pertistiwa-peristiwa penting
dalam kehidupannya, ada peristiwa yang membahagiakan namun ada pula peristiwa
yang menyedihkan, salah satu peristiwa yang sangat menyedihkan bagi semua orang
adalah kehilangan orang yang dicintai.

8
Kehilangan yang dirasakan individu disebabkan oleh adanya rasa kedekatan
(attachment), sehingga ketika individu merasa kehilangan, ia juga akan kehilangan rasa
kedekatan terhadap seseorang yang ia cintai atau orang yang ia anggap penting tersebut,
semakin tinggi dan mendalam rasa cintanya, maka akan semakin berat derita yang
dialaminya jika ia telah merasa kehilangan.

Macam-Macam Kehilangan, yaitu:


1.) Kehilangan orang tua
Hubungan kita dengan orang tua merupakan suatu hubungan yang unik. Oleh sebab
itu pasangan diharapkan bisa memahami makna kehilangan ini. Misalnya dengan
berusaha menggantikan posisinya demi mendukung pasangan. Antara lain dengan
cara selalu berada di dekatnya, menjadi pendengar yang baik, dan selalu siap
membantunya.

2.) Keguguran

Kehamilan merupakan suatu hal yang dinanti-nantikan bagi banyak pasangan dan
juga merupakan suatu kebahagian tersendiri. Tetapi sayangnya rencana tidak selalu
berjalan mulus. Masalah genetika/keturunan mungkin dapat menyebabkan
pasangan susah mendapatkan anak atau selalu keguguran. Secara naluri, seorang
ibu akan merasa lebih kehilangan dibanding pasangannya.

3.) Kehilangan anak

Jika bayi sudah lahir dan kemudian dalam beberapa bulan kemudian dipanggil
Yang Maha Kuasa, ibu umumnya akan memiliki perasaan seolah-olah menyalahkan
dirinya dan terus bertanya-tanya apa kesalahan yang telah diperbuatnya sehingga
buah hatinya meninggalkannya untuk selamanya. Nah, umumnya pasangan
mencoba untuk memberikan dukungan yang rasional. Tapi bagaimanapun juga,
keduanya harus berusaha keras dengan tidak mencoba mencari jawaban atau
mencari penyebabnya sehingga hal itu terjadi.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada hakekatnya manusia dan penderitaan itu berdampingan bahkan
penderitaan itu selalu ada pada setiap manusia karena penderitaan merupakain
rangkaian dari kehidupan. Setiap orang pasti pernah mengalami penderitaan.
Penderitaan itu dapat teratasi tergantung bagaiama seseorang menyikapi penderitaan
tersebut. Banyak hikmah dan pelajaran yang dapat diambil dari penderitaan. Tidak
semua penderitaan yang dialami oleh seseorang membawa pengaruh buruk bagi
orang yang mengalaminya. Melainkan dengan penderitaan kita dapat mengetahui
kesalahan apa yang telah kita perbuat atau sebagai media untuk menginstropeksi diri.
Karena penderitaan tidak akan muncul jika tidak ada penyebabnya. Agar manusia
tidak mengalami penderitaan yang berat untuk itu manusia harus bisa menjaga sikap
dan perilaku baik kepada sesama manusia, alam sekitar, maupun kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Karena dengan kita menjaga sikap dan perilaku antar sesama manusia,
alam sekitar, dan Tuhan Yang Maha Esa, kita akan hidup dengan nyaman dan
tentram tidak ada gangguan dari siapapun. Selain itu kita harus yakin dan percaya
bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya.
Manusia menjalani kehidupan didunia ini akan selalu mengalami dua hal
yang selalu silih berganti antara kebahagiaan / kesenangan dengan penderitaaan /
kesusahan. Penderitaan atau kesusahan itu merupakan ujian dari Allah SWT yang telah
menciptakan manusia, penderitaan itu dapat menimpah kepada dua aspek dari manusia
yaitu aspek jasmani dan aspek rohani, penderitaan dapat berupa siksaan yaitu
kebimbangan, kesepian dan ketakutan serta kekalutan mental yang dapat membuat
manusia menderita. Manusia akan lebih menghargai kebahagiaan kalau manusia itu
pernah merasakan penderitaan, karena ia merasakan bagaimana rasanya menderita dan
ternyata suatu penderitaan bukanlah sebuah hambatan untuk meraih kesuksesan atau
cita-cita, banyak kita temukan atau jumpai ternyata seseorang yang menderita ternyata
mempunyai semangat / kekuatan baru dalam menjalani hidupnya (tahan banting),
tergantung bagaimana seseorang tersebut mengambil hikmah atau pelajaran dari segala
bentuk penderitaan yang dialaminya.

10
B. Saran
Penderitaan seharusnya tidak menjadi sebuah hambatan atau bumerang dalam
menjalani kehidupan, setiap langkah dalam hidup kita akan dimintakan pertanggung
jawaban oleh Allah SWT, untuk itu besar harapan dari kami untuk bersama-sama
mengintrospeksi diri serta mengambil pelajaran dari setiap musibah dan penderitaan
yang kita alami. Perlu diketahui bahwa Allah itu memberi suatu cobaan sebatas
kemampuan manusia itu sendiri. Dan setiap cobaan, musibah dan penderitaan pasti
semua ada hikmah yang dapat kita ambil, Serta yang utama kita harus banyak-banyak
bersyukur, serta melapangkan hati untuk senantiasa ikhlas dalam menghadapi sebuah
cobaan.
Penderitaan yang dialami manusia dapat diatasi dengan cara banyak bersyukur
atas nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh Allah kepada manusia. Dan juga
bersosialisasi dan mencari kawan tempat kita mencurahkan permasalahan dan
penderitaan kita serta penderitaan juga dapat dikurangi dengan banyak melakukan
aktivitas yang dapat menyibukan diri dan melupakan penderitaan yang tengah kita
alami, sehingga rasa kesepian tidak lagi memperoleh tempat yang menyita waktu dalam
diri.

11
DAFTAR PUSTAKA

-https://www.academia.edu

-https;//arbip.blogspot.com/2010/04/manusia-dan-pendertaan.html

-https;//almanhas.or.id/3540-penyesalan-yang-tiada-berguna.html

-https;//muslimah.or.id/7170-penyesalan-memang-selalu-datang-belakagan-html

-https;//diligub.uinsgd.ac.id

-https;//www.academia.edu

-https;//myfathurrrizqi.blogspot.com2

12

Anda mungkin juga menyukai