Anda di halaman 1dari 2

PESANTREN DILEMA REVOLUSI DIGITALISASI

Kehadiran dan eksistensi pondok pesantren yang diharapkan mengirim pesan trend di era
digital saat ini adalah ekspektasi ummat. Transformasi tersebut dapat dilakukan melalui kanal
para santri, yang diharapkan bukan semata melahirkan santri bercorak normative teologis, namun
lebih dari itu santri transpormatif teologis yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan
zaman dengan tidak meninggalkan tradisi lama dengan tetap berkolaborasi dengan tuntunan
zaman kekinian. Semisal budaya literasi kitab kuning adalah cita rasa asli masyarakat pesantren
yang tetap penting dipertahankan sembari mensearching pengalaman dan informasi baru untuk
eksistensi, sehingga ruh dan dan spektrum pondok pesantren tidak mengalami ketertinggalan.
Tetap mempertahankan spritualitas, menjunjung tinggi akhlaq serta memperkaya ilmu
pengetahuan, sains dan teknologi. Itulah santri litertaif di era digital abad 21.

Bila dilihat dari kuantitas kelembagaan pondok pesantren diatas setidaknya terdapat
optimisme menjadikan lembaga tersebut sebagai ujung tombak pelestarian tradisi literasi,
terutama budaya literasi berbasis nilai keIslaman, karena sejak lama Islam telah mencatatkan
dirinya sebagai episentrum literasi.

Bagaimana sesungguhnya eksistensi budaya literasi dapat dimaksimalkan di pondok


pesantren ?. Setidaknya dalam interaksi pembelajaran di pondok pesantren terdapat bimbingan
dari pembimbing/ustaz selama 24 jam untuk pemPerolehan nilai, pengetahuan serta keterampilan
sesuai distingsi pondok pesantren tersebut. Maka sejatinya dengan kelebihan tersebut sebagai
model untuk kecendikiaan atau keunggulannya.

Dalam budaya pondok pesantren dikenal luas pula budaya literasi yang berbasis kitab
kuning, sebuah litaratur klasik yang menggunakan Bahasa Arab, tanpa harakat (baris) adalah ciri
kitab yang dipelajari, sebut saja kitab klasik yang dipelajari santri semisal nahwu dan sharf. Nah,
dalam artikel ini penulis mencoba memperkenalkan kepada pembaca tentang penemuan cara
praktis membaca nahwu sharf menggunakan metodologi Al asas yang dirancang oleh dan
didesain oleh Tim ta’lif wa Nashr (LTN) di Pondok Pesantren Al Mubarok Lanbulan yang kini
diadopsi untuk pemula diberbagai Pondok pesantren dan Madrasah di Madura dan luar kota,
agar cepat membaca kitan kuning pun menjadi mudah dan menyenangkan, termasuk Kalimantan
Khususnya di Pontianak Kalbar.
Dengan menggunakan metode diatas, penulis yakini dengan adanya metode diatas
merupakan kerangka praktis pembiasaan membaca literasi yang ditengarai mengalami
“pemunahan”. Dari metode diatas, temuan penulis diperoleh bahwa metode tersebut mudah
dipahami, rumusannya sederhana, menggunakan tabel, skema, terdapat model latihan, serta
kombinasi syair atau lagu yang cocok dan praktis bagi pembelajar pemula atau santri baru yang
baru masuk ke pondok Pesantren Al Mubarok Lanbulan.

Progress penggunaan metode diatas diperoleh pemahaman baru bahwa belajar kitab
kuning itu gampang dan mudah, asalkan para santri memiliki keistiqomahan dalam belajar,
kedisiplinan ustaz dalam pembimbingan, efesiensi waktu dan dukungan lingkungan belajar yang
representatif.

Anda mungkin juga menyukai