Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

POTRET UNTUNG SUROPATI DALAM LUKISAN JACOB COEMAN


(1665) DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELUARGA CNOLL

Disusun Oleh:
Hilma Aufiana (2106743182)

Dosen Pengampu:
Dr. R. Achmad Sunjayadi, S.S., M.Hum.

PROGRAM STUDI SASTRA BELANDA


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Untung Suropati merupakan seorang pejuang yang melawan VOC dan telah
diangkat menjadi Pahlawan Nasional dalam S.K. Presiden No.106/TK/1975.
Asal-usul mengenai Untung Suropati terdiri dari banyak versi dan masih tergolong
simpang siur. Dalam Babad Tanah Jawi (Rijckevorsel, 1925: 46) dan Babad
Trunajaya (Sudibjo dan Soeparmo, 1981:80) dijelaskan bahwa Untung Suropati
adalah seorang budak dari Bali yang dibeli oleh kompeni Belanda bernama Van Moor
lalu dibawa ke Batavia. Sedangkan menurut buku Babad Mentawis (Anhar, 2012:
18–20) Untung Suropati merupakan anak dari raja Mataram yang bernama Sang Nata
(Sunan Amangkurat I) dengan putri boyongan1 dari Bali yang merupakan anak dari
Rangga Setata, seorang patih Kerajaan Blambangan.
Berdasarkan Van Slaaf tot Vorst karya Nicolina Maria Sloot yang diterbitkan
pada tahun 1898 dan Roman Suropati karya Abdoel Moeis yang diterbitkan pada
tahun 1952, Untung Suropati sejak kanak-kanak dipelihara oleh keluarga Moor.
Sedangkan menurut Leonard Blusse dalam Ba-ta-wei-ya hua-jen yu Chung-ho Maoyi
(1997), yang diperkuat oleh surat wasiat Pieter Cnoll, Untung Suropati menghabiskan
masa kecil hingga remaja bersama keluarga Cnoll. Argumen ini juga diperkuat dengan
keberadaan lukisan karya Jansz Jacob Coeman yang dibuat pada tahun 1665 yang
memperlihatkan potret Untung Suropati di belakang Keluarga Cnoll.
Hubungan antara Untung Suropati dengan keluarga Cnoll yang tercermin
dalam lukisan karya Jacob Coeman (1665) perlu dikaji lebih lanjut karena berkaitan
dengan riwayat hidup atau asal-usul Untung Suropati yang masih simpang siur. Di
dalam lukisan Jacob Coeman tersebut, Untung Suropati digambarkan lebih redup dari
potret keluarga Cnoll. Ia juga ditampilkan sedang memegang bendera dan
bersebelahan dengan seorang pelayan yang membawa buah. Gambaran dalam lukisan
tersebut juga dapat menjelaskan kedudukan dan unsur-unsur lain mengenai Untung
Suropati dan hubungannya dengan keluarga Cnoll.

1
Putri yang berasal dari daerah yang ditaklukkan, kemudian dibawa ke kerajaan penakluk (KBBI, V ed)
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengapa terdapat potret Untung Suropati dalam lukisan keluarga Cnoll karya
Jacob Coeman (1665)?
2. Bagaimana hubungan Untung Suropati dengan keluarga Cnoll seperti yang
tergambar dalam lukisan karya Jacob Coeman (1665)?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui alasan keberadaan potret Untung Suropati dalam lukisan
keluarga Cnoll karya Jacob Coeman (1665)
2. Untuk mengetahui hubungan Untung Suropati dengan keluarga Cnoll seperti
yang tergambar dalam lukisan karya Jacob Coeman (1665).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Biografi Untung Suropati
Berdasarkan berbagai sumber, Untung Suropati diperkirakan lahir di Bali pada
tahun 1660. Tahun ini bisa saja tidak benar karena berdasarkan potretnya dalam
lukisan Jacob Coeman yang bertahun 1665, tidak mungkin Untung Suropati masih
berusia lima tahun sedangkan di lukisan digambarkan sebagai lelaki dewasa. Asal
muasal Untung Suropati yang dari Bali juga tergolong masih diragukan karena
berdasarkan Babad Mentawis (dalam Anhar, 2012: 18–20) dijelaskan bahwa ia
merupakan anak Kerajaan Mataram Sunan Amangkurat I dengan putri Kerajaan
Blambangan. Sumber yang menyebutkan bahwa ia berasal dari Bali terdapat dalam
Babad Tanah Jawi (Rijckevorsel, 1925:46) dan Babad Trunajaya (Sudibjo &
Soeparmo, 1981:80). Dalam sumber tersebut, Untung Suropati juga dikisahkan
dibawa oleh Van Moor dari Bali ke Batavia pada umur tujuh tahun lalu dijadikan
sebagai budak.
Untung Suropati bernama asli Surawiroaji. Ia dijuluki “Untung” karena
dianggap sebagai budak yang banyak memberikan keuntungan kepada tuannya.
Menurut Adi P. Talango dalam buku Sosok-Sosok Hebat di Balik Kerajaan-Kerajaan
Jawa, nama Suropati didapatkan Untung ketika ia bertengkar dengan Raden Suropati,
anak angkat dari Sultan Cirebon. Setelah diadili, ternyata Suropati yang terbukti
bersalah dan Suropati dihukum mati. Setelah itu, nama Suropati oleh Sultan Cirebon
diserahkan kepada Untung, sehingga nama lengkapnya menjadi Untung Suropati.
Pada September 1706, Untung Suropati bertempur melawan VOC di Benteng
Bangil. Ia terluka parah sehingga terpaksa dibawa ke Pasuruan dan meninggal di sana
pada tanggal 17 Oktober 1706. Ia berwasiat agar kematiannya dirahasiakan sehingga
terdapat dua versi mengenai kematiannya. Versi pertama mengatakan bahwa jenazah
Untung Suropati dikremasi lalu abunya dilarung ke laut. Sedangkan pada versi kedua,
jenazah Untung Suropati dimakamkan di Pasuruan atau Malang.

2.2. Catatan Mengenai Pieter Cnoll dan Keluarganya


Pieter Cnoll lahir di Delft, Provinsi Zuid Holland, pada tahun 1625. Ia pertama
kali mendarat di Batavia pada tahun 1647. Awalnya, ia bekerja sebagai asisten muda
dengan gaji sekitar 18 gulden. Tak lama kemudian, ia ditempatkan di bawah Anggota
Dewan Hindia Willem Verstegen yang bertanggung jawab dalam pembukuan harta
VOC di Batavia. Pada tahun 1651, gajinya meningkat menjadi 30 gulden dan pada
tahun 1652 pangkatnya naik menjadi saudagar dengan gaji 45 gulden (Leonard
Blusse, 1988).
Berdasarkan buku berjudul 1688: A Global History yang ditulis oleh John E
Wills Jr., Pieter Cnoll adalah seorang pegawai VOC dengan pangkat yang tinggi dan
posisi menguntungkan. Sedangkan menurut Rosmaida Sinaga, dkk. dalam
Kolonialisme Belanda dan Multikulturalisme Masyarakat Kota Medan, pada tahun
1652 Pieter Cnoll menjabat sebagai kepala keuangan VOC di Batavia dan dikenal
sebagai orang terkaya di kota itu. Pada tahun yang sama, Pieter Cnoll menikah dengan
Cornelia van Nijenroode. Cornelia sebenarnya bukan perempuan asli Belanda,
melainkan anak dari seorang pedagang Belanda dan wanita Jepang yang lahir pada
tahun 1630.
Di antara 1653 sampai 1670, Pieter Cnoll dan Cornelia dikaruniai 10 anak
namun hanya satu yang bisa tumbuh hingga dewasa. Berdasarkan sumber lain yaitu
dalam Interracial Intimacy Japan: Western Men and Japanese Women, 1543-1900
karya Gary P. Leupp disebutkan bahwa anak yang berhasil bertahan hidup berjumlah
dua orang. Jumlah ini juga dapat diperkuat dengan lukisan karya Jacob Coeman yang
mengabadikan potret keluarga mereka.
Pieter Cnoll meninggal pada tahun 1672, dan meninggalkan seluruh harta
miliknya dalam surat wasiat. Wasiat terakhirnya ditujukan untuk istrinya, Cornelia
van Nijenroode. Wasiat tersebut menunjuk Cornelia sebagai pemegang perusahaan
dan wali anak-anaknya. Kekayaan peninggalan Pieter Cnoll juga meliputi kereta besar
dan rumah tangga dengan empat puluh budak.
2.2. Potret Untung Suropati dalam Lukisan Pieter Cnoll and His Family karya Jacob
Coeman (1665)

Sumber gambar: https://www.rijksmuseum.nl/en/collection/SK-A-4062

Lukisan berjudul Pieter Cnoll, Cornelia van Nijenroode, Their Daughters and
Two Enslaved Servants dilukis oleh Jacob Coeman di Batavia pada tahun 1665.
Lukisan potret tersebut menggunakan media cat minyak di atas kanvas. Berdasarkan
Jean Gelman Taylor dalam Visual History: A Neglected Resource for the Longue
Duree (2015), gaya lukisan Jacob Coeman hampir mirip dengan Aelbert Cuyp yang
memadupadankan unsur Belanda, Asia, serta simbol status Jawa. Lukisan tersebut
bergaya Barok yang identik dengan karya-karya yang seakan hidup dengan lukisan
yang cemerlang dan warna-warna yang bercahaya.
Hasil simposium dari Koninklijke Vereniging van Vrienden der Aziatische
Kunst atau KVVAK pada 2019 menyebutkan bahwa Jansz Jacob Coeman
mendapatkan komisi dari Pieter Cnoll untuk melukis potret keluarganya segera setelah
ia tiba di Batavia pada 1663. Di dalam lukisan potret Pieter Cnoll and His Family,
terdapat sosok Pieter Cnoll, istrinya yang bernama Cornelia van Nijenroode, kedua
putri mereka Catharina (dengan kipas dan anjing) dan Hester (dengan kotak gading),
serta dua budak yang terdiri dari Untung Suropati dan wanita yang tidak diketahui
namanya sedang memegang keranjang buah. Keluarga itu digambarkan sedang berada
di teras rumah mereka di Batavia. Dalam menandakan status sosial yang tinggi, Jacob
Coeman menghadirkan citra elit Cornelia sebagai istri VOC dengan kalung mutiara
dan Pieter Cnoll dengan kancing serta gesper emas (J. Taylor: 2007, 2009). Kehadiran
dua pelayan dalam lukisan tersebut juga menandakan status Cnoll yang tinggi,
meskipun mereka hanya mewakili sebagian kecil dari lima puluh budak yang
dimilikinya.
Untung Suropati yang merupakan budak belian
pedagang senior VOC tampak di bagian kanan dari potret
keluarga Cnoll dengan membawa bendera dan ditemani seorang
wanita pribumi yang membawa keranjang buah.
Latar dari lukisan tersebut adalah Batavia dengan
pepohonan, langit biru, laut di kejauhan, dan dua kapal. Dua
kapal yang terdapat dalam lukisan menandakan perdagangan
yang pesat pada masa itu. Pada kurun abad 16–17-an
lukisan-lukisan mayoritas seniman Hindia Belanda tidak lepas
dari pantai, laut, kapal, tanjung, dan teluk. Hal ini menunjukkan
kuatnya kehidupan pesisir pada masa itu. Para perupa juga
melukis selaras dengan pengetahuan mereka mengenai geografi
tanah jajahan (JG Taylor, 2015)
Dalam teknik pewarnaan seni rupa, terdapat unsur gelap terang yang dapat
mendukung fokus tidaknya penikmat lukisan dalam memandang karya. Ungkapan
gelap-terang yang menjadi hubungan pencahayaan dan bayangan dinyatakan dengan
gradasi mulai dari yang paling putih untuk yang menyatakan yang sangat terang,
sampai kepada yang paling hitam untuk bagian yang sangat gelap (Sunaryo, 2002:
20).
Berdasarkan analisis unsur gelap-terang dalam lukisan Pieter Cnoll dan
keluarganya karya Jacob Coeman (1665) memfokuskan pencahayaan ke Pieter Cnoll,
Cornelia van Nijenroode, Catharina, dan Hester. Sebagai budak, Untung Suropati dan
seorang wanita Jawa yang berada di sampingnya diberi warna yang lebih gelap. Hal
ini juga menggambarkan kedudukan dan eksistensi dari Pieter Cnoll yang lebih tinggi
dari keberadaan budak-budak yang tidak terlalu dianggap, namun harus dihadirkan
untuk menandakan kedudukan tinggi keluarga tersebut. Menurut data dari
Rijksmuseum, jumlah budak yang dimiliki oleh Pieter Cnoll berjumlah kurang lebih
50 orang. Maka dari itu, keberadaan Untung Suropati dan seorang wanita hanya
sebagai representasi dari budak-budak yang dimiliki keluarga tersebut.
Kebenaran budak yang terdapat dalam lukisan keluarga Pieter Cnoll
merupakan Untung Suropati atau bukan dapat dibuktikan dengan data deskripsi karya
lukisan di Rijksmuseum. Di sana disebutkan bahwa budak pria yang berada di
belakang Cornelia van Nijenroode adalah Suropati. Jan Gelman Taylor dalam
jurnalnya A Neglected Resource for The Longue Duree (2015) juga menjelaskan
bahwa budak tersebut bernama Untung atau yang lebih dikenal Suropati dalam
kisah-kisah di Indonesia.

2.3. Hubungan antara Untung Suropati dengan Keluarga Knoll Berdasarkan


Lukisan Karya Jacob Coeman (1665)
Berdasarkan Babad Tanah Jawa, pupuh Dhandhanggula 8, jilid 14, bagian 84,
pada umur tujuh tahun Untung Suropati dijual oleh Kapten van Beber yang
mendapatkannya dari orang Bugis. Van Beber lalu menjualnya ke Kapten Edele Heer
Moor di Batavia. Sedangkan menurut Hamid Basyaib (2002) dalam Cornelia, Drama
Janda Batavia, Untung Suropati merupakan budak dari seorang pejabat tinggi VOC
bernama Pieter Cnoll. Sesudah Pieter Cnoll meninggal, sebagai seorang budak Untung
diwariskan kepada Cornelia Cnoll yang kejam dan bengis. Oleh karena itu, Untung
melarikan diri hingga menjadi buron VOC. Untung lalu mengobarkan pemberontakan
melawan VOC dan mendirikan kerajaan di Jawa Timur. Ia lalu mengganti namanya
menjadi Suropati.
Menurut Dirk Teeuwen dalam Jakarta History Museum, Suropati 1675, dahulu
penduduk Batavia didominasi oleh budak. Pada tahun 1670, budak di Batavia
berjumlah 13.000 dari total populasi 33.000. Di tahun 1815 terdapat 14.000 budak
dari 48.000 penduduk. Belanda lebih suka mendatangkan budak dari luar Jawa karena
berbagai alasan, salah satunya karena budak dari daerah Jawa dan Sunda saling
bermusuhan.
Untung Suropati (1650–1706) bertugas sebagai budak di Batavia setelah
pedagang budak Arab membelinya dari Bali. Ia dibeli oleh Pieter Cnoll yang
memperlakukannya dengan sangat baik. Namun, setelah Pieter Cnoll meninggal
dunia, ia menjadi milik Cornelia yang kemudian menikah dengan Johann Bitter. Anak
dari Johann Bitter yang bernama Suzanne didapati menyukai Suropati sehingga
Johann Bitter memerintahkan untuk memenjarakan Suropati ke ruang bawah tanah
Balai Kota.
Suropati melarikan diri pada tahun 1675 dan segera menjadi kepala sebuah
tentara ratusan penjahat Bali. Kelompok ini menjarah Pegunungan Preanger dekat
Batavia. Namun demikian, pada 1683, Belanda menawari mereka kebebasan dengan
syarat Suropati dan anak buahnya akan membantu mengalahkan Sultan Banten.
Suropati setuju dan mendapat pangkat letnan di angkatan darat Perusahaan Hindia
Timur Belanda, VOC. Pada tahun 1684, ia mengalami suatu konflik dengan seorang
perwira Belanda sehingga melarikan diri bersama anak buahnya ke Pegunungan
Preanger. Setelah itu, ia mencoba membantu Sultan Mataram melawan Belanda. Ia
mengalami kegagalan yang menyebabkannya melarikan diri, sekarang ke Pasuruan,
Jawa Timur. Di Pasuruan, ia mendirikan kerajaan pada tahun 1687 dan mencoba
berperang lagi dengan Belanda. Pada 1706 Tentara Belanda dengan dukungan oleh
Sultan Mataram, Sultan Madura dan Surabaya berhasil menaklukkan daerah Pasuruan.
Suropati terluka parah dan meninggal beberapa bulan kemudian. Para pengikutnya
merahasiakan kematiannya, tetapi pada tanggal 18 Juni 1707 Herman de Wild
menemukan kuburannya. Sedangkan untuk Suzanne Bitter, ia dikirim ayahnya ke
Belanda, tetapi dia tidak pernah sampai di sana. Dia meninggal karena tuberkulosis di
pulau St Helena pada tahun 1676.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Di dalam lukisan yang berjudul Pieter Cnoll, Cornelia van Nijenroode, Their
Daughters and Two Enslaved Servants karya Jacob Coeman pada tahun 1665 terdapat
dua potret budak yang mewakili sekitar 50 budak yang dimiliki oleh Pieter Cnoll,
seorang pegawai VOC yang kaya raya. Salah satu dari dua budak tersebut merupakan
Untung Suropati. Dalam hubungannya dengan keluarga Cnoll, ia menjadi budak yang
dirawat dengan baik oleh tuannya. Namun, setelah Pieter Cnoll meninggal dunia, ia
menjadi milik Cornelia yang segera menikah dengan Johann Bitter. Sayangnya,
Untung Suropati menjalin hubungan terlarang dengan Suzanne sehingga harus
menerima hukuman penjara. Setelah keluar dari penjara, ia menjalankan berbagai
pemberontakan melawan VOC.
DAFTAR PUSTAKA

Anhar, R. 2012. Untung Suropati. Kementrian Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jendral
Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jr., E. Wills John. 2002. 1688: Global History. New York City: W.W. Norton & Company.
Leupp, Gary P. 2003. Interracial Intimacy in Japan: Western Men and Japanese Women,
1543–1900. London: a&C Black.
Marsely L. Kehoe, "Dutch Batavia: Exposing the Hierarchy of the Dutch Colonial City,"
Journal of Historians of Netherlandish Art 7:1 (Winter 2015) DOI:
10.5092/jhna.2015.7.1.3
Octavia, Diah Ayu, dkk. (2020). The Oral Tradition of Untung Suropati Among The People of
Pasuruan from 1975 to 1018: Jurnal Historica, 4 (1), 42.
Priem, Ruud (2005). Dutch Masters from the Rijksmuseum, Amsterdam. National Gallery of
Victoria. ISBN 978-1-8754-6023-6.
Rijkevorsel, L. Van dan R.D.S Hadiwidjana. 1928. Babad Tanah Jawi Lan Tanah-Tanah Ing
Sakiwa Tengenipoen. Den Haag: B. Wolters Uitgevers Maatschappij.
Sudibjo, S.H. & Soeparnmo, R. 1981. Babad Trunajaya-Suropati. Buku Sastra Indonesia dan
Daerah.
Talango, Adi P. 2012. Sosok-Sosok Hebat di Balik Kerajaan-Kerajaan Jawa. Jogjakarta:
Flashbooks.
Taylor, Jean Gelman. Visual History: A Neglected Resource for the Longue Duree:
Verhandelingen van het Koninklijk Instituur voor Taal-, Land- en Volkenkunde, 300
(12), 184–185.
Teuwen, Dirk. ___. Jakarta History Museum, Suropati 1675. ___.
Zandvliet, K.; Blussé, Leonard (2002). The Dutch Encounter with Asia, 1600-1950. Antique
Collectors Club Limited. ISBN 978-9-0400-8717-2.
___. ___. https://www.genealogieonline.nl/west-europese-adel/I279833.php diakses tanggal
13 Desember 2022.

Anda mungkin juga menyukai