Potret Untung Suropati Dalam Lukisan Jacob Coeman (1665) Dan Hubungannya Dengan Keluarga Cnoll
Potret Untung Suropati Dalam Lukisan Jacob Coeman (1665) Dan Hubungannya Dengan Keluarga Cnoll
Disusun Oleh:
Hilma Aufiana (2106743182)
Dosen Pengampu:
Dr. R. Achmad Sunjayadi, S.S., M.Hum.
1
Putri yang berasal dari daerah yang ditaklukkan, kemudian dibawa ke kerajaan penakluk (KBBI, V ed)
1.2. Rumusan Masalah
1. Mengapa terdapat potret Untung Suropati dalam lukisan keluarga Cnoll karya
Jacob Coeman (1665)?
2. Bagaimana hubungan Untung Suropati dengan keluarga Cnoll seperti yang
tergambar dalam lukisan karya Jacob Coeman (1665)?
Lukisan berjudul Pieter Cnoll, Cornelia van Nijenroode, Their Daughters and
Two Enslaved Servants dilukis oleh Jacob Coeman di Batavia pada tahun 1665.
Lukisan potret tersebut menggunakan media cat minyak di atas kanvas. Berdasarkan
Jean Gelman Taylor dalam Visual History: A Neglected Resource for the Longue
Duree (2015), gaya lukisan Jacob Coeman hampir mirip dengan Aelbert Cuyp yang
memadupadankan unsur Belanda, Asia, serta simbol status Jawa. Lukisan tersebut
bergaya Barok yang identik dengan karya-karya yang seakan hidup dengan lukisan
yang cemerlang dan warna-warna yang bercahaya.
Hasil simposium dari Koninklijke Vereniging van Vrienden der Aziatische
Kunst atau KVVAK pada 2019 menyebutkan bahwa Jansz Jacob Coeman
mendapatkan komisi dari Pieter Cnoll untuk melukis potret keluarganya segera setelah
ia tiba di Batavia pada 1663. Di dalam lukisan potret Pieter Cnoll and His Family,
terdapat sosok Pieter Cnoll, istrinya yang bernama Cornelia van Nijenroode, kedua
putri mereka Catharina (dengan kipas dan anjing) dan Hester (dengan kotak gading),
serta dua budak yang terdiri dari Untung Suropati dan wanita yang tidak diketahui
namanya sedang memegang keranjang buah. Keluarga itu digambarkan sedang berada
di teras rumah mereka di Batavia. Dalam menandakan status sosial yang tinggi, Jacob
Coeman menghadirkan citra elit Cornelia sebagai istri VOC dengan kalung mutiara
dan Pieter Cnoll dengan kancing serta gesper emas (J. Taylor: 2007, 2009). Kehadiran
dua pelayan dalam lukisan tersebut juga menandakan status Cnoll yang tinggi,
meskipun mereka hanya mewakili sebagian kecil dari lima puluh budak yang
dimilikinya.
Untung Suropati yang merupakan budak belian
pedagang senior VOC tampak di bagian kanan dari potret
keluarga Cnoll dengan membawa bendera dan ditemani seorang
wanita pribumi yang membawa keranjang buah.
Latar dari lukisan tersebut adalah Batavia dengan
pepohonan, langit biru, laut di kejauhan, dan dua kapal. Dua
kapal yang terdapat dalam lukisan menandakan perdagangan
yang pesat pada masa itu. Pada kurun abad 16–17-an
lukisan-lukisan mayoritas seniman Hindia Belanda tidak lepas
dari pantai, laut, kapal, tanjung, dan teluk. Hal ini menunjukkan
kuatnya kehidupan pesisir pada masa itu. Para perupa juga
melukis selaras dengan pengetahuan mereka mengenai geografi
tanah jajahan (JG Taylor, 2015)
Dalam teknik pewarnaan seni rupa, terdapat unsur gelap terang yang dapat
mendukung fokus tidaknya penikmat lukisan dalam memandang karya. Ungkapan
gelap-terang yang menjadi hubungan pencahayaan dan bayangan dinyatakan dengan
gradasi mulai dari yang paling putih untuk yang menyatakan yang sangat terang,
sampai kepada yang paling hitam untuk bagian yang sangat gelap (Sunaryo, 2002:
20).
Berdasarkan analisis unsur gelap-terang dalam lukisan Pieter Cnoll dan
keluarganya karya Jacob Coeman (1665) memfokuskan pencahayaan ke Pieter Cnoll,
Cornelia van Nijenroode, Catharina, dan Hester. Sebagai budak, Untung Suropati dan
seorang wanita Jawa yang berada di sampingnya diberi warna yang lebih gelap. Hal
ini juga menggambarkan kedudukan dan eksistensi dari Pieter Cnoll yang lebih tinggi
dari keberadaan budak-budak yang tidak terlalu dianggap, namun harus dihadirkan
untuk menandakan kedudukan tinggi keluarga tersebut. Menurut data dari
Rijksmuseum, jumlah budak yang dimiliki oleh Pieter Cnoll berjumlah kurang lebih
50 orang. Maka dari itu, keberadaan Untung Suropati dan seorang wanita hanya
sebagai representasi dari budak-budak yang dimiliki keluarga tersebut.
Kebenaran budak yang terdapat dalam lukisan keluarga Pieter Cnoll
merupakan Untung Suropati atau bukan dapat dibuktikan dengan data deskripsi karya
lukisan di Rijksmuseum. Di sana disebutkan bahwa budak pria yang berada di
belakang Cornelia van Nijenroode adalah Suropati. Jan Gelman Taylor dalam
jurnalnya A Neglected Resource for The Longue Duree (2015) juga menjelaskan
bahwa budak tersebut bernama Untung atau yang lebih dikenal Suropati dalam
kisah-kisah di Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Di dalam lukisan yang berjudul Pieter Cnoll, Cornelia van Nijenroode, Their
Daughters and Two Enslaved Servants karya Jacob Coeman pada tahun 1665 terdapat
dua potret budak yang mewakili sekitar 50 budak yang dimiliki oleh Pieter Cnoll,
seorang pegawai VOC yang kaya raya. Salah satu dari dua budak tersebut merupakan
Untung Suropati. Dalam hubungannya dengan keluarga Cnoll, ia menjadi budak yang
dirawat dengan baik oleh tuannya. Namun, setelah Pieter Cnoll meninggal dunia, ia
menjadi milik Cornelia yang segera menikah dengan Johann Bitter. Sayangnya,
Untung Suropati menjalin hubungan terlarang dengan Suzanne sehingga harus
menerima hukuman penjara. Setelah keluar dari penjara, ia menjalankan berbagai
pemberontakan melawan VOC.
DAFTAR PUSTAKA
Anhar, R. 2012. Untung Suropati. Kementrian Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jendral
Kebudayaan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jr., E. Wills John. 2002. 1688: Global History. New York City: W.W. Norton & Company.
Leupp, Gary P. 2003. Interracial Intimacy in Japan: Western Men and Japanese Women,
1543–1900. London: a&C Black.
Marsely L. Kehoe, "Dutch Batavia: Exposing the Hierarchy of the Dutch Colonial City,"
Journal of Historians of Netherlandish Art 7:1 (Winter 2015) DOI:
10.5092/jhna.2015.7.1.3
Octavia, Diah Ayu, dkk. (2020). The Oral Tradition of Untung Suropati Among The People of
Pasuruan from 1975 to 1018: Jurnal Historica, 4 (1), 42.
Priem, Ruud (2005). Dutch Masters from the Rijksmuseum, Amsterdam. National Gallery of
Victoria. ISBN 978-1-8754-6023-6.
Rijkevorsel, L. Van dan R.D.S Hadiwidjana. 1928. Babad Tanah Jawi Lan Tanah-Tanah Ing
Sakiwa Tengenipoen. Den Haag: B. Wolters Uitgevers Maatschappij.
Sudibjo, S.H. & Soeparnmo, R. 1981. Babad Trunajaya-Suropati. Buku Sastra Indonesia dan
Daerah.
Talango, Adi P. 2012. Sosok-Sosok Hebat di Balik Kerajaan-Kerajaan Jawa. Jogjakarta:
Flashbooks.
Taylor, Jean Gelman. Visual History: A Neglected Resource for the Longue Duree:
Verhandelingen van het Koninklijk Instituur voor Taal-, Land- en Volkenkunde, 300
(12), 184–185.
Teuwen, Dirk. ___. Jakarta History Museum, Suropati 1675. ___.
Zandvliet, K.; Blussé, Leonard (2002). The Dutch Encounter with Asia, 1600-1950. Antique
Collectors Club Limited. ISBN 978-9-0400-8717-2.
___. ___. https://www.genealogieonline.nl/west-europese-adel/I279833.php diakses tanggal
13 Desember 2022.