Anda di halaman 1dari 13

JUDUL JURNAL 1:

Acute myeloid leukemia and pregnancy: clinical experience from a single


center and a review of the literature

(Leukemia myeloid akut dan kehamilan: pengalaman klinis dari satu pusat dan
tinjauan literatur)

1. PENELITI
Nicola Stefano Fracchiolla1*, Mariarita Sciumè1, Francesco Dambrosi2, Francesca
Guidotti1, Manuela Wally Ossola2, Giovanna Chidini3, Umberto Gianelli4, Daniela
Merlo4dan Agostino Cortelezzi

2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mengetahui perawatan yang tepat untuk pasien AML
(Acute Myeloid Leukimia) selama kehamilan.

3. LATAR BELAKANG PENELITIAN


Kanker didiagnosis sekitar 0,07% - 0,1% pada kehamilan dan merupakan
penyebab paling umum kedua kematian ibu setelah komplikasi vaskular terkait
kehamilan. Wanita hamil menunjukkan frekuensi dan lokalisasi kanker yang sama
jika dibandingkan dengan yang tidak hamil pada usia yang sama. Sebagian besar
kasus yang dijelaskan adalah tumor padat, penyakit onkohematologi mewakili 25%
dari semua kanker yang didiagnosis selama kehamilan. Insiden leukemia selama
kehamilan diperkirakan berkisar antara 1 dalam 75.000 hingga 100.000 kehamilan,
meskipun epidemiologi sebenarnya masih belum jelas. Leukemia myeloid akut
(AML) menyumbang dua pertiga dari semua kasus, sedangkan leukemia limfoid akut,
leukemia kronis atau sindrom myelodysplastic jarang dijelaskan. Leukemia akut
biasanya terjadi selama trimester kedua dan ketiga kehamilan, terhitung 37% dan
40% dari kasus masing-masing. Pada trimester pertama insiden umumnya
diperkirakan sekitar 23%,
Kelangkaan neoplasia hematologis selama kehamilan telah menghalangi uji
coba terkontrol prospektif; oleh karena itu, data terbatas pada rangkaian retrospektif
dan laporan kasus, dengan kesulitan yang terkait dalam menetapkan pedoman
penatalaksanaan. Bukti yang diperoleh sejauh ini tidak cukup untuk menentukan
hubungan penyebab antara kehamilan dan kanker hematologi. Pengobatan leukemia
yang tepat telah meningkatkan kelangsungan hidup secara signifikan dan peran sentral
terapi spesifik selama kehamilan telah ditekankan sementara pengalaman klinis
terakumulasi Pendekatan terapeutik untuk leukemia selama kehamilan dapat
dikondisikan oleh beberapa variabel, termasuk usia kehamilan saat diagnosis,
karakteristik penyakit klinis dan biologis, dan potensi toksisitas obat pada ibu dan
anak.
4. METODE
pada penelitian ini menggunakan 5 sampel pasien dengan penyakit AML, pasien
terseut didiagnosis selama atau setelah melahirkan. Metode yang digunakan dengan
cara mengidentifikasi dalam database institusional antara tahun 2006-2012. Dan juga
dengan menggunakan tinjauan literatur yang terbaru dan mendeskripsikan secara
komprehensif tentang kondisi pasien yaitu 5 pasien pada penelitian ini dengan
Riwayat penyakit AML.

5. INTERVENSI
Pada jurnal ini, intervensi yang diberikan bisa kita lihat berdasarkan 5 kasus klinis
yang dijelaskan, bahwa pada pasien diberikan beberapa terapi, seperti terapi induksi
kemoterapi. Pada terapi ini diberikan daunorubisin dan sitosin arabinoside. Dan juga
diberikan terapi konsolidasi, pada terapi ini banyak terapi yang berikan pada pasien.
Selain itu di lakukan aspirasi sumsum tulang belakang untuk menunjukkan diagnosis
pada pasien, apakah mengidap leukimia atau tidak.
6. HASIL
pada jurnal ini dibahas hasil dari penelitian berupa analisis kasus klinis yang
dilakukan. Disini terdapat 5 kasus klinis yang di lakukan.

a. Kasus Klinis 1
Pada kasus ini, sri lanka seorang wanita berumur 31 tahun melakukan konsultasi
ke multidisiplin dengan kondisi dia yang sekarang. Setelah jmendapat penjelasan
mengenai kondisinya, ibu skri lanka meminta dilakukan aborsi bedah. Prosedur
dilakukan tanpa komplikasi dan setelah satu minggu pasien memulai kemoterapi.

Kemoterapi yang dilakukan adalah induksi dengan daunorubisin dan sitosin


arabinosida, dan diperoleh remisi parsial untuk daunorubisin 50 mg/m22 di
dapatkan hari 1,3, dan 5; sedangkan untuk sitosin arabinoside a 3 g/m22
didapatkan pada hari ke 1–5. Induksi kedua dengan rejimen FLAG-IDA diberikan,
memperoleh remisi lengkap (CR). Terapi konsolidasi dilengkapi dengan
transplantasi sel induk hematopoietik myeloablative alogenik (HSCT) dari saudara
perempuan identik HLA. Pasien masih hidup dan sehat dengan tindak lanjut
selama 54 bulan.

b. Kasus Klinis 2
Pada kasus ini, ibu kaukasia berusia 36 tahun dengan usia kehamilan 32 minggu
yang diduga mengidap sindrom HELLP. Setelah dilakukan diagnosis ternyata ibu
kaukasia mengidap leukimia monoblastic akut. Ketika ingin dilakukan analisis
sitogenetik ternyata dinyatakan tidak berhasil karena tidak adanya metaphase.
Lalu dilakukan kemoterapi induksi dengan daunorubisin dan sitosin arabinoside
sebanyak: untuk Daunorubisin 50 mg/m22(hari 1, 3, 5) dan sitosin arabinosida 3
g/m22(hari 1–5). Akan tetapi kemoterapi ini dipersulit oleh adanya koagulasi
intravaskuler diseminata yang diobati dengan infus plasma beku segar. Untuk
perawatan konsolidasi pada kasus ini sebagai berikut.
o Sitosin arabinosida 3 g/m22dua kali sehari (hari 1–4), daunorubisin 50
mg/m22(hari 5–6)
o Sitosin arabinosida 300 mg/m2(hari 1–5), daunorubisin 50 mg/m22(hari 1–2)
o Sitosin arabinosida 300 mg/m2(hari 1–5), etoposid 150 mg/m22(hari 1–3)
o Sitosin arabinosida 1 g/m2dua kali sehari (hari 1, 3, 5)
o Autologous HSCT (rejimen pengkondisian: sitosin arabinosida 3 g/m22dua
kali sehari, siklofosfamid 60 mg/kg dua kali sehari selama dua hari, 1000
cGy dari total iradiasi tubuh). Setelah dilakukan berbagai perawatan, alhasil
pasien masih hidup dan dalam keadaan sehat setelah tindak lanjut selama 96
bulan.

c. Kasus Klinis 3
Pada kasus ini, ibu kaukasia berusia 32 tahun dengan usia kehamilan
memasukin 26 minggu dan menunjukkan pansitopenia berat (Hb 8,6 g/dl,
trombosit 81 × 109/L, WBC 3,32 × 109/L). Pada pemeriksaan USG janin
memiliki morfologi teratur dan pertumbuhan normal. Kami memutuskan untuk
strategi menonton dan menunggu, dengan pemantauan ketat pertumbuhan janin
dengan pemeriksaan ultrasonografi dan kardiotokografi, dan melakukan
penyaringan. Pada saat yang sama, betametason 12 mg im diberikan untuk
pematangan paru janin. Kehamilan diakhiri dengan operasi caesar elektif pada
usia kehamilan 32 + 2 minggu tanpa komplikasi. Pemeriksaan histologis plasenta
menunjukkan temuan normal. Evaluasi pertama analisis sumsum tulang dan
flowcytometry 6 minggu setelah melahirkan menunjukkan perkembangan
penyakit menjadi AML dengan perubahan terkait myelodysplasia. Kemoterapi
induksi dengan daunorubisin dan sitosin arabinosida dilakukan untuk
mendapatkan CR pada pemeriksaan sumsum tulang. Perawatan konsolidasi
dilaporkan secara rinci:
o Sitosin arabinosida 100 mg/m2(hari 1–7), idarubisin 10 mg/m22(hari 1–3)
o Myeloablative saudara HSCT (rejimen pengkondisian: busulfan 0,8 mg/kg tiga
kali sehari, hari −9 -8 -7 -6, siklofosfamid 60 mg/kg, hari −3 -2).

Setelah diberikan perawatan pasien masih hidup dan sehat setelah tindak lanjut 36
bulan setelah transplantasi tanpa komplikasi besar. Untuk HSCT myeloablative
alogenik dilakukan dari saudara identik HLA.

d. Kasus Klinis 4
Pada kasus klinis ini, seorang ibu kaukasia berumur 34 thn pada usia
kehamilan 31 minggu mengalami nyeri perut yang parah, astenia dan demam. Pasien
dalam riwayat kebidanannya pernah mengalami aborsi sebelumnya, prosedur fertilisasi
dengan bantuan medis yang tidak berhasil, dan kehamilan spontan dengan persalinan
sesar elektif. Saat masuk, ultrasonografi menunjukkan kelahiran mati dalam rahim.
Operasi caesar mendesak dilakukan dan janin mati dengan berat 1865 g diekstraksi.
Tidak ada efek samping bedah yang dilaporkan. Sel-sel leukemia myeloid akut (MPO +
CD34-CD7-) terbatas pada ruang ibu intervilli. Aspirasi sumsum tulang mengungkapkan
diagnosis AML tanpa maturase. Lalu diberikan kemoterapi induksi dengan daunorubisin
dan sitosin arabinoside dengan rincian untuk Sitosin arabinosida 3 g/m22(hari 1–5) dan
daunorubisin 50 mg/m22(hari 2, 4, 5). Akan tetapi perjalanan klinis diperumit oleh
infeksi jamur hati.

e. Kasus Klinis 5
Pada kasus klinis ini, seorang ibu kaukasia berumur 39 thn dirujuk untuk
melakukan pansitopenia berat pada pemeriksaan darah tepi secara rutin . Pada saat
melakukan rujukan usia kehamilan ibu 29 minggu. Diberikan Betametason secara
intramuskular untuk proses pematangan paru janin. Aspirasi sumsum tulang
mengungkapkan diagnosis leukemia monoblastik akut . Analisis FISH positif untuk inv.
Lalu pasien dipindahkan ke unit perawatan intensif untuk pemantauan ketat. Setelah itu
diberikan kemoterapi induksi dengan Sitosin arabinosida 100 mg/m22(hari 1–7) dan
daunorubicin 40 mg/m22(hari 1–3). Ultrasonografi harian dan pemantauan tokografi
status janin dilakukan. CR didokumentasikan pada pemeriksaan sumsum tulang. Setelah
usia kehamilan 30 minggu selesai, operasi caesar dengan anestesi umum dilakukan.
Setelah dilakukan operasi didapatkan anak laki-laki normal morfologis dengan BB 1496
g, lalu anak tersebut diberikan terapi oksigen dan dipindahkan ke unit intensif neonatal.

7. KESIMPULAN
Kasus-kasus yang dijelaskan pada jurnal dari kasus 1 sampai dengan kasus 5
telah mewakili institusi kami, yang mana dari kasus-kasus tersebut dijadikan sebagai
tantangan klinis yang memaksa kami untuk membangun tim multidisiplin yang
melibatkan berbagai pihak, seperti ahli hematologi, dokter kandungan, ahli anestesi
dan dokter anak / ahli neonatologi, untuk mengelola semua fase diagnosis dan
pengobatan leukemia dengan benar, serta segala hal yang terkait dengan kehamilan
atau bayi baru lahir.
Pilihan terapi yang tersedia akan diusulkan dan didiskusikan pada setiap
pasien, hal itu akan dilakukan oleh berbagai spesialis yang terlibat dalam tim. Dalam
kasus-kasus yang didiagnosis pada usia kehamilan lanjut, kami akan menunda
pengobatan leukemia dan dilakukan setelah melahirkan. Dalam satu-satunya kasus
yang terjadi pada trimester pertama, pasien meminta aborsi terapeutik. Jika
kemoterapi diberikan selama kehamilan, pemantauan tanda-tanda vital janin, fungsi
jantung, dan malformasi kongenital secara ekstensif dan terus-menerus wajib
dilakukan, agar dapat mendiagnosis dan mengobati komplikasi yang muncul terkait
dengan penyakit atau pada terapi yang dilakukan.

8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


 Kelebihan
1. Pada jurnal ini penulis menggunakan sumber-sumber serta literatur yang
banyak.
2. Disusun secara sistematis seperti susunan pembuatan jurnal pada umumnya.
3. Pada bagian latarbelakang tidak begitu banyak tetapi langsung pada pokok
bahasan.
4. Pada bagian hasil di bahas dengan unik karena digunakan analisis kasus klinis.
5. Pada jurnal ini memiliki kesesuaian antara tujuan pada jurnal dan kesimpulan
yang didapatkan pada penelitian
 Kekurangan
1. Isi jurnal terlalu monoton karena tidak di banyak disajikan gambar tentang
penyakit ini.
2. Banyaknya istilah-istilah ilmiah yang kurang bisa dipahami oleh masyarakat
umum.
3. Pada bagian abstrak tidak dijelaskan mengenai tujuan dari penelitian ini,
sehingga pembaca harus menyimpulkannya ketika sudah membaca secara
keseluruhan.
4. Pada jurnal tidak terdapat kata dorongan untuk pembaca melanjutkan
penelitian ini agar lebih sempurna.
5. Pada bagian isi tabel susah untuk dipahami karena tidak ada pembahasan lebih
lanjut.
JUDUL JURNAL 2:

1. PENELITI
2. TUJUAN PENELITIAN
3. LATAR BELAKANG PENELITIAN
4. METODE
5. INTERVENSI
6. HASIL
7. KESIMPULAN
8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
 Kelebihan
1. Pada jurnal ini menjelaskan secara rinci mengenai penyakit jantung coroner
iskemik pada ibu hamil.
2. Pada jurnal ini peneulis menggunakan sumber-sumber serta literatur yang
banyak.
3. Terdapat penjelasan mengenai rekomendali konseling serta pengobatan untuk
ibu hamil yang menderita IHD.
4. Penulis dapat mengembangkan beberapa point kecil, namun cukup penting
untuk dikaji lebih lanjut.
5. Dan jurnal ini di terbitkan oleh satu orang peneliti tetapi dengan keterlibatan
banyak depertemen, seperti: Divisi Kedokteran Ibu-Janin dan Unit Kehamilan
Risiko Tinggi, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Universitas
King Abdul-Aziz dan Pusat Keunggulan Princes Aljohra dalam Penyakit
Keturunan, Universitas King Abdul-Aziz, Fakultas Kedokteran di Arab Saudi.
 Kekurangan
1. Pada jurnal ini tidak terdapat komponen abstrak yang lengkap pada umumnya,
yang meliputi : latar belakang, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan.
2. Pada jurnal tidak terdapat kata dorongan untuk pembaca melanjutkan penelitian
ini agar lebih sempurna
3. Mengandung istilah yang hanya berlaku pada bidang tertentu
4. Tidak disajikan tabel hasil dari penelitian ini.
5. Tidak disajikan gambar yag mendukung mengenai topik yang diambi
JUDUL JURNAL3:

1. PENELITI
2. TUJUAN PENELITIAN
3. LATAR BELAKANG PENELITIAN
4. METODE
5. INTERVENSI
6. HASIL
7. KESIMPULAN

8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL


 Kelebihan
1. Pada jurnal ini memiliki kesesuaian antara tujuan pada jurnal dan kesimpulan
yang didapatkan pada penelitiuan.
2. Terdapat beberapa gambar yang menjelaskan EKG pada pasien STEMI.
3. Dan jurnal ini di terbitkan oleh satu orang peneliti tetapi dengan keterlibatan
banyak Rumah sakit yang menjadi tempat meneliti, yaitu Rumah Sakit Queen
Elizabeth, Mindelsohn Way, Edgbaston, Birmingham B15 2WB, Rumah Sakit
Universitas Coventry dan Warwickshire, Clifford Bridge Road, Coventry CV2
2DX, Inggris
4. Menjelaskan secara rinci mengenai topik yang dibahas, mulai lingkup masalah,
etiologi, factor resiko, diagnosis dan investigasi, dan penanganannya dapat
dilakukan dengan cara apa saja.
5. Dapat menyimpulkan penanganan pasien dapat dilakukan dengan cara yang
terbaik dari beberapa penanganan yang ada.
 Kekurangan
1. Pada jurnal ini tidak terdapat komponen abstrak pada penelitian.
2. Tidak terdapat komponen metode dan hasil dari penelitian ini
3. Terdapat beberapa istilah ilmiah yang sulit dimengerti oleh pembaca
4. Jurnal terlalu monoton karena banyak tulisan, yang tidak disertai tabel, grafik
dan gambar. Pada jurnal ini hanya terdapat 2 gambar saja yang tidak membantu
pembaca untuk cepat memahami maksud dari jurnal ini.
5. Pada jurnal tidak terdapat kata dorongan untuk pembaca melanjutkan penelitian
ini agar lebih sempurna.
PENANGANAN PASIEN IBU HAMIL DENGAN JANTUNG KORONER
ISKEMIK (belomzz)

Tata laksana IMA pada kehamilan sama dengan populasi pada umumnya, termasuk
teknik revaskularisasi. Akan tetapi ketika diseksi spontan arteri koroner
penyebabnya, maka kerentanan vaskular harus menjadi pertimbangan saat akan
melakukan revaskularisasi dan hendaknya dilakukan oleh operator berpengalaman.
Tim multidisiplin perlu disiapkan, karena kemungkinan terjadi syok kardiogenik
yang memerlukan pemasangan mesin pendukung sirkulasi dan pemantauan intensif
ibu maupun janin oleh spesialis intensivis kardiak dan spesialis obstetri. Tim
resusitasi dan tim untuk persalinan termasuk spesialis anestesi juga harus siap.

1. Farmakologi

Tabel. Obat pada IMA dan resiko pada kehamilan

Obat Teratogenisitas Rekomendasi

ACEI dan Displasia ginjal, Kontraindikasi pada kehamilan


ARB oligohidramnion, IUGR,
gangguan osifikasi tulang
kepala, hipoplasia paru,
kontraktur, anemia,
IUFD

Statin Kelainan kongenital Kontraindikasi pada kehamilan

Clopidogrel Tidak diketahui Direkomendasikan mengingat


manfaat lebih besar dibandingkan
risiko
Prasugrel dan Tidak diketahui Tidak cukup data yang
ticagrelor membandingkan manfaat & risiko
peggunaannya.
Penghambat Tidak diketahui Hanya dapat diberikan jika
glikoprotein manfaat lebih besar dibandingkan
IIb/IIIa risiko.
Long-acting Tokolitik, dapat Dapat digunakan dengan hati-hati
calcium menginduksi hipotensi jika manfaat lebih besar
channel (ibu) dan hipoksemia dibandingkan risiko.
blocker (CCB) fetus
Penyekat beta Bradikardia dan Direkomendasikan mengingat
(metoprolol) hipoglikemia manfaat lebih besar dibandingkan
risiko
ASA (asetosal) Gastroschisis, premature Direkomendasikan mengingat
closure of PDA manfaat lebih besar dibandingkan
risiko
Heparin Tidak ada yang diketahui Direkomendasikan mengingat
manfaat lebih besar dibandingkan
risiko
Isosorbide Bradikardia Direkomendasikan mengingat
dinitrate manfaat lebih besar dibandingkan
risiko
DIT (direct Tidak diketahui Direkomendasikan mengingat
thrombin manfaat lebih besar dibandingkan
inhibitor risiko

2. Tata Laksana Persalinan

Persiapan persalinan pada ibu dengan PJK memerlukan kerjasama tim


kardioobstetri. Evaluasi fraksi ejeksi ventrikel kiri (FEVK) perlu dilakukan untuk
menentukan kategori risiko kardiovaskular berdasarkan Modified World Health
Organization (mWHO) classification of maternal cardiovascular risk.
o Pasien dengan FEVK >45% tergolong mWHO kelas II-III dengan kejadian
kardiak maternal 10-19% dan memiliki peningkatan risiko kematian
maternal intermediet dan risiko morbiditas sedang sampai berat. Pasien
perlu melakukan kunjungan antenatal setiap 2 bulan dan persalinan di
rumah sakit rujukan yang mempunyai tim kardio-obstetri.
o Pasien dengan FEVK 30-45% tergolong mWHO kelas III dengan kejadian
kardiak maternal 19-27% dan memiliki peningkatan mortalitas maternal
yang sangat meningkat dan morbiditas berat. Pasien perlu melakukan
kunjungan antenatal lebih sering yaitu setiap 1-2 bulan dan mempersiapkan
persalinan di rumah sakit rujukan yang mempunyai tim kardio-obstetri.
o Pasien dengan FEVK <30% atau sedang dalam kondisi gagal jantung
dengan kapasitas fungsional kelas III-IV NYHA tergolong mWHO kelas IV
dengan kejadian kardiak maternal 40-100% dan memiliki risiko sangat
tinggi untuk mortalitas dan morbiditas maternal. Pada pasien mWHO IV,
kehamilan dikontraindikasikan dan bila terjadi kehamilan dianjurkan untuk
terminasi.

Pada ibu hamil dengan PJK yang berhasil menjalani kehamilan sampai janin
viable, maka waktu persalinan perlu dipertimbangkan sesuai kondisi masing-
masing pasien. Namun terapi untuk IMA sebaiknya tidak ditunda karena
persalinan. Tindakan persalinan sebaiknya ditunda 2 minggu pasca-IMA untuk
memfasilitasi manajemen maternal. Persalinan pervaginam lebih diutamakan
sebab risiko perdarahan, infeksi, trombosis vena, dan kejadian emboli lebih
sedikit dibandingkan operasi sesar. Operasi sesar dapat dilakukan bila ada
indikasi obstetrik atau pasien sedang menggunakan antikoagulan oral, kelainan
aorta yang berat, hipertensi pulmonal atau gagal jantung.

3. Rekomendasi
Tabel 2. Rekomendasi tata laksana penyakit jantung koroner pada kehamilan.
Rekomendasi Kelas Level
Pemeriksaan EKG dan pengukuran kadar Troponin direkomendasikan ketika I C
perempuan hamil mengalami nyeri dada

Angioplasti koroner perkutan direkomendasikan sebagai terapi reperfusi I C


yang utama untuk penanganan STEMI dalam kehamilan

Strategi manajemen invasif harus dipertimbangkan pada kasus NSTE-ACS IIa C


dengan kriteria risiko tinggi

Strategi manajemen konservatif harus dipertimbangkan pada kasus NSTE- IIa C


ACS dengan kriteria risiko rendah

Harus dipertimbangkan pemantauan pasien selama paling tidak 3 bulan IIa C


pasca IMA

Menyusui tidak direkomendasikan pada ibu menyusui yang diberikan obat III C
anti platelet selain aspirin dosis rendah, karena belum adanya data penunjang

Anda mungkin juga menyukai