(Leukemia myeloid akut dan kehamilan: pengalaman klinis dari satu pusat dan
tinjauan literatur)
1. PENELITI
Nicola Stefano Fracchiolla1*, Mariarita Sciumè1, Francesco Dambrosi2, Francesca
Guidotti1, Manuela Wally Ossola2, Giovanna Chidini3, Umberto Gianelli4, Daniela
Merlo4dan Agostino Cortelezzi
2. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mengetahui perawatan yang tepat untuk pasien AML
(Acute Myeloid Leukimia) selama kehamilan.
5. INTERVENSI
Pada jurnal ini, intervensi yang diberikan bisa kita lihat berdasarkan 5 kasus klinis
yang dijelaskan, bahwa pada pasien diberikan beberapa terapi, seperti terapi induksi
kemoterapi. Pada terapi ini diberikan daunorubisin dan sitosin arabinoside. Dan juga
diberikan terapi konsolidasi, pada terapi ini banyak terapi yang berikan pada pasien.
Selain itu di lakukan aspirasi sumsum tulang belakang untuk menunjukkan diagnosis
pada pasien, apakah mengidap leukimia atau tidak.
6. HASIL
pada jurnal ini dibahas hasil dari penelitian berupa analisis kasus klinis yang
dilakukan. Disini terdapat 5 kasus klinis yang di lakukan.
a. Kasus Klinis 1
Pada kasus ini, sri lanka seorang wanita berumur 31 tahun melakukan konsultasi
ke multidisiplin dengan kondisi dia yang sekarang. Setelah jmendapat penjelasan
mengenai kondisinya, ibu skri lanka meminta dilakukan aborsi bedah. Prosedur
dilakukan tanpa komplikasi dan setelah satu minggu pasien memulai kemoterapi.
b. Kasus Klinis 2
Pada kasus ini, ibu kaukasia berusia 36 tahun dengan usia kehamilan 32 minggu
yang diduga mengidap sindrom HELLP. Setelah dilakukan diagnosis ternyata ibu
kaukasia mengidap leukimia monoblastic akut. Ketika ingin dilakukan analisis
sitogenetik ternyata dinyatakan tidak berhasil karena tidak adanya metaphase.
Lalu dilakukan kemoterapi induksi dengan daunorubisin dan sitosin arabinoside
sebanyak: untuk Daunorubisin 50 mg/m22(hari 1, 3, 5) dan sitosin arabinosida 3
g/m22(hari 1–5). Akan tetapi kemoterapi ini dipersulit oleh adanya koagulasi
intravaskuler diseminata yang diobati dengan infus plasma beku segar. Untuk
perawatan konsolidasi pada kasus ini sebagai berikut.
o Sitosin arabinosida 3 g/m22dua kali sehari (hari 1–4), daunorubisin 50
mg/m22(hari 5–6)
o Sitosin arabinosida 300 mg/m2(hari 1–5), daunorubisin 50 mg/m22(hari 1–2)
o Sitosin arabinosida 300 mg/m2(hari 1–5), etoposid 150 mg/m22(hari 1–3)
o Sitosin arabinosida 1 g/m2dua kali sehari (hari 1, 3, 5)
o Autologous HSCT (rejimen pengkondisian: sitosin arabinosida 3 g/m22dua
kali sehari, siklofosfamid 60 mg/kg dua kali sehari selama dua hari, 1000
cGy dari total iradiasi tubuh). Setelah dilakukan berbagai perawatan, alhasil
pasien masih hidup dan dalam keadaan sehat setelah tindak lanjut selama 96
bulan.
c. Kasus Klinis 3
Pada kasus ini, ibu kaukasia berusia 32 tahun dengan usia kehamilan
memasukin 26 minggu dan menunjukkan pansitopenia berat (Hb 8,6 g/dl,
trombosit 81 × 109/L, WBC 3,32 × 109/L). Pada pemeriksaan USG janin
memiliki morfologi teratur dan pertumbuhan normal. Kami memutuskan untuk
strategi menonton dan menunggu, dengan pemantauan ketat pertumbuhan janin
dengan pemeriksaan ultrasonografi dan kardiotokografi, dan melakukan
penyaringan. Pada saat yang sama, betametason 12 mg im diberikan untuk
pematangan paru janin. Kehamilan diakhiri dengan operasi caesar elektif pada
usia kehamilan 32 + 2 minggu tanpa komplikasi. Pemeriksaan histologis plasenta
menunjukkan temuan normal. Evaluasi pertama analisis sumsum tulang dan
flowcytometry 6 minggu setelah melahirkan menunjukkan perkembangan
penyakit menjadi AML dengan perubahan terkait myelodysplasia. Kemoterapi
induksi dengan daunorubisin dan sitosin arabinosida dilakukan untuk
mendapatkan CR pada pemeriksaan sumsum tulang. Perawatan konsolidasi
dilaporkan secara rinci:
o Sitosin arabinosida 100 mg/m2(hari 1–7), idarubisin 10 mg/m22(hari 1–3)
o Myeloablative saudara HSCT (rejimen pengkondisian: busulfan 0,8 mg/kg tiga
kali sehari, hari −9 -8 -7 -6, siklofosfamid 60 mg/kg, hari −3 -2).
Setelah diberikan perawatan pasien masih hidup dan sehat setelah tindak lanjut 36
bulan setelah transplantasi tanpa komplikasi besar. Untuk HSCT myeloablative
alogenik dilakukan dari saudara identik HLA.
d. Kasus Klinis 4
Pada kasus klinis ini, seorang ibu kaukasia berumur 34 thn pada usia
kehamilan 31 minggu mengalami nyeri perut yang parah, astenia dan demam. Pasien
dalam riwayat kebidanannya pernah mengalami aborsi sebelumnya, prosedur fertilisasi
dengan bantuan medis yang tidak berhasil, dan kehamilan spontan dengan persalinan
sesar elektif. Saat masuk, ultrasonografi menunjukkan kelahiran mati dalam rahim.
Operasi caesar mendesak dilakukan dan janin mati dengan berat 1865 g diekstraksi.
Tidak ada efek samping bedah yang dilaporkan. Sel-sel leukemia myeloid akut (MPO +
CD34-CD7-) terbatas pada ruang ibu intervilli. Aspirasi sumsum tulang mengungkapkan
diagnosis AML tanpa maturase. Lalu diberikan kemoterapi induksi dengan daunorubisin
dan sitosin arabinoside dengan rincian untuk Sitosin arabinosida 3 g/m22(hari 1–5) dan
daunorubisin 50 mg/m22(hari 2, 4, 5). Akan tetapi perjalanan klinis diperumit oleh
infeksi jamur hati.
e. Kasus Klinis 5
Pada kasus klinis ini, seorang ibu kaukasia berumur 39 thn dirujuk untuk
melakukan pansitopenia berat pada pemeriksaan darah tepi secara rutin . Pada saat
melakukan rujukan usia kehamilan ibu 29 minggu. Diberikan Betametason secara
intramuskular untuk proses pematangan paru janin. Aspirasi sumsum tulang
mengungkapkan diagnosis leukemia monoblastik akut . Analisis FISH positif untuk inv.
Lalu pasien dipindahkan ke unit perawatan intensif untuk pemantauan ketat. Setelah itu
diberikan kemoterapi induksi dengan Sitosin arabinosida 100 mg/m22(hari 1–7) dan
daunorubicin 40 mg/m22(hari 1–3). Ultrasonografi harian dan pemantauan tokografi
status janin dilakukan. CR didokumentasikan pada pemeriksaan sumsum tulang. Setelah
usia kehamilan 30 minggu selesai, operasi caesar dengan anestesi umum dilakukan.
Setelah dilakukan operasi didapatkan anak laki-laki normal morfologis dengan BB 1496
g, lalu anak tersebut diberikan terapi oksigen dan dipindahkan ke unit intensif neonatal.
7. KESIMPULAN
Kasus-kasus yang dijelaskan pada jurnal dari kasus 1 sampai dengan kasus 5
telah mewakili institusi kami, yang mana dari kasus-kasus tersebut dijadikan sebagai
tantangan klinis yang memaksa kami untuk membangun tim multidisiplin yang
melibatkan berbagai pihak, seperti ahli hematologi, dokter kandungan, ahli anestesi
dan dokter anak / ahli neonatologi, untuk mengelola semua fase diagnosis dan
pengobatan leukemia dengan benar, serta segala hal yang terkait dengan kehamilan
atau bayi baru lahir.
Pilihan terapi yang tersedia akan diusulkan dan didiskusikan pada setiap
pasien, hal itu akan dilakukan oleh berbagai spesialis yang terlibat dalam tim. Dalam
kasus-kasus yang didiagnosis pada usia kehamilan lanjut, kami akan menunda
pengobatan leukemia dan dilakukan setelah melahirkan. Dalam satu-satunya kasus
yang terjadi pada trimester pertama, pasien meminta aborsi terapeutik. Jika
kemoterapi diberikan selama kehamilan, pemantauan tanda-tanda vital janin, fungsi
jantung, dan malformasi kongenital secara ekstensif dan terus-menerus wajib
dilakukan, agar dapat mendiagnosis dan mengobati komplikasi yang muncul terkait
dengan penyakit atau pada terapi yang dilakukan.
1. PENELITI
2. TUJUAN PENELITIAN
3. LATAR BELAKANG PENELITIAN
4. METODE
5. INTERVENSI
6. HASIL
7. KESIMPULAN
8. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
Kelebihan
1. Pada jurnal ini menjelaskan secara rinci mengenai penyakit jantung coroner
iskemik pada ibu hamil.
2. Pada jurnal ini peneulis menggunakan sumber-sumber serta literatur yang
banyak.
3. Terdapat penjelasan mengenai rekomendali konseling serta pengobatan untuk
ibu hamil yang menderita IHD.
4. Penulis dapat mengembangkan beberapa point kecil, namun cukup penting
untuk dikaji lebih lanjut.
5. Dan jurnal ini di terbitkan oleh satu orang peneliti tetapi dengan keterlibatan
banyak depertemen, seperti: Divisi Kedokteran Ibu-Janin dan Unit Kehamilan
Risiko Tinggi, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Rumah Sakit Universitas
King Abdul-Aziz dan Pusat Keunggulan Princes Aljohra dalam Penyakit
Keturunan, Universitas King Abdul-Aziz, Fakultas Kedokteran di Arab Saudi.
Kekurangan
1. Pada jurnal ini tidak terdapat komponen abstrak yang lengkap pada umumnya,
yang meliputi : latar belakang, tujuan, metode, hasil dan kesimpulan.
2. Pada jurnal tidak terdapat kata dorongan untuk pembaca melanjutkan penelitian
ini agar lebih sempurna
3. Mengandung istilah yang hanya berlaku pada bidang tertentu
4. Tidak disajikan tabel hasil dari penelitian ini.
5. Tidak disajikan gambar yag mendukung mengenai topik yang diambi
JUDUL JURNAL3:
1. PENELITI
2. TUJUAN PENELITIAN
3. LATAR BELAKANG PENELITIAN
4. METODE
5. INTERVENSI
6. HASIL
7. KESIMPULAN
Tata laksana IMA pada kehamilan sama dengan populasi pada umumnya, termasuk
teknik revaskularisasi. Akan tetapi ketika diseksi spontan arteri koroner
penyebabnya, maka kerentanan vaskular harus menjadi pertimbangan saat akan
melakukan revaskularisasi dan hendaknya dilakukan oleh operator berpengalaman.
Tim multidisiplin perlu disiapkan, karena kemungkinan terjadi syok kardiogenik
yang memerlukan pemasangan mesin pendukung sirkulasi dan pemantauan intensif
ibu maupun janin oleh spesialis intensivis kardiak dan spesialis obstetri. Tim
resusitasi dan tim untuk persalinan termasuk spesialis anestesi juga harus siap.
1. Farmakologi
Pada ibu hamil dengan PJK yang berhasil menjalani kehamilan sampai janin
viable, maka waktu persalinan perlu dipertimbangkan sesuai kondisi masing-
masing pasien. Namun terapi untuk IMA sebaiknya tidak ditunda karena
persalinan. Tindakan persalinan sebaiknya ditunda 2 minggu pasca-IMA untuk
memfasilitasi manajemen maternal. Persalinan pervaginam lebih diutamakan
sebab risiko perdarahan, infeksi, trombosis vena, dan kejadian emboli lebih
sedikit dibandingkan operasi sesar. Operasi sesar dapat dilakukan bila ada
indikasi obstetrik atau pasien sedang menggunakan antikoagulan oral, kelainan
aorta yang berat, hipertensi pulmonal atau gagal jantung.
3. Rekomendasi
Tabel 2. Rekomendasi tata laksana penyakit jantung koroner pada kehamilan.
Rekomendasi Kelas Level
Pemeriksaan EKG dan pengukuran kadar Troponin direkomendasikan ketika I C
perempuan hamil mengalami nyeri dada
Menyusui tidak direkomendasikan pada ibu menyusui yang diberikan obat III C
anti platelet selain aspirin dosis rendah, karena belum adanya data penunjang