Anda di halaman 1dari 20

JOURNAL READING

Journal of the Chinese Medical


Association
Successful conservative
treatment of microinvasive
cervical cancer during
pregnancy
Chih-Hsing Lin a, James Ching-Hung Hsieh a,b, Yao-Tai Li
a,*, Tsung-Cheng Kuo

Dewi Yanti Solikhan, S.Ked


Pembimbing
Dr. Jefferson Munthe,Sp.OG, M.Kes
Abstrak
Pada kanker serviks dalam kehamilan, banyak
faktor yang harus dipertimbangkan termasuk
keinginan pasien untuk melanjutkan kehamilan.

Wanita hamil dengan kanker serviks harus


sepenuhnya diberitahu tentang semua pilihan
pengobatan dan konsekuensinya.

Disini dilaporkan kasus seorang wanita yang


didiagnosis kanker serviks mikroinvasif pada
usia 10 minggu kehamilannya.
Setelah menjalani konisasi serviks,
cerclage serviks dan operasi caesar,
pasien melahirkan bayi yang sehat dan
pada 7 bulan setelah melahirkan tidak ada
indikasi keganasan.
Pengantar
Meskipun kanker serviks invasif relatif jarang,
keganasan masih menjadi hal yang paling umum
terkait dengan kehamilan.

Tingkat prevalensi hasil tes papanicolaou yang


abnormal selama kehamilan tidak berbeda dari
populasi yang tidak hamil

Diantara pasien dengan kanker serviks, diagnosis


kanker serviks selama kehamilan memberikan
penjelasan untuk memberikan managemen yang
efektif dari kanker serviks tanpa mempengaruhi
kehamilan.
Disini dilaporkan kasus seorang pasien
dengan kanker serviks pada kehamilan
yang berhasil menjalani pengobatan
konservatif
Melaporkan

Pasien seorang wanita usia 32


tahun, dengan usia kehamilan 10
minggu yang melakukan Pap
smear rutin, hasil dari tes
tersebut menunjukan lesi intra
epitel skuamosa, serta
pemeriksaan kolposkopi
menunjukkan pembuluh atipikal
pada posisi jam satu ( gambar 1).
Hasil biopsi jaringan menunjukkan
karsinoma mikroinvasif
Pemeriksaan
kolposkopi
menunjukkan
pembuluh atipikal
pada posisi jam
satu (pada gambar
1). Hasil biopsi
jaringan
menunjukkan
karsinoma
mikroinvasif

Gambar 1
Setelah berdikusi dengan pasien, pasien lebih memilih
untuk penanganan secara konservatif. 4 minggu
kemudian, yaitu 14 minggu kehamilan, dilakukan
anastesi epidural, dan Loop Elektrosurgical Eksisi
Prosedur (LEEP) untuk konisasi serviks.

Hasil dari analisis Histologi, diferensiasi dinding


squamose cell carsinoma (dalam :2mm,lebar:4mm),
menyerang ke stroma serviks tanpa keterlibatan
lympovaskular (Gambar 2).
Hasil dari analisis
histologi terdapat
karsinoma sel
skuamosa,
menyerang
kedalam stroma
serviks namun
tidak mengenai
limphovaskuler.

Gambar 2
Selanjutnya panjang serviks diukur
dengan pengukuran sonografi vagina
ditemukan 24mm. Pasien kemudian
menjalani cerclage shirodkar pada 18
minggu kehamilan untuk mencegah
persalinan prematur.
Pap smear di ulang 2 kali pada bulan ke 1 dan sekali
lagi pada bulan ke 3 setelah operasi tanpa sel
abnormal.
Pada 38 minggu kehamilan, pasien menjalani operasi
sesar, lahir bayi laki-laki, BB 3195 gr, A/S 8/9.
Enam minggu setelah melahirkan, termasuk pap
smear, kolposkopi, kuretase endoserviks, squamos cel
carcinoma, hasilnya normal tanpa ada keganasan.
Saat ini 7 bulan post partum, pasien tetap dalam
kondisi baik.
Diskusi
Hal ini tidak biasa untuk kanker serviks dalam
kehamilan.
Di Taiwan dan di negara-negara maju, pengenalan
sitologi serviks dikaitkan dengan deteksi dini. Pada
pasien ini menjalani tes pap smear secara rutin .
Semua wanita hamil dengan sitologi normal harus
menjalani kolposkopi, dan jika diindikasikan, dapat
dilakukan biopsi.
Kolposkopi dan biopsi dapat dilakukan dengan
aman selama semua trimester, meskipun
sebagian besar dokter lebih memilih untuk
menunggu sampai trimester kedua ketika
resiko terkait keguguran spontan minimal.

Pada kasus ini, pasien menjalani biopsi dan


kolposkopi pada usia kehamilan 10 minggu
sehingga ditemukan kanker serviks
mikroinvasiv.
Wanita hamil dengan kanker serviks
mikroinvasiv harus sepenuhnya diberitahu
tentang semua pilihan pengobatan.

Pada kasus ini, pasien lebih memilih


pengobatan konservatif dengan konisasi
sebagai langkah awal.

Konisasi pada kehamilan untuk menyingkirkan


mikroinvasif sebuah lesi, mengurangi resiko
perdarahan dan lahir prematur.
Pada kasus ini tidak dilakukan kuretase
endoserviks, karena ditakutkan resiko ketuban
pecah dini, karena beberapa penulis telah
mengindikasikan bahwa konisasi dapat dikaitkan
dengan resiko prematur, ketuban pecah dini.

Sehingga cerclage serviks perlu dilakukan pada


wanita hamil
.
Pada pasien ini diagnosis tahap 1A1 karsinoma
serviks setelah dilakukan konisasi serviks hanya
menunjukkan mikroinvasiv.
Pada wanita tidak hamil dengan kanker
serviks skuamosa stadium IA1 resiko
metastasis kelenjar getah bening dan
prognosis 5 tahun kedepan sekitar 0,6%
dan 99% nmun pasien harus kooperatif
dan rutin dalam pemeriksaan.

Managemen konservatif pada pasien


dengan kanker serviks stadium IA1
harus dipertimbangkan pada pasien
karsinoma sel skuamosa.
Dalam kondisi tertentu , mikroinvasif dapat
hanya diopbati dengan konisasii, namun
prognosis kehamilan sering dipengaruhi oleh
diagnosis kanker.

Sebuah studi besar menunjukkan bahwa wanita


yang di diagnosis dengan kanker serviks selama
kehamilan memiliki resiko prematuritas yang
tinggi, dan mengakibatkan berat bayi lahir
rendah.
Kesimpulan

Pentingnya terapi konservatif bagi wanita


hamil yang ingin melanjutkan kehamilan
mereka, upaya yang telah diarahkan untuk
mengidentifikasi tahap awal kanker serviks
yang dapat memperoleh prognosis yang
sangat baik

Anda mungkin juga menyukai