Anda di halaman 1dari 1

Ibnu Miskawaih seringkali tidak dianggap sebagai bagian dari filosof muslim.

Namunbeberapa alasan
dapat menjawab segala tuduhan tersebut, pertama, secara praktis setiap filosof berurusan dengan etika,
karena ilmu ini merupakan bagian dari filsafat, berdasarkan skema Aristotelian yang digunakan para
filosof muslim. Kedua, pembahasan mengenai etika berkaitan erat dengan pembahasan psikology atau
ilmu mengenai jiwa, dan jiwa adalah bagian dari tema-tema yang dikaji dalam filsafat Islam. Ketiga,
pembahasannya mengenai jiwa secara tidak langsung berhubungan dengan akal, alam dan juga Tuhan.
Artinya, meski dalam porsi kecil pembahasan mengenai Tuhan, tetapi pengkajian mengenai jiwa
membutuhkan landasan yang kuat dan berhubungan dengan teori ketuhanan. Pertanyaannya Jelaskan
konsep Ibnu Miskawaih tentang jiwa manusia?

Sebelum menjelaskan teori emanasinya, Ibnu Miskawaih terlebih dahulu mengklaim bahwa para filosof
Yunani tidak meragukan eksistensi dan keesaan Tuhan, sehingga tidak ada pertentangan yang berarti
antara pemikiran mereka dengan Islam. Salah satu contohnya, dikutip Ibnu Miskawaih dari teori
Aristoteles mengenai sang Pencipta yang merupakan“Penggerak pertama yang tidak bergerak".
Pertanyaannya Jelaskan kritikan Ibnu Miskawaih terhadap filosof Yunani tentang Tuhan dan Jiwa
Manusia?

Ibnu Sina membagi wujud menjadi tiga kategori; yang mesti ada (wajib al-wujud), yang mungkin ada
(mumkin al-wujud) dan yang mustahil ada (mumtani’ al-wujud). Jelaskan (wajib al-wujud), (mumkin al-
wujud) dan yang mustahil ada (mumtani’ al-wujud) tersebut?

Ibnu Sina kemudian berkeyakinan jika hanya dari materi dan bentuk saja, tidak akan didapati eksistensi
yang nyata, tetapi hanya kualitas-kualitas esensi kebetulan. Bentuk dan materi itu baru akan
bereksistensi jika ada campur tangan esensi yang dapat menyatukan keduanya. Diterangkannya
eksistensi yang tersusun tidak hanya dapat disandarkan pada bentuk dan materi saja, tetapi harus ada
hal lain, yang disebut Ibnu Sina dengan “kejadian". Disini, Ibnu Sina berpendapat eksistensi
sesungguhnya bukan penyerahan bentuk pada materi, tetapi merupakan hubungan yang terjalin
dengan Tuhan. Pertanyaannya mengapa Ibnu Shina menekankan eksistensi lebih utama dari esensi?

Kritik yang disampaikan al-Ghazali terhadap filsafat dikemukakannya dalam Tahafut al-Falasifah.
Kekeliruan para filosof menurut al-Ghazali terdapat dalam 20 hal, 16 dalam bidang metafisika dan 4
dalam bidang fisika. Dalam 17 soal mereka harus dinyatakan sebagai ahl al-bida’, sedangkan dalam tiga
soal lainnya mereka dinyatakan sebagai kafir, karena fikiran-fikiran mereka dalam tiga soal tersebut
berlawanan sama sekali dengan pendirian semua kaum muslimin. Pertanyaannya Jelaskan 20 perkara
yang dimaksud?

Anda mungkin juga menyukai