Anda di halaman 1dari 3

Kamis, 10 November 2022

1. Kodrat alam dan kodrat zaman

Kodrat zaman artinya pedidikan harus menyesuaikan dengan zaman abad 21. Pendidik harus
mempunyai 4C (critis, kreatif, critical thinking, colaborasi) karakter dan nasionalisme kodrat zaman

2. System among

Kontunitas = berkelanjutan

Konvergensi : berasaskan memanusikan manusia menanamkan nilai kemanusiaan agar peserta didik
dapat membuat kebijakan di masa depan

Konsentris : pendidik harus menghargai keberagaman budaya dan memerdekakan pembelajaran.

Agar anak memiliki keunikan dan potensi masing2. Harus mengidentifikasi dan membaca keunikan
peserta didik.

Trisakti.

pendidikan harus memperhatikan kodrat alam dan kodrat zaman karena pada kodrat alam
peserta didik sudah mempunyai bekal dalam diri dan sebagai pendidik tugasnya yaitu menuntun
dan mendampingi anak supaya bisa menemukan jadi diri atau potensinya. Kodrat zaman artinya
pedidikan harus menyesuaikan dengan zaman abad 21. Pendidik harus mempunyai 4C (critis,
kreatif, critical thinking, colaborasi) karakter dan nasionalisme. Pendidikan menciptakan
ruang bagi peserta didik untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan
dirinya dan orang lain (merdeka batin) dan menjadi mandiri (merdeka lahir). Kekuatan
diri (kodrat) yang dimiliki, menuntun peserta didik menjadi cakap mengatur hidupnya
den

Ruang Kolaborasi

1. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan  dengan nilai-nilai


luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter peserta
didik sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal
sosial budaya di daerah Anda?

Jawab : menurut kelompok kami pemikiran KHD yang bisa dihubungkan dengan
nilai-nilai luhur budaya daerah yaitu

Pendidikan “menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan serta kebahagiaan yang
setinggi-tingginya” (Dewantara, 2011, hal. 20). Pendidikan bagi Ki Hajar Dewantara berarti upaya
untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelektual), dan
jasmani peserta didik (Kumalasari, 2015). Peserta didik hanya dapat berkembang ketika
pendidikan dilakukan tanpa paksaan dan tanpa perintah. Pendidikan dan pengajaran merupakan
laku yang bersifat “kulturil” (Dewantara, 1977, hal. 318). Arti kebudayaan atau kultur
kemanusiaan adalah semua benda buatan manusia, baik benda batin maupun benda lahir, yang
muncul karena kematangan budi manusia tersebut. Kematangan budi tersebut menghasilkan
kehalusan peranan (moril), kecerdasan pikiran, dan kekuatan kehendak. Ketiganya merupakan
“trisakti” manusia. Kultur juga dapat dimaknai bahwa hidup manusia selalu mengalami
kemajuan. Sifat manusia pada zaman sekarang berbeda dengan nenek moyang pada zaman
purbakala (Dewantara, 1977, hal. 319). Berkaitan dengan pemaknaan ini, pekerjaan kultural
adalah semua usaha untuk mempertinggi derajat kemanusiaan. Kebudayaan dalam perguruan
bertujuan untuk memelihara, memajukan hidup, memperbaiki jenis, dan faedah hidup anak-
anak didik (Dewantara, 1977, hal. 322). Sifat pendidikan dan pengajaran yang kulturil
mengusahakan bertumbuhnya budi yang sebaik-baiknya, dengan mencerdaskan pikiran,
perasaan, dan kemauan (Dewantara, 1977, hal. 322). Ki Hajar Dewantara memandang bahwa
perguruan saat ini hanya mementingkan pendidikan pikiran, dan kurang memperhatikan
pendidikan perasaan dan kemauan

2. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas
atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang
dapat diterapkan.

Jawab :

Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku peserta didik di kelas atau
sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial buday yaitu Trisakti ( cipta rasa
karsa). Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bagaimana jiwa manusia tersusun atas
tiga kekuatan (trisakti) utama yaitu cipta (pikiran), rasa (hati) dan karsa
(kemauan). Konsep mengenai tiga kekuatan jiwa manusia telah ada dalam
pemahaman masyarakat Indonesia sebelum ilmu pengetahuan modern
membahas jiwa.

Cipta atau kekuatan untuk berpikir adalah suatu bagian di dalam jiwa manusia
dalam mengenali, memahami, mengingat dan menyimpulkan berbagai obyek
dan fenomena di sekitarnya. Dengan pikiran manusia dapat menemukan
kebenaran dan membedakannya dari sesuatu yang salah. Pikiran juga dapat
menghasilkan ide-ide baru yang sangat penting bagi perkembangan kualitas
hidup manusia.

Kekuatan jiwa kedua adalah rasa, yaitu segala gerak dan perubahan hati
sehingga manusia dapat merasakan senang, sedih, kecewa, malu, bangga,
kasihan, benci, sayang dan lain sebagainya. Perasaan dialami oleh hati, bukan
pikiran. Walaupun demikian keduanya saling berpengaruh. Pikiran dapat
menenangkan atau mengguncang perasaan, sebaliknya perasaan dapat
mempercepat atau mengganggu pikiran kita. Manusia bukan robot atau mesin
berpikir karena ia memiliki hati yang dapat merasakan berbagai nuansa
peristiwa atau kejadian yang dialaminya.
Kekuatan ketiga adalah karsa atau kehendak atau kemauan. Kehendak ini merupakan
dorongan alami dari dalam diri manusia (Ki Hadjar menyebutnya hawa nafsu kodrati).
Perbedaan antara nafsu hewan dengan kehendak pada diri manusia adalah proses yang
dialami oleh dorongan diri sebelum menjadi perbuatan. Pada diri manusia dorongan
yang berasal dari nafsu akan dipertimbangkan oleh akal pikiran serta diperhalus oleh
perasaan sebelum berbuah menjadi perilaku. Sedangkan pada hewan hal tersebut
tidak terjadi.

Selanjutnya Ki Hadjar menjelaskan bahwa kesatuan ketiga kekuatan itulah yang


disebut dengan budi manusia. Kualitas ketiganya menentukan apakah manusia akan
hidup bermanfaat atau merusak. Dengan demikian pendidikan tidak boleh hanya
mengutamakan salah satu kekuatan jiwa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai