Anda di halaman 1dari 7

RUMUSAN MASALAH MINIMAL 3 ini masih ada 2 ,,,tolong tambahkan satu lagi rumusannya

ya dan tambahkan juga isi materinya. Tandai warna bagian yang kamu ketik, terima kasih

Bagian amel,

Bagian andayu

Bagian satrio yusuf

1. Apa yang dimaksud manusia indonesia seutuhnya?


ARTI MANUSIA INDONESIA SEUTUHNYA
Manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Undang Undang SISDIKNAS Tahun 2003).

Driyarkara (2006: 269) berpendapat bahwa manusia adalah persona yang memiliki
kepribadian sebagai identitas diri yang membedakannya dari mahluk lain. Manusia
memiliki dirinya sendiri atau bersemayam di dalam dirinya sendiri. Bagi manusia
pendidikan seharusnya merupakan sebuah proses penemuan dan pengembangan
personanya.

Manusia utuh berarti wujud manusia yang tidak parsial , tidak fragmental (terpecah),
terlebih split personality (memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda-beda, dan
secara bergantian mengambil alih kesadaran individu yang mengalaminya). Utuh
maksudnya lengkap, meliputi seluruh perihal yang terdapat pada diri manusia. bagi
menuntut terpenuhinya kebutuhan jasmani, rohani, ide, raga serta psikisnya.

Di Indonesia dikenal pengertian manusia seutuhnya. Menurut pedoman dan penghayatan


pancasila, setiap manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup, dan
menjaga kehidupan yang lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri
manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara memberikan pedoman
bahwa kebahagiaan hidup manusia itu akan tercapai apabila kehidupan manusia itu
diselaraskan dan diseimbangkan, baik hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan
manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan
manusia dengan bangsa, dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam
mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah. Kekuatan manusia pada dasarnya
tidak terletak pada kemampuan fisiknya atau kemampuan jiwanya semata-mata,
melainkan juga terletak pada kemampuannya untuk bekerjasama dengan manusia
lainnya. Dengan manusia lainnya dalam masyarakat itulah manusia menciptakan
kebudayaan, yang pada akhirnya membedakan manusia dari segenap mahluk hidup yang
lain, dan mengantarkan umat manusia ke tingkat mutu, martabat dan harkatnya
sebagaimana manusia yang hidup pada zaman sekarang dan zaman yang akan datang.

2. Bagaimana mengembangkan manusia agar menjadi manusia seutuhnya?


Mengembangkan manusia agar menjadi manusia seutuhnya (Rahma, 2017) dapat melalui
pendidikan yang dilandasi dengan pendidikan umum, agama dan sains, dapat
mengembangkan respon yang kreatif dan inovatif. (Ahmad, Harahap, Nasution, Program,
& Islam: 2018), (Maksudin. 2013: 137).
Memanusiakan manusia yang memiliki kecerdasan emosional dan spritual dan intelektual
diiringi dengan keterampilan dalam dirinya, skill sangat dibutuhkan dalam membentuk
agar manusia tersebut utuh. Keutuhan tersebut dapat terbentuk melalui pendidikan
formal, informal dan non formal. (Azami, 2014), (Syukri Fathudin. 2008: 2).

Pendidikan Manusia Seutuhnya


Pendidikan adalah usaha, tindakan dan proses humanisasi manusia sejak lahir
dengan mewujudkan berbagai potensinya sehingga mampu menjadi dewasa secara rohani
jasmani, fisik dan psikis. Dalam Pasal 1 Undang Undang (UU)  Nomor 20  Tahun  2003 
Tentang  Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan pendidikan sebagai “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”. Pendidikan pada hakikatnya
bertujuan untuk memanusiakan manusia atau untuk membantu seseorang menemukan jati
dirinya sebagai manusia.

Carl R. Rogers (1980) sebagai psikolog humanistik pernah mengemukakan ide tentang
pendidikan manusia seutuhnya (whole person learning) pada tahun 1980. Dalam
karyanya “Freedom to learn and Freedom to learn for the 80’s” dia menekankan
pentingnya pendidikan yang lebih manusiawi dan lebih personal. Menurutnya pendidikan
personal mengandaikan adanya proses aktualisasi diri seseorang. Setiap orang memiliki
kemampuan belajar secara alamiah. Karena itu guru berperan untuk menciptakan iklim
belajar yang kondusif, memperjelas tujuan belajar siswa, mendorong siswa, menyediakan
berbagai sumber dan menanggapi pertanyaan dan masalah siswa. Rogers mengutamakan
pendidikan tanpa tekanan dan mengutamakan inisiatif pribadi dan kesediaan untuk
berubah.

Dengan demikian pendidikan berfungsi untuk membuat perubahan dalam diri manusia
sendiri (eksistensial) dan perubahan di dalam masyarakat dan budayanya. Pendidikan
manusia seutuhnya berkomitmen untuk mengembangkan keseluruhan diri seseorang yang
mencakupi aspek intelektual, spiritual, etika moral, fisik dan sebagainya.

Pendidikan membantu seseorang mengembangkan dirinya menjadi orang yang beriman,


berkarakter, bermoral dan memiliki keterampilan sesuai tuntutan pasar kerja (Undang
Undang SISDIKNAS Tahun 2003). Karena itu pendidikan yang benar menuntut adanya
proses pendidikan nilai, pendidikan karakter dan pendidikan kompetensi. Pendidikan
nilai meliputi tindakan mendidik yang berlangsung mulai dengan penyadaran nilai
sampai pada perwujudan prilaku yang bernilai (UNESCO, 1994). Pendidikan karakter
mencakupi tiga unsur penting, yaitu mengetahui kebaikan (kowing the good), mencintai
kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good) (Lickonia, 1992:
12-22). Selanjutnya pendidikan kompetensi mengacu dan mengarahkan peserta didik
untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan
masyarakat (Depdiknas, 2003: 8).
Pendidikan manusia seutuhnya tidak sekadar sebuah proses transfer of knowledge tetapi
terutama merupakan proses pembentukan kesadaran diri seseorang. Pendidikan tersebut
menumbuhkan kesadaran manusia untuk mengenal, mengerti dan memahami realitas
kehidupan yang ada di sekitarnya. Menurut Paulo Freire (2007: xvii), ada tiga jenis
kesadaran yang harus dibangun dan dibentuk dalam pendidikan. Pertama, kesadaran
magis (magic consciousness) yaitu kesadaran yang tidak mampu melihat dan
menganalisis keterkaitan faktor yang satu dengan faktor yang lain.
Kedua, kesadaran naif (naival consciousness) yaitu kesadaran yang tidak mampu
mempertanyakan sistem dan struktur yang ada tetapi sebaliknya menganalisis persoalan
masyarakat berdasarkan kelemahan masyarakat sendiri. Ketiga, kesadaran kritis (critical
conscioussness) yaitu kesadaran yang mampu mengkritisi sistem dan struktur (yang tidak
adil) serta tidak mengkambinghitamkan korban (blame the victims).

Pendidikan manusia seutuhnya sejalan dengan tuntutan revolusi industri 4.0, selain
mengembangkan literasi digital dan literasi data, sebaiknya mengembangkan dan
menumbuhkan keterampilan kognitif (cognitive skill), keterampilan interpersonal
(interpersonal skill), dan keterampilan intrapersonal (intrapersonal skill). Keterampilan
kognitif mencakupi kemampuan untuk memecahkan masalah, mengembangkan
kreativitas, dan berpikir kritis. Keterampilan interpersonal terdiri dari keterampilan
berkomunikasi, bekerja sama dalam tim, dan kepemimpinan. Selanjutnya keterampilan
intrapersonal adalah kemampuan untuk beradaptasi, mengambil inisiatif, disiplin, etis,dan
tekun. Dengan ketiga keterampilan tersebut, diharapkan peserta didik mampu
menemukan dan menggambarkan identitas dirinya, arah hidupnya, dan filosofi hidupnya
sendiri. Dalam konteks kemajuan teknologi digital, manusia tetap menjadi tuan dan
bukan hamba teknologi.
3. Apa saja dimensi-dimensi dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya?
Manusia adalah mahluk yang serba terhubung,dengan masyarakat,lingkunganya, dirinya
sendiri, dan tuhan.beerling mengemukakan sinyalemen heinemann bahwa pada abad ke-
20 manusia mengalami krisis total.disebut demikian karena yang dilanda krisis bukan
hanya segi-segi tertenu dari kehidupan seperti krisis ekonomi,krisis energi,dan
sebagainya,melaikan yang krisis adalah manusia sendiri.dalam krisis total manusia
mengalami krisis hubungan dengan masyrakat,dengan lingkunganya,dengan dirinya
sendiri,dan dengan tuhannya.tidak ada hubungan pengenalan,pemahaman dan kemesraan
dengan sesama manusia.ini lah yang melanda manusia sehingga manusia semakin jauh
dari kebahagian.
Dalam hubugan ini,pendidikan mempunyai peranan penting sebagai wahana untuk
mengantar peserta didik untuk mencapai kebahagiaan.yaitu dengan jalan membantu
mereka meningkatakan kualitas hubungannya dengan dirinya,lingkunganya,dan
tuhannya.untuk menciptakan rasa kebersamaan dengan individu lain nya,rasa
menghormati,serta menjalin hubungan yang baik,maka diperlukan dimensi-dimensi
didalam kehidupan sehari-hari agar terciptanya manusia yang sempurna dan berahklah
yang baik.dimensi-dimensi tersebut itu ialah.
 Dimensi Individual
Dua orang kembar Mereka berbeda jalan, Dan berbeda cinta, Satu cinta sepak bola, Satu
cinta basket.
Jadi Manusia adalah mahluk monodualis ciptaan Tuhan yang dikaruniai status sebagai
Khalifah Allah diatas bumi.Bayi dianugerahi keadaan jasmani yang lemah tetapi
memiliki potensi-potensi jasmaniah berupa konstruksi tubuh lengkap serta rokhaniah
berupa daya cipta,rasa,karsa,intuisi,bakat.Faktor-faktor potensi bawaan inilah yang
membedakan manusia yang satu dengan yang lainya yang bersifat unik yang dapat
berkembang dengan adanya pengaruh lingkungan. Sehingga seorang individu akan
menemukan rasa kepribadiannya.
dimensi individual adalah keperibadian seseorang yang merupakan suatu keutuhan yang
tidak dapat dibagi-bagi (indevide). Seorang pakar pendidikan M.J.Lavengeld mengatakan
bahwa setiap orang memiliki individualitas,maksudnya dua anak kembar yang berasal
dari satu telur yang lazim dikatakan seperti pinang dibelah dua dan sulit dibedakan satu
dan yang lain hanya serupa tetapi tidak sama apalagi identik. hal ini berlaku pada sifat-
sfat fisiknya maupun hidup kejiwaannya (kerohaniannya).
Setiap individu bersifat unik (tidak ada tara dan bandingannya) dengan adanya
individualitas itu setiap orang memiliki kehendak,perasaan,cita-cita, kecenderungan,
semangat,dan daya tahan yang berbeda.contoh sederhananya saja dua oarang murit
sekelas yang mempunyai nama yang sama tidak pernah bersedia untuk di samakan satu
sama lain,arti katanya masing-masing ingin mempertahankan ciri-ciri khasnya
sendiri,gambaran tersebut telah dikekemukakan oleh fancis galton seorang ahli biologi
dan matematika inggris,dari hasil penelitiannya banyak pasangan kembar satu telur
ternyata ternyata tidak sepasang pun yang identik atau sama sifat dan kepribadiannya.
 Dimensi kesosilaan
dimensi kesosialan pada diri manusia tampak lebih jelas pada dorongan untuk
bergaul,dengan adanya dorongan untuk bergaul,setiap orang ingin bertemu sesamanya.
Manusia dilahirkan sebagai suku bangsa tertentu dengan adat kebudayaan tertentu pula.
Sebagai anggota suatu masyarakat, seseorang berkewajiban untuk berperan dan
menyesuaikan diri serta bekerja sama dengan masyarakat.masih banyak contoh-contoh
lain yang menunjukan betapa dorongan sosialitas tersebut demikian kuat tanpa orang
menyadari sebenarnya ada alasan yang cukup kuat.seorang filosof Immanuel Kant
menyatakan manusia hanya menjadi manusia jika berada diantara manusia,maksudnya
tidak ada seorang manusia pun yang dapat hidup seorang diri tanpa membutuhkan orang
lain.
Seorang dapat mengembangkan kegemarannya, sikapnya,cita-citanya didalam interaksi
dengan sesamanya.seseorang berkesempatan untuk belajar dari orang
lain,mengidentipikasi sifat-sifat yang dikagumi dari orang lain untuk di milikinya,serta
menolak sifat-sifat yang tidak dicocokinya.hanya didalam berintraksi dengan
sesamanya,dalam saling menerima dan memberi,seseorang menyadari dan menghayati
Kemanusiaannya.banyak bukti bahwa anak manusia tidak akan menjadi manusia bila
tidak ada berada diantara manusia.
 Dimensi kesusilaan
Susiala berasal dari kata su dan sila yang artinya kepantasan lebih tinggi.akan tetapi
dalm kehidupan bermasyarakat orang tidak cukup hanya berbuat yang pantas jika
didalamyang pantas atau sopan itu misalnya terkandung kejahatan terselubung. dimensi
kesusilaan disebut juga keputusan yang lebih tinggi.kesusilaan diartikan mencakup etika
dan etiket.etika adalah (persoalan kebaikan ) sedangkan etiket adalah (persoalan
kepantasan dan kesopanan ). pada hakikatnya manusia memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan susila,serta melaksanakannya.sehingga dikatakan manusia itu
makhluk susila.persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan nilai-nilai
kehidupan.Susila berkembang sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang
lebih sempurna.
Manusia dengan kemampuan akalnya memungkinkan untuk menentukan sesuatu
manakah yang baik dan manakah yang buruk, manakah yang pantas dan manakah yang
tidak pantas.Dengan pertimbangan nilai-nilai budaya yang dijunjungnya memungkinkan
manusia untuk berbuat dan bertindak secara susila.Drijarkara mengartikan manusia susila
sebagai manusia yang memiliki nilai-nilai,menghayati,dan melaksanakan nilai tersebut
dalam perbuatan.Nilai-nilai merupakan sesuatu yang dijunjung tinggi oleh manusia
karena mengandung makna kebaikan,keluhuran,kemulian dan sebagainya,sehingga dapat
diyakini dan dijadikan pedoman dalam hidup.Pendidikan kesusilaan berarti menanamkan
kesadaran dan kesediaan melakukan kewajiban disamping hak pada peserta didik.
 Dimensi keberagamaan
pada hakikatnya manusia adalah makhluk religius.beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang,agama menjadi sandaran vertikal manusia. dan Manusia adalah mahluk religius
yang dianugerahi ajaran-ajaran yg dipercayainya yang didapatkan melalui bimbingan
nabi demi kesehatan dan keselamatannya.Manusia sebagai mahluk beragama mempunyai
kemampuan menghayati pengalaman diri dan dunianya menurut agama masing-masing.
Pemahaman agama diperoleh melalui pelajaran agama, sembahyang, doa-doa maupun
meditasi,komitmenaktif&praktekritual.

Jauh dekatnya hubungan ditandai dengan tinggi rendahnya keimanan dan ketaqwaan
manusia yang bersangkutan.Di dalam masyarakat Pancasila, meskipun agama dan
kepercayaan yang dianutnya berbeda-beda, diupayakan terciptanya kehidupan beragama
yang mencerminkan adanya saling pengertian, menghargai, kedamaian, ketentraman, &
persahabatan.

Anda mungkin juga menyukai