Anda di halaman 1dari 2

EPIDEMIOLOGI USUS BUNTU

Apendisitis adalah salah satu keadaan darurat bedah yang paling sering terjadi di dunia
dengan prevalensi apendisitis secara global berjumlah 52 kasus per 100.000 penduduk.1 Di Eropa
dan Amerika kejadian apendisitis sekitar 100 per 100.000 orang per tahun atau sekitar 11 kasus per
10.000 orang setiap tahun. Secara keseluruhan, 70% pasien berusia kurang dari 30 tahun dan lebih
banyak pria daripada wanita, dengan rasio 1,4:1.2 Resiko kejadian apendisitis di Amerika tercatat
sebesar 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita.9 Memasuki abad ke 21 angka kejadian apendisitis
pada newly industrialized countries di Asia mengalami peningkatan, dengan prevalensi paling tinggi
terjadi di korea selatan berjumlah 206 kasus per 100.000 penduduk.3 Pada wilayah regional Asia
Tenggara kejadian apendisitis ditemukan hampir di seluruh negara di Asia Tenggara. Indonesia
dengan prevalensi 0,05% menempati urutan pertama, disusul oleh Filipina (0,022%) dan Vietnam
(0,02).1 Angka morbiditas apendisitis diketahui 10%, dan angka mortalitas apendisitis ialah 1-5%. Hal
ini diduga erat kaitannya dengan keterlambatan diagnosis dan penatalaksanaan kasus apendisitis.

Survey yang dilakukan pada 12 provinsi di Indonesia tahun 2008 menunjukan jumlah
apendisitis akut yang dirawat dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat
dibanding tahun sebelumnya, yaitu 1.236 kasus.4 Berdasarkan data di RSUD Serang tahun 2013
terdapat 18.167 pasien di Instalasi Gawat Darurat, dengan kasus kegawatan bedah abdomen
sebanyak 429 kasus, dimana 244 kasusnya adalah apendisitis akut.18 Apendisitis dapat terjadi pada
semua usia. Menurut buku ajar ilmu bedah, insidensi tertinggi apendisitis terjadi pada kelompok usia
20-30 tahun.6 Hasil penelitian Ifitna Amalia di RSU Tangerang Selatan melaporkan bahwa kejadian
apendisitis akut terbanyak terjadi pada kelompok usia 17-25 tahun, dan terendah pada kelompok
usia 0-5 tahun dan >65 tahun.7 Pada pasien anak, kasus apendisitis baru diketahui setelah terjadi
perforasi. Hal ini disebabkan oleh dinding apendiks yang belum sempurna dimana lumen apendiks
masih tipis, omentum belum berkembang,dan daya tahan tubuh yang belum sempurna dapat
membuat proses perforasi berlangsung cepat. Selain itu, anak biasanya kurang mampu untuk
menggambarkan rasa nyeri yang muncul sehingga diagnosis menjadi terlambat.

PREVALENSI DI DUNIA

Terdapat 259 juta kasus Apendisitis pada laki-laki di seluruh Dunia yang tidak terdiagnosis,
sedangkan pada perempuan terdapat 160 juta kasus Apendisitis yang tidak terdiagnosis. 7% populasi
di Amerika Serikat menderita Apendisitis dengan Prevalensi 1,1 kasus tiap 1.000 orang pertahun.
Angka kejadian Apendisitis Akut mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000 dari tahun
1993 sampai 2008. Kejadian Apendisitis akut di negara berkembang tercatat lebih rendah
dibandingkan dengan negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia menempati urutan pertama sebagai
angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar
0.022% dan Vietnam sebesar 0.02% (Wijaya, et al, 2020). Kejadian apendisitis akut di negara
berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Di Asia Tenggara, Indonesia
menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan prevalensi
0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%. Kejadian apendisitis akut di
negara berkembang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan negara maju. Di Asia Tenggara,
Indonesia menempati urutan pertama sebagai angka kejadian Apendisitis akut tertinggi dengan
prevalensi 0.05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0.022% dan Vietnam sebesar 0.02%
PREVALENSI DI INDONESIA

Prevalensi Apendisitis Akut di Indonesia berkisar 24,9 kasus per 10.000 populasi. apendisitis
ini bisa menimpa pada laki-laki maupun perempuan dengan risiko menderita apendisitis
selama hidupnya mencapai 7-8%. Prevalensi tertinggi terjadi pada usia 20-30 tahun.
apendisitis perforasi memiliki prevalensi antara 20-30% dan meningkat 32-72% pada usia
>60 tahun dari semua kasus Apendisitis. Patogenesis Apendisitis Akut melibatkan
peradangan awal dinding apendiks yang mengarah ke Iskemia Lokal, Nekrosis, dan berisiko
Perforasi. Kejadian Apendisitis Perforasi bervariasi dari 16-40%, dengan frekuensi lebih tinggi
terjadi pada kelompok usia yang lebih muda (40-57%) dan pada pasien usia >50 tahun (55-
70%). Apendisitis Perforasi dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sepertiga dari kasus
Apendisitis yang dirujuk ke Rumah Sakit adalah Apendisitis Perforasi. Tingkat kematian pada
anak-anak berkisar antara 0,1% hingga 1%.Berdasarkan data pre-survey di RSUD DR. H.
Abdul Moeloek tahun 2019-2021 terdapat 122 kasus penderita apendisitis. Pada tahun 2019
terdapat 88 kasus yang mengalami apendisitis. Pada tahun 2020 terdapat 16 kasus yang
mengalami apendisitis, dan pada tahun 2021 di terdapat 18 kasus yang mengalami
apendisitis.

Daftar Pustaka

Erianto, M. et al. (2020) ‘Perforasi pada Penderita Apendisitis Di RSUD DR.H.Abdul Moeloek
Lampung’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), pp. 490–496. doi: 10.35816/jiskh.v11i1.335.

Anda mungkin juga menyukai