Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

DI PUSKESMAS NELAYAN

Pelaksanaan kegiatan ini dibuat sebagai laporan hasil kegiatan praktek belajar
lapangan pada Blok 7.2 sebagai salah satu komponen penilaian akhir blok

Puskesmas Nelayan

Kelompok 1 :

1. Alfi meitasari 117170007


2. Annisa Bening Salsabila 117170010
3. Agus Egar Permana 118170001
4. Alfira maharani 118170009
5. Ghinannisa Juddatu Dalily 118170073
6. Melati Nurfazira Shinta 118170107
7. Muhammad Fasya Ash-Shidqi 118170117
8. M Maulana Afif A 118170119

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
CIREBON
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN


DI PUSKESMAS NELAYAN

Diajukan sebagai Tugas Akhir Kegiatan Praktek Belajar Lapangan Daring


Di Puskesmas Nelayan

Disusun oleh :
Kelompok
1. Alfi meitasari 117170007
2. Annisa Bening Salsabila 117170010
3. Agus Egar Permana 118170001
4. Alfira maharani 118170009
5. Ghinannisa Juddatu Dalily 118170073
6. Melati Nurfazira Shinta 118170107
7. Muhammad Fasya Ash-Shidqi 118170117
8. M Maulana Afif A 118170119

Telah disetujui

Cirebon, Desember 2021

Kepala UPT Puskesmas Nelayan Pembimbing

(Mochamad Taufik, dr. ) (Fatmawati, dr.)

i
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-Nya
sehingga Laporan Kegiatan Pembelajaran dalam Rangka melakukan Promosi
Kesehatan terhadap Penyakit Hipertensi di Puskesmas Nelayan selesai disusun.
Laporan Kegiatan Pembelajaran di Puskesmas Nelayan ini disusun dalam rangka
penyelesaian tugas akhir dalam Blok HPK 7.2 (Implementasi Kedokteran
Keluarga dan Kesehatan Komunitas).
Puskesmas sebagai ujung terdepan dalam memberikan pelayanan
masyarakat harus mampu untuk melakukan berbagai kegiatan dan evaluasi
program sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap tuntutan Standar Pelayanan
Minimal (SPM). Program kerja puskesmas akan berhasil jika terdapat komitmen
dan komponen penting lainnya saling mendukung.
Penyusunan laporan ini menjelaskan secara umum terhadap pembelajaran
khususnya dalam melakukan Promosi Kesehatan (PROMKES) terhadap salah satu
penyakit dari 10 besar penyakit yang menjadi permasalahan kesehatan di
Puskesmas Nelayan. Adapun topik penyakit yang diambilnya adalah Hipertensi.
Kami menyadari penyusunan Laporan Kegiatan Pembelajaran dalam Rangka
Promosi Kesehatan terhadap Penyakit Hipertensi di Puskesmas Nelayan masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena ini kami menerima saran dan kritik sebagai
masukan yang positif. Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan nikmat
sehat kepada kita semua.

Cirebon, Desember 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Tujuan ..................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4
2.1 Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
2.1.1 Definisi dan Etiologi................................................................. 4
2.1.2 Faktor Risiko............................................................................. 6
2.1.3 Diagnosis................................................................................... 7
2.1.4 Terapi ....................................................................................... 8
2.1.5 Hasil Kunjungan ....................................................................... 10
2.1.6 Conceptual Framework............................................................. 14
2.1.7 Diagnosis Holistik..................................................................... 17
2.2 Rumusan Diagnosis Keluarga .............................................................. 18
2.2.1 Genogram ................................................................................. 18
2.2.2 Bentuk Keluarga ....................................................................... 19
2.2.3 Siklus Keluarga ........................................................................ 19
2.2.4 Family Maping ......................................................................... 20
2.2.5 Disfungsi Keluarga ................................................................... 20
2.2.6 Faktor Risiko Internal .............................................................. 24
2.2.7 Faktor Risiko Eksternal ............................................................ 24
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................25
3.1 Planning................................................................................................ 25
3.2 Intervensi .............................................................................................. 26
3.3 Follow-Up ............................................................................................ 27

iii
BAB IV KESIMPULAN & SARAN............................................................. 29
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 29
4.2 Saran .................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 30

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi merupakan salah satu penyebab terbesar morbiditas di
dunia, sering disebut sebagai pembunuh diam-diam.1 Data World Health
Organization (WHO) 2015 menunjuka bahwa prevalensi hipertensi di dunia
mencapai sekitar 1,13 miliar individu, artinya 1 dari 3 orahng di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi diperkirakan akan terus
meningkat mencapai 1,5 miliar individu pada tahun 2025, dengan kematian
mencapai 9,4 juta individu.2 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
menghasilkan prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 28 tahun di Indonesia
mencapai 25,8% , yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau memiliki
riwayat minum obat hanya 9,5% menunjukan bahwa sebagian besar kasus
hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis dan terjangkau oleh tim pelayan
kesehatan.3

Hipertensi didefinisikan sebagai kondisi tekanan darah sistolik ≥ 130


mmHg atau diastolik ≥ 80 mmHg.4 Sekitar 80-95% merupakan Hipertensi esensial
yang berarti tidak ada penyebab spesifik.1 Kondisi ini umumnya jarang
menimbulkan gejala dan sering tidak disadari, sehingga dapat menimbulkan
morbiditas lain seperti gagal jantung kongestif, hipertrofi ventrikel kiri, stroke,
gagal ginjal stadium akhir, atau bahkan kematian.1

Perkembangan terbaru serta implementasi diagnosis dan tatalaksana


hipertensi esensial terbaru menjadi salah satu elemen pentinguntuk tercapainya
kualitas kesehatan serta perawatan medis sesuai standar.2

Evaluasi jenis hipertensi dibutuhkan untuk mengetahui penyebab.


Peningkatan tekanan darah yang berasosiasi dengan peningkatan berat badan,
faktor gaya hidup (perubahan pekerjaan menyebabkan penderita bepergian dan
makan di luar rumah), penurunan frekuensi atau intensitas aktivitas fisik, atau usia

1
tua pada pasien dengan riwayat keluarga dengan hipertensi kemungkinan besar
mengarah ke hipertensi esensial. Labilitas tekanan darah, mendengkur,
prostatisme, kram otot, kelemahan, penurunan berat badan, palpitasi, intoleransi
panas, edema, gangguan berkemih, riwayat perbaikan koarktasio, obesitas sentral,
wajah membulat, mudah memar, penggunaan obat-obatan atau zat terlarang, dan
tidak adanya riwayat. hipertensi pada keluarga mengarah pada hipertensi
sekunder.4

Pada umumnya, penderita hipertensi esensial tidak memiliki keluhan.


Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Nyeri
kepala umumnya pada hipertensi berat, dengan ciri khas nyeri regio oksipital
terutama pada pagi hari.2

Diagnosis hipertensi dan tatalaksana yang tepat membutuhkan metode


pengukuran tekanan darah yang akurat. Pengukuran tekanan darah menggunakan
merkuri telah ditinggalkan terutama karena masalah toksisitas merkuri, digantikan
dengan alat oscillometer, yang menggunakan sensor untuk mendeteksi pulsasi saat
inflasi dan deflasi cuff.

Pada tahap persiapan, pasien harus santai, duduk di kursi selama > 5
menit. Pasien juga harus menghindari kafein, olahraga, dan merokok paling tidak
30 menit sebelum pengukuran. Pasien harus mengosongkan kandung kemih.
Pasien ataupun pemeriksa tidak boleh berbicara saat persiapan dan pengukuran.
Pengukuran saat pasien berbaring atau duduk pada meja pemeriksaan tidak
memenuhi kriteria

Pengukuran tekanan darah harus dengan alat yang telah dikalibrasi


periodik. Lengan pasien diletakkan pada meja, posisi cuff pada lengan pasien
setinggi atrium kanan (pertengahan sternum). Ukuran cuff harus sesuai. Pada
pengukuran pertama, tekanan darah diukur di kedua lengan, pengukuran
berikutnya menggunakan lengan dengan tekanan darah tertinggi. Pengukuran
diulang dengan jeda 1-2 menit. Palpasi dilakukan pada a. radialis untuk

2
menentukan sistolik saat pulsasi hilang, kemudian cuff dikembangkan lagi
sebanyak 20-30 mmHg. Penurunan cuff dilakukan dengan kecepatan 2 mmHg per
detik, sambil mendengarkan bunyi Korotkoff. Gunakan ratarata ≥ 2 kali
pengukuran tekanan darah pada College of Cardiology (ACC)/American Heart
Association (AHA) tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan menjadi normal,
meningkat (elevated), hipertensi stadium 1 dan 2. Klasifikasi hipertensi stadium 1
diubah dari sebelumnya karena data risiko penyakit jantung dengan
sistole/diastole, modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah, dan
studi acak terkontrol mengenai pengobatan antihipertensi. Risiko penyakit jantung
meningkat progresif pada tekanan darah 130-139/85-89 mmHg dibandingkan
dengan < 120/80 mmHg.4

Pada dasarnya beberapa penyakit tidak dapat di sembuhkan secara total,


namun dapat di kontrol selama hidupnya dan salah satu contohnya adalah
penyakit Hipertensi. Kepatuhan dalam perwatan penyakit ini selama hidupnya
dapat di tunjang dengan baik apabila di dukung oleh keluarga dimana
keberhasilan keperawatan di rumah sakit akan menjadi sia-sia jika tidak
dilanjutkan oleh keluarga. Selaras dengan hal itu, ilmu Kedokteran Keluarga juga
mempelajari dinamika kehidupan keluarga dalam lingkungannya, pengaruh
penyakit dan keturunan terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga
terhadap timbul dan berkembangnya penyakit serta permasalahan kesehatan
keluarga, memperbaiki kehidupan individu dan keluarga yang memiliki
permasalahan medis. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis pasien
Hipertensi yang berada di bawah binaan Puskesmas Nelayan Kota Cirebon
menggunakan aspek Kedokteran Keluarga agar pasien dapat mencapai
keberhasilan dalam perawatan penyakit Hipertensi yang di deritanya.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui formulasi masalah klinis, etiologi, diagnosis, prognosis dan terapi
mengenai penyakit hipertensi.

3
2. Menganalisis masalah dan tingkat keterlibatan keluarga pada penatalaksanaan
dokter pada penyakit hipertensi.
3. Mengetahui rumusan diagnosis keluarga pada penyakit hipertensi.
4. Membuat usulan penyelesaian masalah klinis penyakit hipertensi pasien yang
berorientasi keluarga dan komunitas.

4
BAB II
RUMUSAN MASALAH

2.1 Identifikasi Masalah

1.3 Definisi dan etiologi


Hipertensi adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas di Indonesia, sehingga tatalaksana penyakit ini merupakan
intervensi yang sangat umum dilakukan diberbagai tingkat fasilitas
kesehatan. Hampir semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam
walaupun luar negeri, menyatakan bahwa seseorang akan dikatakan
hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang.
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang
merupakan salah satu dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur
dari A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension 2013).

Gambar 1. Klasifikasi Hipertensi.


Berdasarkan etiologinya, hipertensi terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi primer (esensial) Hipertensi primer adalah hipertensi
esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak diketahui penyebabnya.
Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya
hipertensi esensial diantaranya :
a) Genetik

5
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih
tinggi mendapatkan penyakit hipertensi.

b) Jenis kelamin dan usia


Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause
berisiko tinggi mengalami penyakit hipertensi.
c) Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan
kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan dengan
berkembangnya penyakit hipertensi.
d) Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering
dikaitkan dengan berkembangnya hipertensi.
e) Gaya hidup merokok dan konsumsi alcohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang
terkandung dalam keduanya.6
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa
penyakit, yaitu :
a) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas
area kontriksi.
b) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau

6
lebiharteri besar. Penyakit parenkim ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
c) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi
secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat
menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini,
tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
d) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder.
Adrenalmediate hypertension disebabkan kelebihan primer
aldosteron, kortisol, dan katekolamin.6

1.4 Faktor risiko


Terdapat dua Faktor Risiko Hipertensi yaitu, 
1. Faktor Risiko yang tidak dapat diubah
Faktor Risiko yang melekat pada penderita Hipertensi dan tidak
dapat diubah,antara lain :
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Genetik
2. Faktor Risiko yang dapat diubah
Faktor Risiko yang diakibatkan perilaku tidak sehat dari penderita
hipertensi antara lain :
a. Merokok
b. Diet rendah serat
c. Dislipidemia
d. Konsumsi garam berlebih
e. Kurang aktivitas fisik
f. Stres

7
g. Berat badan berlebih/ kegemukan
h. Konsumsi alcohol.7

1.5 Diagnosis
Algoritma penegakan diagnosis hipertensi menurut Canadia
Recommendation fot The Management of Hypertension:6

Gambar 2. Algoritma Diagnosis Hipertensi


Keterangan :
1. HBPM : Home Blood Pressure Monitoring
2. ABPM : Ambulatory Blood Pressure Monitoring

8
Hipertensi dibedakan menjadi beberapa kelas yang ditandai dari nilai
tekanan sistolik dan diastolik pasien. Klasifikasi dibedakan menurut JNC
VIII adalah sebagai berikut :

Gambar 3. Klasifikasi Hipertensi berdasarkan JNC VIII

1.6 Terapi
Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah dan
menurunkan probabilitas kesakitan, komplikasi, dan kematian. Langkah
ini dapat dikelompokkan menjadi modifikasi gaya hidup dan terapi
medikamentosa.
1. Modifikasi gaya hidup
a. Penurunan berat badan;
b. Diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH). DASH
mencakup konsumis buah-buahan , sayur-sayuran serta produk
susu rendah lemak jenuh/lemak total;
c. Penurunan asupan garam, disarankan konsumsi garam < 6
g/hari;
d. Aktivitas fisik. Target aktivitas fisik yang disarankan minimal
30 menit/hari, dilakukan paling tidak 3 hari dalam seminggu;
e. Pembatasan konsumsi alkohol.6
2. Medikamentosa

9
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai
bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak mengalami
penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup
sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa
prinsip dasar terapi farmakologi yang perlu diperhatikan untuk
menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek samping, yaitu :
a. Bila memungkinkan, berikan obat dosis tunggal
b. Berikan obat generic (non-paten) bila sesuai dan dapat
mengurangi biaya
c. Berikan obat pada pasien usia lanjut ( diatas usia 80 tahun )
seperti pada usia 55 – 80 tahun, dengan memperhatikan faktor
komorbid
d. Jangan mengkombinasikan angiotensin converting enzyme
inhibitor (ACE-i) dengan angiotensin II receptor blockers
(ARBs)
e. Berikan edukasi yang menyeluruh kepada pasien mengenai
terapi farmakologi
f. Lakukan pemantauan efek samping obat secara teratur.6
Algoritma tatalaksana hipertensi yang direkomendasikan
berbagai guidelines memiliki persamaan prinsip, dan dibawah ini
adalah algoritme tatalaksana hipertensi secara umum, yang diambil
dari A Statement by the American Society of Hypertension and the
International Society of Hypertension2013;

10
Gambar 4. Algoritma tatalaksana Hipertensi

1.7 Hasil kunjungan


A. Identitas
Nama Ibu : Ny. Heny Rosalina
Tanggal Lahir : 28 – 11 – 1975
Usia : 46 tahun
Jenis kelamin : Perempuan

11
Alamat : Jl. Kapten Samadikun, Gg. Melati VII RT
03 RW 01, Kelurahan Kebon Baru
Pendidikan Terakhir : SMK
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga dan Pembuat Risoles
Tanggal Pemeriksaan : 23 – 12 – 2021
Tanggal Home Visit : 23 – 12 – 2021

B. Anamnesis
 Keluhan Utama
1. Sering merasa kebas di kaki jika berjalan jauh
2. Leher kaku
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien sering merasa kebas di kedua kakinya jika berjalan
sejauh 10 meter sejak lahir anak ke-3, 11 tahun yang lalu, kebas
menajalar dari telapak hingga ke pinggang, kebas di rasakan hilang
timbul dan timbul hanya saat berjalan sejauh 10 meter tanpa henti,
kebas dirasakan membaik apabila beristirahat terlebih dahulu
selama 5 menit, selain kebas pasien juga merasakan tengkuk
lehernya sering kaku yang hilang timbul sejak 11 tahun yang lalu
juga, saat minum obat dan beristirahat pasien merasa tengkuk
lehernya lebih ringan, memberat apabila tidak minum obat dan
tidak istirahat setelah membuat risoles, pasien rutin minum obat
darah tinggi namun jarang kontrol ke dokter, pasien tidak memiliki
alergi obat, makanan maupun minuman.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat darah tinggi sejak 11 tahun yang lalu
setelah melahirkan anak ke-3, jarang kontrol ke dokter namun rutin
minum obat darah tinggi. Pada saat kehamilan yang ke-3 tekanan

12
darah pasien mencapai 90/60 mmHg, dan bidan menyarankan
untuk memakan jeroan dan kacang-kacangan namun pasien tidak
suka dan hanya memakannya sedikit. Pasien tidak memiliki riwayat
penyakit DM dan kolesterol . (ditanyain anaknya meninggal dulu
karna apa?)
 Riwayat Persalinan
Pasien melahirkan anak ke-3 secara sesar dikarenakan pasien
merupakan resiko tinggi untuk melahirkan secara pervaginam
 Riwayat Penyakit Keluarga
Bapak dan ibu dari ibu pasien menderita hipertensi yang sama,
dan bapak dari ibu pasien meninggal karena stroke dan jatuh dari
atas mobil. Adik dari ibu pasien serta kakak pasien juga menderita
hipertensi yang sama, namun sang kaka meninggal karena pecah
pembuluh darah
 Riwayat Pribadi dan Sosial
Pasien merupakan ibu rumah tangga sekaligus pembuat risoles,
pasien tidur sekitar jam 10.00 PM dan bangun sekitar jam 02. 00
AM untuk mulai membuat risoles, pasien biasanya bangun hanya
makan pisang dan minun the manis hangat untuk mengganjal perut
hingga jam 09.00 AM pasien baru memakan nasi. Pasien terkadang
makan yang asin-asin, namun sering makan goreng-gorengan dan
manis-manis

C. Pemeriksaan
 Kesadaran : Kompopsmentis
 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
 Antropometri
BB : 120,4 kg
TB : 158 cm
 Tanda-Tanda Vital
TD : 201/111 mmHg

13
Suhu : 36,3 ℃
Nadi : 80x/m
RR : 20x/m
SpO2 : 98%

 Pemeriksaan Fisik
Kepala
Normocephal, tidak ada jejas, tidak ada nyeri tekan
Wajah
Mata simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
kornea tidak keruh, dan tidak ada tanda-tanda inflamasi.
Hidung simetris tidak keluar secret.
Bibir tidak sianosis, dan tidak ada angular cheilitis
Telinga simetris dan tidak ada tanda-tanda inflamasi
Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar getah bening maupun tiroid,
JVP 5 – 2 cmH2O
Thorax
Bentuk dan gerakan dada simteris, tidak ada jejas, tidak ada nyeri
tekan, perkusi sonor di kedua lapang paru, suara auskultasi
vesikuler tidak ada suara tambahan.
Jantung
Ictus cordis tidak terlihat, ictus cordis teraba di ICS 5 linea
midclavicularis sinistra, auskultasi S1/S2 reguler, tidak terdapat
suara tambahan.
Abdomen
Contour abdomen cembung, tidak ada tanda-tanda inflamasi, bising
usus 10x/menit, perkusi timpani di seluruh lapang abdomen, tidak
ada nyeri tekan maupun pembesaran hepar atau lien
Ekstremitas
Edema(-), tidak ada nyeri tekan, akral hangat, CRT<2 detik.

14
 Pemeriksaan Penunjang
GDS : 114 mg/dl
Kolesterol total : 261
Asam urat : 4,6

Usulan pemeriksaan:
EKG
Rontgen Thorax AP

D. Diagnosis
 Diagnosis Klinis
Hipertensi urgensi

E. Tatalaksana
1. Terapi
- Anti Hipertensi golongan Calcium-Channel Blocker 
Amlodipine
- Anti Hipertensi golongan diuretic  Furosemide
- Penurun Kolesterol golongan statin  Simvastatin
- Obat Anti Inflamasi Non-Steroid  Asam mefenamat
2. Edukasi
F. Prognosis
1. Ad Vitam (Hidup) : dubia ad bonam
2. Ad functionam (Fungsi) : dubia ad bonam
3. Ad sanationam (Sembuh) : dubia ad bonam

15
1.8 Conseptual Framework

Komunitas
Keluarga/Tempat Kerja
Pasien

Genetik : Terdapat genetik Hipertensi dalam keluarga Stressor :


pasien Dianjurkan oleh suaminya
mengkonsumsi obat-obatan herbal
dibanding obat dokter
Pasien memiliki kebiasaan
buruk sering mengkonsumsi
makanan manis, goreng- Potensi Bahaya
gorengan, bersantan,
terkadang asin
Mengkonsumsi obat anti hipertensi
dan dexamethasone tanpa anjuran
v

dokter

Pasien jarang berolahraga, dan


hanya melakukan aktivitas v Masalah Lingkungan
sedang sehari-harinya
HIPERTEN Lingkungan padat penduduk dan
SI kurang pencahayaan

Masalah Sosio-Ekonomi
Pasien jarang berinteraksi dengan
Harapan :
lingkungan sekitar karena takut
Bisa sering mengontrol membebani pikiran pasien, tidak
penyakitnya ke puskemas terdapat permasalahan ekonomi
sehingga tidak terjadi komplikasi
Kecemasan : Masalah Budaya : -
Mengkhawatirkan kondisi
hipertensi dan konsumsi
Masalah Dalam Keluarga : -
dexamethasone yang tidak
terkontrol

Gambar 2.1 Konsep Bingkai Kerja Diagnosis Keluarga.

16
a. Pasien
 Faktor Genetic :
Terdapat Faktor genetic yaitu Kakek dari keluarga ibu pasien, adik
dari ibu pasien, bapak pasien, saudara kandung Kakak ke-1 dan
adik ke-1 pasien mengalami keluhan dan penyakit yang serupa.
 Personal :
Memiliki kebiasaan yang buruk yang bisa meningkatkan risiko
penyakit pasien yaitu sering makan makanan yg manis-manis,
goreng-gorengan, bersantan, dan terkadang yang asin. Pasien juga
malas untuk kontrol tekanan darahnya karena harus mengantar
anaknya ke sekolah sehari-harinya.
 Gaya Hidup :
Pasien jarang melakukan aktivitas olahraga sehari-hari, pasien
hanya melakukan aktivitas sedang pada aktivitas pekerjaanya.

b. Komunitas (Keluarga/Lingkungan)
 Stressor :
Pasien dianjurkan oleh suaminya untuk mengkonsumsi obat-obatan
herbal saja dan tidak dianjurkan mengkonsumsi obat-obatan yang
sudah di berikan oleh dokter.
 Potensi bencana :
Pasien sering membeli obat hipertensi di apotek dan
mengkomsumsi tanpa anjuran dari dokter. Pasien juga sering
mengkonsumsi dexamethasone tanpa anjuran dari dokter
 Masalah lingkungan :
Lingkungan rumah pasien padat penduduk, dan kurangnya
pencahayaan yang masuk ke dalam rumah pasien. Tidak terdapat
tumpukan sampah maupun barang-barang bekas.

17
 Masalah Sosial-Ekonomi :
Tidak terdapat masalah dari aspek sosial ekonomi pasien. Akses
pasien menuju pelayanan kesehatan sangat baik dan memudahkan
pasien untuk pergi berobat. Pasien mengurangi interaksi dengan
tetangga dan lingkungan sekitar karena takut masalah mereka
menjadi beban pikirannya.
 Budaya :-
 Masalah dalam keluarga :
Tidak ada permasalahan dalam keluarga pasien. Semua anggota
keluarga menjalankan fungsi dan perannya masing-masing dan
tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.

1.9 Diagnosis Holistik


A. Aspek I (Personal)
Pasien composmentis, pasien kooperatif, memiliki kehulan sering
pegal-pegal dan leher kaku, namun pasien masih mampu beraktivitas
tanpa bantuan orang lain, riwayat Hipertensi sudah 11 tahun yang lalu.
B. Aspek II (Klinisi)
Hipertensi tidak terkontrol, kebas jika berjalan 100 meter, leher kaku
C. Aspek III (Risiko Internal)
Pasien memiliki faktor internal yaitu sering makan makanan yg
manis-manis, goreng-gorengan, bersantan, dan yang asin. Pasien juga
jarang memeriksakan kondisi kesahatannya hanya mengkonsumsi
obat-obatan yang di belinya sendiri tanpa anjuran dokte.
D. Aspek IV (Risiko Eksternal)
1) Jarak rumah pasien sekitar 250m dari rumah pasien ke puskesmas
2) Tidak terdapat kesulitan untuk menjangkau pelayanan pada pasien

18
3) Pasien sering mendapatkan informasi mengenai kesehatan dari
dokter yang ia kunjungi
4) Pasien mendapatkan motivasi dan dukungan dari lingkungan dan
keluarga mengenai masalah kesehatan pasien, namun pasien jarang
berkumpul dengan tetangga sekitar dikarenakan pasien takut
masalah orang lain malah ikut membebani pikiran pasien.
5) Biaya perawatan di pelayanan kesehatan sudah di tanggung oleh
BPJS
6) Tidak terdapat hewan peliharaan di rumah
7) Lingkungan rumah pasien padat penduduk.
8) Disekitar rumah pasien tidak terdapat tumpukan sampah dan
barang-barang bekas.
E. Aspek V (Derjarat Fungsional)
Skala 2, Mampu melakukan pekerjaan ringan sehari-hari di dalam dan
luar rumah.

2.2 Rumusan Diagnosis Keluarga

2.2.1 Genogram

Suami Pasien

Kakak 1 Adik 1 Adik 2

Anak 1
19
Gambar 2.2 Genogram Keluarga Pasien.

Keterangan:
Anggota keluarga dengan jenis kelamin laki-laki

Anggota keluarga dengan jenis kelamin wanita

Anggota keluarga wanita yang memiliki penyakit serupa

Anggota keluarga laki-laki yang memiliki penyakit serupa

Anggota keluarga laki-laki yang meninggal dan memiliki penyakit serupa

Anggota keluarga wanita yang meninggal dan memiliki penyakit serupa

Anggota keluarga wanita yang sudah meninggal

Angota keluarga laki laki yang sudah meninggal

2.2.2 Bentuk Keluarga


Bentuk Keluarga pasien adalah Keluarga Inti dikarenakan pasien
hanya tinggal bersama suami dan anaknya.

2.2.3 Siklus Keluarga

Siklus keluarga pasien yaitu: anggota Keluarga dengan anak usia


sekolah / The family with school age children. Tugas yang terdapat pada
tahapan ini yaitu orangtua mendukung pencapaian pendidikan yang didapat
oleh anak tersebut, dan membantu pendidikan anak.

20
2.2.4 Peta Keluarga

Tn. Herri Ny. Heny

An. Ibrahim (anak 1)

Gambar 2.3 Peta Keluarga Keluarga Pasien.

Keterangan :
: Harmonis
: Apatetic, acuh satu sama lain

2.2.5 Disfungsi Keluarga


Fungsi Afektif
Hubungan keluarga pasien antar anggota keluarga harmonis, dan
pasien sering aktif berinteraksi dengan anggota keluarga lainnya,

21
anggota keluarga lainnya sering memberikan kasih sayang dan
perhatian kepada pasien dan selalu memberikan dukungan serta
energi positif terhadap pasien

Fungsi Sosialisasi dan Penempatan Sosial


Pasien dan anggota keluarga masih sering berinteraksi dengan
masyarakat sehingga pasien dan anggota keluarga mampu
menerapkan norma dan budaya masyarakat
Fungsi Reproduksi
Tidak terdapat kelahiran yang tidak diharapkan dari diluar
pernikahan
Fungsi Ekonomi
Penghasilan keluarga pasien dirasa cukup dengan suami yang
bekerja sebagai tukang becak dan pasien yang berjualan, walaupun
penghasilanya tidak menetap namun dapat memenuhi kebutuhan
keluarga
Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga sudah mengetahui kondisi keadaan pasien dan sudah
melakukan perawatan pada kondisi pasien sesuai dengan arahan dari
dokter, namun suami pasien kerap kali menyuruh pasien menjauhi
obat-obatan yang di berikan dokter dan beralih ke obat-obatan
herbal. Pasien pun sudah menggunakan fasilitas kesehatan dari
pemerintah berupa BPJS

Kuesioner APGAR Keluarga : Fungsi Keluarga

Hampir
Kadang- Hampir
Pernyataan Tidak
kadang selalu
Pernah

22
Saya puas dengan keluarga saya
karena masing-masing anggota

keluarga sudah menjalankan
kewajiban sesuai dengan seharusnya

Saya puas dengan keluarga saya


karena dapat membantu memberikan

solusi terhadap permasalahan yang
saya hadapi

Saya puas dengan kebebasan yang


diberikan keluarga saya untuk

mengembangkan kemampuan yang
saya miliki

Saya puas dengan kehangatan / kasih



sayang yang diberikan keluarga saya

Saya puas dengan waktu yang


disediakan keluarga untuk menjalin √
kebersamaan

Total 8

Dari hasil penilaian menggunakan APGAR skor, nilai disfungsi


keluarga pasien didapatkan score 8 yaitu Highly functional family
(fungsi keluarga baik) dimana keluarga mempunyai cukup waktu untuk
menjalin kebersamaan sehingga pasien puas dengan kehangatan / kasih
sayang yang diberikan keluarga pasien, keluarga terkadang membantu
memberikan solusi terhadap masalah yang pasien namun pasien tidak
merasa di batasi untuk mengembangkan kemampuan yang pasien miliki
dan setiap anggota keluarga sudah menjalankan kewajiban sesuai dan
seharusnya.

23
APGAR Keluarga : Fungsi Keluarga

Komponen Indikator Skor

Kemampuan keluarga untuk menggunakan dan


membagi sumber daya yang melekat dengan
Adaptasi 0-2
anggota keluarga itu sendiri atau dengan keluarga
lain

Saling berbagi dalam membuat keputusan. Hal


Kemitraan ini mengukur pencapaian dalam memecahkan 0-2
permasalahan dengan komunikasi

Hal ini mewakili pertumbuhan fisik & emosional.


Pertumbuhan Hal ini mengukur kepuasaan penyediaan 0-2
kebebasan untuk berubah

Bagaimana emosi seperti cinta, marah, dan benci


dibagi diantara anggota keluarga. Hal ini
Kasih sayang mengukur kepuasan anggota keluarga terhadap 0-2
keintiman & reaksi emosional yang ada di
keluarga

Mewakili bagaimana waktu, ruang, keuangan


dibagikan. Hal ini mengukur kepuasan anggota
Kebersamaan 0-2
keluarga dengan komitmen yang dibuat oleh
anggota keluarga lain

Total 0-10

24
Cara penilaian/Scoring :
2 = almost always (hampir selalu)
1 = some of the time (kadangkadang)
0 = hardly ever (hampir tidak pernah)

Interpretasi APGAR Score :


8-10 = Highly functional family (fungsi keluarga baik)
4-7 = Moderately dysfunctional family (disfungsi keluarga moderat)
0-3 = Severely dysfunctional family (keluarga sakit/tidak sehat)

2.2.6 Faktor Risiko Internal


 Faktor genetic : Kakek dari keluarga ibu pasien, adik dari ibu
pasien, bapak pasien, saudara kandung Kakak ke-1 dan adik ke-1
pasien mengalami keluhan dan penyakit yang serupa.
 Personal : memiliki kebiasaan yang buruk yang dapat
meningkatkan tekanan darah.
 Gaya hidup : Pasien jarang melakukan aktivitas olahraga sehari-
hari, pasien hanya melakukan aktivitas sedang pada aktivitas
pekerjaanya.
2.2.7 Faktor Risiko Eksternal
 Masalah lingkungan : pasien dan tetangga pasien jarang
berinteraksi
 Masalah sosial-ekonomi : pasien mengurangi interaksi dengan
lingkungan sekitar dan tidak terdapat masalah ekonomi
 Budaya :-
 Masalah dalam keluarga : -

25
BAB III
PEMECAHAN MASALAH

3.1 Planning

Plan of Time Coping


No Problem Indicator Target
Intervention allocation score

Memberikan
Pasien paham
Makan informasi Pasien mampu
dengan menu
makanan kepada mengatur pola
makan dan
1. gorengan, pasien untuk dan menu Setiap hari 3
pola makan
asin, manis mengatur makanan
yang baik bagi
dan bersantan menu sehari-hari
dirinya
makanan

2 Kurangnya Memberikan Keluarga Pasien sering Kunjungan 4


edukasi informasi memahami kontrol Puskesmas
terhadap kepada koindisi penyakitnya 1 bulan
perawatan keluarga perawatan didampingi sekali
penyakit terhadap penyakit oleh anggota
pasien penyakit pasien keluarganya
pasien

26
-Cek TTV
-Cek gula
darah
-Cek
kolesterol
-Cek asam
urat

Memberikan
edukasi Suami pasien
kepada suami mampu untuk Suami pasien
pasien agar mengurangi mengurangi
ketika kebiasaan kebiasaan
Kebiasaan
merokok merokok dan merokok dan
3 suami pasien Setiap hari 2
jangan di juga tidak menjauh dari
merokok
dekat pasien dekat-dekat pasien ketika
dan dengan pasien sedang
mmgurangi ketika sedang merokok
kebiasaan merokok
merokok

3.2 Intervensi
a. Health promotion (promosi)
1) Edukasi
 Kepada pasien dan keluarga tentang penyakit Hipertensi
 Kepada pasien untung menjauhi stress
 Kepada pasien dan keluarga tentang aktivitas fisik yang baik terhadap
penderita Hipertensi

27
 Kepada pasien dan keluarga tentang Konsumsi Makanan yang baik
terhadap penderita Hipertensi
 Kepada pasien dan keluarga tentang kontrol tekanan darah setiap 1
bulan secara berkala
 Kepada pasien dan keluarga tentang larangan meminum obat anti
hipertensi maupun dexamethasone tanpa anjuran dari dokter

b. Prevention (pencegahan)
1) Screning
 Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan pengecekan
laboratorium seperti GDS, kolesterol.
2) Life Style Modification
 Melakukan kegiatan olahraga atau aktivitas yang sesuai dengan kondisi
pasien
 Melakukan diet dengan mengatur pola makanan dan menu makanan
pasien
 Pasien tidak lagi mengulangi kebiasaan buruknya dalam hal konsumsi
makanan dan minuman yang manis, asin, bersantan, dan goreng-
gorengan
c. Curative treatment (pengobatan)
1) Drugs
 Pasien rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan selama sebulan
penuh
2) Surgery :
 Tidak diperlukan

d. Rehabilitation (pemulihan)
Tidak diperlukan

3.3 Follow up

28
1. Pemantauan dan Pengawasan
a. Membantu mengawasi dan mendukung kegiatan yang dilakukan oleh
pasien yang bisa dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pelayanan
kesehatan

2. Evaluasi
a. Evalusai target yang direncanakan seperti kepatuhan minum obat dan
kontrol berobat tekanan darah, kadar gula darah dan kolesterol darah
b. Evaluasi target aktifitas fisik dan olahraga yang telah di targetkan
c. Mengevaluasi dan memperbaharui diagnostic holistic
d. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan manajemen
pasien dan keluarga

 Faktor pendukung : mengumpulkan faktor-faktor yang mendukung


terkait pelaksaanaan kegiatan intervensi yang sudah di rencanakan
 Faktor penghambat : mengumpulkan faktor-faktor yang
menghambat terkait setelah pelaksaanaan kegiatan intervensi yang
sudah di rencanakan

e. Mengevaluasi dan memperbaharui Coping score


f. Membuat Keputusan untuk melanjutkan tindakan terapi atau tidak.

29
BAB 4
SIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pada pasien Ny.Hn (46 tahun) didiagnosis menderita Hipertensi sejak
hamil anak ketiga. Menurut pasien, bapak pasien dan kakek pasien dari pihak
ibu juga mengidap penyakit Hipertensi. Hipertensi adalah penyakit yang
cukup berbahaya karena tidak menimbulkan gejala yang spesifik dan secara
fisik. Sebagian besar penderita Hipertensi tidak rutin mengecek tekanan
darahnya begitupun dengan kepatuhan minum obatnya. Banyak penderita
Hipertensi yang tidak patuh dalam minum ohbat karena han ya meminum obat
saat timbul gejala saja, begitupun dengan Ny. Hn setelah kami berkunjung dan
mengecek keadaan penyakitnya, Ny Hn jadi lebih sering berkunjung ke
fasilitas kesehatan terdekat untuk mengontrol dan mengobati penyakitnya
karena sebelumnya pasien jarang sekali mengontrol penyakit hipertensinya.
Hal ini menunjukan kurangnya pemahaman penderita hipertensi terhadap
penyakitnya.

4.2 Saran
Tenaga kesehatan dan kader yang tersebar dimasing-masing wilayah
Puskesmas Kejaksan dapat memonitoring kepatuhan minum obat
dankepatuhan kontrol tekanan darah kepada pasien Hipertensi yang sedang
terjadi. Sehingga harapannya dapat menekan angka morbiditas dan mortalitas
akibat Penyakit Hipertensi dan komplikasinya.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Longo DL, Fauci AS, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Loscalzo J, et al.
Hypertension treatment. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed.
McGraw-Hill Co, Inc.; 2015 .p. 1622-7
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hipertensi membunuh diam
diam,ketahui tekanan darah anda [Internet]. [cited 2018 Sep 4]. Available from:
http:// www.depkes.go.id/article/view/18051600004 /hipertensi-membunuh-diam-
diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riskesdas 2013.pdf [Internet]. [cited 2018 Sep 3]. Available from: http://
www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201
4. Carey RM, Whelton PK, for the 2017ACC/AHA Hypertension guideline writing
committee. Prevention, detection, evaluation, and management of high blood
pressure in adults: Synopsis of the 2017 American College of
Cardiology/American Heart Association hypertension guideline. Ann Intern Med.
2018;168(5):351
5. Badan Pusat Statistik. Potret Awal Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di
Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2016.
6. Setyawan AB, Ismahmudi R. Promosi Kesehatan Sebagai Usaha Menurunkan
Tekanan Darah Penderita Hipertensi. J urnal Abdimas PHB Vol. 1 no 2 juni 2018.
hl:119-12
7. Nuraini B. Risk Factors of Hypertension. J Majority. Vol 4 No 5. 2015.

31
32

Anda mungkin juga menyukai