Anda di halaman 1dari 2

Tata laksana dengue sesuai dengan perjalanan penyakit yang terbagi atas 3

fase yaitu fase demam,fase kritis, dan fase Penyembuhan/konvalesen. Pada fase
demam yang diperlukan hanya pengobatan bersifat simtomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat
diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang berlebihan,
maka cairan intravena rumatanperlu diberikan.Pengobatan suportif lain yang
dapat diberikan antara lain larutan oralit, larutan gula-garam,jus buah, susu, dan
lain-lain.1
Peningkatan nilai hematokrit (Ht) 10-20% menandakan pasien memasuki
fase kritis dan memerlukan pengobatan cairan intravena apabila tidak dapat
minum oral. Pasien harus dirawat dan diberikan cairan sesuai kebutuhan. Tanda
vital, hasil laboratorium, asupan dan luaran cairan harus dicatat dalam lembar
khusus. Penurunan hematorkrit merupakan tanda-tanda perdarahan.Umumnya
pada fase ini pasien tidak dapat makan dan minum karena anoreksia atau dan
muntah.1
Cairan intravena diberikan apabila terlihat adanya kebocoran plasma yang
ditandai dengan peningkatan Ht 10-20% atau pasien tidak mau makan dan minum
melalui oral. Cairan yang dipilih adalah golongan kristaloid (ringer laktat dan
ringer asetat). Selama fase kritis pasien harus menerima cairan rumatan ditambah
defisit 5-8% atau setara dehidrasi sedang. Pada pasien dengan berat badan lebih
dari 40 kg, total cairan intravena setara dewasa, yaitu 3000 ml/24 jam. Pada
pasien obesitas, perhitungkan cairan intravena berdasarkanberat badan idéal. Pada
kasus non syok, untuk pasien dengan berat badan (BB) 40 kg, cairan cukup
diberikan dengan tetesan 3-4 ml/kg/jam.1

Tabel 1.1 Keuntungan dan kerugian beberapa kristaloid


Sumber : Rezeki S, Kadim H, Devaera Y, Salamia N, Cahyani I, Ambarsari G, et al. Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders [Internet]. Available from:
https://fk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Buku-PKB-63.pdf
Setelah masa kritis terlampaui, pasien akan masuk dalam fase penyembuhan,
yaitu saat keadaan overload mengancam. Pada pasien DBD, cairan intravena
harus diberikan dengan seksama sesuai kebutuhan agar sirkulasi intravaskuler
tetap memadai. Apabila cairan yang diberikan berlebihan maka kebocoran terjadi
ke dalam rongga pleura dan abdominal yang selanjutnya menyebabkan distres
pernafasan. Tetesan intravena harus disesuaikan berkala dengan
mempertimbangkan tanda vital, kondisi klinis (penampilan umum, pengisian
kapiler), laboratoris (hemoglobin, hematokrit, lekosit, trombosit), serta luaran
urin. Pada fase ini sering dipergunakan antipiretik yang tidak tepat dan pemberian
antibiotik yang tidak perlu. Cairan intravena tidak perlu diberikan sebelum
terjadinya kebocoran plasma. Penderita DD umumnya tidak perlu diberikan cairan
intravena.1
1. Rezeki S, Kadim H, Devaera Y, Salamia N, Cahyani I, Ambarsari G, et al. Update
Management of Infectious Diseases and Gastrointestinal Disorders [Internet].2016: 43-
45p . Available from: https://fk.ui.ac.id/wp-content/uploads/2016/01/Buku-PKB-63.pdf

Anda mungkin juga menyukai