Anda di halaman 1dari 5

Antologi Puisi dengan Tema Kefarmasian

Kami dari kelompok 8 akan mempersembahkan karya puisi bertema tema kefarmasian dari
masing-masing anggota kami.
Dengan nama anggota kelompok :
1. Lusyahaura Agistya (2208010127)
2. Arinta Destiana Auza (2208010134)
3. Salsabilla Putri Kurniawan (2208010137)
4. Intan Risky Saraswati (2208010141)
5. Catur Puspita Tyas Dayinta (2208010147)
6. Reni Distiana (2208010157)
7. Cynthia Rindang Amara (2208010160)
8. Diana Letta Sabella (2208010166)

Persembahan karya akan dibuka oleh puisi karangan Lusyhaura Agistya berjudul Farmasi
yang berjudul Jerih Payah Apoteker.
Jerih Payah Apoteker
Karya: Lusyhaura Agistya
Apotik
Rumah sakit
Maupun industri
Tempat dimana kau berkarya

Menghasilkan bahan yang berguna


Berguna bagi keberlangsungan nyawa
Menghindari sakit yang merenggut jiwa
Ditemani aroma khas senyawa kimia

Sepenuh hati letih bekerja


Bergelut dengan obat dan resep
Menjadi abdi masyarakat
Meramu dan menyaji

Membuka pikiran demi nyawa manusia


Keseharian mengupas dosis
Bahan herbal maupun nor herbal
Diubah menjadi bahan yang aktual

Demikian puisi berjudul Jerih Payah Apoteker, selanjutnya puisi yang kedua karangan Arinta
Destiana Auza berjudul Seorang Apoteker.
Seorang Apoteker
Karya: Arinta Destiana Auza
Bergelut dengan resep dan obat
Berperan sebagai abdi masyarakat
Menganalisis, meramu, dan menyajikan
Membuka pikiran demi nyawa manusia
Seolah tak bekerja dengan nyata
Namun menghasilkan hasil yang nyata
Keseharian mengupas dosis
Baik herbal maupun non herbal

Diubah menjadi bahan yang aktual


Apotik
Rumah sakit
Maupun industri

Tempat dimana kau berkarya


Berkarya menghasilkan bahan berguna
Berguna bagi terus berlangsungnya nyawa
Menghindari dari sakit yang merenggut jiwa

Sepenuh hati letih bekerja


Hanya ditemani aroma khas senyawa kimia

Demikian puisi yang berjudul Seorang Apoteker, dilanjutkan dengan puisi yang ketiga
karangan Salsabilla Putri Kurniawan berjudul Obat.
Obat
Karya: Salsabilla Putri Kurniawan
Namaku obat,
Dibutuhkan orang sakit maupun sehat,
Aku dapat bermanfaat,
Jika disimpan dan digunakan secara tepat

Aku memiliki banyak bentuk,


Ada yang bubuk dan ada yang kapsul
Aku juga memiliki banyak cara untuk masuk ke mulut,
Bisa dihisap ataupun langsung diteguk

Meskipun pahit
Terobati rasa sakit
Hilang semua penyakit
Kita semua dapat bangkit

Demikian puisi yang berjudul Obat, kemudian dilanjutkan dengan puisi yang keempat
karangan Intan Risky Saraswati berjudul Ilmu
Ilmu
Karya: Intan Rizky Saraswati
Arunika Nayanika bangun dari tidurnya
Kidung kukila nan kinara
Indahnya Jumantara
Karsa litani nan khalis

Pendar Sang Surya yang kian terasa


Menjemput asa yang melambai
Mengucap selamat datang kembali
Hingga Sang Rembulan menampakkan diri

Demikian puisi yang berjudul Ilmu, kemudian dilanjutkan dengan puisi kelima karangan
Catur Puspita Tyas Dayinta berjudul Prahmakeia
Pharmakeia
Karya: Catur Puspita Tyas Dayinta
Hippocrates, Dioscorides, Galen
Akarnya dari Yunani
Harus paham botani
Kuharap ikatan kovalen
Bukan putih tulang,
Tapi putih gading kubilang
Cinta yang teramat
Kuharap aku lebih cermat
Tak pernah terpikir
Aku bukan penyihir
Afiat yang mengalir
Itu berkah dari Al-Qadir

Demikian puisi yang berjudul Pharmakeia, kemudian dilanjutkan dengan puisi yang keenam
karangan Reni Distiana
Farmasi
Karya: Reni Distiana
Tiada hari tanpa melihat kapsul-kapsul
Tiada hari tanpa membuat resep
Jas lab yang selalu menyelimutiku
Senyawa kimia sebagai saksi bisu

Sumpah apotekerku
Menjadi landasan
Dalam mengemban tugasku
Berperan sebagai abdi masyarakat

Dengan sepenuh hati


Membuka pikiran
Meracik obat
Demi menyelamatkan nyawa
Demikian puisi yang berjudul Farmasi, kemudia dilanjutkan dengan puisi ketujuh karangan
Cynthia Rindang Amara berjudul Hidup Farmasi
Hidup Farmasi
Karya: Cynthia Rindang Asmara
Bergelut dengan resep dan obat
Berperan sebagai abdi masyarakat
Membuktikan serta membuka pikiran nyawa manusia
Memberika mereka atas semua hal yang baik
Seolah tak ada rasa lemah dan lelah

Tiada berirama nada gempita


Dilanda kesibukan yang terus berjalan
Berjalan dengan penuh harapan
Harapan yang menjadikanya suatu keberhasilan
Aku mencoba mengerti apa yang dimaksud dengan keberhasilan
Keberhasilan untuk mencapai apa yang kita impikan

Apotek
Rumah sakit
Maupun industri
Tempat keberhasilanku akan dimulai
Tempat dimana semuanya akan terwujud
Bekerja dengan hati yang letih
Dengan senyawa kimia yang menemani

Demikian puisi berjudul Hidup Farmasi, kemudian dilanjutkan dengan puisi kedelapan dan
merupakan puisi terkahir dari antologi ini, puisi ini berjudul Lelah yang Tergantikan
karangan Diana Letta Sabella.
Lelah yang Tergantikan
Karya: Diana Letta Sabella
Jauh hati tahun akan “farmasi”
Pendidikan yang tak mudah dan banyak diminati
Menjadi “apoteker” itu mimpi indah
Sebagai pelipur lara akan nyawa

Bergelut dengan resep adalah santapan sehari-hari


Berhadapan dengan bermacam penyakit itu pasti
Jarak sedekat denyut nadi
Salah diagnosis membuat tangis
Tanpa informasi angka kematian meroket
Kelebihan dosis sel besi menanti

Bamun, setelah nanti sumpah apoteker itu terucap


Rasanya lelah itu akan hilang begitu saja
Berperan sebagai abdi masyarakat
Yang berguna bagi terus berlangsungnya nyawa

Demikianlah antologi puisi bertema kefarmasian yang terdiri dari delapan puisi karya
kelompok 8. Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai