Anda di halaman 1dari 5

TUGAS TUTORIAL KE-1

PDGK 4406/Pembelajaran Matematika SD


PROGRAM STUDI : PGSD-BI
Rahastri Pundhi Sari, M.Pd.

Nama : Arifah
NIM : 857742662

1. Tahapan pembelajaran matematika di SD terhadap konsep matematika adalah.


a. Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep), yaitu pembelajaran suatu konsep
baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut.
Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan jembatan yang harus dapat
menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret baru matematika yang
abstrak. Dalam kegiatan pembelajaran konsep dasar ini media atau alat peraga
diharapkan dapat digunakan untuk membantu kemampuan pola pikir siswa.
b. Pemahaman Konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang
bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep matematika.Pemahaman
konsep terdiri atas dua pengertian. Pertama, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dalam satu pertemuan. Sedangkan kedua,
pembelajaran pemahaman konsep dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tetapi
masih merupakan lanjutan penanaman konsep. Pada pertemuan tersebut dianggap
sudah disampaikan pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas
sebelumnya.
c. Pembinaan Keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan
pemahaman konsep.Pembelajaran pembinaan keterampilan bertujuan agar siswa
lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Sedangkan tahapan pembelajaran matematika menurut Jerome Bruner yang berkaitan
dengan perkembangan mental, yaitu kemampuan mental anak berkembang secara
bertahap mulai dari.
a. Sederhana ke rumit
b. Mudah ke sulit
c. Nyata atau konkret ke yang abstrak.
2. Contoh penerapan teori Burner dalam merancang pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar.
Belajar konsep perkalian, dengan objek sapi pada kelas II (Dua)
a. Tahap enaktif, anak kita bawa ke kandang sapi, dengan mengamati dan mengotak-
atik dari 3 ekor sapi, jika kita perhatikan adalah:
• banyaknya kepala = 3
• banyaknya ekor = 3
• banyaknya telinga = 6
• banyaknya kaki = 12
b. Tahap Ikonik, anak dapat diberikan gambar 3 ekor sapi sebagai berikut:

• banyaknya kepala = 3
• banyaknya ekor = 3
• banyaknya telinga = 6
• banyaknya kaki = 12
c. Tahap simbolis dapat ditulis kalimat perkalian yang sesuai untuk ketiga sapi
tersebut bila tinjauannya berdasarkan pada:
• kepalanya, maka banyak kepala = 3 x 1
• ekornya, maka banyaknya ekor = 3 x 1
• telinganya, maka banyak telinga = 3 x 2
• kakinya, maka banyaknya kaki = 3 x 4
Dari fakta dan kalimat perkalian yang bersesuaian tersebut disimpulkan bahwa,
3 x 1 = 3, 3 x 2 = 6 dan 3 x 4 = 12.
Untuk lebih jelas simbolis dipandang adalah kakinya, maka untuk:
• banyaknya kaki pada 1 sapi = 4
• banyaknya kaki 2 sapi = 8 ( karena kaki sapi 1 + kaki sapi 2 ) = 4 + 4
• banyaknya kaki 3 sapi = 12 ( kaki sapi 1 + kaki sapi 2 + kaki sapi 3) = 4 + 4 + 4
Dengan konstruksi berpikir semacam ini maka banyaknya kaki untuk 1 sapi = 1 x
4 = 4, 2 sapi = 2 x 4 = 4 + 4 = 8, 3 sapi = 3 x 4 = 4 + 4 + 4 = 12 1-8
3. Konsep operasi hitung bilangan bulat dengan garis bilangan dan peraga manik-
manik
a. 4 + (-6) = -2
6 Dengan menggunakan garis bilangan

Dengan menggunakan manik-manik


dengan menghilangkan manik-manik
yang telah berpasangan

b. 8 – (-4) = 12
8 4

c. 6 x (-2) = -12
6 6

12 : (-4) = -3
1 1 1 1
4. Hasil pembelajaran melalui pendekatan CTL adalah
Konstruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir)
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Kontruktivisme menekankan
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan dan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna.
Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahuan sehingga belajar
dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Diharapkan peserta didik mampu.
a. Siswa belajar melaui mengalami bukan menghapal.
b. Siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.
c. Siswa terbiasa memecahkan masala, menemukan sesuatu yang berguna bagi
dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
d. Siswa menjadi aktif, kritis dan kreatif.
e. Kelas menjadi produktif, menyenagkan dan tidak membosankan.
f. Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya siswa, peta,
gambar, artikel, puisia, komentar, foto tokoh, diagram-diagram.
g. Siswa selalu dikepung berbagai informasi, kelas CTL adalah siswa yang selalu
ramai dan gembira dalam belajar.

5. Unsur identitas dan unsur invers pada operasi penjumlahan bilangan.


a. Unsur Identitas
Bilangan 0 ( nol ) pada penjumlahan merupakan unsur identitas, Artinya untuk
setiap bilangan bulat berapapun nilainya jika di jumlahkan dengan 0 (nol)
akan menghasilkan bilangan itu sendiri. Sehingga dapat dituliskan “Untuk
Sembarang bilangan bulat a, akan selalu berlaku ketentuan a + 0 = 0 + a = a.
Untuk lebih jelasnya mengenai Unsur Identitas bilangan bulat, sobat bisa
menyimak contoh soal berikut ini.
Contoh soal:
1) 35 + 0 = 35 dan 0 + 35 = 35
2) -49 + 0 = 35 dan 0 + (-49) = -49
b. Unsur Invers
Invers suatu bilangan yaitu lawan dari bilangan itu sendiri. suatu bilangan
dikatakan memiliki invers jumlah, apabila bilangan tersebut dengan lawannya (
inversnya ) termasuk unsur identitas yaitu 0 (nol). Invers dari bilangan a yaitu -a,
dan sebaliknya invers dari -a yaitu a. Dengan kata lain untuk semua bilangan selain
0 pasti memiliki invers, sehingga berlaku ketentuan a + (–a) = (–a) + a = 0.
Untuk lebih jelasnya mengenai Invers bilangan bulat, sobat bisa menyimak contoh
soal berikut ini.
1) 34 + (-34) = 0 dan sebaliknya -34 + 34 = 0
2) -27 + 27 = 0 dan sebaliknya 27 + (-27) = 0

Anda mungkin juga menyukai