Anda di halaman 1dari 9

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SOFT SKILL BAGI LULUSAN SARJANA TEKNIK

SIPIL BERDASARKAN PERSPEKTIF PELAKU INDUSTRI KONSTRUKSI


INDONESIA

Juan Stanley Venandra, Mia Wimala


Jurusan Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Jl. Ciumbuleuit 94. Bandung
Email: miasoejoso@unpar.ac.id

Abstrak: Sejumlah tenaga ahli konstruksi yang berkompeten tentu menjadi ujung tombak dalam
memajukan perkembangan infrastruktur Indonesia di era revolusi industri 4.0. Selain hard skill
atau kemampuan teknis, soft skill yang merupakan kemampuan non-teknis sangat berperan besar
dalam membentuk kompetensi seorang tenaga ahli konstruksi. Sebagai penghasil lulusan yang
kelak berkontribusi di dunia konstruksi profesional, setiap perguruan tinggi yang memiliki
program studi teknik sipil bertanggung-jawab dalam mempersiapkan pelatihan kompetensi yang
berfokus pada soft skill mahasiswa. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan mengkaji
berbagai literatur dan pengumpulan data, yang berbasis kuesioner terhadap pihak pelaku
konstruksi baik kontraktor maupun konsultan dan wawancara terhadap kalangan akademisi. Data
yang diperoleh selanjutnya akan diolah dan dianalisis menggunakan metode Relative Important
Index (RII) dan koding tua siklus untuk mendapatkan hasil berupa kebutuhan soft skill dari pasar
konstruksi dan kondisi kurikulum teknik sipil eksisting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga
soft skill yang paling dibutuhkan oleh kontraktor adalah berkolaborasi, kepemimpinan, dan
kemampuan mengatur waktu, dan untuk konsultan perencana adalah kemauan belajar hal baru,
berpikir praktis, dan kreativitas untuk menyesuaikan.

Kata kunci: soft skill, kurikulum teknik sipil, lulusan teknik sipil

Identifying The Need of Soft Skills for Civil Engineering Fresh Graduates Based on the
Perspective of Construction Industry Players

Abstract: Competent construction specialists are at the forefront in advancing Indonesia’s


infrastructure development in the era of industrial revolution 4.0. Besides hard skills, soft skills
have a significant role in forming the competency of construction specialists. As the institution
that produces graduates, every university that has civil engineering major is responsible to
prepare a competency enrichment program that focuses on soft skill training. This research was
carried out by examining various literature resources and data collection, which is conducted
using questionnaires towards construction players, i.e., contractors and consultants, and
interviews with several lecturers of civil engineering programs. Consequently, the data will be
analyzed using Relative Important Index (RII) and two-cycle coding to conclude the result of the
soft skills demand from the construction industry and the existing condition of the civil
engineering curriculum. The result shows that the most needed soft skills by the contractor
industry are collaboration, leadership, and time management, while from the consultant point of
view, the results are curiosity, practical thinking, and creativity to elaborate.

Keywords: soft skill, civil engineering curriculum, civil engineering graduate.

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 75
Klasifikasi Kebutuhan Soft Skill Bagi Lulusan Sarjana Teknik ............................................................................Venandra dan Wimala

PENDAHULUAN lingkungan eksisting (Schieg, 2009).


Perkembangan revolusi industri 4.0 Sulitnya mengendalikan berbagai pihak yang
memiliki pengaruh besar terhadap sektor terlibat di dalam sebuah proyek konstruksi
industri konstruksi Indonesia. Menurut data menjadi alasan diperlukannya Manajemen
dari Kementerian Perindustrian Proyek Terintegrasi. Dalam analisis lanjutan
(Kemenperin) Indonesia pada tahun 2018, sebagaimana tertuang di dalam Project
industri konstruksi menempati peringkat Management Body of Knowledge (PMBOK),
ketiga dalam kontribusinya terhadap Produk terdapat sepuluh area yang saling terkait
Domestik Bruto (PDB) nasional yang di dalamnya terimplementasi tujuh
(Kementerian Perindustrian, 2018). komponen soft skill, yaitu kemampuan
Tentunya data tersebut tidak lepas dari berkomunikasi, negosiasi, kepemimpinan,
dukungan dengan sejumlah tenaga ahli kemampuan pembinaan, memotivasi,
konstruksi yang berkompeten. Sayangnya pengambilan keputusan, dan pengelolaan
dalam beberapa tahun terakhir terjadi waktu (Troukens, 2013). Sepuluh area yang
penurunan tenaga ahli yang tersertifikasi, tercakup di dalam PMBOK sendiri adalah
yang pada tahun 2018 terjadi penurunan manajemen integrasi, cakupan, waktu, biaya,
sebanyak 35.000 tenaga ahli (Kementerian kualitas, SDM, komunikasi, risiko,
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, pengadaan, dan pemangku kepentingan
2019). Penurunan ini pun terbukti dengan proyek.
rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia Era globalisasi dan kemajuan revolusi
(SDM) Indonesia jika diukur berdasarkan industri secara tidak langsung menuntut
Indeks Modal Manusia (IMM), yang sektor konstruksi Indonesia untuk
menempati peringkat ke-96 dari 173 sampel menyesuaikan diri dengan kebutuhan pasar
negara (World Bank, 2021). yang fluktuatif. Fluktuasi kebutuhan pasar
Beberapa data mengenai kondisi eksisting ini terlihat di dalam kriteria perekrutan
mengarah pada kebutuhan akan kompetensi tenaga ahli konstruksi beberapa tahun
SDM, khususnya tenaga ahli konstruksi. belakangan yang banyak menyertakan
Sejauh ini dalam standar pengukuran keahlian tertentu di dalam ketentuannya,
kompetensi bagi SDM, dunia profesional misalnya penguasaan perangkat lunak
telah cukup mengenal definisi dari etos kerja tertentu, Building Index Management (BIM),
dan hard skill, yang seringkali dijadikan hingga kemampuan intrapersonal tertentu
standar ukur mutlak dalam hal kompetensi seperti kerjasama tim, negosiasi, dan
ketika proses perekrutan tenaga kerja. kecakapan dalam pengambilan keputusan.
Padahal di sisi lain, pengenalan dan konsep Seiring dengan berkembangnya revolusi
mengenai soft skill seringkali terkesan awam industri 4.0, peran manusia yang semakin
bagi dunia profesional, bahkan hingga tergeser oleh teknologi dan transformasi
terabaikan dan jarang diperhitungkan metode kerja menjadi tantangan yang harus
urgensinya oleh sebagian masyarakat disikapi dengan baik (Sundari, 2019). Guna
modern, dan tidak sedikit yang bahkan menyikapi hal ini, sebuah perguruan tinggi
belum memahami definisi soft skill dengan harus peka dan responsif terhadap pesatnya
tepat. Padahal, soft skill adalah atribut diri perubahan kebutuhan pasar yang terjadi,
dan kemampuan intrapersonal seseorang karena sebuah perguruan tinggi memiliki
yang mencirikan hubungan seseorang peran penting dalam memajukan kualitas
dengan sesamanya, dan sangat esensial dan kompetensi dari para calon tenaga ahli
untuk dikembangkan dan dilatih (Dean and konstruksi. Oleh sebab itu, sepatutnya tiap
East, 2019; Kenton, 2020). perguruan tinggi mulai menginisiasikan
Penjabaran terkait hubungan antara sebuah program pemberdayaan bagi
kebutuhan soft skill dengan sektor konstruksi keahlian mahasiswa, terutama bagi soft skill
dapat ditemukan secara terperinci melalui di dalam kurikulum akademik yang
Manajemen Proyek Terintegrasi. seringkali terabaikan. Hingga saat ini,
Manajemen Proyek Terintegrasi dalam beberapa peguruan tinggi negeri dan swasta
konstruksi berfungsi untuk memastikan di Indonesia telah mencanangkan dan
aktivitas sebuah proyek berjalan dengan menerapkan berbagai metode program
kesesuaian maksimum dalam kondisi pemberdayaan soft skill, misalnya metode

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 76
ISSN: 1411-1292
JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL · A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING· Vol. 26 No. 1 Januari 2022
E-ISSN: 2541-5484

learning community yang merupakan memecahkan masalah, dan kerjasama tim


strategi belajar dalam kelompok dan metode (Bhattacharjee et al., 2013). Ketiga
Kredit Keaktifan Mahasiswa (KKM) yang kebutuhan inilah yang merupakan contoh
menggunakan poin yang harus dipenuhi oleh dari soft skill.
mahasiswa melalui berbagai kegiatan Ekspektasi dari perusahaan juga
pemberdayaan diri. berhubungan erat dengan kompetensi para
Berdasarkan uraian singkat latar belakang di calon lulusan. Sebuah penelitian yang
atas, penelitian ini dilakukan untuk dilakukan di beberapa perguruan tinggi di
memenuhi beberapa tujuan, antara lain untuk Singapura menunjukkan bahwa sekitar 20%
memaparkan kebutuhan dari sektor industri responden yang adalah mahasiswa belum
konstruksi profesional, mengidentifikasi begitu memahami definisi dan esensi dari
kesiapan dari kurikulum perguruan tinggi soft skill itu sendiri (Majid et al., 2012). Hal
dalam mengembangkan soft skill mahasiswa, ini menjadi penting karena jika para calon
dan menentukan rekomendasi program lulusan belum mengetahui pentingnya
implementasi yang sesuai dengan kebutuhan memiliki suatu soft skill, ekspektasi
industri. perusahaan tidak akan terpenuhi. Oleh
karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
MATERI DAN METODE menganalisis data yang menghubungkan
Alasan mengapa seiring perkembangan antara ekspektasi perusahaan terhadap para
zaman soft skill semakin diperhitungkan, sarjana dengan kondisi yang saat ini terjadi
tentunya dapat dilihat dari definisi soft skill para kurikulum pembelajaran eksisting.
itu sendiri. Istilah soft skill merujuk pada Guna mengidentifikasi kebutuhan soft skill
serangkaian kualitas individu, sikap, dan dari lingkup profesional agar dapat
rahmat sosial yang memungkinkan bagi terimplementasi dengan baik di dalam
seseorang untuk menjadi seseorang yang kurikulum, penelitian ini mengajukan
berkompeten untuk suatu bidang pekerjaan kemungkinan dari sebuah metode aplikatif
(Vasanthakumari, 2019). Sederhananya, soft yang dapat diterapkan ke dalam kurikulum
skill dapat didefinisikan sebagai atribut diri terbaru. Dalam upaya mencapai hasil
yang terbentuk pada seseorang seiring akhirnya, langkah pertama yang dilakukan di
dengan proses pertumbuhan. Berbeda dalam penelitian ini adalah pengumpulan
dengan hard skill yang dapat diperoleh data terkait kebutuhan soft skill dan kondisi
dalam waktu yang relatif singkat melalui kurikulum eksisting dari responden yang
serangkaian materi pelatihan yang ditentukan. Penyebaran kuesioner kepada
terstruktur, soft skill memerlukan waktu dan para responden yang ditentukan dengan
proses yang konsisten di dalam purposive sampling disajikan dalam bentuk
pembentukkannya. Kebutuhan industri pemodelan Skala Likert, di mana terdapat
konstruksi terkait soft skill tentunya parameter angka satu hingga lima. Pilihan
didasarkan pada ekspektasi perusahaan angka satu menandakan bahwa responden
terhadap tenaga ahli yang mereka rekrut. “Sangat tidak setuju” dengan pernyataan
Berdasarkan sebuah penelitian, ekspektasi yang diajukan, hingga yang tertinggi adalah
ini dapat dibagi dua, yaitu komponen angka lima yang menyatakan bahwa
pengetahuan dan intrapersonal. responden “Sangat setuju”. Skala Likert ini
Menguji komponen pengetahuan tentunya dilakukan untuk melihat nilai validitas dan
adalah hal yang lumrah, yang pasti reliabilitas dari data jawaban responden yang
dilakukan oleh setiap perusahaan terhadap diperoleh melalui kuesioner.
calon karyawan yang akan direkrut. Di sisi Pertanyaan yang ditanyakan di dalam
lain, menguji komponen intrapersonal tentu kuesioner kepada responden berasal dari
akan lebih kompleks. Penelitian yang rumusan pertimbangan terhadap tugas-tugas
disebutkan sebelumnya ini merumuskan tiga utama sampel responden, yaitu kontraktor
kebutuhan intrapersonal yang seringkali dan konsultan perencana. Beberapa tugas
menjadi ekspektasi utama perusahaan, yaitu utama dari kontraktor seperti memahami
kejujuran dan integritas, kemampuan gambar, kemampuan menyusun metode

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 77
Klasifikasi Kebutuhan Soft Skill Bagi Lulusan Sarjana Teknik ............................................................................Venandra dan Wimala

kerja dan penjadwalan, dan mengevaluasi 12.Memiliki kecakapan untuk membangun


hasil kerja menjadi penentu kebutuhan soft koneksi dengan pihak terkait.
skill yang menjadi ekspektasi perusahaan 13.Kemampuan untuk berkolaborasi dengan
terhadap calon lulusan yang akan direkrut. semua pihak dan tingkatan dalam
Misalnya, untuk memahami sebuah gambar pekerjaan.
kerja konstruksi tentunya dibutuhkan soft 14.Kecakapan untuk menghadapi berbagai
skill seperti adaptabilitas, kemampuan untuk tipe orang dari berbagai kalangan proyek.
bekerja dalam tekanan, dan berkolaborasi.
Di sisi lain, beberapa tugas utama dari Di sisi lain, soft skill yang dibutuhkan oleh
konsultan perencana seperti membuat konsultan perencana dapat dirumuskan
gambar kerja pelaksanaan, merumuskan sebagai berikut (Lemus Aguilar and Mosso
gagasan dan ide pemilik proyek, dan Vallejo, 2007):
mempertanggung-jawabkan rancangan juga
1. Kreativitas untuk menyesuaikan
berpengaruh untuk menentukan kebutuhan
keinginan pemilik.
soft skill. Misalnya, dalam upaya membuat
2. Kemampuan untuk memecahkan masalah
gambar kerja pelaksanaan dibutuhkan soft
dalam mengatasi hambatan proyek.
skill seperti kreativitas untuk menyesuaikan,
3. Pemikiran yang kreatif dan progresif
memiliki ide yang inovatif, dan kemauan
dalam pembuatan gambar tender.
belajar hal baru.
4. Memiliki ide yang inovatif untuk
Melalui pertimbangan dari studi literatur
diajukan kepada klien/pemilik.
yang disesuaikan secara spesifik dengan
5. Memiliki kemampuan mengatur waktu
observasi di lapangan dengan beberapa
yang baik untuk mengejar target desain
pemilik usaha kontraktor dan konsultan
dan perhitungan.
perencana, maka kebutuhan soft skill dari
6. Memiliki konsep kerja yang jelas,
pihak kontraktor adalah sebagai berikut
didukung oleh cara pikir yang terstruktur.
(Hager et al., 2000):
7. Kemauan untuk belajar hal baru dan
1. Kemampuan berpikir kritis untuk mengeksplorasi inovasi berbagai metode
mengatur keseimbangan RAB dan perancangan.
penjadwalan proyek. 8. Memiliki target personal untuk tiap
2. Memiliki target personal untuk tiap tingkat pencapaian pekerjaan.
tingkat pencapaian pekerjaan. 9. Kemampuan untuk berpikir praktis dalam
3. Memiliki kemampuan beradaptasi mengatasi masalah di lapangan.
(adaptabilitas) dalam berbagai kondisi 10.Mempunyai kemampuan komunikasi
lapangan kerja. yang empatik untuk memahami kondisi
4. Memiliki kemampuan mengatur waktu pekerjaan.
dengan baik dalam mengejar target 11.Kemampuan untuk berkolaborasi dengan
termin pekerjaan semua pihak dan tingkatan dalam
5. Memiliki konsep kerja yang jelas, pekerjaan.
didukung oleh cara pikir yang terstruktur. 12.Kemampuan berorganisasi dan bekerja
6. Memiliki kemampuan untuk bekerja dalam kelompok.
dalam tekanan dan tuntutan. 13.Kecakapan mengkomunikasikan ide
7. Kemampuan bekerjasama dalam tim desain kepada pemilik ataupun
untuk menyelesaikan proyek. kontraktor.
8. Memiliki kemampuan negosiasi yang 14.Memiliki kecakapan untuk membangun
baik dengan berbagai pihak. koneksi dengan pihak terkait.
9. Memiliki kemampuan untuk 15.Memiliki sikap integritas dan kredibilitas
menerangkan ide dan rencana kerja untuk menumbuhkan kepercayaan.
kepada tim.
10.Kepemimpinan untuk membawa Kuesioner diberikan kepada khayalak
pengaruh positif di dalam proyek. terbatas sejumlah 50 responden yang telah
11.Memiliki sikap integritas dan kredibilitas ditentukan. Responden adalah stakeholder
untuk menumbuhkan kepercayaan. yang berkecimpung di dalam bidang profesi
Ketekniksipilan sebagai kontraktor dan

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 78
ISSN: 1411-1292
JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL · A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING· Vol. 26 No. 1 Januari 2022
E-ISSN: 2541-5484

konsultan perencana. Berdasarkan metode Karena jawaban narasumber belum tentu


purposive sampling. Tingkat pengembalian terurut dan terstruktur, maka identifikasi
respon sebesar 60% yang diperoleh terbagi tema ini dilakukan untuk merangkum poin-
sama rata antara kontraktor dan konsultan poin penting yang menjadi kunci jawaban
perencana. Menimbang keterbatasan tempat utama narasumber. Contoh aplikasinya
dan waktu penelitian, 30 sampel tersebut adalah misalkan jawaban narasumber
telah memenuhi syarat minimum bagi terhadap pertanyaan mengenai proses
penelitian yang berbentuk korelasi (Gay and penyusunan kurikulum mencakup poin-poin
Diehl, 1992). Dari hasil uji validitas dan seperti “Kampus Merdeka”, “Capaian
reliabilitas yang dilakukan, terdapat Pembelajaran”, dan “Akreditasi”, maka kata
beberapa pernyataan yang perlu digugurkan atau frasa tersebut akan digaris-bawahi
karena tidak memenuhi batas dari masing- menjadi sebuah kode yang mewakili tema.
masing metode uji, seperti memiliki nilai Penyatuan kode-kode yang membentuk tema
koefisien r-scale di bawah 0,514, ataupun diyakini mewakili kesamaan jawaban dari
nilai Alpha Cronbach yang tidak memenuhi para narasumber terhadap pertanyaan yang
batas minimum 0,6. Tahap analisis terakhir diajukan.
yang digunakan untuk menarik kesimpulan Tahap selanjutnya adalah koding dengan
dari data hasil uji validitas dan reliabilitas menggunakan metode aksial untuk
tersebut adalah Relative Important Index mengidentifikasi konteks yang menyeluruh
(RII). RII adalah ukuran relatif untuk seabagi gambaran besar jawaban
mengetahui nilai kepentingan dari sebuah narasumber. Tahap ini bertujuan untuk
data dalam satuan persen. mengidentifikasi hubungan dari kode yang
Langkah selanjutnya setelah pengumpulan telah diperoleh pada proses sebelumnya
data melalui kuesioner selesai dilakukan dengan mempertimbangkan latar dari
adalah wawancara terhadap kalangan argumen yang diutarakan oleh narasumber,
akademisi. Beberapa tenaga pengajar yang menilik konteks jawaban, memperkirakan
berpengalaman ditentukan sebagai kemungkinan intervensi, merumuskan
narasumber dengan pertimbangan bahwa strategi dalam menyikapi kemungkinan
mereka telah memahami dan terlibat intervensi, dan menyatakan konsekuensi
langsung di dalam perkembangan kurikulum sebagai penggabungan dari hubungan antar
perguruan tinggi di Indonesia. Hasil kode yang diperoleh. Menimbang hasil dari
wawancara yang berbentuk data kualitatif koding siklus sebelumnya, maka koding
akan dianalisis secara komprehensif dengan aksial akan melalui tahapan identifikasi
metode analisis koding dua siklus. Analisis sebagai berikut:
koding ini diperlukan untuk memberi daftar
1. Kode: Penyatuan CPL, Kampus
ide pokok berbentuk kode-kode yang
Merdeka, Stakeholder, Akreditasi
dirumuskan menjadi suatu gambar besar
2. Latar: stakeholder berpengaruh besar
yang menjawab tiap-tiap butir pertanyaan.
terhadap setiap perubahan kurikulum.
Proses koding siklus pertama dilakukan
3. Konteks: kampus Merdeka adalah salah
menggunakan koding deskriptif untuk
satu program pendidikan yang
mengukur kelompok data yang besar dan
menggantikan kebijakan kuri-kulum
beragam. Proses koding siklus kedua
sebelumnya.
dilakukan menggunakan koding aksial untuk
4. Intervensi seringkali urutan penyusun-an
menarik korelasi antar kode yang telah
dan penyatuan CPL tidak sesuai dengan
dirangkum dari siklus pertama untuk
mata kuliah eksisting.
menciptakan kesinambungan antar
5. Strategi: perlu dilakukan sinkorinisasi
pertanyaan.
CPL dengan mata kuliah penyerta.
Proses pengkodingan siklus pertama
6. Konsekuensi: sinkronisasi antara
dilakukan dengan tujuan untuk
penyatuan CPL dengan mata kuliah
mengidentifikasi tema. Tema ini merupakan
dalam kurikulum eksisting perlu ditinjau
perumusan atau pengerucutan ide pokok dari
ulang untuk memenuhi program Kampus
tiap-tiap hasil pertanyaan wawancara.

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 79
Klasifikasi Kebutuhan Soft Skill Bagi Lulusan Sarjana Teknik ............................................................................Venandra dan Wimala

Merdeka sesuai ketetapan dari lembaga perubahan kurikulum perguruan tinggi di


akreditasi. Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain dari evaluasi tahunan,
Langkah terakhir yang perlu dilakukan pertimbangan stakeholder, pengguna
dalam menyusun kesimpulan dari gabungan lulusan, dan program pemerintah.
hasil analisis kualitatif dan kuantitatif
sebelumnya adalah code weaving. Code
weaving adalah proses mengintegrasikan
keseluruhan narasi dan data yang didapat
menjadi suatu konklusi. Melalui konklusi Tabel 1. Kebutuhan utama soft skills
yang telah dirumuskan, sebuah rekomendasi Kebutuhan Soft Skill
program yang solutif dapat diberikan Kontraktor Konsultan Perencana
– Berkolaborasi – Kemauan belajar hal
sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya. – Kepemimpinan baru
– Kemampuan – Berpikir Praktis
HASIL DAN PEMBAHASAN mengatur waktu – Kreativitas
Kebutuhan Soft Skils Bagi Para Lulusan
Teknik Sipil Saat ini, kurikulum harus mengacu pada
Data yang telah dikumpulkan dan diseleksi standar dari program Kampus Merdeka.
selanjutnya akan dianalisis sebagai upaya Melalui program tersebut, diharapkan
penarikan kesimpulan. Dalam proses analisis adanya perhatian khusus terhadap kebutuhan
data, salah satu hal penting yang soft skill mahasiswa, yang diyakini dalam
mempengaruhi hasil akhirnya adalah profil beberapa aspek pekerjaan bahkan memiliki
responden kuesioner dan narasumber. Di keutamaan dalam mengukur keahlian
dalam pengumpulan data kuantitatif melalui seseorang dibandingkan dengan hard skill.
kuesioner, responden tentu harus memiliki Mata kuliah di dalam kurikulum tentunya
kapasitas dan kapabilitas, serta harus mampu menyesuaikan, salah satunya
berpengalaman untuk menjawab pertanyaan adalah dengan menyusun ulang proporsi
uji. Melalui pengantar kuesioner, diketahui antara mata kuliah yang bersifat teoritis dan
bahwa lebih dari 50% responden adalah praktis. Di dalam kelas perkuliahan,
mereka yang berpendidikan Strata 2 (S2), kelompok presentasi menjadi opsi pelatihan
dan 40% responden telah memiliki utama bagi pemberdayaan soft skill, yang
pengalaman di bidang pekerjaannya lebih melatih mahasiswa untuk terbiasa mencoba
dari 10 tahun. Sekitar 76,7% responden hal-hal baru. Opsi tersebut terbuka untuk
menjawab bahwa perusahaan mereka (atau dikembangkan lebih lanjut dengan metode-
tempat mereka berkarir) telah berdiri di atas metode baru akan menjadi lebih efisien dan
10 tahun, dan setengah diantaranya lebih menjangkau mahasiswa.
menjawab di atas 20 tahun. Pada bidang kontraktor, kebutuhan dari soft
Hasil dari perhitungan RII menujukkan hasil skill berkolaborasi didasari dengan kondisi
di mana tiga peringkat teratas kebutuhan soft intervensi bahwa individualisme marak di
skill untuk lulusan teknik sipil yang akan kalangan mahasiswa, sehingga
berkecimpung di profesi kontraktor adalah konsekuensinya adalah untuk membiasakan
berkolaborasi (90.7%), kepemimpinan kegiatan kelompok, misalnya kelompok
(89.3%), dan kemampuan mengatur waktu presentasi. Kedua adalah soft skill
(88%). Manakala, tiga peringkat teratas kepemimpinan, yang kebutuhannya didasari
kebutuhan soft skill untuk profesi konsultan dengan kondisi intervensi bahwa nilai dan
perencana adalah kemauan belajar hal baru Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) saat ini
(96%), berpikir praktis (94.7%), dan menjadi tolak ukur kelulusan mutlak,
kreativitas untuk menyesuaikan (90.7%). sehingga konsekuensinya adalah untuk
Tabel 1 memperlihatkan rangkuman dari mengajukan kegiatan berorganisasi sebagai
kebutuhan soft skill dari masing-masing sarana pengasah sekaligus syarat kelulusan.
bidang profesi berdasarkan hasil RII. Ketiga untuk soft skill kemampuan mengatur
Menyimpulkan konsekuensi yang diperoleh waktu, kebutuhannya didasari dengan
mengenai pertanyaan tentang kurikulum dan kondisi intervensi bahwa kebiasaan lulusan
kebutuhan soft skill, maka didapati bahwa sejak mahasiswa yang membudayakan

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 80
ISSN: 1411-1292
JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL · A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING· Vol. 26 No. 1 Januari 2022
E-ISSN: 2541-5484

absensi dan keterlambatan sebagai hal yang zaman dan menerapkan tugas yang bersifat
lumrah. Konsekuensi atas hal ini adalah aplikatif sebagai standar penilaian.
tanggapan dari pihak akademisi dan pengajar Mengingat peran dari konsultan perencana
untuk menyesuaikan kondisi dan kebutuhan yang erat hubungannya dengan desain, maka
peserta didik, salah satunya dengan kebutuhan untuk mau belajar hal yang baru
memberlakukan sanksi. tentunya sangat penting. Teknologi
Bagi pelaku konstruksi dari kalangan konstruksi yang berkembang dengan pesat
kontraktor selaku pengguna lulusan, tentunya akan dapat diadaptasi ke dalam
kebutuhan akan berkolaborasi tentunya desain gambar konstruksi sebagai inovasi.
sangat esensial. Karena sebuah proyek Lalu soft skill berpikir praktis timbul dari
konstruksi harus dikerjakan dalam beberapa kebutuhan seorang konsultan perencana
tim dan memiliki durasi pengerjaan yang untuk cekatan dalam mempertanggung-
cukup lama, maka kemampuan jawabkan revisi desain yang praktis dan
berkolaborasi ini menjadi prioritas. dapat diaplikasikan segera. Tentunya,
Kemudian, kebutuhan kontraktor akan soft kemungkinan gambar kerja yang dibuat pada
skill kepemimpinan tentunya tidak lepas dari awal pengerjaan konstruksi direvisi di
dibutuhkannya seorang pemimpin untuk tengah jalan sangat besar menimbang
mengambil keputusan yang penting terkait fluktuasi keadaan di proyek konstruksi yang
kelangsungan proyek. Di dalam kuesioner, tidak dapat sepenuhnya diprediksi. Ketiga,
sekitar sepertiga responden menjawab kebutuhan untuk kreativitas sangatlah
bahwa masalah terkait kepemimpinan dan berhubungan dengan kemauan untuk belajar
pengambil keputusan sering dijumpai pada hal baru. Bagi seorang konsultan perencana,
lulusan muda yang direkrut. Terakhir, bagaimana sebuah perkembangan teknologi
kebutuhan untuk mengatur waktu dengan dapat diadaptasi ke dalam proyek yang
baik dibutuhkan sebagai bentuk dikerjakan bergantung pada kreativitasnya.
kedisiplinan, karena proyek konstruksi harus Melalui pertimbangan hasil dari code
bekerja sesuai jadwal yang ditetapkan. weaving, maka sebuah teori formatif dapat
Pada bidang konsultan perencana, kebutuhan dijabarkan sebagai rumusan konsekuensi
dari soft skill kemauan belajar hal baru yang menjawab intervensi. Teori ini dapat
didasari dengan kondisi intervensi bahwa disebut sebagai Inisiasi Program 3P:
mahasiswa cenderung sulit untuk keluar dari pembenahan terhadap kurikulum eksisting,
zona nyamannya. Konsekuensi atas hal ini penyetaraan antara proporsi tiap-tiap mata
adalah untuk menginformasikan korelasi kuliah, dan metode perancangan yang
antara suatu skill tertentu dengan bersifat aplikatif bagi mahasiswa sebagai
kegunaannya dalam industri konstruksi wadah untuk melatih soft skill mereka.
profesional. Lalu untuk soft skill berpikir Sebuah konsep yang menyatukan dan
praktis, kebutuhannya timbul dari intervensi merealisasikan Program 3P tersebut dapat
bahwa beberapa mata kuliah di dalam berupa sebagai Interactive Graded
kurikulum teknik sipil sendiri belum Workshop (IGW). Program ini merupakan
membiasakan pemberdayaan mahasiswa sebuah program suplementif yang dapat
untuk berpikir praktis. Konsekuensi atas hal diartikan sebagai sebuah wadah pelatihan
ini adalah untuk menambah variasi pilihan yang interaktif dan dilaksanakan secara
mata kuliah yang bersifat praktis dan bertahap sebagai suatu bentuk komunitas
aplikatif. Terakhir untuk soft skill pembelajaran. Mengingat perlunya sebuah
kreativitas, kebutuhannya didasari dengan model pembelajaran yang mendukung
kondisi intervensi bahwa seringkali acuan perancangan, maka IGW ini dapat
pengajaran terlalu terpaku pada standar dilaksanakan dengan mengadaptasi flipped
kurikulum sehingga metode ajarnya kurang learning method. Metode yang telah populer
fleksibel. Konsekuensi atas hal ini adalah dan digunakan di berbagai negara ini pada
untuk memperkaya materi pengajaran dasarnya merupakan cara untuk “memutar-
dengan hal-hal yang berkembang seiring balikkan” alur pembelajaran. Jika pada
sistem belajar konvensional materi akan

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 81
Klasifikasi Kebutuhan Soft Skill Bagi Lulusan Sarjana Teknik ............................................................................Venandra dan Wimala

diberikan terlebih dahulu dan kemudian calon lulusan untuk dapat dipergunakan
dinilai melalui tugas, flipped learning di dalam dunia profesional kelak.
method mengutamakan pemberian tugas
terlebih dahulu kepada pelajar untuk diteliti Jika wadah pelatihan IGW dapat berhasil
dan dikerjakan, dan kemudian akan dibahas diimplementasikan ke dalam kurikulum
secara mendalam dan aplikatif pada sesi sebuah perguruan tinggi, maka proses
diskusi yang telah ditentukan setelahnya. kegiatan pembelajaran akan berubah dari
yang semula berbasis teacher-centered
SIMPULAN menjadi student-centered. Melalui
Keterkaitan pelatihan soft skill dengan pengadaptasian flipped learning method,
kebutuhannya pada sektor konstruksi pembelajaran yang berbasis student-centered
profesional tentunya tidak dapat dipisahkan. akan lebih mudah menjangkau kebutuhan
Masing-masing perusahaan konstruksi, baik mahasiswa dan membuka peluang untuk
mereka yang bergerak di bidang kontraktor mengembangkan soft skill yang telah
maupun konsultan perencana memiliki dimiliki. Pada akhirnya, seiring
ekspektasi dan kebutuhan soft skill yang perkembangan studi mahasiswa di dalam
berbeda dari calon karyawannya. perguruan tinggi selama tiga hingga empat
Merangkum hasil analisis yang telah tahun, komponen soft skill yang memang
dilakukan sebelumnya, maka kesimpulan semestinya dimiliki oleh tiap-tiap mahasiswa
untuk penelitian ini adalah: akan terbentuk dengan baik dan siap untuk
digunakan di dalam dunia kerja profesional.
1. Kebutuhan soft skill bagi kontraktor
meliputi berkolaborasi, kepemimpinan,
DAFTAR PUSTAKA
dan kemampuan mengatur waktu dengan
Bhattacharjee, S., Ghosh, S., Young-Corbett,
baik. Di lain sisi, kemauan untuk belajar
D.E., Fiori, C.M., 2013. Comparison of
hal baru, berpikir praktis, dan kreativitas
Industry Expectations and Student
adalah kebutuhan soft skill yang
Perceptions of Knowledge and Skills
menempati ekspektasi teratas yang
Required for Construction Career
diinginkan oleh konsultan perencana.
Success. Int. J. Constr. Educ. Res. 9, 19–
Masing-masing kebutuhan ini memiliki
38.
korelasi yang erat dengan tugas dari
https://doi.org/10.1080/15578771.2011.6
kedua bidang profesi yang diteliti.
47248
2. Proses belajar mengajar di dalam
Dean, S.A., East, J.I., 2019. Soft Skills
perguruan tinggi harus menyesuaikan
Needed for the 21st-Century Workforce.
dengan kebutuhan Kurikulum Merdeka
Int. J. Appl. Manag. Technol. 18, 17–32.
Belajar – Kampus Merdeka (MBKM)
https://doi.org/10.5590/ijamt.2019.18.1.0
yang dimana mahasiswa dapat terjun
2
langsung ke dalam dunia kerja sehingga
Gay, L.R., Diehl, P.L., 1992. Research
mendapatkan pengalaman yang lebih
Method for Business and Management.
banyak.
Macmillan Publishing Company.
3. Sebuah wadah pelatihan yang disebut
Hager, P., Crowley, S., Garrick, J., 2000.
sebagai Interactive Graded Workshop
Soft Skills in the Construction Industry :
(IGW) dapat menjadi pertimbangan
How Can the Generic Competencies
untuk dijadikan program suplementif
Assist Continuous Improvement? AARE
yang mendukung kebutuhan akan
Annu. Conf. 1–11.
pembenahan kurikulum, penyetaraan
Kementerian Pekerjaan Umum dan
materi pengajaran, dan pengayaan tugas
Perumahan Rakyat, 2019. Dirjen Bina
berbasis perancangan untuk menjawab
Konstruksi: Pelaksana Pengadaan Harus
kebutuhan akan soft skill terkait. Program
Pahami Peraturan Pengadaan
yang mengadaptasi flipped learning
Barang/Jasa Konstruksi [WWW
method akan mengubah alur
Document]. Direktorat Jenderal Bina
pembelajaran yang berfokus pada
Konstr. URL
perkembangan kemampuan soft skill para
https://binakonstruksi.pu.go.id/informasi-
terkini/sekretariat-direktorat-

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 82
ISSN: 1411-1292
JURNAL ILMIAH TEKNIK SIPIL · A SCIENTIFIC JOURNAL OF CIVIL ENGINEERING· Vol. 26 No. 1 Januari 2022
E-ISSN: 2541-5484

jenderal/dirjen-bina-konstruksi-
pelaksana-pengadaan-harus-pahami-
peraturan-pengadaan-barang-jasa-
konstruksi/
Kementerian Perindustrian, 2018. Tumbuh
5,14 Persen, Industri Masih Kontributor
Terbesar PDB Nasional. Kementerian.
Perindustrian Republik Indonesia.
Kenton, W., 2020. Soft Skills
https://www.investopedia.com/terms/s/so
ft-skills.asp.
Lemus Aguilar, I., Mosso Vallejo, E., 2007.
Identifying the Skills for Consultants
Working in Project-Based Organizations.
A Glimpse into the Mexican Consulting
Industry. January 2008, 84.
Majid, S., Liming, Z., Tong, S., Raihana, S.,
2012. Importance of Soft Skills for
Education and Career Success. Int. J.
Cross-Disciplinary Subj. Educ. 2, 1036–
1042.
https://doi.org/10.20533/ijcdse.2042.6364
.2012.0147
Schieg, M., 2009. Model for Integrated
Project Management. J. Bus. Econ.
Manag. 10, 149–160.
https://doi.org/10.3846/1611-
1699.2009.10.149-160
Sundari, C., 2019. Revolusi Industri 4.0
Merupakan Peluang dan Tantangan
Bisnis Bagi Generasi Milenial Di
Indonesia, di: Prosiding Seminar
Nasional Fakultas Ekonomi Untidar. pp.
555–563.
Troukens, K., 2013. Sharpen Your Soft Skills
in This Workshop of Underestimated
Project Management Tools
https://www.pmi.org/learning/library/skil
ls-underestimated-project-management-
tools-5918.. Proj. Manag. Inst.
Vasanthakumari, S., 2019. Soft Skills and Its
Application In Work Place. World J.
Adv. Res. Rev. 7.
https://www.researchgate.net/publication/
337181806_Soft_skills_and_its_applicati
on_in_work_place
World Bank, 2021. The Human Capital
Index 2020 Update: Human Capital in
the Time of Covid-19. Creative Commons
Attribution, Washington, DC.
https://doi.org/978-1-4648-1552-2

Program Studi Teknik Sipil · Fakultas Teknik · Univrsitas Udayana · Kampus Bukit Jimbaran – Bali 83

Anda mungkin juga menyukai