Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

PENGARUH SUMBERDAYA MANUSIA TERHADAP CONFLICT


MANAGEMENT PADA DUNIA KONSTRUKSI DI INDONESIA

Disusun Oleh :

Pradana Brio Laksono

236060100111027

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN .................................................................................................2

1.1 Latar belakang .......................................................................................................2

1.2 Permasalahan .........................................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................3

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................4

2.1 Manajemen SDM ...................................................................................................4

2.2 Definisi Konflik .....................................................................................................4

2.3 Sumber Konflik Dalam Proyek Konstruksi ..........................................................4

2.4 Faktor Penyebab Konflik Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi ...........................5

2.5 Kesuksesan Proyek ................................................................................................5

III. PEMBAHASAN ....................................................................................................8

3.1 Analisis Aspek Konflik dalam Industri Konstruksi Indonesia: ............................8

3.1.1 Perbedaan Interpretasi Spesifikasi Teknis .............................................................8

3.1.2 Perselisihan Jadwal Dan Anggaran........................................................................9

3.1.3 Perbedaan Budaya ...............................................................................................10

3.1.4 Kurangnya Koordinasi .........................................................................................12

3.1.5 Studi Kasus: Proyek Pembangunan Pusat Perbelanjaan Kota X .........................13

3.2 Peran Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Konflik ..................................15

3.3 Strategi Efektif untuk Mengelola Konflik ...........................................................16

3.4 Upaya Pencegahan Konflik melalui Manajemen Sumber Daya Manusia ..........17

IV. PENUTUP ...........................................................................................................20

4.1 Kesimpulan ..........................................................................................................20

4.2 Saran ....................................................................................................................20

Hal. 1
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara berkembang dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat
mengalami perkembangan signifikan pada sektor konstruksi. Pertumbuhan ini
diiringi dengan meningkatnya kompleksitas dan skala proyek konstruksi yang
semakin besar dan beragam. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah
manajemen konflik, yang kerap timbul dalam interaksi antara berbagai pihak
terkait pada dunia konstruksi di Indonesia. Sumber daya manusia menjadi faktor
utama yang memengaruhi kelancaran dan efektivitas penyelesaian proyek
konstruksi karena aktivitas di lapangan konstruksi melibatkan berbagai pihak
dengan kepentingan dan tujuan yang berbeda.

Ketika membahas tentang manajemen konflik pada sektor konstruksi Indonesia,


sumber daya manusia memegang peran sentral. Proses konstruksi melibatkan
beragam stakeholders seperti pemilik proyek, pengembang, manajer proyek,
konsultan, kontraktor, subkontraktor, pekerja, dan komunitas sekitar. Setiap
pihak memiliki peran yang krusial dalam menyelesaikan proyek konstruksi
dengan sukses.

Konflik-konflik yang terjadi di industri konstruksi Indonesia sering kali berakar


dari berbagai aspek, seperti perbedaan interpretasi terhadap spesifikasi teknis,
perselisihan terkait jadwal dan anggaran, perbedaan budaya, kurangnya
koordinasi, dan ketidaksesuaian kepentingan antarpihak. Kondisi ini dapat
memicu konflik internal di antara tim proyek maupun konflik eksternal dengan
pihak-pihak terkait.

Selain itu, faktor-faktor internal sumber daya manusia juga dapat mempengaruhi
manajemen konflik. Kurangnya keterampilan dalam negosiasi, kepemimpinan
yang lemah, komunikasi yang tidak efektif, serta kekurangan pengetahuan
tentang penyelesaian konflik dapat memperburuk situasi. Dalam konteks ini,
diperlukan peningkatan kompetensi dan pengetahuan sumber daya manusia
terkait manajemen konflik untuk menghadapi tantangan ini.

Peran manajemen sumber daya manusia yang efektif dalam industri konstruksi
tidak dapat diabaikan. Pelatihan, pengembangan, pemahaman yang mendalam
tentang prinsip-prinsip manajemen konflik, dan promosi budaya organisasi yang
mendorong kolaborasi dan penyelesaian konflik yang konstruktif menjadi kunci
untuk mencapai proyek konstruksi yang sukses dan berkelanjutan di Indonesia.

Dengan memahami dan mempertimbangkan pengaruh sumber daya manusia


terhadap manajemen konflik di industri konstruksi, dapat diambil langkah-

Hal. 2
langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas, keterampilan, dan kesadaran
seluruh tim proyek. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir potensi konflik serta
mengoptimalkan produktivitas dan kualitas hasil kerja dalam industri konstruksi
Indonesia.

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam manajemen konflik di industri konstruksi
Indonesia meliputi beragam aspek, seperti perbedaan interpretasi terhadap
spesifikasi teknis, perselisihan terkait jadwal dan anggaran, perbedaan budaya,
dan kurangnya koordinasi antarpihak. Faktor-faktor ini mempengaruhi dinamika
tim proyek dan hubungan antarpihak, mengakibatkan penundaan proyek, biaya
tambahan, penurunan produktivitas, dan reputasi yang tercoreng.

Di sisi lain, faktor internal sumber daya manusia juga turut berpengaruh dalam
manajemen konflik. Kurangnya keterampilan dalam berkomunikasi,
kepemimpinan yang kurang efektif, dan kelemahan dalam menanggapi konflik
dapat memperparah situasi. Oleh karena itu, pemahaman mendalam mengenai
peran sumber daya manusia dalam manajemen konflik menjadi penting untuk
mencari solusi yang tepat guna dan meminimalisir dampak negatifnya pada
proyek konstruksi.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh sumber daya
manusia dalam manajemen konflik di industri konstruksi Indonesia. Penelitian
ini akan membahas peran penting sumber daya manusia dalam mencapai
penyelesaian konflik yang konstruktif, strategi yang efektif untuk mengelola
konflik, serta upaya-upaya pencegahan konflik yang dapat dilakukan melalui
pengelolaan sumber daya manusia yang baik.

Dengan memahami dan menganalisis pengaruh sumber daya manusia terhadap


manajemen konflik di dunia konstruksi, diharapkan dapat dikembangkan strategi
yang memadai untuk meminimalisir konflik, meningkatkan produktivitas,
efisiensi, serta kualitas hasil proyek konstruksi di Indonesia. Hal ini akan
berdampak positif pada perkembangan industri konstruksi secara keseluruhan,
mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dan memberikan
kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat.

Hal. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen SDM


Manajemen sumber daya manusia (human resources management) adalah
rangkaian aktivitas organisasi yang diarahkan untuk menarik, mengembangkan,
dan mempertahankan tenaga kerja yang efektif. Manajer memiliki peran besar
dalam mengarahkan orang-orang yang berada di organisasi untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, termasuk memikirkan bagaimana memiliki manajemen
sumber daya manusia (MSDM) yang mampu bekerja secara efektif dan
fisien.Memang sudah menjadi tujuan umum bagian MSDM untuk mampu
memberikan kepuasan kerja yang maksimal kepada pihak manajemen
perusahaan yang lebih jauh mampu membawa pengaruh pada nilai perusahaan
(company value) baik secara jangka pendek maupun jangka panjang (SU
Nurmala. 2020).

Manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen yang menitik beratkan


perhatiannya kepada faktor produksi manusia dengan segala kegiatannya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia merupakan investasi yang
memegang peranan penting bagi perusahaan. Tanpa adanya sumber daya
manusia, faktor produksi lain tidak dapat dijalankan dengan maksimal untuk
mencapai tujuan perusahaan. Peranan manusia dalam mencapai tujuan tersebut
sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi (Dewi, Sudipta and
Setyowati, 2016).

2.2. Definisi Konflik


Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidakcocokan antar nilai atau tujuan-
tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam
hubungannya dengan orang lain. Kondisi yang telah dikemukakan tersebut dapat
mengganggu bahkan menghambat tercapainya emosi atau stres yang
mempengaruhi efisiensi dan produktivitas kerja (Thomas, 1978).

2.3. Sumber Konflik Dalam Proyek Konstruksi


Dalam setiap proyek konstruksi, di satu sisi perhatian utama kontraktor adalah
menyelesaikan proyek sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan berusaha
untuk dapat memperoleh keuntungan finansial, sementara di sisi lain owner
membutuhkan fasilitas yang baik dengan harga seekonomis mungkin. Tujuan
dari masing-masing pihak tersebut tampaknya bertentangan dan upaya-upaya
dari masing-masing pihak tersebut dalam mencapai tujuan mereka, mungkin
akan mengakibatkan konflik. Selain itu, dalam organisasi yang dibentuk untuk
melaksanakan proyek pembangunan terdiri dari berbagai disiplin ilmu, beragam
norma, perilaku dan budaya. Oleh karena itu, sangat jelas bahwa di dalam

Hal. 4
melaksanakan proyek berada pada lingkungan yang kompetitif yang dapat
menimbulkan ketegangan-ketegangan (Herman Susila & Suryo Handoyo,2016).

2.4. Faktor Penyebab Konflik Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi


Konflik pada tahap pelaksanaan terjadi manakala apa yang tertera dalam kontrak
tidak sesuai dengan apa yang dilaksanakan di lapangan. Dalam istilah umum
sering orang mengatakan bahwa pelaksanaan proyek di lapangan tidak sesuai
dengan bestek, baik bestek tertulis (kontrak kerja) dan atau bestek gambar
(lampiran-lampiran kontrak), ditambah perintah-perintah direksi/pengawas
proyek (manakala bestek tertulis dan bestek gambar masih ada yang belum
lengkap). Sedangkan faktor timbulnya konflik, menurut Shahab (2000) dan
Poerdiyatmono (2007), terdapat beberapa kasus, yaitu :
a. Perjanjian (kontrak) kerja dan dokumen konstruksi kurang lengkap.
b. Pelaksanaan pekerjaan dimulai tanpa pola urutan proses kerja, program waktu
serta garis kritis (time schedule).
c. Ketidak jelasan alur penyaluran dokumen.
d. Tanggung jawab yang kurang jelas.
e. Timbulnya variation order sepanjang masa pelaksanaan konstruksi, dengan
tidak mencatat, melaporkan atau mengantisipasi terhadap pengaruh
perubahan waktu dan biaya.
f. Site Engineer atau Koordinator Lapangan yang tidak menguasai seluruh
proses.
g. Terjadinya kerancuan istilah Quality Control dengan Quality Assurance.
h. Terdapat istilah-istilah yang membingungkan dalam dokumen kontrak.
i. Terdapat istilah-istilah yang dapat menimbulkan makna ganda dalam
dokumen kontrak.
j. Administrasi proyek yang tidak baik.
k. Idle time peralatan yang tidak efektif.
l. Banyaknya change order atau perubahan pekerjaan yang berakibat pada
pekerjaan tambah.
m. Keterlambatan pembayaran.
n. Adanya perbedaan pengertian kontrak yang berbahasa asing dengan kontrak
yang sama dan berbahasa Indonesia.

2.5. Kesuksesan Proyek


Kesuksesan proyek dilihat berdasarkan siklus hidup proyek menurut Khang dan
Moe (2004) meliputi conceptualizing (konsep), planning (perencanaan),
implementing (pelaksanaan), closing/completing (penutup) dan overall project
success (keseluruhan kesuksesan proyek). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek adalah :
a. Penggunaan sumber daya yang sesuai dengan rencana.

Hal. 5
Sumber daya sangat diperlukan dalam pelaksanaan untuk merealisasikan
proyek. Pemakaian sumber daya akan memberikan akibat pada biaya dan
jadwal pelaksanaan yang telah direncanakan. Dalam pelaksanaan proyek,
sumber daya harus tersedia dalam kualitas dan kuantitas yang cukup pada
waktunya, digunakan secara optimal, dimobilisasi secepat mungkin setelah
tidak diperlukan. Oleh karena itu sumber daya harus dikelola agar dalam
penggunaannya dapat efektif dan efisien.
b. Aktivitas pekerjaan sesuai dengan rencana.
Waktu merupakan parameter yang penting dalam mengukur kesuksesan
proyek. Perencanaan dan pengendalian waktu dilakukan dengan mengatur
jadwal, yaitu dengan cara mengidentifikasi titik kapan pekerjaan dimulai dan
kapan pekerjaan akan berakhir. Sering kalipengelola proyek beranggapan
Waktu merupakan parameter yang penting dalam mengukur kesuksesan
proyek. Perencanaan dan pengendalian waktu dilakukan dengan mengatur
jadwal, yaitu dengan cara mengidentifikasi titik kapan pekerjaan dimulai dan
kapan pekerjaan akan berakhir. Sering kali pengelola proyek beranggapan
c. Hasil pekerjaan sesuai dengan kualitas dan spesifikasi yang telah
direncanakan.
Untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang sesuai dengan kualitas yang
direncanakan maka harus melalui prosedur yang telah ditetapkan. Untuk
mencapai suatu tingkat kualitas yang dibutuhkan maka harus dapat memenuhi
fungsi-fungsi yang diharapkan dalam batasan berbagai persyaratan baik yang
bersifat teknis maupun non teknis. Spesifikasi dari kualitas pekerjaan
merupakan bagian dari sejumlah dokumen untuk menggambarkan suatu
fasilitas. Dokumen ini sebagai pedoman untuk mengendalikan kualitas.
Masalah utama dalam penulisan spesifikasi adalah adanya perbedaan
interpretasi pihak-pihak yang terlibat terhadap berbagai persyaratan yang
tercantum dalam dokumen tersebut.
d. Estimasi biaya yang baik dan akurat.
Ketidaktepatan yang terjadi dalam estimasi biaya proyek akan berakibat
kurang baik pada pihak-pihak yang terlibat dalam proyek. Estimasi biaya
proyek konstruksi merupakan proses analisis perhitungan berdasarkan pada
metode konstruksi, volume pekerjaan, dan ketersediaan berbagai sumber
daya dimana keseluruhannya membentuk operasi pelaksanaan optimal yang
membutuhkan pembiayaan. Estimasi dibuat jauh hari sebelum konstruksi
dimulai atau paling tidak selama pelaksanaannya, maka jumlah biaya yang
didapat berdasarkan analisis lebih merupakan taksiran biaya daripada biaya
yang sebenarnya (actual cost).
e. Semua stakeholders harus selalu mendapat informasi tentang proyek dan
merasa puas terhadap pekerjaan proyek.
Konflik mempengaruhi komunikasi pihak-pihak yang terkait (stakeholders).
Informasi yang diberikan tentang pelaksanaan proyek harus selalu update,

Hal. 6
sehingga stakeholders merasa puas akan hasil dari pelaksanaan proyek.
Informasi-informasi proyek yang diperlukan tersebut antara lain :
 Menjelaskan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
 Menjelaskan pekerjaan di lapangan yang telah dilaksanakan dan
informasi hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan di lapangan.
 Menjelaskan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam proyek.

Hal. 7
III. PEMBAHASAN

3.1. Analisis Aspek Konflik dalam Industri Konstruksi Indonesia:


Industri konstruksi di Indonesia menjadi salah satu tulang punggung dalam
pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan ekonomi. Namun, pertumbuhan pesat
sektor ini juga menghadirkan tantangan yang signifikan, terutama dalam hal
manajemen konflik. Konflik-konflik dalam industri konstruksi dapat berkaitan
dengan berbagai aspek, seperti perbedaan interpretasi spesifikasi teknis, perselisihan
terkait jadwal dan anggaran, perbedaan budaya, dan masalah koordinasi. Dalam
kerangka kerja ini, penulis akan mengeksplorasi terkait permasalahan konflik yang
sering muncul di industri konstruksi Indonesia. Berikut di bawah ini penjelasan
terkait dengan Konflik-konflik dalam industri konstruksi :

3.1.1. Perbedaan Interpretasi Spesifikasi Teknis


Perbedaan interpretasi spesifikasi teknis merupakan situasi di mana berbagai
pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi memiliki pemahaman atau
interpretasi yang berbeda terhadap persyaratan atau spesifikasi teknis yang
tercantum dalam dokumen kontrak proyek. Spesifikasi teknis adalah deskripsi
detail tentang bahan, metode, dan standar yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan proyek konstruksi. Berikut adalah penjelasan rinci mengenai
perbedaan interpretasi spesifikasi teknis dalam industri konstruksi:

a. Ketidakjelasan atau Ambiguitas dalam Spesifikasi: Dokumen spesifikasi teknis


seringkali dapat memiliki bahasa yang ambigu, sulit dipahami, atau memiliki
beberapa interpretasi yang mungkin. Istilah yang kurang jelas, kalimat ganda,
atau deskripsi yang tidak terperinci dapat menyebabkan interpretasi yang
berbeda-beda.

b. Keterbatasan Informasi: Spesifikasi teknis yang tidak lengkap atau kurangnya


informasi terperinci dapat mengakibatkan berbagai interpretasi. Pihak-pihak
yang terlibat mungkin harus mengisi celah informasi tersebut dengan
interpretasi mereka sendiri, yang dapat berbeda-beda.

c. Pemahaman Subyektif: Setiap pihak (misalnya, pemilik proyek, kontraktor,


inspektur, konsultan) dapat memiliki latar belakang, pengetahuan, dan
pengalaman yang berbeda. Hal ini dapat mempengaruhi cara mereka
memahami dan menginterpretasikan spesifikasi teknis yang sama.

d. Perbedaan Budaya dan Bahasa: Tim proyek di industri konstruksi sering kali
terdiri dari individu dengan latar belakang budaya dan bahasa yang beragam.
Perbedaan ini dapat mempengaruhi interpretasi spesifikasi teknis, terutama jika

Hal. 8
istilah atau frase dalam dokumen spesifikasi memiliki makna yang berbeda
dalam bahasa atau budaya tertentu.

e. Pengalaman dan Pengetahuan yang Berbeda: Tingkat pengalaman dan


pengetahuan teknis yang berbeda antara pihak-pihak yang terlibat dalam
proyek konstruksi dapat mempengaruhi interpretasi terhadap spesifikasi teknis.
Orang yang lebih berpengalaman mungkin memiliki interpretasi yang lebih
mendalam dan tepat dibandingkan dengan yang kurang berpengalaman.

f. Perspektif Profesional: Profesi yang berbeda-beda, seperti arsitek, insinyur,


atau ahli teknis, dapat memiliki perspektif dan pendekatan interpretasi yang
berbeda terhadap spesifikasi teknis sesuai dengan bidang keahlian mereka.

Penting untuk mencari pemahaman yang seragam dan sejelas mungkin terkait
spesifikasi teknis sebelum memulai proyek. Diskusi mendalam dan klarifikasi
spesifikasi teknis secara berkala selama proyek berlangsung adalah kunci untuk
mengatasi perbedaan interpretasi dan memastikan bahwa proyek berjalan sesuai
dengan standar yang diinginkan. Komunikasi yang terbuka dan efektif antarpihak
merupakan hal yang sangat penting untuk meminimalkan konflik akibat
perbedaan interpretasi spesifikasi teknis.

3.1.2. Perselisihan Jadwal Dan Anggaran


Perselisihan terkait jadwal dan anggaran dalam industri konstruksi merujuk pada
konflik yang timbul akibat perbedaan pendapat atau perselisihan antara berbagai
pihak terkait proyek konstruksi mengenai waktu pelaksanaan proyek (jadwal) dan
anggaran biaya yang dialokasikan untuk proyek tersebut. Perbedaan dalam
persepsi, perencanaan, dan pelaksanaan jadwal dan anggaran dapat menjadi
sumber konflik yang signifikan dalam industri konstruksi. Berikut adalah
penjelasan rinci tentang perselisihan terkait jadwal dan anggaran:

1. Perbedaan dalam Perkiraan Waktu Pelaksanaan (Jadwal):


 Pemilik proyek, kontraktor, dan konsultan mungkin memiliki pandangan
berbeda tentang berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek.
 Penundaan dalam pemberian izin, cuaca buruk, perubahan dalam peraturan,
atau masalah teknis dapat memengaruhi jadwal proyek dan memunculkan
konflik.

2. Konflik Anggaran Biaya (Anggaran):


 Perbedaan dalam perkiraan biaya proyek antara pemilik proyek dan
kontraktor adalah penyebab umum konflik. Pemilik proyek mungkin

Hal. 9
memiliki ekspektasi anggaran yang lebih rendah daripada tawaran yang
diajukan oleh kontraktor.
 Perubahan dalam peraturan atau spesifikasi proyek selama pelaksanaan
proyek dapat mengakibatkan peningkatan biaya yang tidak terduga.

3. Variabilitas Pasokan dan Harga Bahan Konstruksi:


 Fluktuasi harga bahan konstruksi dan pasokan yang tidak stabil dapat
memengaruhi anggaran proyek.
 Jika harga bahan bangunan naik tajam selama pelaksanaan proyek,
kontraktor mungkin menghadapi kesulitan memenuhi anggaran yang telah
disepakati.

4. Perubahan dalam Lingkungan Kerja:


 Perubahan yang tidak terduga dalam kondisi lingkungan, misalnya
perubahan cuaca ekstrem atau masalah keamanan yang muncul di lapangan
konstruksi, dapat mengganggu jadwal dan anggaran.

5. Manajemen Proyek yang Tidak Tepat:


 Kesalahan dalam perencanaan dan pengelolaan proyek, termasuk
pemantauan yang tidak memadai terhadap kemajuan proyek, dapat
menghasilkan ketidakpastian dalam jadwal dan anggaran.

6. Ketidaksetujuan dalam Perubahan Lingkup:


 Jika ada perubahan dalam lingkup proyek yang tidak dikelola dengan baik,
ini dapat menyebabkan perbedaan pendapat mengenai biaya tambahan dan
peningkatan waktu pelaksanaan.

7. Kurangnya Dokumentasi yang Jelas:


 Dokumentasi yang tidak jelas atau tidak memadai mengenai jadwal dan
anggaran proyek dapat menjadi sumber konflik, karena tidak ada panduan
yang jelas untuk menyelesaikan perselisihan.

Untuk mengatasi perselisihan terkait jadwal dan anggaran, penting bagi semua
pihak terlibat, termasuk pemilik proyek, kontraktor, konsultan, dan pengawas,
untuk memiliki komunikasi yang terbuka dan transparan. Selain itu, kontrak yang
baik, dokumentasi yang akurat, dan pemantauan proyek yang cermat dapat
membantu mencegah dan mengatasi konflik terkait jadwal dan anggaran dalam
industri konstruksi.

3.1.3. Perbedaan Budaya


Konflik yang berkaitan dengan perbedaan budaya dalam industri konstruksi
Indonesia merujuk pada ketegangan atau perselisihan yang muncul akibat adanya

Hal. 10
perbedaan budaya antara individu, tim, atau pihak yang terlibat dalam proyek
konstruksi. Perbedaan budaya meliputi perbedaan dalam norma, nilai,
kepercayaan, komunikasi, etika kerja, serta cara berpikir dan berperilaku. Konflik
perbedaan budaya dapat memiliki dampak signifikan pada proyek konstruksi,
termasuk penundaan, peningkatan biaya, atau ketegangan antarpihak. Berikut
penjelasan lebih rinci mengenai konflik perbedaan budaya dalam industri
konstruksi Indonesia:
1. Komunikasi yang Tidak Efektif:
 Perbedaan bahasa dan cara berkomunikasi dapat mengakibatkan
ketidakpahaman dan kesalahpahaman di antara berbagai pihak yang
terlibat dalam proyek.
 Norma-norma sosial yang berbeda dalam komunikasi, seperti tingkat
kesopanan yang diharapkan atau tingkat ekspresi emosi, dapat
menciptakan konflik.

2. Perbedaan Nilai dan Norma Etika Kerja:


 Perbedaan dalam nilai-nilai yang ditekankan dalam budaya masing-
masing dapat mempengaruhi cara berpikir tentang etika kerja dan
tanggung jawab terhadap proyek.
 Misalnya, budaya yang menekankan individualisme mungkin
bertentangan dengan budaya yang lebih kolektivis dalam hal pengambilan
keputusan tim.

3. Konflik Antar-Generasi:
 Indonesia memiliki budaya yang beragam dan multi-generasi di tempat
kerja. Perbedaan antara generasi dalam pandangan, sikap, dan nilai-nilai
dapat menciptakan ketegangan dalam tim proyek.
 Perbedaan dalam pemahaman teknologi, sikap terhadap otoritas, dan cara
bekerja dapat menjadi sumber konflik antar-generasi.

4. Perbedaan dalam Pengelolaan Konflik:


 Budaya dapat mempengaruhi cara individu dan kelompok mengelola
konflik. Ada budaya yang lebih cenderung menyelesaikan konflik secara
terbuka dan proaktif, sementara budaya lain mungkin lebih menghindari
konflik atau memendamnya.

5. Perbedaan dalam Kebiasaan Kerja:


 Perbedaan dalam kebiasaan kerja sehari-hari, seperti pola kerja, kehadiran
di tempat kerja, atau ekspektasi tentang produktivitas, dapat menimbulkan
konflik.

Hal. 11
 Misalnya, budaya yang memiliki harapan tinggi terhadap jam kerja
panjang mungkin bertentangan dengan budaya yang menekankan
keseimbangan kerja-hidup.

6. Perbedaan dalam Kepemimpinan dan Struktur Hierarki:


 Budaya juga memengaruhi ekspektasi terhadap peran pemimpin dan
struktur hierarki di tempat kerja.
 Perbedaan dalam cara kepemimpinan diinterpretasikan atau dijalankan
dapat menciptakan ketidaksepakatan dalam tim proyek.

Untuk mengatasi konflik perbedaan budaya, penting untuk memahami dan


menghargai keragaman budaya serta menciptakan lingkungan kerja yang inklusif
dan terbuka. Pelatihan multikultural, pendekatan komunikasi yang efektif, dan
kesadaran tentang perbedaan budaya dapat membantu mengurangi potensi konflik
dan meningkatkan kerja sama dalam industri konstruksi Indonesia. Upaya untuk
membangun pemahaman bersama dan menghormati perbedaan budaya dapat
menghasilkan proyek-proyek konstruksi yang lebih sukses dan harmonis.

3.1.4. Kurangnya Koordinasi


Konflik yang muncul akibat kurangnya koordinasi dalam industri konstruksi
Indonesia merujuk pada masalah dan perselisihan yang timbul karena kekurangan
koordinasi antara berbagai pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi.
Koordinasi yang buruk atau tidak memadai dapat mengakibatkan permasalahan
yang serius dan berpotensi mengganggu kelancaran proyek. Berikut adalah
penjelasan lebih rinci mengenai konflik akibat kurangnya koordinasi dalam
industri konstruksi Indonesia:
1. Perbedaan dalam Perencanaan dan Penjadwalan:
 Kurangnya koordinasi dapat menyebabkan perbedaan dalam perencanaan
dan penjadwalan antara berbagai pihak proyek, seperti pemilik proyek,
kontraktor, dan subkontraktor. Ini dapat mengakibatkan tumpang tindih
pekerjaan, penundaan, dan konflik jadwal.

2. Komunikasi yang Terputus:


 Ketika koordinasi gagal, komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat bisa
terhambat. Informasi penting mungkin tidak tersebar dengan baik, atau
bahkan hilang, yang dapat menyulitkan pengambilan keputusan yang tepat
waktu dan akurat.

3. Ketidakpastian dalam Penugasan Tugas:


 Kekurangan koordinasi dapat menciptakan ketidakpastian dalam hal siapa
yang bertanggung jawab atas tugas atau area tertentu dalam proyek. Ini

Hal. 12
dapat mengakibatkan tumpang tindih atau tugas yang tidak diselesaikan
dengan baik.

4. Penyelenggaraan yang Tidak Teratur:


 Kurangnya koordinasi seringkali berarti bahwa proyek tidak terorganisir
dengan baik. Ini dapat mencakup ketidakpastian dalam penyimpanan dan
penggunaan bahan, pemantauan kualitas kerja, serta logistik lapangan.

5. Tumpang Tindih dalam Penggunaan Sumber Daya:


 Kurangnya koordinasi dapat menyebabkan penggunaan sumber daya yang
tidak efisien. Sebagai contoh, dua kelompok pekerja yang berbeda
mungkin bekerja pada proyek yang sama di waktu yang bersamaan tanpa
alasan yang jelas.

6. Konflik terkait Perubahan Lingkup:


 Kurangnya koordinasi dapat membuat sulit untuk mengelola perubahan
lingkup proyek. Ini dapat mengakibatkan perselisihan tentang perubahan
biaya atau jadwal yang diperlukan.

7. Ketidakpastian Hukum dan Kontrak:


 Peraturan dan kontrak mungkin tidak diikuti atau tidak dipahami dengan
baik karena kurangnya koordinasi. Ini dapat mengakibatkan perselisihan
hukum yang berpotensi mahal.

Untuk mengatasi konflik akibat kurangnya koordinasi dalam industri konstruksi


Indonesia, diperlukan upaya untuk memperbaiki komunikasi, penjadwalan, dan
perencanaan proyek. Ini melibatkan penggunaan perangkat lunak manajemen
proyek yang canggih, komunikasi yang terbuka dan teratur, serta pertemuan
koordinasi yang berkala di antara semua pihak yang terlibat. Pengembangan
perencanaan proyek yang baik, pemantauan yang cermat, serta kesadaran tentang
peran masing-masing dalam proyek juga penting untuk menghindari konflik yang
disebabkan oleh kurangnya koordinasi.

3.1.5. Studi Kasus: Proyek Pembangunan Pusat Perbelanjaan Kota X


Studi kasus di bawah ini menggambarkan situasi di lapangan konstruksi di
Indonesia yang melibatkan konflik akibat kurangnya koordinasi antara berbagai
pihak yang terlibat dalam sebuah proyek.
Studi kasus di bawah ini menggambarkan situasi di lapangan konstruksi di
Indonesia yang melibatkan konflik akibat kurangnya koordinasi antara berbagai
pihak yang terlibat dalam sebuah proyek. Berikut di bawah ini adalah Konflik
beserta dengan penjelasannya :

Hal. 13
a. Perbedaan dalam Jadwal Penyelesaian: Kontraktor utama merencanakan
jadwal yang agak ketat, tetapi kontraktor listrik dan mekanikal tidak mendapat
informasi secara lengkap dan tepat waktu mengenai jadwal tersebut.
Akibatnya, mereka mulai pekerjaan mereka terlambat, menciptakan tumpang
tindih dan ketidakpastian mengenai kapan mereka seharusnya menyelesaikan
tugas mereka.

b. Tumpang Tindih dalam Penggunaan Ruang: Pada suatu titik, kontraktor untuk
pekerjaan bangunan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan konstruksi
beberapa bagian bangunan utama, sementara kontraktor listrik dan mekanikal
siap untuk memasang peralatan mereka. Hal ini menciptakan ketidakpastian
tentang bagaimana ruang tersebut harus digunakan dan berpotensi memicu
perselisihan terkait biaya penyimpanan dan jadwal.

c. Komunikasi yang Terputus: Koordinasi antara semua pihak dalam proyek


terganggu akibat kurangnya pertemuan yang teratur. Ketika konflik muncul,
sulit untuk mengatasi masalah dengan cepat karena kurangnya komunikasi
yang efektif.

d. Konflik Anggaran: Kontraktor listrik dan mekanikal menghadapi tantangan


dalam mencocokkan anggaran mereka dengan jadwal yang tidak pasti. Mereka
mengklaim bahwa kontraktor utama tidak memberikan informasi yang cukup
untuk membantu mereka merencanakan dengan baik.

e. Ketidakpastian dalam Penugasan Tugas: Karena peran dan tanggung jawab


masing-masing kontraktor dalam proyek tidak jelas dan terkadang tumpang
tindih, tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan oleh satu kelompok sering kali
diambil alih oleh kelompok lain, yang menyulitkan perencanaan dan
pelaksanaan tugas.

f. Tantangan Hukum: Perselisihan antara berbagai pihak menciptakan


ketidakpastian hukum dan kontraktual. Ini mengharuskan pihak-pihak terlibat
untuk mencari penyelesaian melalui proses hukum, yang memakan waktu dan
biaya.

Dalam kasus ini, konflik yang terjadi dapat mengakibatkan penundaan proyek,
peningkatan biaya, dan ketegangan antarpihak. Untuk mengatasi masalah
tersebut, pihak-pihak yang terlibat seharusnya fokus pada perbaikan koordinasi,
komunikasi yang lebih baik, dan pemantauan yang cermat. Pertemuan rutin,
pembahasan jadwal dan anggaran yang lebih terperinci, serta pemahaman bersama
mengenai peran dan tanggung jawab masing-masing kontraktor dapat membantu
menghindari konflik yang disebabkan oleh kurangnya koordinasi.

Hal. 14
3.2. Peran Sumber Daya Manusia dalam Manajemen Konflik:
Peran sumber daya manusia adalah aspek penting dalam manajemen konflik, dan
terdiri dari berbagai elemen, termasuk keterampilan interpersonal, kepemimpinan,
dan kemampuan komunikasi yang efektif. Di bawah ini, akan dijelaskan secara rinci
tentang bagaimana peran sumber daya manusia memengaruhi identifikasi,
manajemen, dan penyelesaian konflik dalam industri konstruksi:

a. Keterampilan Interpersonal yang Efektif:


 Keterampilan interpersonal yang efektif adalah elemen kunci dalam
mengelola konflik. Individu yang terampil dalam berinteraksi dengan rekan
kerja dan pemangku kepentingan proyek lainnya cenderung dapat
mengidentifikasi potensi konflik lebih awal.
 Kemampuan untuk membaca isyarat non-verbal, mendengarkan dengan baik,
dan memahami perspektif orang lain membantu dalam mengidentifikasi
perbedaan pendapat dan ketegangan sebelum mereka berkembang menjadi
konflik yang lebih besar.

b. Kepemimpinan yang Mendorong Kolaborasi:


 Kepemimpinan yang efektif dalam industri konstruksi dapat memainkan
peran penting dalam mencegah dan mengelola konflik. Pemimpin yang
mempromosikan budaya kolaborasi dan kerja sama memungkinkan tim
proyek untuk lebih efisien mengidentifikasi dan menyelesaikan perbedaan.
 Kepemimpinan yang memberikan arah yang jelas, memotivasi tim, dan
memfasilitasi komunikasi terbuka membantu mengurangi ketegangan dan
mencegah eskalasi konflik.

c. Kemampuan Komunikasi yang Efektif:


 Komunikasi yang efektif adalah kunci dalam mengelola konflik. Ini termasuk
kemampuan untuk menyampaikan pesan secara jelas, merespons dengan
empati, dan membahas perbedaan pendapat secara konstruktif.
 Manajer proyek, insinyur, dan semua pihak terlibat perlu mengembangkan
kemampuan komunikasi mereka untuk memastikan informasi yang
diperlukan tersampaikan dengan tepat dan untuk memfasilitasi dialog yang
konstruktif.

d. Identifikasi Awal dan Pencegahan Konflik:


 Sumber daya manusia dalam industri konstruksi harus dilatih untuk
mengenali tanda-tanda awal konflik, seperti ketidaksetujuan atau tanda-tanda
ketegangan di antara tim proyek.
 Dengan mengidentifikasi potensi konflik lebih awal, tindakan pencegahan
dapat diambil untuk menghindari eskalasi konflik.

Hal. 15
e. Penyelesaian Konflik yang Konstruktif:
 Ketika konflik muncul, peran sumber daya manusia adalah untuk mengejar
penyelesaian yang konstruktif. Ini melibatkan kemampuan untuk berunding,
mencapai kesepakatan, dan meresolusi perselisihan tanpa merusak hubungan
atau mengganggu proyek.
 Sumber daya manusia juga perlu memahami berbagai teknik penyelesaian
konflik, termasuk mediasi, arbitrase, atau perundingan, serta kapan dan
bagaimana menggunakannya dengan bijak.

f. Pembelajaran dari Konflik Sebelumnya:


 Pengalaman dari konflik sebelumnya dapat digunakan sebagai pelajaran
berharga untuk perbaikan dalam manajemen konflik di masa depan. Tim
proyek harus menganalisis konflik yang telah terjadi dan mengidentifikasi
cara-cara untuk menghindari situasi serupa di proyek selanjutnya.

Dalam industri konstruksi Indonesia, di mana proyek-proyek sering melibatkan


berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda, pengelolaan konflik yang efektif
melalui peran sumber daya manusia yang baik adalah kunci untuk menjaga
kelancaran proyek dan mencapai hasil yang sukses. Keterampilan interpersonal,
kepemimpinan yang kolaboratif, dan komunikasi yang efektif menjadi landasan bagi
penanganan dan manajemen konflik yang berhasil di lapangan konstruksi.

3.3. Strategi Efektif untuk Mengelola Konflik:


Mengelola konflik dengan efektif dalam industri konstruksi memerlukan strategi
yang matang. Berikut adalah beberapa teknik dan pendekatan yang dapat digunakan,
serta contoh studi kasus yang mengilustrasikan penggunaan strategi tersebut:

1. Teknik Negosiasi:
Teknik negosiasi melibatkan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dalam
mencari solusi yang dapat diterima oleh semua pihak melalui kompromi dan
perundingan. Negosiasi efektif membutuhkan keterampilan komunikasi,
kesabaran, dan kemampuan untuk mencapai kesepakatan yang saling
menguntungkan.

Contoh Studi Kasus Negosiasi:


Sebuah proyek konstruksi besar di Jakarta mengalami penundaan akibat
perubahan dalam spesifikasi teknis yang diperlukan oleh pemilik proyek.
Kontraktor utama ingin mendapatkan kompensasi tambahan untuk biaya
tambahan dan penundaan ini. Pemilik proyek sebaliknya ingin meminimalkan
biaya tambahan. Melalui serangkaian pertemuan negosiasi, kedua belah pihak
dapat mencapai kesepakatan yang mengakomodasi kebutuhan mereka dan
memungkinkan proyek berlanjut tanpa konflik yang lebih besar.

Hal. 16
2. Mediasi:
Mediasi melibatkan pihak ketiga yang netral (mediator) yang membantu pihak-
pihak yang berselisih dalam menemukan solusi. Mediator tidak memutuskan
hasil, tetapi membantu pihak-pihak berkomunikasi dengan lebih efektif dan
mencapai kesepakatan.

Contoh Studi Kasus Mediasi:


Dalam proyek renovasi rumah besar, konflik muncul antara pemilik rumah dan
kontraktor terkait waktu penyelesaian dan kualitas pekerjaan. Mereka
memutuskan untuk mendatangkan mediator yang berpengalaman dalam
konstruksi. Mediator membantu mereka berbicara tentang perasaan dan
kekhawatiran masing-masing pihak, dan akhirnya, pihak-pihak mencapai
kesepakatan tentang perubahan jadwal dan perbaikan kualitas tanpa harus
melibatkan proses hukum yang mahal.

3. Penyelesaian Konflik yang Konstruktif:


Penyelesaian konflik yang konstruktif adalah pendekatan yang lebih luas yang
mencakup berbagai metode, termasuk negosiasi, mediasi, dan kolaborasi. Ini
memerlukan pihak-pihak terlibat untuk bekerja sama untuk mengidentifikasi
solusi yang dapat diterima oleh semua pihak dan yang mempertimbangkan
kepentingan semua pihak.

Contoh Studi Kasus Penyelesaian Konflik yang Konstruktif:


Dalam sebuah proyek konstruksi rumah susun, terjadi konflik antara pemilik
lahan, pengembang, dan kontraktor utama terkait dengan perubahan lingkup dan
biaya tambahan. Pihak-pihak yang berselisih memutuskan untuk membentuk tim
proyek yang terdiri dari anggota dari setiap kelompok. Mereka bekerja bersama
untuk mengidentifikasi solusi yang memadai untuk memastikan bahwa proyek
selesai sesuai jadwal dan anggaran.

Pada akhirnya, penanganan konflik di industri konstruksi memerlukan komitmen dari


semua pihak untuk mencari solusi yang saling menguntungkan dan berfokus pada
kelancaran proyek. Sementara teknik negosiasi, mediasi, dan penyelesaian konflik
yang konstruktif adalah alat penting dalam manajemen konflik, penting juga untuk
menciptakan lingkungan kerja yang terbuka, dengan komunikasi yang efektif dan
kepemimpinan yang kolaboratif untuk mencegah konflik sebisa mungkin dan
mengatasi konflik ketika muncul.

3.4. Upaya Pencegahan Konflik melalui Manajemen Sumber Daya Manusia:


Dalam bagian ini, akan diperkenalkan langkah-langkah atau praktik terbaik untuk
mencegah terjadinya konflik di awal proyek konstruksi melalui manajemen sumber

Hal. 17
daya manusia yang baik. Ini termasuk aspek pelatihan, pengembangan keterampilan,
pemilihan tim, dan peningkatan komunikasi internal dan eksternal.
Mencegah konflik di awal proyek konstruksi melalui manajemen sumber daya
manusia yang baik adalah kunci untuk mencapai kelancaran dan efisiensi dalam
pelaksanaan proyek. Berikut adalah langkah-langkah dan praktik terbaik yang dapat
diterapkan:
A. Pemilihan Tim yang Tepat:
 Langkah pertama adalah memastikan bahwa Anda memilih tim proyek yang
sesuai untuk proyek konstruksi tersebut. Ini mencakup mempertimbangkan
pengalaman, keterampilan, dan latar belakang yang relevan dari anggota tim.
 Pastikan bahwa tim memiliki keahlian yang sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab mereka untuk menghindari konflik yang mungkin timbul
akibat ketidakcocokan dalam kualifikasi.

B. Klarifikasi Peran dan Tanggung Jawab:


 Dalam awal proyek, penting untuk memberikan penjelasan yang jelas tentang
peran dan tanggung jawab masing-masing anggota tim. Ini mencakup peran
pemilik proyek, kontraktor utama, subkontraktor, dan penyedia layanan
lainnya.
 Penjelasan yang jelas akan membantu menghindari tumpang tindih tanggung
jawab dan ketidakjelasan, yang sering menjadi penyebab konflik.

C. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan:


 Memberikan pelatihan dan pengembangan keterampilan kepada tim adalah
praktik yang baik untuk mencegah konflik. Ini termasuk pelatihan tentang
manajemen konflik, komunikasi, kepemimpinan, dan keterampilan teknis
yang relevan.
 Ketika tim memiliki keterampilan ini, mereka lebih mungkin untuk mengatasi
perbedaan pendapat dan permasalahan sebelum mereka berkembang menjadi
konflik yang lebih besar.

D. Kesepakatan Kontrak yang Jelas:


 Kesepakatan kontrak yang jelas dan komprehensif antara semua pihak proyek
adalah kunci untuk menghindari konflik. Kontrak harus menguraikan jadwal,
anggaran, perubahan lingkup, dan semua detail proyek dengan sangat rinci.
 Ini akan membantu menghindari perbedaan interpretasi yang mungkin timbul
selama pelaksanaan proyek.

E. Komunikasi yang Terbuka dan Rutin:


 Memastikan komunikasi yang terbuka antara semua pihak terkait proyek
adalah esensial. Pertemuan rutin dan pembaruan berkala membantu dalam

Hal. 18
memastikan bahwa semua pihak memahami perkembangan proyek dan
masalah yang mungkin timbul.
 Komunikasi yang efektif juga mencakup memberikan pelatihan kepada tim
tentang bagaimana berkomunikasi dengan baik dan mengelola perbedaan
pendapat secara konstruktif.

F. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja:


 Pemantauan dan evaluasi kinerja adalah penting untuk memastikan bahwa
semua anggota tim memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak. Ini juga
membantu mengidentifikasi masalah potensial sebelum mereka menjadi
konflik yang serius.
 Evaluasi kinerja yang adil dan obyektif memungkinkan untuk peningkatan
dan pencegahan konflik di kemudian hari.

Contoh Praktik Terbaik:


Sebuah perusahaan konstruksi di Indonesia yang memutuskan untuk memulai proyek
besar telah mengadakan workshop pemilihan tim. Mereka mengevaluasi
keterampilan dan pengalaman para kandidat untuk memastikan kesesuaian dengan
proyek tersebut. Setelah tim terbentuk, mereka mengadakan pelatihan berkelanjutan
dalam komunikasi dan manajemen konflik untuk mempersiapkan anggota tim dalam
menghadapi permasalahan yang mungkin muncul.

Selain itu, perusahaan ini memiliki kebijakan komunikasi yang terbuka dan rutin.
Mereka mengadakan pertemuan proyek mingguan dan membuat laporan berkala
yang diberikan kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek. Dengan demikian,
semua anggota tim selalu mendapatkan pemahaman yang jelas tentang
perkembangan proyek dan memiliki kesempatan untuk mengidentifikasi
permasalahan lebih awal. Kombinasi pemilihan tim yang cermat, pelatihan, dan
komunikasi yang terbuka telah membantu perusahaan ini mencegah konflik yang
serius dalam proyek-proyek mereka.

Hal. 19
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam industri konstruksi di Indonesia, manajemen sumber daya manusia yang baik
memiliki peran kunci dalam mencegah dan mengelola konflik. Terdapat beberapa
praktik terbaik yang dapat membantu mencegah terjadinya konflik di awal proyek
konstruksi:

1. Pemilihan Tim yang Tepat : Memastikan tim proyek


terdiri dari individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang relevan.
2. Klarifikasi Peran dan Tanggung Jawab : Memberikan penjelasan
yang jelas tentang peran dan tanggung jawab masing-masing anggota tim.
3. Pelatihan dan Pengembangan Keterampilan : Melakukan pelatihan yang
mencakup keterampilan manajemen konflik, komunikasi, kepemimpinan, dan
keterampilan teknis yang relevan.
4. Kesepakatan Kontrak yang Jelas : Mengatur kontrak yang rinci
dan komprehensif antara semua pihak proyek.
5. Komunikasi yang Terbuka dan Rutin : Menjaga komunikasi yang
terbuka dan berkomunikasi secara teratur untuk memastikan pemahaman yang
jelas tentang perkembangan proyek.
6. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja : Melakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja yang adil dan obyektif untuk mengidentifikasi masalah potensial
sebelum mereka menjadi konflik.
Dalam mengaplikasikan praktik terbaik ini, perusahaan konstruksi dapat mencapai
manajemen sumber daya manusia yang efektif dan meminimalkan risiko konflik.
Penekanan pada komunikasi yang efektif, pelatihan keterampilan, dan evaluasi
kinerja membantu menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan produktif.

4.2 Saran
Dalam mengaplikasikan praktik terbaik ini, perusahaan konstruksi dapat mencapai
manajemen sumber daya manusia yang efektif dan meminimalkan risiko konflik.
Penekanan pada komunikasi yang efektif, pelatihan keterampilan, dan evaluasi
kinerja membantu menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan produktif.

Hal. 20
IV. DAFTAR PUSTAKA

Iwan Supriyadi, Endang Khamdari, Fajar Susilowati. 2020. Peran Manajemen Sumber
Daya Manusia Dalam Peningkatan Kinerja Perusahaan Konstruksi. dalam ORBITH :
VOL. 16 NO. 1 (2020) (Hal. 27 - 34). Diakses pada 17 Oktober 2023 pukul 16.30 WIB
dari http://dx.doi.org/10.32497/orbith.v16i1.2065

SU Nurmala. 2020. Bab II Tinjauan Pustaka. Repositori STEI. Diakses pada 17 Oktober
2023 pukul 16.45 WIB dari http://repository.stei.ac.id/1034/3/BAB%202.pdf

Herman Susila. Surakarta. Metode penanganan konflik dalam pelaksanaan proyek


konstruksi gedung di Surakarta. Dalam Jurnal Teknik Sipil dan Arsitektur. VOL 12 NO
16 (2012). Di akses pada 17 Oktober 2023 pukul 17.00 WIB dari
https://media.neliti.com/media/publications/141986-ID-metode-penanganan-konflik-
dalam-pelaksan.pdf

Herman Susila, Suryo Handoyo. Surakarta. Analisis Pengaruh Konflik Dalam


Pelaksanaan Konstruksi Terhadap Kesuksesan Proyek. Dalam Jurnal Teknik Sipil dan
Arsitektur: VOL. 18 NO. 22 (2016). Di akses pada 17 Oktober 2023 pukul 17.30 WIB
dari https://media.neliti.com/media/publications/141621-ID-analisis-pengaruh-konflik-
dalam-pelaksan.pdf

Thabroni, Gamal. 2022. Manajemen Konflik: Pengertian, Pendekatan, Strategi, Proses,


dll. Di akses pada 20 Oktober 2023 pukul 18.15 WIB dari https://serupa.id/manajemen-
konflik-pengertian-pendekatan-strategi-proses-dll/

Kho, Budi. 2018. 5 Strategi Manajemen Konflik. Di akses pada 20 Oktober 2023 pukul
18.30 WIB dari https://ilmumanajemenindustri.com/5-strategi-manajemen-konflik/

Hal. 21

Anda mungkin juga menyukai