Anda di halaman 1dari 5

Pigmentasi pada Kulit dan Palatal Akibat Konsumsi Chloroquine Pada Pasien Rheumatoid Arthritis:

Laporan Kasus

Kívia Linhares Ferrazzo, Márcia Rodrigues Payeras, Patrícia Surkamp, Cristiane Cademartori Danesi
Reviewer
Eka Novita Sari , Fitria Ayu Mutiarasari2, Fathin Fahmi3, Anindita Laksitasari2
1

1Mahasiswa Program Profesi Dokter Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

2Bagian Ilmu Penyakit Mulut, Kedokteran Gigi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Email : ekanovitasari945@gmail.com, fathinf03@gmail.com, ft.fitriaayuartyaella@gmail.com,

Abstrak

Pendahuluan: Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang paling umum terjadi pada orang dewasa. Rasa nyeri pada persendian
berupa pembengkakan, panas, eritema dan gangguan fungsi merupakan gambaran klinis yang klasik untuk rheumatoid arthritis. Terapi farmakologi
pada penyakit ini seringkali menggunakan Chloroquine difosfat. Penggunaan obat ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan pigmentasi pada
mukosa dan kulit, terjadi toksisitas dan kehilangan penglihatan secara ireversibel. Tujuan: Artikel ini ditujukan sebagai referensi bagi penanganan
pigmentasi kulit dan palatal akibat penggunaan chloroquine difosfat. Laporan kasus: seorang wanita berusia 40 tahun yang mengkonsumsi
chloroquine (250 mg) untuk mengobati rheumatoid arthritis. Setelah 2 tahun mengkonsumsi obat ini, pasien menunjukkan adanya gejala berupa
pigmentasi patologis pada palatum durum dan kulit di ekstrimitas bawah. Guna menghindari kerusakan pada retina pasien, dilakukan observasi
pada daerah yang mengalami pigmentasi diikuti dan penggantian obat. Kesimpulan: Pigmentasi patologis merupakan gejala yang muncul akibat
toksisitas dari suatu obat dan dapat dijadikan sebagai perhatian bagi praktisi kesehatan untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh
penggunaan obat. Artikel ini pada menekankan pentingnya mengantisipasi adanya diagnosa banding pada pigmentasi dari mukosa oral dan
perlunya kerjasama multidisiplin dari berbagai bidang kesehatan untuk mencegah terjadinya masalah klinis yang lebih buruk pada pasien.

Kata kunci: Rheumatoid arthritis, Pigmentasi, Chloroquine.

Pendahuluan setelah obat dihentikan. Pigmentasi ini dapat


Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit ditemukan pada muka, ekstrimitas atas ataupun
autoimun yang menyebabkan peradangan kronis bawah, dan pada membran mukosa seperti mukosa
pada sendi terutama jaringan sinovial. Enzim-enzim di oral. Perubahan ini awalnya berupa makula yang dapat
dalam jaringan tersebut selanjutnya akan memecah membesar pada bibir dan biasanya pada palatal
kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran Pigmentasi ini juga dapat dikaitkan dengan stimulasi
sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan pannus. produksi melanin oleh melanosit dan/atau
Pannus nantinya akan menghancurkan tulang rawan pengendapan hemosiderin dalam jaringan. Selain itu
dan mengakibatkan erosi tulang, sehingga permukaan pasien juga dapat mengalami kerusakan pada retina
sendi menghilang dan pergerakan sendi terganggu. secara ireversibel.2,3 Artikel ini bertujuan untuk
Otot akan merasakan nyeri akibat serabut otot memberikan informasi penanganan hiperpigmentasi
mengalami perubahan degeneratif dengan akibat penggunaan obat Chloroquine difosfat.
menghilangnya kemampuan elastisitas. 1

Terapi farmakologi pada penyakit ini beragam, Laporan Kasus


namun yang paling sering adalah pemakaian Seorang wanita berusia 40 tahun datang
Chloroquine difosfat. Chloroquine difosfat merupakan mengunjungi dokter gigi dengan keluhan utama kondisi
obat antimalaria yang juga digunakan untuk perawatan gigi bawahnya yang kurang memuaskan. Berdasarkan
beberapa penyakit autoimun, seperti lupus hasil anamnesa, pasien merokok sebanyak 5 batang
erythematosus dan rheumatoid arthritis. Di Brazil, obat per hari selama 5 tahun. Berdasarkan rekam medisnya,
ini merupakan salah satu pilihan utama untuk pasien diketahui memiliki riwayat rheumatoid arthritis
pengobatan rheumatoid arthritis dan digunakan secara dan diberi chloroquine difosfat 250 mg dan prednisone
luas oleh sistem kesehatan di negara tersebut karena 10 mg yang dikonsumsi selama 2 tahun, serta diberi
sangat efektif dan murah bila dibandingkan dengan injeksi methotrexate secara subkutan setiap 8 hari.2
obat lain.2 Hasil pemeriksaan intraoral menunjukkan
Pemberian secara sistemik obat ini untuk adanya pigmentasi berwarna biru keabu-abuan di
periode yang lama telah dilaporkan mengakibatkan palatum durum (gambar 1). Selain itu, pada ekstrimitas
munculnya hiperpigmentasi multifokal, yang reversibel bawah juga terdapat pigmentasi berwarna biru keabu-
1
abuan (Gambar 2). Biopsi insisi dilakukan pada
mukosa palatal dengan punch sebesar 4 mm dan
dikirim untuk dilakukan analisa histopatologis.2

Gambar 3. Deposisi pigmen kecoklatan pada lapisan


epitel basal dan pada jaringan ikat, terutama di daerah
Gambar 1. pigmentasi biru keabuan pada palatum perivaskular (insert). Hematoxylin dan eosin, 400x.
durum
Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya Pembahasan
deposisi pigmen berwarna kecoklatan pada epitel basal Terapi farmakologi untuk penyakit Rheumatoid
dan pada jaringan ikat terutama pada area perivaskular arthritis (RA) sebenarnya beragam. Menurut Tracey
(Gambar 3). Hasil pemeriksaan ini dan riwayat medis (2017) dijelaskan bahwa pengobatan penyakit ini dapat
mengkonfirmasi bahwa diagnosis kasus ini adalah dipilih berdasarkan Disease Modifying Anti-Rheumatoid
pigmentasi akibat penggunaan obat (chloroquine). Drug (DMARD), antara lain Hydroxychloroquine/
Setelah pemeriksaan histopatologis, pasien diminta Chloroquine, Methotrexat, Leflunomide, Sulfasalazine,
untuk melakukan pemeriksaan ke opthalmologist.2 dan Azathioprine. Penggunaan obat-obatan ini
Dokter yang menangani rheumatoid pasien ini biasanya dikombinasikan satu sama lain. Diantara
diberitahu mengenai adanya pigmentasi pada intraoral beberapa DMARD, Chloroquine menjadi primadona di
dan kulit pasien serta hasil pemeriksaan dari beberapa negara sebab dianggap relatif murah dan
opthalmologist sehingga diputuskan untuk mengganti efektif karena dapat menurunkan kadar Interleukin-17
obat yang diberikan. Chloroquine difosfat digantikan (IL-17) dan T-helper17 (Th17).4 IL-17 dan Th-17
dengan leflunomide 20mg/hari, sedangkan memainkan peran sentral terhadap pathogenesis
methotrexate dan prednisone tetap diberikan seperti penyakit RA. IL-17 merupakan sitokin proinflamasi
sebelumnya. Setelah itu, pasien datang mengunjungi yang produksinya distimulasi oleh Th17. Pada pasien
dokter gigi setahun sekali dan di follow up oleh RA, kadar IL17 dan serum sinovial berkorelasi positif
rheumatologist dan opthalmologist.2 dengan aktivitas penyakit dan peningkatan aktivasi
osteoklas, yang mendukung terjadinya erosi tulang. IL-
17 juga memiliki efek memperkuat respon imun dengan
meningkatkan peradangan dan kerusakan organ target
dengan menambah produksi antibodi oleh sel B. Pada
penelitian oleh Silva, dkk., (2013) diketahui Chloroquine
menunjukkan efek anti-inflamasi pada sitokin terkait-
Th17 pada individu yang mengidap RA. Penelitian
sebelumnya menggunakan populasi sel yang berbeda
juga telah menunjukkan bahwa Chloroquine dapat
menghambat sitokin proinflamasi, seperti Tumor
Necrosis Factor-alpha (TNF-alpha), Interferon-Gamma
(IFN-gamma), IL-1-alpha dan IL-6.5
Chloroquine sebagai obat untuk terapi RA
selama beberapa tahun dianggap efektif, namun baru-
baru ini Chloroquine dilaporkan memiliki efek samping
Gambar 2. Pigmentasi Biru Keabuan di tungkai bawah
berupa hiperpigmentasi yang dapat ditemukan pada
2
kulit, mukosa oral, dan retina mata. Pigmentasi penunjang biopsi selanjutnya dapat dilakukan untuk
merupakan suatu proses deposisi pigmen pada memastikan diagnosis lesi apabila diperlukan.7 Hasil
jaringan dalam tubuh. Pigmentasi pada rongga mulut keseluruhan pemeriksaan yang dikumpulkan nantinya
dapat terjadi karena faktor fisiologis maupun patologis. akan berguna untuk mengevaluasi lesi pigmentasi
Faktor patologis dari pigmentasi dapat berasal dari luar rongga mulut dan menentukan tatalaksananya.
atau eksogenus, maupun dari dalam atau endogenus. Evaluasi hasil pemeriksaan lesi berpigmentasi pada
Faktor eksogenus yang dapat menimbulkan pigmentasi rongga mulut menurut Hassona, dkk., (2015)
pada rongga mulut bisa berasal dari obat, amalgam ditunjukkan pada Gambar 4.
atau logam berat lainnya, dan merokok/tembakau, Pada kasus ini, pigmentasi pada mukosa oral
sedangkan faktor endogenus dapat berupa kelainan yang disebabkan oleh chloroquine bersifat asimtomatik,
endokrin, adanya sindroma, infeksi, iritasi kronis, lesi berwarna biru keabu-abuan, dan menunjukkan
reaktif atau neoplastik.6 demarkasi yang meluas antara palatum lunak dan
Penentuan diagnosis lesi pigmentasi pada keras. Meskipun mukosa palatal adalah lokasi yang
rongga mulut dapat dilakukan dengan pemeriksaan paling sering ditemukan, beberapa literatur juga
subjektif, obyektif, maupun pemeriksaaan penunjang. melaporkan keterlibatan gingiva, serta mukosa bukal
Pemeriksaan subjektif meliputi perkiraan waktu dan labial. Seringkali, pigmentasi yang disebabkan obat
munculnya lesi, adanya riwayat keluarga ataupun ini lebih menghitam dan menunjukkan tepi yang tidak
pribadi terhadap kelainan kulit, adanya riwayat patologi beraturan, yang bentuknya mirip dengan melanoma.
seperti penyakit kulit, sindroma, kelainan endokrin, Fakta ini memperkuat akan pentingnya diagnosis,
metabolik, maupun vaskular, medikasi (obat antimalaria kinerja biopsi dan analisis histopatologis yang akurat
sintetis, quinidine, minocycline, busulfan, dan lain-lain), untuk membuat diagnosis banding dengan patologi
pekerjaan pasien, dan etnis serta perkiraan adanya lain. Perubahan warna pada mukosa baik coklat, hitam,
paparan faktor eksogen lainnya. Pemeriksaan atau abu-abu paling sering disebabkan oleh akumulasi
dilanjutkan secara obyektif dengan melakukan melanin, hemosiderin, atau benda tubuh asing,
pemeriksaan intraoral untuk mendeskripsikan lesi. sedangkan perubahan warna merah, biru, atau ungu
Deskripsi lesi meliputi lokasi, jumlah, jenis lesi, warna, menunjukkan proses vaskular. Hal ini bisa dijadikan
homogenitas, perluasan lesi pada rongga mulut, landasan penegakan diagnosa bagi lesi pigmentasi
membran mukosa lainnya, kulit, maupun anggota tubuh oral. Biasanya distribusi pigmentasi multifokal dapat
lainnya. Kelenjar limfa juga perlu diperiksa untuk dicurigai memiliki penyebab sistemik, seperti gangguan
mengantisipasi adanya limfadenopati. Pemeriksaan metabolisme atau toksisitas obat.2,3

Gambar 4. Evaluasi hasil pemeriksaan lesi berpigmentasi pada rongga mulut.8


3
Menurut Browning (2014), Chloroquine akan pada penderita sindroma peutz-jeghers, addison’s
mengikat asam nukleat melalui gaya elektrostatik, disease, Hemokromatosis, Neurofibromatosis, dan
ikatan hidrogen, dan gaya van der Waal’s. Sebagai melanoma. Perbedaan dan karakteristik masing-
kation pada pH fisiologis, Chloroquine mengikat ion masing diagnosis banding ini disajikan pada Tabel 1.
terhadap melanin, yang merupakan polianion dengan Dalam kasus, obat ini juga menyebabkan
banyak kelompok karboksil bermuatan negatif dan pigmentasi pada tungkai bawah pasien. Kejadian ini
kelompok orto-semiquinon. Gaya pengikatan lain untuk telah dijelaskan oleh penulis lain, meski jarang
melanin termasuk gaya van der Waal antara cincin dilaporkan terjadinya pigmentasi di tangan, wajah, dan
aromatik chloroquine dan inti indole melanin serta tungkai atas. Gambaran klinis dari lesi di daerah ini
kompleks transfer muatan di mana melanin bertindak berkisar dari ungu gelap hingga biru keabu-abuan,
sebagai akseptor elektron. Interaksi ini mengakibatkan dengan perkembangan dari makula yang terisolasi
adanya penumpukan melanin yang terjadi di Retinal hingga lesi mayor. Selain itu, penggunaan obat ini
Pigment Epithelium (RPE) mata, di telinga bagian secara kronis juga dapat menyebabkan kerusakan
dalam, dan di substantia nigra otak. Konsentrasi retina ireversibel. Kerusakan retina ireversibel ini bisa
tertinggi melanin terdapat di mata.5 Selain itu, Ferrazo sampai pada menyebabkan kebutaan. Fakta ini terjadi
(2017) juga menyatakan bahwa hiperpigmentasi yang karena Chloroquine memiliki afinitas dengan melanin
terjadi pada pasien yang mengkonsumsi Chloroquine yang terkandung dalam badan siliaris, koronoid dan
berkepanjangan akan terjadi akumulasi zat besi yang epitel retina berpigmen, melanin akan menetap dan
tinggi pada jaringan yang terkena dampak dapat disimpan.2 Oleh karenanya, dibutuhkan
dibandingkan dengan jaringan normal, serta kerjasama antar praktisi dokter gigi, dokter ahli
peningkatan melanin dan hemosiderin yang terdeposisi rheumatologist dan ophtamologist dalam menangani
dalam matriks ekstraselular atau didalam makrofag.2 pasien dengan keluhan hiperpigmentasi akibat
Diagnosis banding bagi lesi pigmentasi yang penggunaan obat Chloroquine pada pasien RA.
disebabkan oleh Chloroquine ini antara lain pigmentasi

Tabel 1. Diagnosis Banding Pigmentasi oral akibat penggunaan Chloroquine


Pigmentasi pada mukosa oral yang disebabkan oleh Chloroquine asimtomatik, berwarna biru keabu-
abuan, dan menunjukkan demarkasi yang meluas antara palatum lunak dan keras. Meskipun mukosa
Pigmentasi akibat
palatal adalah lokasi yang paling sering ditemukan, beberapa literatur juga melaporkan keterlibatan
Chloroquine gingiva, serta mukosa bukal dan labial. Selain di rongga mulut, dapat juga ditemukan pada kulit dan
retina. Biasanya pasien memiliki riwayat penyakit malaria atau RA.2,3
Sindroma peutz-jeghers merupakan kelainan genetik dengan manifestasi berupa pigmentasi makula
pada mukokutan dan adanya polyposis pada intestinum. Makula dapat ditemukan berukuran kecil dan
Sindroma peutz-
multipel terutama pada bibir, namun dapat pula ditemukan di dalam mulut, mukosa hidung, konjungtiva,
jeghers rektum, serta ekstrimitas.9 Keadaan ini biasanya ditemukan terutama pada pasien anak-anak atau
remaja dan dapat didukung dengan pemeriksaan riwayat keluarga yang mendalam.10
Pigmentasi pada addison’s disease tidak memiliki gambaran yang spesifik, namun pasien biasanya
menunjukkan tanda-tanda insufisiensi adrenalin seperti hipotensi, adanya pigmentasi paka kutan,
Addison’s Disease lemah, kehilangan berat badan, dan nausea. Pemeriksaan penunjang untuk melihat adanya penurunan
kortisol dapat dilakukan untuk memastikan diagnosa kelainan ini.8 Secara mikroskopis ditemukan
adanya peningkatan produksi melanin berupa deposisi granula pada lapisan sel basal.11
Hemokromatosis merupakan deposisi pigmen besi yang berlebihan pada jaringan yang ditandai dengan
hepatomegali, diabetes, dan kulit yang berwarna seperti perunggu. Pigmentasi pada rongga mulut
paling sering ditemukan pada gingiva dan dapat pula di palatum berupa makula yang diffuse berwarna
Hemokromatosis abu-abu hingga coklat. Hasil biopsi akan menunjukkan adanya melanosis dengan deposisi hemosiderin
granular berwatna coklat ataupun pigmen ferritin pada jaringan ikat dan dibawah glandula saliva acini
serta adanya ercak besi berwarna biru.11
Neurofibromatosis adalah kelainan yang dapat berbentuk nodular ataupun seperti jaringan flabby
Neurofibromatosis dengan pigmentasi makula pada mukosa maupun kulit dengan gambaran mikroskopis berupa deposisi
yang diffuse berupa granula melanin pada lapisan sel basal.11
Melanoma merupakan lesi asimptomatik seperti bercak yang tumbuh dengan cepat berwarna coklat
atau hitam, tidak simetris dengan batas ireguler dan dapat disertai dengan rasa sakit, ulserasi,
Melanoma pendarahan, dan destruksi tulang terutama pada palatal.8 Lesi ini paling sering muncul pada palatum.
Gambaran histopatologi akan menunjukkan danya proliferasi melanosit maligna pada batas antara
epitelium dengan jaringan ikat dan dapat pula berada di jaringan ikat.9
4
Kesimpulan 11. Eversole, L., 2011, Clinical Outline of Oral
Pigmentasi patologis merupakan gejala yang Pathology: Diagnosis and Treatment, People’s
muncul akibat toksisitas dari suatu obat dan dapat Medical Publishing House, Shelton
dijadikan sebagai perhatian bagi praktisi kesehatan
untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh
penggunaan obat. Artikel ini pada menekankan
pentingnya mengantisipasi adanya diagnosa banding
pada pigmentasi dari mukosa oral dan perlunya
kerjasama multidisiplin dari berbagai bidang kesehatan
untuk mencegah terjadinya masalah klinis yang lebih
buruk pada pasien.

Referensi
1. Chabib, L., Ikawati, Z., Martien, R., Ismail, H.,
2016, Review Rheumatoid Arthritis: Terapi
Farmakologi, Potensi Kurkumin dan Analognya,
serta Pengembangan Sistem Nanopartikel, Jurnal
Pharmascience, 3(1):12.
2. Ferrazzo, K. L., Payeras, M. R., Surkamp, P.,
Danesi, C. C., 2017, Pathological Pigmentation Of
The Skin And Palate Caused By Continuous Use
Of Chloroquine: Case Report, Journal of Oral
Diagnosis, 1(2) : 1-4.
3. Andrade, B. A. B., Alvarado, N.A.P., Campos,
E.M.M., Morais, T.M.L., Pedraza, R.M., 2017,
Hyperpigmentation Of Hard Palate Induced By
Chloroquine Therapy, J Clin Exp Dent, 9(12):
e1488-e1489.
4. Tracey, G., 2017, Diagnosis And Management Of
Rheumatoid Arthritis, Prescriber, 28(6) :13-15.
5. Browning, D. J., 2014, Hydroxychloroquine and
Chloroquine Retinopathy, Springer :London, 38-
39.
6. Sreeja, C., Ramakrishnan, K., Vijayalakshmi,
D., Devi, M., Aesha, I., Vijayabanu, B. 2015, Oral
pigmentation: A review, J Pharm Bioallied Sci.,
7(2): 403–S408.
7. O’hana, D., Barthelemy, I., Pommel, M., Dang, N.,
Devoize, L., 2017, Differential Diagnosis of an
Oral mucosal Pigmented Lesion: A case of
Esssential Melanosis, Medecine Buccale
Chirurgiee Buccale, 23 (1): 156-159.
8. Hassona, Y., Sawair, F., Al-karadsheh, O., Scully,
C., 2015, Prevalence and clinical features of
pigmented oral lesions, International Journal of
Dermatology, 55 (9): 1005-1013.
9. Tarakji, B., Umaira, A., Prasada, D., Altamimib,
M., 2014, Diagnosis of oral pigmentations and
malignant transformations, Singapore Dental
Journal, 35 (1): 39–46.
10. Alawi, F., 2013, Pigmented lesions of the oral
cavity: An Update, Dent Clin North Am., 57(4):
699–710.

Anda mungkin juga menyukai