Anda di halaman 1dari 3

Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus 1.

1. Fase folikuler yang dimulai pada hari pertama periode.


Adapun beberapa factor yang menyebabkan terjadinya
dan mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan - Follicle stimulating hormone (FSH, hormon perangsang folikel) dan
gangguan siklus menstruasi yakni :
dinding jika kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih luteinizing hormone (LH, hormon pelutein) dilepaskan oleh otak menuju
kemudian dirangsang agar menjadi matang. Endometrium pun harus a. Status Gizi ke ovarium untuk merangsang perkembangan sekitar 15-20 sel telur di
dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur yang sudah dibuahi (embrio) b. Aktivitas fisik dalam ovarium. Telur-telur itu berada di dalam kantungnya masing-
muncul kemudian melekat dan berkembang disana. Pendarahan menstruasi c. Tingkat konsumsi masing yang disebut folikel.
dimulai menjelang akhir pubertas. Saat itu anak gadis mulai melepaskan d. Stress 2. Fase ovulasi biasanya dimulai sekitar 14 hari setelah fase folikuler.
sel telur sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan siklus Fase ini adalah titik tengah dari siklus menstruasi, dengan periode
reproduksi wanita atau siklus menstruasi (Verawaty & Rahayu, 2011). menstruasi berikutnya akan dimulai sekitar 2 minggu kemudian.
- Peningkatan estrogen dari folikel dominan memicu lonjakan jumlah LH
yang diproduksi oleh otak sehingga memyebabkan folikel dominan
melepaskan sel telur dari dalam ovarium.
3. Fase luteal dimulai tepat setelah ovulasi dan melibatkan proses-proses
1. FSH-RH (Follicle stimulating hormone) : untuk merangsang pertumbuhan
di bawah ini:
folikel ovarium, sebuah kista kecil didalam ovarium yang mencengkram
- Setelah sel telur dilepaskan, folikel yang kosong berkembang menjadi
sel telur.
struktur baru yang disebut dengan corpus luteum.
2. LH (Luteinzing harmone) : hormone yang dilepaskan oleh otak dan Siklus Menstruasi
- Corpus luteum mengeluarkan hormon progesteron. Hormon inilah yang
bertanggung jawab atas pelepasan sel telur dari ovarium, atau ovulasi.
mempersiapkan uterus agar siap ditempati oleh embrio.
3. Progensteron : hormone yang diproduksi selama pertengahan akhir
siklus menstruasi.
4. Estrogen : hormone secara terus menerus meningkat sepanjang dua
minggu pertama siklus menstruasi.
1. Eumenorrhea (Normal) : siklus menstruasi yang teratur dengan perdarahan yang terjadi antara 21-
35 hari
2. Polimenorrhea : siklus menstruasi yang lebih pendek dari biasanya (<21 hari) dan pendarahannya
Menstruasi yang normal berlangsung kurang lebih 4-7 hari. Sementara satu siklus
kurang lebih sama atau lebih banyak dari normal.
menstruasi rata-rata adalah 28 hari, tetapi panjang siklus 24-35 hari masih
3. Oligomenorrhea : menstruasi jarang (atau sangat sedikit), atau lebih tepatnya, periode menstruasi
dikategorikan normal. Sistem kerja tubuh wanita berubah-ubah dari bulan ke bulan
terjadi dengan interval yang lebih lama dari 35 hari dengan jumlah menstruasi 4-9 kali saja dalam
tapi ada beberapa wanita yang memiliki jumlah hari yang sama persis setiap siklus
setahun. Penyebabnya bisa bermacam-macam, seperti perubahan hormon di masa perimenopause,
menstruasinya (Verawaty & Rahayu, 2011). Cara menghitung siklus menstruasi yaitu
Prader-Will Syndrome, PCOS, gangguan makan seperti anorexia nervosa dan bulimia nervosa, dan
dengan menandai hari pertama keluarnya darah menstruasi sebagai “siklus hari ke-
lain-lain.
1”. Panjang siklus rata-rata wanita adalah 28 hari. Namun rata-rata panjang siklus
4. Amenorrhea : absenya periode menstruasi selama 3 bulan di usia reproduksi, yaitu absenya
menstruasi berubah sepanjang hidup dan jumlahnya mendekati 30 hari saat seorang menstruasi selama 3 bulan pada wanita yang memiliki siklus menstruasi normal sebelumnya (Yani,
wanita mencapai usia 20 tahun, dan rata-rata 26 hari saat seorang wanita 2016).
mendekati masa menopause, yaitu di sekitar usia 50 tahun. Hanya sejumlah kecil
wanita yang benar-benar mengalami siklus 28 hari (Verawaty & Rahayu, 2011).
1. Julman. 2013. Siklus Menstruasi.
2. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta kedokteran Edisi 3 Jilid 1. Jakarta. Media Aeculapius.
FK UI
3. Pract, Brjgen. 2009. The role of exercise in the treatment of menstrual disorders: the evidence.
4. Smith, Roger P, et al. 2012. Patien Information : painful menstrual periods (dysmenorrheal)
(beyond the basic).
5. Sumantri, Arif. 2011. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Edisi 1 cetakan 1.
6. Novia, Ika dan Nunik Puspitasari. 2008. Faktor resiko yang mempengaruhi kejadian disminore
primer. The Indonesia journal of public health. Vol. 4 No. 3.

Anda mungkin juga menyukai