Anda di halaman 1dari 15

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


2.1 PENGERTIAN
Hipopituitarisme adalah sekresi beberapa hormon hipofisis anterior
yang rendah. Panhipopituitarisme adalah sekresi semua hormon hipofisis
anterior yang rendah (Corwin, 2009).
Hipopituitarisme yang juga dikenal sebagai panhipopituitarisme,
merupakan sindrom kompleks yang ditandai dengan disfungsi metabolik,
imaturitas seksual, dan retardasi pertumbuhan (jika menyerang saat masa
kanak-kanak), dan disebabkan oleh defisiensi hormon yang disekresi oleh
kelenjar pituitari anterior (Williams & Wilkins, 2011).
Hipopiruitarisme adalah defisiensi satu atau lebih hormon yang
diproduksi oleh lobus anterior pituitari. Ketika kedua lobus anterior dan
posterior gagal mengsekresi/mengeluarkan hormon, kondisi tersebut disebut
panhipopituitarisme (Polaski & Tatro, 1996).

2.2 EPIDEMIOLOGI
Hipopituitarisme dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa, baik pria maupun
wanita. Pada anak-anak dapat menyebabkan Dwarfisme dan keterlambatan
pubertas.

2.3 ETIOLOGI
1) Infeksi/inflamasi
2) Penyakit granulomatosa
3) Tumor (adenoma)
4) Nekrosis hipoksik
5) Kelainan kongenital
6) Defisiensi hormon pelepas hipotalamus
7) Idiopatik
8) Hipofisektomi parsial/total
9) Iradiasi/agens zat kimia
10) Trauma/infark pituitari

2.4 PATOFISIOLOGI PATHWAY DAN RESPON MASALAH


KEPERAWATAN (WOC)
- Berkurangnya fungsi hipofise mengakibatkan penurunan jumlah GH,
TSH dan kortikotropin
- Dengan penurunan fungsi hipofise yang progresif, kadar FSH dan LH
akan mengalami penurunan

2.5 KOMPLIKASI
1) Hipotiroidisme
2) Diabetes insipidus
3) Insufisiensi adrenal
4) Kematian

2.6 GEJALA KLINIK


a. Defisiensi gonadotropin (LH/FSH) pada wanita
1) Amenorea
2) Atrofi gonad
3) Penurunan rambut pubis/aksila
4) Dispareunia
5) Infertilitas
6) Libido berkurang
b. Defisiensi gonadotropin (LH/FSH) pada pria
1) Impotensi
2) Libido berkurang
3) Berkurangnya kekuatan otot
4) Pelunakan dan pelisutan testis
5) Retardasi pertumbuhan rambut sekunder
c. Defisiensi TSH
1) Intoleransi dingin
2) Toroksin rendah
3) Konstipasi
4) Letargi
5) Menstruasi tidak teratur
6) Kulit kering, pucat, dan gembung
7) Proses berpikir lambat
8) Bradikardi
9) Retardasi pertumbuhan pada anak-anak, walaupun sudah ditangani
d. Defisiensi GH
1) Kegagalan pertumbuhan/dwarfisme pada anak-anak
2) Fatigue
3) Osteoporosis
4) Kulit keriput
5) Hipoglikemia
e. Defisiensi kortikotropin
1) Letih/lemah
2) Fatigue
3) Nausea, fomitus, anoreksia
4) Berat badan menurun
5) Hipotermi
6) Hipotensi saat stres
7) Depigmentasi kulit dan puting susu
f. Defisiensi prolaktin
1) Laktasi postpartum tidak ada
2) Amenorea
3) Rambut aksila dan pubis yang jarang
g. Defisiensi ACTH
1) Fatigue
2) Hipotensi ortostatik tanpa hiperpigmentasi kulit
3) Hipokalemia
4) Salt craving
5) Penurunan respon stres

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK


1) Pemeriksaan kadar tiroksin (T4): serum yang rendah mengindikasikan
penurunan fungsi kelenjar tiroid.
2) Pemeriksaan kimia darah: penurunan kadar kortisol, GH, kortikotropin,
TSH, LH, FSH, glukosa dan gonadotropin.
3) Pemeriksaan laboratorium: kadar glukosa serum puasa menurun.
4) RAIU: menurun
5) Radioimmunoassay: menunjukkan penurunan kadar beberapa atau semua
hormon pituitari plasma, yang disertai hipofungsi organ-akhir, kadar T 4,
estrogen, dan testosteron rendah,menunjukkan kegagalan pituitari.
6) Uji provokatif: menunjukkan kadar kortisol rendah, kadar kortikotropin
rendah.
7) Pengukuran kadar hGH: menunjukkan kadar hGH yang rendah.
8) CT scan & MRI, rontgen dan angiografi serebral: memastikan adanya
tumor intraselular atau ekstraselular.

2.8 PENATALAKSANAAN
a. Terapi obat
1) Terapi penggantian hormon, yaitu kortisol, tiroksin, androgen,
estrogen siklik.
2) Somatrem yang identik dengan GH.
3) Penggantian hormon adrenal dan tiroid pada anak-anak (masa
pubertas dan hormon seks).
b. Terapi pembedahan: hipofisektomi dan reseksi kelenjar hipofise.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas: hipopituitarisme dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa, baik
pria maupun wanita. Pada anak-anak dapat menyebabkan Dwarfisme dan
keterlambatan pubertas.
b. Keluhan utama: keletihan/kelemahan, fatigue, nausea, fomitus, anoreksia,
penurunan berat badan, kulit keriput, dwarfisme, menstruasi tidak
teratur/amenorea, konstipasi.
c. Riwayat penyakit sekarang: infeksi/inflamasi, tumor, penyakit
granulomatosa, trauma/infark pituitari, kelainan kongenital.
d. Riwayat penyakit dahulu: hipotiroidisme, diabetes insipidus.
e. Riwayat penyakit keluarga: kaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik persistem
1) B1 (Breathing)
2) B2 (Blood): bradikardi, hipotermi, hipotensi.
3) B3 (Brain): proses berpikir lambat, fatigue, penurunan respon stres.
4) B4 (Bladder)
5) B5 (Bowel): nausea, fomitus, anoreksia, berat badan menurun,
hipoglikemi, konstipasi.
6) B6 (Bone): berkurangnya kekuatan otot, intoleransi dingin, letargi,
kulit kering, pucat, dan gembung, dwarfisme, osteoporosis, kulit
keriput, letih, lemah, depigmentasi kulit.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan citra tubuh b.d dwarfisme dan depigmentasi kulit
2. Hambatan mobilitas fisik b.d berkurangnya kekuatan otot, osteoporosis
dan kelemahan.
3. Disfungsi seksual b.d penurunan libido, infertilitas dan impoten
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan (Goal, Objective,


Diagnosa Keperawatan Intervesi Rasional
Outcomes)
Gangguan citra tubuh b.d Goal: a. Dorong klien agar mau a. Agar perawat dapat
dwarfisme dan depigmentasi Klien tidak akan mengalami mengungkapkan pikiran mengetahui apa yang di
kulit gangguan citra tubuh selama dan perasaannya terhadap rasakan oleh klien
dalam perawatan. perubahan. sehubungan dengan
perubahan tubuhnya.
Objective:
Klien tidak akan mengalami b. Bantu klien b. Agar klien mampu
dwarfisme dan depigmentasi menidentifikasi mengembangkan dirinya
kulit. kekuatannya serta segi- kembali
segi positif yang dapat di
Outcomes: kembangkan oleh klien.
Dalam waktu 3x24 jam
c. Membantu klien agar tetap
perawatan: c. Jelaskan kepada klien
optimis dan berpikir positif
1. Klien menerima bahwa sebagian gejala
selama pengobatan.
perubahan citra tubuh. dapat berkurang dengan
2. Klien berpartisipasi dalam pengobatan.
berbagai aspek perawatan
3. Klien mengomunikasikan d. Dorong pasien untuk d. Membantu mendapatkan
perasaan terhadap berpartisipasi dalam dukungan, pemahaman,
perubahan citra tubuh kelompok pendukung, kesempatan berinteraksi
4. Klien mengatakan aktivitas sosial, atau dan konseling tambahan.
perasaan positif terhadap dengan profesi kesehatan.
dirinya sendiri
Hambatan mobilitas fisik Goal: a. Bantu klien menganti a. Mengurangi tekanan
b.d berkurangnya kekuatan Klien akan menurunkan posisi. kulit/jaringan dan
otot, osteoporosis dan hambatan mobilitas fisik menurunkan resiko
kelemahan. selama dalam perawatan. iskemia
jaringan/kerusakan
Objective:
Klien tidak akan mengalami b. Dorong pasien agar b. Meningkatkan harga diri;
pengurangan kekuatan otot, berpartisipasi dalam meningkatkan rasa kontrol
osteoporosis dan kelemahan. aktifitas sehari-hari/sosial dan kemandirian.

c. Menurunkan tekanan
c. Anjurkan klien
kulit/jaringan; membatasi
Outcomes: mengunakan kasur busa perasaan kelelahan dan
Dalam waktu 3x24 jam ketidaknyamanan umum.
perawatan:
1. Klien dapat
mempertahankan posisi
fungsi
2. Menunjukkan peningkatan
kekuatan dan fungsi sendi
yang lemah
Disfungsi seksual b.d Goal: a. Sediakan lingkungan yang a. Tindakan ini mendorong
penurunan libido, Klien tidak akan mengalami tidak mengancam, dan pasien untuk bertanya
infertilitas dan impoten disfungsi seksual selama dorong pasien untuk tentang hal khusus yang
dalam perawatan. bertanya tentang berkaitan dengan keadaan
seksualitas pribadi saat ini
Objective:
Klien tidak akan mengalami b. Berikan kesempatan b. Tindaka ini meningkatkan
penurunan libido, infertilitas pasien untuk komunikasi dan
dan impoten. mengungkapkan perasaan pemahaman di antara
secara terbuka dalam pasien dan pemberi asuhan
Outcomes: lingkungan yang tidak
Dalam waktu 3x24 jam mengancam
perawatan:
c. Berikan informasi tentang c. Fungsi seksual di
1. Pasien menyatakan adanya
kondisi individu pengaruhi oleh faktor
masalah dalam fungsi
fisiologis/psikologis;
seksual
informasi membantu klien
2. Pasien menyatakan
memahami situasinya
perasaan mengenai
sendiri dan
perubahan seksual
mengidentifikasi tindakan
3. Pasien mengungkapkan
diekerjakan.
pemahaman tentang
disfungsi seksual
d. Anjurkan klien untuk d. Untuk berbagai keluhan
mendiskusikan dan memperkuat
keluhannya dengan hubungan.
suami/istri atau pasangan.
Sediakan waktu dan
lingkungan yang kondusif
untuk komunikasai antar
klien dan suami/istri atau
pasangan.

e. Berikan edukasi kepada e. Edukasi mengenai


klien dan suami/istri atau keterbatasan akibat
pasangan tentang penyakit yang berdampak
keterbatasan akibat pada aktivitas seksual
kondisi klien saat ini. dapat membantu klien
menghindari komplikasi
atau cedera

f. Sarankan rujukan ke f. Untuk memberikan


konselor seksual atau sumber-sumber penunjang
profesi lainnya dalam kelanjutan terapi bagi klien
mendapatkan penduan
selanjutnya.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah keperawatan
telah teratasi, tidak teratasi, atau teratasi sebagaian dengan mengacu pada
kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012-2014. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

Polaski & Tatro. 1996. Medical-Surgical Nursing. Phyladelphia: W.B. Saunders


Company

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta: EGC

Saputra, Lyndon. 2012. Medikal Bedah Endokrin. Tangerang Selatan: Binarupa


Aksara

Taylor, Cynthia. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC


Infeksi/inflamasi, penyakit granulomatosa, tumor, nekrosis hipoksik,
Penyebara
kelainan kongenital, defisiensi hormon pelepas hipotalamus,
n suprasel
idiopatik, hipofisektomi, iradiasi, trauma
tumor
Penekanan pd
kiasma optik

Nyeri
Merusak sel-sel hipofisis normal kepala
bitemporal,
gangguan
Kerusakan/kelainan hipotalamus penglihatan

Defisiensi GH Defisiensi LH & Defisiensi TSH Defisiensi Defisiensi prolaktin


FSH kortikotropin/ACTH

Amenorea, atrofi gonad,


↓ rambut pubis/aksila,
dispareunia, infertilitas,
↓ libido, impotensi, Hipotiroid,
Kegagalan
pelunakan &
pelisutan testis

Amenore,

rambut aksila
Disfungsi seksual HIPOPITUITARISME
B1 B6
B2 B3 B5

↓ pertumbuhan Hipofungsi korteks Hipofungsi/disfungsi


jaringan lunak adrenal
al tdk memproduksi adrenalin, noradrenalinRangsangan
& kortison pada pusat pengaturan panas/hipotalamus hipofisis

Gangguan
Gangguan pada otak metabolisme Hiposekresi hormon-hormon

Vasodilatasi ↓ kekuatan otot, intoleransi


Nausea, ↓ BB, fomitus, dingin, letargi, kulit kering,
Proses berpikir anoreksia, hipoglikemi, konstipasi
lambat, fatigue, ↓ pucat, keriput & gembung,
↑ pelepasan panas respons stres lemah, dwarfisme,
Ketidakefektif an perfusi jaringan perifer osteoporosis, depigmentasi
↓ curah
kulit
jantung Ketidakefektifan koping
Hipotermia

Rangsangan pd nosiseptor
Pelepasan mediator kimia Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan
Konstipasi
tubuh

Nyeri kepala
Gangguan citra tubuh Hambatan Risiko cedera
mobilitas
Nyeri akut fisik

Anda mungkin juga menyukai