UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh :
Pembimbing :
Dr. dr. Bobby Indra Utama Sp. OG., Subsp. Urogin (K)
LEMBARAN PENGESAHAN
(Dr. dr. Bobby Indra Utama, Sp.OG. Subsp. Urogin (K)) (dr. Ridho Berkah Pramuditha)
Mengetahui,
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG
ii
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS) OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG
Keterangan :
R : Referat PA : Patologi Anatomi
LP : Laporan Kasus Prop.Pen : Prop.Penelitian
PK : Presentasi Kasus T.A : Tugas Akhir
JR : Journal Reading B.I : Bahasa Inggris
Sub.Bag : Onko,Endo,Feto,Uro,Sito, Sar.Pus : Sari Pustaka
Obsos,Rep.man KM : Kasus Kematian
Ans : Anestesia JK : Joint Konferen
iii
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS) OBSTETRI DAN
GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS RSUP DR. M.
DJAMIL PADANG
Semester : I (Satu)
Hasil Penilaian
1 Pengetahuan
2 Keterampilan
3 Attitude
iv
Padang, 11 Oktober 2022
Mengetahui/Menyetujui
Pembimbing
v
Subtipe fisiologis Intoleransi Glukosa Gestasional dan Risiko
Luaran Klinis Buruk dalam Kehamilan
Abstrak
Pendahuluan: Wanita dengan intoleransi glukosa gestasional, didefinisikan
apabila ditemukan hasil abnormal pada pemeriksaan skrining diabetes melitus
gestasional awal, dan berisiko mengalami luaran klinis buruk selama kehamilan
bahkan jika tidak memiliki diabetes melitus gestasional. Sebelumnya kami
mendefinisikan subtype fisiologis diabetes mellitus gestasional berdasarkan
fisiologi dasar primernya yang menyebabkan hiperglikemia dan menemukan
bahwa wanita dengan subtype berbeda memiliki risiko luaran klinis berbeda.
Subklasifikasi fisiologis belum diaplikasikan kepada wanita dengan intoleransi
glukosa gestasional.
Tujuan: Kami mendefinisikan subtype fisiologis intoleransi glukosa gestasional
berdasarkana ada tidaknya resistensi insulin, defisiensi insulin, atau patofisologi
campuran dan bertujuan untuk menentukan apakah subtype ini memiliki risiko
luaran klinis yang berbeda. Kami membuat hipotesis bahwa wanita dengan
subtipe intoleransi glukosa gestasional resisten insulin akan memiliki risiko
terbesar mengalami luaran klinis kehamilan yang buruk.
Desain Penelitian: Pada penelitian kohort berbasis rumah sakit, kami meneliti
wanita dengan intoleransi glukosa gestasional (pemeriksaan glukosa post-prandial
1 jam, 140mg/dL; n=236) dan toleransi glukosa normal (pemeriksaan glukosa
post-prandial 1 jam, <140mg/dL; n=1472). Kami mengaplikasikan penilaian
model homeostasis glukosa puasa dan kadar insulin pada usia kehamilan 16-20
minggu untuk menilai kadar resistensi dan defisiensi insulin, dan menggunakan
pengukuran ini untuk mengklasifikasikan wanita dengan intoleransi glukosa
gestasional menjadi beberapa subtipe. Kami membandingkan luaran klinis buruk
(bayi besar usia kehamilan, rawatan ruangan intensif, hipertensi terkait kehamilan,
dan persalinan sesar) pada masing-masing subtipe wanita dengan toleransi
glukosa normal menggunakan regresi logistic dengan penyesuaian usia, ras, etnis,
status pernikahan dan indeks massa tubuh.
Hasil: Dari wanita dengan intoleransi glukosa gestasional (12% dengan DM
gestasional), 115 (49%) memiliki subtipe resisten insulin, 70 (27%) memiliki
subtipe defisien insulin, 40 (17%) memiliki subtipe patofisiologi campuran, dan
11 (5%) tidak terkategorisasi. Kami menemukan adanya peningkatan kasus bayi
besar masa kehamilan (luaran klinis primer) pada wanita dengan subtipe resisten
insulin dibandingkan pada wanita toleransi glukosa normal (odds ratio, 2.35; 95%
confidence interval, 1.43±3.88; P=001; adjusted odds ratio, 1.74; 95% confidence
interval, 1.02±3.48; P=.04). Risiko bayi besar masa kehamilan pada wanita
dengan subtipe defisien insulin meningkat hanya setelah disesuaikan dengan
kovariat (odds ratio, 1.69; 95% confidence interval, 0.84±3.38; P=.14; adjusted
odds ratio, 2.05; 95% confidence interval, 1.01±4.19; P=.048). Di antara luaran
klinis sekunder, terdapat tren peningkatan perawatan ruangan intensif pada
subtipe resisten insulin pada model yang belum disesuaikan (odds ratio, 2.09;
1
95% confidence interval, 0.99±4.40; P=.05); temuan ini diperantarai oleh adanya
peningkatan risiko rawatan intensif neonatus pada wanita dengan subtipe resisten
insulin dan indeks massa tubuh <25 kg/m2. Bayi dari wanita dengan subtipe lain
tidak mengalami peningkatan risiko rawatan intensif neonatus. Risiko hipertensi
terkait kehamilan pada wanita dengan subtipe resisten insulin juga meningkat
(odds ratio, 2.09; 95% confidence interval, 1.31±3.33; P=.002; adjusted odds
ratio, 1.77; 95% confidence interval, 1.07±2.92; P=.03) dibandingkan wanita
dengan toleransi glukosa normal; subtipe lain tidak mengalami peningkatan terkait
hipertensi kehamilan ini. Tidak terdapat perbedaan angka persalinan sesar pada
wanita nullipara di antara semua subtipe.
Kesimpulan: Intoleransi glukosa gestasional resisten insulin adalah subtipe risiko
tinggi luaran klinis kehamilan yang buruk. Pembagian subtipe fisiologis ini dapat
memberikan kesempatan pendekatan lebih personal terhadap intoleransi glukosa
gestasional..
Kata kunci: Luaran klinis kehamilan, diabetes mellitus, diabetes mellitus
gestational, intoleransi glukosa gestational, intoleransi glukosa, defisiensi insulin,
resistensi insulin, bayi besar masa kehamilan, subtipe fisiologis, kehamilan,
hipertensi terkait kehamilan
2
Pendahuluan
Metode Penelitian
4
dengan wanita GGI. Wanita dengan GGI (termasuk GDM) diklasifikasikan
menjadi subtipe fisiologis berdasarkan ada tidaknya resistensi atau defisiensi
insulin: (1) GGI resistensi-insulin, resistensi insulin terisolasi; (2) GGI defisiensi-
insulin, defisiensi insulin terisolasi; (3) GGI patifisiologi campuran, baik
defisiensi dan resisten insulin; dan (4) tidak terkategorisasi, tidak resistensi
maupun tidak defisiensi insulin. Grup rujukan untuk luaran klinis pemeriksaan
adalah wanita dengan toleransi glukosa normal (NGT) (n=1472; hasil P1PP
<140mg/dL). Luaran klinis primer adalah bayi besar masa kehamilan, yakni berat
badan lahir lebih dari persentil ke-90 untuk usia kehamilan. Luaran linis klinis
sekunder adalah luaran klinis bayi (yaitu persentil berat badan dan rawatan
NICU), dan luaran klinis maternal (hipertensi terkait kehamilan, dan persalinan
sesar pada wanita nullipara). Hiperglikemia, termasuk GDM, diketahui
berkontribusi terhadap hipertensi pada kehamilan termasuk preeklampsia. Kami
mendefinisikan hipertensi terkait kehamilan sebagai hipertensi gestasional atau
preeklampsia, yang dipastikan menggunakan pengukuran tekanan darah prenatal
(TDS 140mmHg atau TDD 90mmHg pada usia kehamilan di atas 20 minggu)
dan/atau adanya diagnosis ini (sebagai indikasi induksi persalinan normal atau
persalinan sesar atau komplikasi persalinan) pada pasien tanpa rekam medis
sebelumnya. Wanita dengan hipertensi kronik (yaitu TDS 140mmHg dan TDD
90mmHg pada awal kunjungan prenatal) dieksklusi dari analisis luaran klinis
hipertensi terkait kehamilan. Kami menegakkan diagnosis GDM menggunakan
kriteria National Diabetes Data Group, yang digunakan di rumah sakit MGH pada
saat pengumpulan data. Kami membandingkan karakteristik partisipan
berdasarkan subtipe fisiologis GGI dan NGT, menggunakan tes Kruskal-Wallis
untuk variabel kontinu atau uji chi-square untuk variabel kategori. Jika nilai P
global mengindikasikan perbedaan antar grup (p<0,05), kami melalukan uji post
hoc berpasangan menggunakan tes Dunn atau tes chi-square, membandingkan
masing-masing subtipe fisiologis dengan kelompok NGT (dengan level alfa yang
disesuaikan untuk 3 perbandingan menggunakan koreksi Bonferroni). Kami
membandingkan luaran klinis buruk pada masing-masing subtipe terhadap wanita
NGT menggunakan uji logistic (oods ratio) dan regresi linear (beta koefisien)
dengan penyesuaian pada usia maternal, ras etnis, status perkawinan, dan indeks
massa tubuh yang dinilai pada usia kehamilan <20 minggu, dan jenis kelamin bayi
pada bayi besar masa kehamilan (BMK) dan model berat badan. Kami melakukan
5
analisis sekunder, mengeksklusi wanita dengan GDM, untuk menentukan apakah
temuan ini memang diperantarai oleh wanita dengan subpopulasi ini. Untuk
menentukan apakah subtipe fisiologis dapat menentukan risiko luaran klinis
melebihi informasi pada kategori IMT, kami melakukan analisis stratifikasi
menggunakan model regresi logistic dan lienar, mengelompokkan wanita
berdasarkan IMT menjadi overweigth/obesitas (IMT>25kg/m2) dan normal atau
underweight (IMT<25 kg/m2).
Hasil
Karakteristik partisipan subtipe GGI ditunjukkan pada Tabel 1 dan Tabel
Suplementasi 1. Dari 236 wanita dengan GGI (GLT140 mg/dL) (Gambar 1), 115
(49%) memiliki subtipe GGI resistensi insulin, 70 (27%) memiliki GGI defisiensi-
insulin, 40 (17%) memiliki GGI campuran dan 11 (5%) tidak terkategorisasi.
GDM terdiagnosis pada 28 wanita dengan GGI (12%). Dibandingkan dengan
kelompok rujukan NGT, wanita dengan subtipe defisien insulin dan patofisiologi
campuran berusia lebih tua (Tabel 1).
6
Tabel 1. Karakteristik peserta menurut subtipe fisiologis intoleransi
glukosa gestasional
Wanita dengan GGI resistensi insulin cenderung memiliki IMT lebih dari
30kg/m2 dibandingkan wanita dengan NGT; wanita dengan GGI defisien insulin
cenderung memiliki BMI <25 kg/m2. Tidak terdapat perbedaan statistic signifikan
status insuransi antar subtipe. Wanita dengan GGI resisten insulin lebih banyak
yang menikah dibandingkan wanita NGT. Selanjutnya, wanita dengan GGI
7
resisten insulin lebih banyak ras Latin. Wanita yang dimasukkan ke dalam analisis
kami mirip dengan yang berpartisipasi pada penelitian MOMS fasting parent (data
tidak ditunjukkan). GLT yang didapatkan dari masing-masing subtipe GGI mirip
dan lebih tinggi dibandingkan kelompok NGT (Tabel 1). Seperti yang diharapkan,
indeks HOMA-2 yang dihitung dari kadar-kadar ini, ditemukan perbedaan antara
glukosa puasa dan insulin antar subtipe (Tabel 1). Insulin puasa lebih tinggi pada
wanita dengan subtipe resisten insulin dan lebih rendah pada wanita dengan
subtipe defisien insulin dibandingkan wanita dengan NGT. Dibandingkan wanita
NGT, glukosa puasa lebih tinggi pada wanita dengan subtipe resisten insulin dan
subtipe patofiosiologi campuran dan mirip dengan wanita subtipe defisien insulin.
Analisis statistik
Ketika kami menggunakan ambang batas persentil-25 HOMA-2B dan
HOMA-2S untuk menentukan resistensi dan defisiensi insulin, dan
mengkategorisasi subtipe (kami menggunakan persentil ke-25 dan bukan ke-50
dalam analisis utama), lebih banyak wanita yang tidak dapat terkategorisasi,
menyebabkan informasi subtipe GGI yang lebih sedikit (Tabel Tambahan 2).
Kami mengobservasi temuan yang sama pada luaran klinis primer dan sekunder
pada analisis sensitivitas dimana definisi NGT diubah menjadi GLT <130 mg/dL
dari yang awalnya GLT <140 mg/dL (Tabel Suplementasi 3).
Tabel Tambahan 3. Risiko hasil kehamilan yang merugikan oleh intoleransi glukosa
gestasional subtipe fisiologis dibandingkan dengan wanita dengan hasil tes loading
glukosa <130 mg/dL
11
Analisis primer distratifikasi dari IMT
Luaran Klinis Primer: BMK pada wanita dengan IMT ≥25 kg/m2 dan GGI
resistensi insulin memiliki peningkatan risikko BMK (Tabel 4) dibandingkan
wanita NGT dari IMT yang sama. Wanita dengan GGI defisien insulin dan IMT
25 kg/m2 memiliki risiko BMK yang sama dengan wanita NGT (Tabel 4).
Luaran klinis utama: BMK pada wanita dengan IMT <25 kg/m2
Dari 29 wanita dengan IMT<25 kg/m2 dengan GGI resisten-insulin, tidak
ada wanita yang melahirkan bayi BMK. Sebaliknya, kami menemukan
peningkatan signifikan risiko BMK pada wanita dengan GGI defisien insulin
dibandingkan wanita NGT dengan IMT<25 kg/m2 strata (Tabel 4).
12
Luaran klinis sekunder: distratifikasi berdasarkan IMT
Luaran klinis neonatus sekunder: Rawatan NICU
Pada wanita dengan IMT 25kg/m2, tidak terdapat peningkatan risiko
NICU pada wanita dengan resistensi insulin GGI dibandingkan wanita dengan
NGT (Tabel 4). Tidak ada wanita dengan GGI defisien insulin dan IMT 25kg/m2
yang neonatus nya dirawat di NICU. Tidak terdapat peningkatan risiko rawatan
NICU pada wanita GGI campuran (Tabel 4) dibandingkan wanita NGT. Pada
wanita denagn IMT <25 kg/m2, terdapat peningkatan risiko rawatan NICU pada
wanita dengan GGI resisten insulin dibandingkan wanita NGT (Tabel 4). Risiko
wanita dengan IMT <25 kg/m2 dan GGI defisien insulin memiliki neonatus yang
memerlukan rawatan NICU tidak berbeda statistic dengan wanita NGT. Tidak ada
neonatus yang dirawat NICU dari ibu dengan GGi campuran dan ibu IMT <25
kg/m2 (Tabel 4).
KOMENTAR
Temuan utama
Pada penelitian ini sebanyak 236 wanita dengan GGI, kami menemukan
risiko luaran klinis kehamilan buruk adalah bergantung pada fisiologi dasar
intoleransi gluksoanya, dengan resistensi insulin menjadi risiko tertinggi. Secara
spesifik, pada model yang belum disesuaikan dan setelah disesuaikan dengan
semua kovariat, termasuk IMT maternal, kami menemukan peningkatan risiko
BMK dan hipertensi kehamilan pada wanita dengan subtipe GGI resisten insulin.
Selain itu, kelihatannya risiko lebih tinggi untuk rawatan NICU ditemukan pada
subtipe resisten insulin dan wanita dengan BB normal.
Pengaruh Klinis
Meneliti wanita dengan GGI (dan bukan hanya wanita GDM) sangat
relevan secara klinis, karena wanita dengan GGI yang tidak memiliki GDM juga
14
menunjukkan risiko luaran klinis yang buruk seperti GDM, namun tidak diterapi.
Panduan ACOG 2018 mengusulkan wanita dengan satu saja nilai P1PP abnormal
(turunan kelompok wanita dengan GGI) dapat diterapi sama seperti GDM, namun
hal ini tergantung dari keputusan penyedia. Temuan kami saat ini menyediakan
premis penelitian lebih lanjut di masa depan untuk meningkatkan monitoring atau
terapi pada wanita GGI (tanpa GDM) dengan resistensi insulin. Sebagai contoh,
adalah merupakan keputusan klinis untuk menentukan apakah wanita GGI dengan
resistensi insulin yang berisiko tinggi hipertensi kehamilan dapat bermanfaat
dengan profilaksi aspirin, atau obat penurun glukosa.
Pengaruh ke Penelitian
Secara khusus, wanita dengan GDM diterapi tanpa memikirkan
mekanksme fisiologi dasarnya yang menyebabkan hiperglikemia. Prospektif
penelitian di masa depan diperlukan untuk menentukan apakah terapi selama
kehamilan berdasarkan subtipe fisiologis GGI atau GDM dapat menurunkan risiko
luaran klinis buruk kehamilan. Meskipun terdapat dua penelitian klinis saat ini
yang menguji terapi spesifik subtipe GDM menggunakan diet (NCT04187521)
atau terapi medis (NCT03029702), penelitian di masa depan dapat bermanfaat
dengan mengikutsertakan wanita GGI dan subtipe fisiologi yang sama.
Kesimpulan
15
Saat ini wanita hamil dengan GDM diterapi sama, dan wanita dengan GGI
tanpa GDM tidak diterapi untuk hiperglikemianya. Penelitian kami mendukung
penggunaan subtipe fisiologis untuk mengidentifikasi resistensi insulin pada
wanita dengan GGI, terlepas dari diagnosis GDM sehingga dapat menargetkan
terapi untuk luaran klinis lebih baik. Meskipun penelitian sebelumnya dari subtipe
fisiologi GDM telah menggunakan data P1PP lengkap untuk melakukan subtipe
klasifikasi, kami menentukan subtipe GGI berdasarkan pengambilan darah puasa,
sehingga membuat metode ini mudah diikuti di praktik sehari-hari. Temuan kami
juga mengimplikasikan bahwa monitoiring tambahan dan terapi yang mungkin
untuk wanita dengan resistensi insulin (bahkan tanpa GDM) dapat bermanfaat,
karena adanya peningkatan risiko pertumbuhan janin berlebih, hipertensi
kehamilan dan rawatan NICU.
16
CRITICAL APPRAISAL
Apakah dalam
artikel/jurnal
tercantum nama
lembaga tempat
peneliti bekerja?
Apakah terdapat
alamat email dari
peneliti?
Abstrak Apakah abstrak Abstrak sudah terstruktur mencakup
terstruktur Background, subject & methods, results,
mencakup conclusions.
Background/introd
uction, subject & Abstrak juga sudah menyertakan
methods, results, keywords
conclusions?
Bagaimana level of
evidence dari
desain penelitian?
19
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6