Anda di halaman 1dari 67

MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA

SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

NASKAH DEPARTEMEN

tentang

SEJARAH PERANG

(DIKREG SESKO TNI)

Nomor : ND: OPS - B1 - 1201

DITETAPKAN DENGAN KEPUTUSAN KOMANDAN SESKO TNI


NOMOR KEP/112/II/2022 TANGGAL 23 FEBRUARI 2022
MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO

KEPUTUSAN KOMANDAN SESKO TNI


Nomor Kep/112 /II/2022

tentang

PENGESAHAN NASKAH DEPARTEMEN


SEJARAH PERANG

KOMANDAN SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI,

Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan diperlukan


kebutuhan piranti lunak berupa bahan ajaran sebagai pedoman untuk proses
belajar mengajar di lingkungan Sesko TNI; dan

b. bahwa dalam hal ini untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dikeluarkan
keputusan mengenai Naskah Departemen Sejarah Perang.

Mengingat : 1. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1419/XII/2018, tanggal 31


Desember 2018 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Bahan Ajaran di
Lembaga Pendidikan TNI;

2. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/84/I/2022 tanggal 27 Januari


2022 tentang Pengesahan Kurikulum Pendidikan Reguler Sesko TNI; dan

3. Keputusan Komandan Sesko TNI Nomor Kep/656/XII/2021 tanggal 23


Desember 2021 tentang Program Kerja dan Anggaran Sesko TNI TA 2022.

Memperhatikan : 1. Surat Perintah Komandan Sesko TNI Nomor Sprin/155/II/2022 tanggal


2 Februari 2022 tentang Kelompok Kerja Penyusunan dan Revisi Hanjar
Pendidikan Reguler Sesko TNI; dan

2. Hasil perumusan Tim Pokja Penyusunan dan Revisi Bahan Ajaran


Pendidikan Reguler Sesko TNI.
2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : 1. Mengesahkan berlakunya Naskah Departemen tentang


Sejarah Perang sebagaimana tercantum pada lampiran keputusan ini dengan
Kode MP ND:OPS-B1-1201.

2. Kepala Departemen Faljuang Sesko TNI sebagai pembina materi.

3. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bandung
pada tanggal 23 Februari 2022

Komandan Sesko TNI,

tertanda

Diyah Yudanardi
Distribusi: Marsekal Madya TNI
1. A, B dan C Sesko TNI
2. Perwira Siswa Dikreg Sesko TNI
DAFTAR ISI
Halaman
Keputusan Komandan Sesko TNI Nomor Kep/112/II/2022 tanggal 23 Februari
2022 tentang Naskah Departemen Sejarah Perang i

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN
1. Umum ..................................................................................... 1
2. Maksud dan Tujuan................................................................. 1
a. Maksud. ........................................................................ 1
b. Tujuan. .......................................................................... 2
3. Ruang Lingkup dan Tata Urut ................................................. 2
a. Ruang Lingkup. ............................................................. 2
b. Tata Urut. ...................................................................... 2
4. Dasar ...................................................................................... 2
5. Pengertian-pengertian............................................................. 2

BAB II LATAR BELAKANG TERJADINYA PERANG


6. Perang Dunia I ........................................................................ 3
7. Perang Dunia II ....................................................................... 8
8. Perang Pasca Perang Dunia II................................................ 13
9. Evaluasi .................................................................................. 33

BAB III HAKEKAT DAN BENTUK PERANG

10. Umum ..................................................................................... 34


11. Strategi Perang Dunia I ........................................................... 34
12. Strategi Perang Parit ……………… ........................................ 35
a. Asal Usul Perang Parit. ................................................. 35
b. Menggali Parit ............................................................... 36
13. Strategi Perang Laut ………………......................................... 37
14. Strategi untuk Negosiasi Damai.............................................. 38
15. Strategi Perang Dunia II .......................................................... 38
16. Bentuk-bentuk Strategi dalam Perang Dunia II ....................... 39
a. Strategi Blitzkrieg (Jerman)........................................... 39
b. Strategi Great Patriotic Warfare/Human Wave
Doctrine (Uni Soviet) ............................................................... 40
c. Fire Power Focus (Inggris) ........................................... 40
d. Carpet Bombing (USA) ................................................. 41
e. Kamikaze (Jepang) ....................................................... 41
17. Strategi Operasi Barbarossa ................................................... 42
18. Evaluasi .................................................................................. 42

BAB IV PERANG DARI GENERASI KE GENERASI

19. Umum ..................................................................................... 43


20. Strategi Blokade Laut pada Perang Malvinas ......................... 43
21. Strategi Perang Kota pada Perang Irak .................................. 43
22. Strategi Korea Utara dalam Perang ........................................ 45
23. Strategi Perang Gerilya di Afganistan ..................................... 46
24. Evaluasi...................................................................... .............. 46

BAB V TINGKAT PERENCANAAN PERANG

25. Umum ..................................................................................... 47


26. Grand Strategi ........................................................................ 47
27. Strategi perang........................................................................ 48
28. Operasi Militer......................................................................... 49
i
29. Taktik Perang.......................................................................... 51
30. Logistik Militer............................................................ .............. 56
a. Asal Usul Logistik Militer ............................................... 56
b. Prinsip-prinsip Logistik Militer........................................ 57
c. Sistem Logistik Militer ................................................... 57
31. Evaluasi...................................................................... .............. 58
32. Penutup...................................................................... .............. 58

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A DAFTAR PENGERTIAN

ii
MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran I pada Keputusan Dansesko TNI
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep/112/II/2022
Tanggal 23 Februari 2022

SEJARAH PERANG

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi
permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia
untuk melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai
sebagai pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas
teknologi dan industri. Hal ini tercermin dari doktrin angkatan perangnya seperti "Barang
siapa menguasai ketinggian maka menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa
penguasaan atas ketinggian harus dicapai oleh teknologi. Namun kata perang tidak lagi
berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser pada kata sifat. Yang mempopulerkan
hal ini adalah para jurnalis, sehingga lambat laun pergeseran ini mendapatkan posisinya,
namun secara umum perang berarti "pertentangan".

b. Secara spesifik dan wilayah filosofis, perang merupakan turunan sifat dasar manusia
yang tetap sampai sekarang memelihara dominasi dan persaingan sebagai sarana
memperkuat eksistensi diri dengan cara menundukkan kehendak pihak yang dimusuhi.
Dengan mulai secara psikologis dan fisik. Dengan melibatkan diri sendiri dan orang lain,
baik secara kelompok atau bukan. Perang dapat mengakibatkan kesedihan dan kemiskinan
yang berkepanjangan. Sebagai contoh Perang Dunia Pertama yang mengakibatkan
hilangnya nyawa beratus-ratus orang dan tentu saja hal ini mengakibatkan kesedihan
mendalam dalam setiap individu di dunia. Beribu dampak akibat perang - perang yang
terjadi selama bertahun - tahun itu pastilah membekas bagi para orang-orang yang
mengalaminya. Perang memang membuat hati para manusia tidak tenang dan aman.
Kebanyakan perang yang terjadi selalu mengakibatkan dan melibatkan banyak pihak.
Termasuk Perang Dunia I yang juga membawa dampak bagi kelangsungan hidup manusia.

c. Hanjar Sejarah Perang merupakan bahan ajaran yang disusun dengan mengacu dari
sejarah perang bangsa Indonesia dari Perang Dunia I dan II serta Pasca Perang Dunia II.
Hanjar ini akan dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam pelaksanaan proses belajar
dan mengajar di lingkungan lembaga pendidikan Sesko TNI.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Naskah Departemen tentang Sejarah Perang disusun dengan maksud


untuk memberikan gambaran dan penjelasan bagi Gadik dan Serdik dalam proses belajar
mengajar di Lingkungan Sesko TNI.
2

b. Tujuan. Naskah Departemen Sejarah Perang disusun dengan tujuan agar dapat
digunakan sebagai Pedoman Gadik dan Serdik dalam mengikuti proses belajar mengajar di
Lingkungan Sesko TNI.

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut.

a. Ruang Lingkup. Naskah Departemen ini membahas hal-hal yang berkaitan


dengan Sejarah Perang yang pernah terjadi di belahan Dunia.

b. Tata Urut. Disusun dengan tata urut sebagai berikut:

1) Bab I Pendahuluan.
2) Bab II Latar Belakang Terjadinya Perang.
3) Bab III Hakekat dan Bentuk Perang.
4) Bab IV Perang dari Generasi ke Generasi.
5) Bab V Tingkat Perencanaan Perang.
6) Bab VI Penutup.

4. Dasar.

a. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/04/I/2022 tanggal 27 Januari 2022 tentang


Pengesahan Kurikulum Pendidikan Reguler Sesko TNI;

b. Keputusan Komandan Sesko TNI Nomor Kep/656/XII/2021 tanggal 23 Desember


2021 tentang Program Kerja dan Anggaran Sesko TNI TA 2022;
c. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1419/XII/2018 tanggal 31 Desember
2018 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Bahan Ajaran di Lembaga Pendidikan TNI;
dan

d. Surat Perintah Komandan Sesko TNI Nomor Sprin/156/II/2022 tanggal 2 Februari


2022 tentang Kelompok Kerja Penyusunan dan Revisi Pendidikan Reguler Sesko TNI.

5. Pengertian-Pengertian. (Periksa Lampiran A)


3

BAB II

LATAR BELAKANG TERJADINYA PERANG

6. Perang Dunia I. Perang dunia adalah perang yang melibatkan banyak negara di dunia.
Perang Dunia I melibatkan negara-negara Eropa. Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa
Perang Dunia I merupakan perang saudara antar bangsa Eropa. Ada juga yang berpendapat
bahwa Perang Dunia I merupakan perang dunia sebab negara-negara di kawasan Asia, seperti
Jepang dan Cina; negara-negara di kawasan Amerika, seperti Amerika Serikat (AS) dan Kanada;
negara Australia dan Selandia Baru ikut serta berperang. Dilihat dari banyaknya negara yang
terlibat, perang yang berlangsung pada 1914-1918 tersebut dinamakan perang dunia atau perang
besar (the great war). Perang Dunia I melibatkan hampir 30 negara, lebih banyak dari perang
manapun sebelumnya. Perang ini terjadi di beberapa kawasan dunia, termasuk di negara- negara
yang sedang menjadi korban dari imperialisme Barat, seperti Timur Tengah, Afrika, Asia, dan
Pasifik. Namun, yang paling banyak terjadi di Eropa.

a. Penyebab Terjadinya Perang Dunia I. Pada tahun 1914 di Eropa meletus


perang. Perang tersebut merupakan perang saudara, karena melibatkan banyak negara di
Eropa. Bahkan Amerika, Asia dan Australia pun ikut terlibat dalam perang hebat yang
memakan banyak korban jiwa untuk pertama kalinya dalam sejarah dunia, sehingga disebut
perang Dunia I. Perang Dunia I berlangsung Tahun 1914-1918. Perang Dunia I ini tidak
terjadi dengan tiba-tiba, tetapi didahului oleh suatu keadaan yang mendorong terjadinya
perang tersebut, antara lain adalah:

1) Penyebab Tidak Langsung Terjadinya Perang Dunia I. Faktor-


faktor tidak langsung yang menyebabkan terjadinya Perang Dunia I sebagai berikut :

a) Terjadi Pertentangan di Antara Negara-negara Eropa.


Pertentangan yang terjadi di antara negara-negara Eropa itu, antara lain
sebagai berikut :

(1) Pertentangan Jerman dengan Prancis. Pertentangan Jerman


dengan Prancis sudah berlangsung sejak lama.Terakhir, Prancis
mendendam Jerman karena kekalahan perangnya pada tahun 1871.
Akibat kejadian tersebut, timbullah keinginan Prancis untuk
membalas kekalahan terhadap Jerman.

(2) Pertentangan Jerman dengan Inggris. Pertentangan Jerman


dengan Inggris disebabkan persaingan dalam bidang industri,
imperialisme modern, dan Angkatan Laut. Untuk melindungi
industrinya, Inggris memberi tanda pada barang impor Jerman
dengan tulisan "Made in Germany". Hal ini dirasakan oleh
Jerman sangat merugikan. Persoalan perebutan daerah untuk
keperluan imperialisme modern yang terjadi di Afrika dan Timur
jauh juga menambah pertikaian kedua negara tersebut.

(3) Pertentangan Jerman dengan Rusia. Pertentangan Jerman


dengan Rusia disebabkan Jerman tidak mau lagi
4

memberikan pinjaman uang untuk pembangunan industri Rusia.


Akibatnya, Rusia memihak Prancis sebagai lawan utama Jerman.
Jerman juga membantu Turki dalam pembangunan jalan kereta api di
Bagdad, padahal Turki merupakan musuh besar Rusia sebab
menghalangi Politik Air Hangatnya ke Laut Tengah.

(4) Persaingan antara Austria dan Rusia dalam Merebut Balkan.


Menjelang abad ke-19, kedudukan bangsa Turki sebagai penguasa
wilayah Balkan makin mundur. Merosotnya kekuasaan Turki
menyebabkan bangsa-bangsa di Balkan bangkit membebaskan diri
dari kekuasaan Turki. Bangsa Yunani dibawah pimpinan Alexander
Ispilanti mengangkat senjata demi kemerdekaan bangsanya dari
kekuasaan Turki. Oleh karena itu, berdirilah negara Yunani yang
merdeka pada tahun 1829. Bangsa Serbia ingin mendirikan negara
Serbia Raya yang merupakan gabungan bangsa-bangsa Slavia di
Balkan, sedangkan Kerajaan Austria ingin menggantikan kedudukan
Turki di Balkan. Hal itu menyebabkan timbulnya pertentangan antara
Austria dan negara-negara Balka, khususnya Serbia yang ingin
membentuk Negara Serbia Raya. Rusia juga ingin menguasai Balkan
supaya memiliki daerah perairan Laut Tengah. Hal itu menyebabkan
timbulnya pertentangan dengan Rusia, Austria, dan Turki. Jadi,
persoalan di Balkan menjelang Perang Dunia I adalah sebagai
berikut:

(a) kekuasaan Turki makin merosot sehingga tidak


mampu mempertahankan jajahannya di Balkan;

(b) negara Austria yang berbatasan dengan wilayah


Balkan ingin menggantikan kekuasaan Turki di Balkan;

(c) Rusia yang ingin mendapat pelabuhan di tepi Laut


Tengah juga ingin menguasai Balkan; dan

(d) bekas daerah jajahan Turki di Balkan ingin


mendirikan negara besar dibawah pimpinan bangsa Serbia
yang tidak disetujui oleh sebagian negara Balkan.

b) Timbulnya Persekutuan Militer. Beberapa negara Eropa


berusaha mencari kawan karena taku ancaman dari negara saingannya usaha
mencari kawan menyebabkan timbulnya persekutuan militer yang bertujuan
menghadapi ancaman atau serangan dari bangsa lain secara bersama-sama.
Semula Jerman bersekutu dengan Austria untuk mengadapi Rusia (1878).
Selanjutnya, pada tahun 1882 Italia masuk ke dalam persekutuan Jerman,
Austria, Hongaria agar kedudukannya terhadap Prancis kuat, oleh karena itu,
terbentuklah Triple Al-Aliance. Ketiganya disebut negara Sentral sebab
letaknya di tengah Eropa. Meskipun sebelumnya bermusuhan, Inggris dan
Prancis bersekutu dalam menghadapi Jerman. Mereka tergabung dalam
persekutuan Entene
5

Codiale (1904). Begitu juga dengan Rusia, masuk sebagai anggota


persekutuan Enter Codiale karena bermusuhan dengan Jerman. Oleh karena
itu, terciptalah Triple Entente (1907) sebagai reaksi terhadap pembentukan
Triple Aliance. Anggotanya disebut Negara Sekutu (Allied Power).

c) Timbulnya Perlombaan Senjata. Untuk menghadapi serangan


mendadak dari lawan, setiap negara berusaha mempersenjatai diri. Kaum
industrialis menciptakan senjata modern dan dijual kepada negara yang
bermusuhan. Saling curiga akibat perlombaan dalam persenjataan
menyebabkan keadaan Eropa tegang dan panas.

2) Penyebab Langsung Terjadinya Perang Dunia I. Latihan perang


yang dilakukan Austria di Sarajevo dianggap Serbia sebagai pameran kekuatan.
Putra Mahkota Austria, Erans Ferdinand pada saat mengunjungi latihan tersebut
dibunuh oleh pemuda Serbia bernama Princip. Pada tanggal 28 Juni 1914 Austria
menuntut Serbia untuk menyerahkan pembunuhnya dalam tempo satu bulan.
Namun, permintaan tersebut tidak dihiraukan oleh Serbia yang mendapat dukungan
Rusia. Untuk itu Austria menyatakan perang terhadap Serbia. Peristiwa terbunuhnya
Frans Ferdinand merupakan sebab khusus terjadinya Perang Dunia I.

b. Kronologis Perang Dunia I. Peristiwa pembunuhan Putra Mahkota


Austria, Frans Ferdinand oleh seorang Serbia pada tanggal 28 Juni 1914 memicu terjadinya
perang antara Austria dan Serbia. Adanya sistem persekutuan militer menyebabkan
peperangan segera meluas ke berbagai negara. Pada tanggal 1 Agustus 1914 Prancis juga
menyatakan perang terhadap Jerman. Selanjutnya, pada tanggal 4 Agustus 1914 Inggris
menyatakan perang terhadap Jerman. Negara yang terlibat perang segara meluas keluar
Eropa, seperti Jepang, Cina, Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Karena daerah peperangan yang luas hampir separuh dunia dan juga banyaknya negara
yang terlibat. Perang itu disebut Perang Dunia. Negara yang terlibat dalam Perang Dunia I
dibedakan menjadi dua blok yaitu Blok Sentral dan Blok Sekutu.

1) Blok Sentral. Blok Sentral terdiri dari negara Jerman, Austria, Hongaria,
Tukir, dan Bulgaria. Italia yang sebelumnya menjadi anggota Triple Alliance
akhirnya memihak Entente Codiale karena menginginkan daerah Tirol Selatan,
Istria, dan Dalmatia yang dikuasai Austria.

2) Blok Sekutu. Blok Sekutu terdiri dari negara Prancis, Rusia,


Serbia, Belgia, dan Inggris beserta negara dominionnya. Amerika Serikat baru pada
tahun 1917 menyatakan perang setelah kapal dagangnya ditenggelamkan Jerman.
Keterlibatan Amerika Serikat sebagai negara besar yang mendukung Blok Sekutu
menjadi salah satu sebab kalahnya Blok Sentral. Jepang sebagai salah satu negara di
Asia ikut berperang melawan Jerman sebab menginginkan jajahan Jerman di Timur
Jauh. Anggota Blok Sekutu seluruhnya berjumlah 23 negara.

Perang Dunia I yang melibatkan banyak negara terbagi dalam beberapa medan pertempuran
antara lain sebagai berikut :
6

1) Medan Pertempuran Barat. Tentara Jerman berusaha menyerang Belgia


dan Prancis. Mereka berhasil menduduki dan menyerang Prancis dari sebelah
utara. Mereka berhasil memasuki belakang garis pertahanan Prancis sampai
akhirnya mendekati Paris. Keadaan ini menyebabkan pemerintahan Prancis
berpindah ke Bordeaux. Dalam pertempuran di dekat Sungai Marne pada bulan
September 1914, tentara Jerman di bawah pimpinan Jenderal Von Moltke berhasil
ditahan tentara Prancis. Sesudah itu, perang yang tadinya melaju dengan cepat
berubah menjadi perang parit. Untuk jangka waktu tertentu, kedua belah pihak
bertahan dalam parit-parit pertahanan sehingga peperangan bersifat statis. Sesudah
Amerika Serikat ikut berperang di pihak Sekutu, peperangan di Medan
pertempuran barat di bawah komando Marsekal Foch mendapat kemajuan. Tentara
Amerika Serikat di bawah pimpinan Jenderal John J. Pershing dan Inggris di bawah
pimpinan Jenderal Allenby berhasil mendesak pertahanan Jerman di bawah
pimpinan Luddendorf.

2) Medan Pertempuran Timur. Pada saat tentara Jerman menyerbu Belgia,


tanggal 17 Agustus 1914 tentara Rusia dengan kekuatan 200.000 orang menyerbu
wilayah timur Jerman. Semula tentara Rusia di bawah pimpinan Jenderal Brusilov
berhasil mendesak Jerman. Akan tetapi, setelah Jerman dapat memantapkan diri
dalam perang parit di Prancis, sebagian pasukannya dikerahkan ke medan
pertempuran timur. Akibatnya, serangan tentara Rusia ini dapat dihancurkan oleh
tentara Jerman dibawah pimpinan Jenderal Hindenburg dan Ludenddorff di daerah
Tannenberg. Italia yang memihak Sekutu melakukan serbuan dari selatan ke arah
pihak Sentral. Oleh karena itu, Jerman menghadapi tiga serangan sekaligus, yaitu
arah medan pertempuran barat, timur, dan selatan. Meskipun tidak begitu kuat,
berkat bantuan Sekutu, Italia berhasil menahan serangan tentara Austria- Hongaria.
Turki bersekutu dengan Jerman menghadapi tentara Rusia dalam pertempuran di
Kaukasus dan di sekitar Laut Kaspia.Turki berusaha mengusir tentara Inggris dari
Syria dan Mesir dengan serbuan yang besar. Namun, serbuan itu dapat ditahan
Inggris. Angkatan Laut Inggris masih tetap menguasai lautan dan mendaratkan
pasukannya di Teluk Persia untuk menyerang Turki dari belakang. Akibat serbuan
Inggris, pertahanan Turki menjadi kacau-balau. Usaha menahan bantuan Jerman ke
Turki, pada tahun 1915 Angkatan Laut Inggris berusaha menduduki Selat
Dardanella, Laut Marmora, dan Selat Bosporus yang penting artinya untuk
strategi perang. Namun, usahanya dapat digagalkan Turki di bawah pimpinan
Mustafa Kemal Pasha. Pada tahun 1918 Inggris mundur ke Yunani dan berhasil
mengalahkan Bulgaria. Sementara itu, Turki akhirnya menyerah kepada Inggris
yang memperoleh bantuan bangsa Arab dan Yahudi.

3) Medan Pertempuran Laut. Laut merupakan medan pertempuran yang


banyak menimbulkan korban. Inggris sebagai negara maritim di bawah pimpinan
Laksamana John Jellicoe mengalakan blokade terhadap Jerman. Untuk menerobos
blokade laut yang dilakukan Inggris, Jerman mengumumkan perang kapal selam
tidak terbatas. Jerman menyatakan bahwa semua kapal yang memasuki Inggris akan
ditenggelamkan. Akibatnya, banyak kapal Inggris yang ditenggelamkan. Hubungan
Jerman dengan jajahannya di Asia dan Afrika terputus. Oleh karena itu, beberapa
jajahan Jerman dapat ditaklukkan Sekutu. Jepang yang memihak Sekutu berhasil
merebut jajahan Jerman di Pasifik dan Asia Timur. Kapal perang Jerman di Asia
Timur yang berlayar menuju Lautan Atlantik akhirnya
7

dihancurkan oleh Angkatan Laut Inggris dan sekutunya. Pada tahun 1917
tentara Jerman menggelamkan banyak kapal dagang Sekutu, khususnya yang
menuju Inggris. Kapal milik Amerika Serikat yang pada saat itu tidak terlibat perang
juga ditenggelamkan. Oleh karena itu, Amerika Serikat yang merasa dirugikan pada
bulan April 1917 mengumumkan perang terhadap Jerman.

Sesudah berlangsung hampir empat tahun, Perang Dunia I berakhir dengan kekalahan di
pihak Blok Sentral. Kekalahan perang pihak Blok Sentral disebabkan oleh hal sebagai
berikut :

1) jumlah anggota Blok Sekutu lebih banyak (23 negara) sehingga dari segi
kekuatan pun lebih kuat, apalagi dengan masuknya Amerika Serikat;

2) ada perpecahan di pihak Blok Sentral. Italia yang semula ikut Blok Sentral,
berbalik memusuhinya sebab menginginkan daerah-daerah yang dikuasai Austria;
dan
3) terjadinya pemberontakan rakyat di negara anggota Blok Sentral yang
mulai bosan berperang dan tidak mau lagi mendukung pemerintahannya.
Pemberontakan itu dipimpin kaum sosialis komunis yang meniru gerakan di Rusia.
Kaisar Frans Josef dari Austria dan Kaisar Wilhelm II dari Jerman dipaksa turun
takhta. Kekaisaran Jerman diubah menjadi republik dan menyerah kepada Sekutu.

Perang Dunia I berakhir dengan dua perjanjian damai yang penting, yaitu Perjanjian
Versailles dan Perjanjian Sevres (kemudian diubah menjadi Perjanjian Lausanne).
Perjanjian Versailles dilakukan antara Jerman dan Sekutu. Perjanjian Sevres dilakukan
antara Turki dan Sekutu. Dalam perjanjian Versailes (1919) ditetapkan, antara lain sebagai
berikut :

1) Jerman menyerahkan wilayah Elzas Lotharingen kepada Prancis dan


wilayah Eupen Malmedi kepada Belgia;

2) wilayah Danzig dan sekitarnya menjadi kota merdeka dibawah perwalian


LBB;

3) wilayah Saar berada di bawah perwalian LBB selama 15 tahun, kemudian


akan diadakan plebisit, yaitu pemungutan suara umum di suatu daerah untuk
menentukan status daerah tersebut;

4) Jerman kehilangan semua daerah jajahannya dan diserahkan kepada Inggris,


Prancis, dan Jepang;

5) Jerman membayar ganti rugi sebesar 132 miliar mark;

6) angkatan perang Jerman diperkecil;

7) kapal dagang Jerman diserahkan kepada Inggris sebagai ganti kerugian


perang; dan

8) wilayah Jerman di sebelah barat Sungai Rijn diduduki Sekutu sebagai


jaminan selama 15 tahun.
8

7. Perang Dunia II. Keadaan damai di Benua Eropa pasca Perang Dunia I hanya
berlangsung tidak lebih dari 15 tahun. Pada periode 1930-an keadaan politik dunia kembali
memanas menyerupai kondisi politik pada 1900-1912, sebelum meletusnya Perang Dunia II. Maka
negara-negara yang pernah terlibat dalam Perang Dunia I segera mempersiapkan diri untuk
menghadapi perang yang mungkin terjadi yang lebih dahsyat dari perang yang sebelumnya. Politik
revanche ildea (semangat membalas) terus dikembangkan dan dihembuskan oleh negara-negara
yang kalah dalam Perang Dunia I. Selain itu munculnya negara fasis (totaliter), seperti Jerman,
Italia, dan Jepang merupakan salah satu penyebab meletusnya Perang Dunia II. Oleh karena itu,
banyak orang mengatakan bahwa Perang Dunia II merupakan kelanjutan dari Perang Dunia I.

a. Penyebab Terjadinya Perang Dunia II. Satu tanda mata dari abad ke-20 yang
paling dahsyat dan tak terlukiskan kengeriannya adalah Perang Dunia II. Sebuah
peperangan besar yang berkecamuk di tiga benua tua, yaitu Afrika, Asia, dan Eropa. Secara
resmi perang ini dimulai pada 1 September 1939 dan berakhir pada 14 Agustus 1945.
Sampai saat ini, perang ini adalah perang paling dahsyat yang pernah terjadi di muka bumi.
Kurang lebih 50.000.000 orang tewas dalam konflik ini. Perang ini membagi dua
kekuatan besar yang saling bertikai yaitu Blok Poros dan Blok Sekutu. Pada Blok Poros
dikuasai tiga negara utama yaitu Nazi Jerman, Italia, dan Kekaisaran Jepang. Di puncak
kejayaan, kekuatan poros menguasai dominasi daerah yang sangat luas di Eropa, Asia,
Afrika, dan Oseania/Pasifik. Pada hakikatnya, latar belakang Perang Dunia II sama dengan
Perang Dunia I, yakni terbagi atas sebab umum dan sebab khusus.

1) Penyebab Umum Terjadinya Perang Dunia II.

a) Adanya pertentangan antara paham liberalisme dan totaliterisme.


Liberalisme memberikan kebebasan bagi warga negaranya sedangkan
paham totaliterisme mengekang kebebasan warga negara.

b) Persekutuan mencari kawan. Adanya politik aliansi (mencari kawan


persekutuan). Kekhawatiran akan adanya perang besar, maka negara-negara
mencari kawan dan muncullah dua blok besar yakni:

(1) Blok Fasis, terdiri atas Jerman, Italia, dan Jepang; dan

(2) Blok Sekutu, terdiri atas: Blok demokrasi yaitu Perancis,


Inggris, Amerika Serikat, dan Belanda.Blok komunis yaitu Rusia,
Polandia, Hongaria, Bulgaria, Yugoslavia, Rumania, dan
Cekoslovakia.

c) Semangat untuk membalas dendam (revanche idea) karena


kekalahan dalam Perang Dunia I.

d) Pertentangan antar negara imperialis untuk memperebutkan daerah


jajahan. Jerman mengumumkan Lebensraumnya (Jerman Raya) yang
meliputi Eropa Tengah. Italia menginginkan Italia Irredenta yang meliputi
seluruh laut Tengah dan Abyssinia. Jepang mengumumkan Kemakmuran
Bersama di Asia Timur Raya. Ini berarti merupakan tantangan terhadap
imperialisme Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat.
9

e) Kegagalan Liga Bangsa-Bangsa (LBB) dalam mewujudkan


perdamaian dunia. Bahwa Liga Bangsa-bangsa (LBB) di nyatakan bukan lagi
alat untuk mencapai tujuan, tetapi menjadi alat politik negara-negara besar
untuk mencari keuntungan bagi negaranya sendiri. Liga Bangsa-Bangsa
(LBB) tidak dapat berbuat apa-apa ketika negara-negara besar berbuat
semaunya, misalnya pada tahun 1935 Italia melakukan serangan terhadap
Ethiopia.

f) Perlombaan senjata antar negara. Negara-negara maju saling


berlomba memperkuat militer dan persenjataan. Dengan kegagalan LBB
tersebut, dunia Barat terutama Jerman dan Italia mencurigai komunisme
Rusia tetapi kemudian Rusia mencurigai fasisme Italia dan nasionalis-
sosialis Jerman. Oleh karena saling mencurigai akhirnya negara-negara
tersebut memperkuat militer dan persenjataannya.

2) Penyebab Khusus Terjadinya Perang Dunia II. Sebab khusus


terjadinya Perang Dunia II terjadi di 2 zona yaitu kawasan Eropa dan kawasan Asia
Pasifik. Di bawah ini merupakan sebab-sebab khusus terjadinya Perang Dunia II.

a) Di kawasan Asia Pasifik, penyerbuan Jepang terhadap pangkalan


Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour tanggal 7 Desember 1941.

b) Di kawasan Eropa, serangan kilat (blitzkrieg) yang dilakukan Jerman


atas Polandia pada tanggal 1 September 1939. Alasan penyerangan itu untuk
merebut kembali kota Danzig (penduduknya bangsa Jerman). Dalam waktu
singkat sebagian besar Polandia dikuasai Jerman.

c) Uni Soviet yang merasa keamanannya terancam, segera menyerbu


Polandia dari arah Timur. Pada tanggal 3 September 1939 Inggris dan
Prancis menyatakan perang terhadap Jerman. dalam perkembangannya
melibatkan banyak negara.

b. Munculnya Negara-negara Fasis. Perang dunia II atau PD II diawali dengan


kecenderungan munculnya paham fasisme (Totalitarianisme) di sejumlah negara. Negara
Fasis (Totaliter) adalah negara yang menempatkan pemerintah sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi. Pemerintah mempunyai kekuasaan absolut untuk mengatur kehidupan
warga negara di segala bidang. Negara fasis sangat mengutamakan kepentingan negara di
atas segala-galanya. Negara-negara yang berpaham fasis yaitu : Jerman, Jepang, dan Italia.

1) Fasisme Jerman. Fasisme di Jerman disebut Nazi atau Nazizme


(Nasional Sosialis), dikembangkan oleh Adolf Hitler (1919).Ia mendirikan partai
NAZI yang menggelorakan Chauvinisme (Nasionalisme yang berlebihan). Paham
Nazi Jerman didasarkan pada buku karangan Hitler yang berjudul Mein Kampf
(Perjuangan saya). Paham ini mengajarkan:

a) nasionalisme bersumber pada kebangsaan Jerman yang fanatik dan


bersifat Chauvinistik;
10

b) sosialisme yang dianut mengutamakan kepentingan umum di atas


kepentingan individu, dan kepentingan negara di atas segala- galanya; dan

c) bangsa Jerman merupakan bangsa terhormat, tertinggi


derajatnya, dan harus memerintah semua bangsa.

Hitler mempunyai ambisi untuk mengembalikan kejayaan masa lampau seperti


sebelum pecah Perang Dunia I. Akhirnya Hitler menjadi diktator dengan sebutan
Der Fuhrer (Sang pemimpin). Upaya yang ditempuh untuk mewujudkan kejayaan
Jerman adalah:
a) memperkuat dukungan rakyat terhadap Nazi;
b) mengobarkan semangat anti Yahudi;
c) membangun angkatan perang yang kuat;
d) membentuk pasukan polisi rahasia yang dinamakan Gestapo,
untuk menindas setiap lawan politik Nazi;
e) mengobarkan rasa kebangsaan yang berlebih-lebihkan
(Chauvinisme) kepada rakyatnya;
f) tidak mengakui Perjanjian Versailles dan keluar dari LBB;
g) bercita-cita menguasai seluruh Eropa; dan
h) secara agresif melancarkan imperealisme dengan politik
"Lebensraum" (Politik mencari daerah ruang hidup yang lebih luas sebagai
akibat Perang Dunia II).

Dengan politik Lebensraumnya, Nazi Jerman dapat menguasai wilayah sekitarnya.


Seperti Australia (1938) daerah Sudeten di Cekoslowakia. Akhirnya Jerman
menyerbu Polandia pada tanggal 1 September 1939, karena negara ini menolak
permintaan Jerman untuk menyerahkan Danzig.Serangan Jerman atas Polandia
adalah awal Perang Dunia II.

2) Fasisme Italia. Fasisme Italia dikembangkan oleh Benito Mussolini


dengan mendirikan partai fasis (1922). Ambisinya untuk menjadi negara yang
besar, Italia melaksanakan Irredenta (Menyatukan bangsa Italia yang belum
merdeka). Mussolini juga mencanangkan plitik Italia La Prima (Italia Raya), karena
kediktatorannya Mussolini disebut IL Duce (Sang pemimpin). Alasan yang
melatarbelakangi lahirnya Partai Fascis adalah;

a) Romantisme terhadap kejayaan Romawi masa lampau (Romanum


Imperium);
b) penderitaan rakyat akibat perang;
c) tidak adanya sistem pemerintahan yang kuat; dan

d) rasa tidak puas dikalangan rakyat.

Italia di bawah kepemimpinan Mussolini, mencita-citakan kejayaan seperti jaman


kejayaan Romawi dahulu. Upaya untuk mencapai kejayaan tersebut antara lain:

a) memaksa Raja Italia, Victor Emmanuel III untuk menyerahkan


kekuasaan kepadanya;
11

b) menyatukan bangsa Italia sesuai dengan semangat "Italia Irredenta";

c) membantu pemerintah Jenderal Franco di Spanyol sebagai langkah


untuk menguasai Laut Tengah sebagai "Mare Nostrum" (Laut kita) Italia;

d) ingin mendirikan "Resorgimento" dengan semangat "Italia La


Prima" (Italia Raya). Untuk maksud ini Italia menduduki Tripoli (Libia) dan
Abessinia (Ethiopia) pada tahun 1935, kemudian menduduki Albania pada
tahun 1938; dan

e) keluar dari PBB.

Untuk memperkuat kedudukannya, pada tahun 1937 Italia mengajak Jerman untuk
membentuk persekutuan militer yang disebut (Poros) Roma dan Berlin.

3) Fasisme Jepang (Militerisme Jepang). Fasisme Jepang


dikembangkan oleh Kaisar Hirohito dan Perdana Menteri Jenderal Hideki Tojo
dengan semangat Hakko Ichi-U (Dunia sebagai satu keluarga), yang berarti Jepang
harus memimpin dunia.Dalam melancarkan politik ekspansinya, Jepang melakukan
tindakan-tindakan sebagai berikut :

a) memodernisasi angkatan perang dengan mengagungkan semangat


"Bushido" (Jalan Kesatria) sebagai semangat berani mati demi negara;

b) mempropagandakan ajaran Shinto "Hakko ichi u" (Dunia sebagai


satu keluarga), yang berarti Jepang harus memimpin dunia. Ajaran Hakko
ichi u diajukan oleh perdana menteri Tanaka Giichi pada tahun 1927,
dengan semangat Hakko ichi u Jepang berturut- turut menaklukan Korea,
Manchuria, Cina, dan Asia Tenggara;

c) menyingkirkan tokoh-tokoh politik anti militerisme; dan

d) mempropagandakan Jepang sebagai cahaya, pemimpin dan pelindung


Asia yang akan membebaskan bangsa-bangsa dari penjajahan Barat.

c. Kronologis Perang Dunia II. Setelah Perang Dunia I berhasil diredam, dunia
ternyata masih harus dihadapkan dengan perang dunia yang lebih besar lagi, yang dikenal
sebagai Perang Dunia II. Kemunculan Perang Dunia II ini didorong oleh banyak faktor,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyebab utama yang memicu Perang Dunia
II ini adalah adanya serangan Jerman atas Polandia serta serangan Jepang terhadap
pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour Hawai. Kejadian inilah yang
kemudian menjadi momentum kemunculan Perang Dunia II antara Blok Sentral (Jerman,
Italia, Jepang) dan Blok Sekutu (AS, Inggris, Perancis, Kanada, Australia). Perang Dunia II
berlangsung dalam tiga wilayah besar, yakni front Eropa dan Afrika, serta front Pasifik.

1) Perang Dunia II Front Eropa (1939-1945). Pertempuran di front Eropa


dimulai dengan serangan Jerman ke Danzig (Polandia). Sejak saat
12

itu, Jerman dengan cepat melebarkan sayap kekuasaan dengan menduduki Denmark,
Norwegia, Belanda, Belgia, Luxemburg, dan Perancis. Pemerintah Prancis
kemudian pecah menjadi dua, yaitu Perancis merdeka dibawah pimpinan Charles de
Gaulle yang membentuk pemerintahan pelarian di London dan Prancis. Selanjutnya,
Jerman melancarkan serangan udara ke Inggris pada tahun 1940 yang menimbulkan
kerusakan Kota London. Inggris segera membalas dengan menjatuhkan bom-bom di
kota- kota penting Jerman, seperti Hamburg dan Bremen. Atas keberhasilan
serangan serangan Jerman, Italia terdorong untuk melancarkan serangan ke Yunani
dan Yugoslavia. Namun, tentara Italia dihancurkan oleh gabungan pasukan Yunani
dan Yugoslavia yang dibantu Inggris. Melihat rekan fasisnya mengalami kekalahan,
Jerman mengirimkan bala bantuan kewilayah itu dan ternyata memperoleh
kemenangan. Pasukan Inggris kemudian menyelamatkan diri ke pulau Kreta, tetapi
terus dikejar Jerman sehingga terpaksa melarikan diri lagi ke Pulau Malta. Setelah
berhasil menguasai sebagian besar wilayah Eropa, tiba-tiba Jerman menyerang Uni
Soviet pada tahun 1941. Hal itu berarti Jerman telah mengkhianati perjanjian Pakta
Non agresi yang dibuat setahun sebelumnya. Oleh karena itu, Uni Soviet berbalik
memusuhi Jerman. Uni Soviet segera melancarkan serangan balasan terhadap
Jerman yang ternyata tengah terkepung salju di Stalingrad. Di tempat inilah Jerman
mendapat kekalahan pertama dan menandai kekalahan kekalahan selanjutnya.
Memasuki tahun 1942 peta perang mengalami the turning point (masa titik balik).
Sejak Jerman menderita kekalahan di Staligrad, pihak sekutu berbalik melancarkan
serangan terhadap Jerman dinegara yang telah didudukinya. Posisi sekutu semakin
kuat setelah bergabungnya Uni Soviet dan Amerika Serikat. Uni Soviet dengan
gemilang berhasil membebaskan seluruh Eropa Timur, kecuali Yugoslavia yang
dapat membebaskan diri sendiri. Puncak serangan Sekutu terjadi setelah pendaratan
pasukan di Normandia dibawah pimpinan Jendral Eisnhower (Amerika Serikat) pada
6 juni 1944. Peristiwa ini dikenal sebagai D-Day. Negara-negara di Eropa Barat
dengan cepat dibebaskan dan sebagian besar pasukan Sekutu telah memasuki Kota
Berlin. Akhirnya, Jerman menyerah di Kota Rheims pada 7 Mei 1945 setelah
sebelumnya dikabarkan bahwa Adolf Hilter melakukan bunuh diri.

2) Perang Dunia II Front Afrika (1940-1943). Front Afrika merupakan


medan perang antara Italia Jerman melawan Inggris dan beberapa negara
pendukungnya. Pada tahun 1949 Italia melakukan invasi ke Mesir, tetapi pasukan
Inggris dapat menggagalkannya. Jerman kembali mengirim bantuan pasukan Afrika
Korps dibawah pimpinan Erwin Rommel. Rommel yang dijuluki Serigala Padang
Pasir ternyata berhasil memimpin pasukannya untuk memasuki wilayah mesir.Akan
tetapi, Adolf Hilter tidak sempat memberikan bantuan menterial terhadap
pasukannya di Mesir karena sibuk menghadapi Uni Soviet. Kesempatan tersebut
digunakan Inggris untuk menggempur kembali kekuatan Jerman di Mesir. Dalam
pertempuran di Kota El Alamien (perbatasan Libya Mesir), pasukan Inggris dibawah
pimpinan Letnan Jendral Montgomery berhasil menghalau tentara Jerman pada 23
Oktober 1942. Setelah itu, pasukan Inggris dan sekutunya berusaha membebaskan
Negara Negara yang diduduki Italia Jerman. Akhirnya, seluruh Afrika Utara dan
Afrika Timur berhasil dibebaskan sekutu pada tahun 1943.
13

3) Perang Dunia II Front Asia-Pasifik (1941-1945). Front Asia Pasifik


merupakan medan perang antara Jepang melawan Amerika Serikat, Inggris,
Belanda, RCC, Australia, dan lain lain. Jepang termotivasi memulai perang
dikawasan Asia Pasifik karena melihat keberhasilan Jerman yang dapat menguasai
Eropa dengan cepat. Perang dikawasan Asia Pasifik meletus setelah Jepang
menyerang secara mendadak pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl
Harbour (Hawaii) pada 7 Desember 1941. Penyerbuan Jepang itu telah
menyebabkan Amerika Serikat terseret dalam Perang Asia Pasifik. Setelah
menghantam Pearl Harbour, Jepang menyerang dan berusaha mengusai negara-
negara dikawasan Asia Pasifik. Agresi pasukan Jepang yang sangat cepat ini tidak
terhalangi Amerika Serikat yang telah lumpuh angkatan lautnya. Serangan-serangan
Jepang dikendalikan di pangkalan kepulauan Carolina, Formosa, Indocina, dan
Thailand. Dalam waktu singkat, Jepang berhasil menduduki berbagai wilayah
dikawasan Asia Pasifik seperti berikut ini.

a) Kawasan Asia (Singapura, Filiphina, Vietnam, Laos, Kamboja,


Thailand, Myanmar, dan Indonesia).

b) Kawasan Pasifik (Kepulauan Kuril, Kepulauan Marshall, Gilbert,


Laut Bismarck, Irian Utara, Kepulauan Aleut, Midway, Kepulauan Carolina,
Kepulauan Mariana, Kepulauan Solomon, Saipan, Guam, dan Laut Koral).

Dalam menghadapi ekspansi Jepang, negara-negara Sekutu menggabungkan diri


kedalam front ABCD (American, British/Inggris, China, Dutch/Belanda). Selain itu,
dibentuk ABDACOM (American Britis Dutch Autralian Commad), yaitu
gabungan Amerika Serikat, Inggris, Belanda, dan Autralia. Jendral Douglas Mac
Arthur diserahi tugas sebagai Panglima Komando Pertahanan Pasifik Barat Daya.
Tokoh tersebut, bertekad membalas kekalahannya dengan mengucapkan kata-
kataIwill return (saya akan kembali). Setelah dipukul mundur, Amerika Serikat
segera melakukan konsolidasi di Australia. Jenderal Douglas Mac Arthur
menerapkan siasat loncat katak, yaitu taktik penyerangan yang meloncat loncat dari
satu tempat ketempat lain dengan memilih sasaran tempur musuh yang basis
pertahanannya lemah. Sejak bulan April 1944 satu persatu pulau-pulau di Australia
dan Jepang berhasil di rebut tentara Sekutu. Mulai dari wilayah Irian Barat, Guam,
Saipan, dan Iwo Jima. Bahkan pihak Sekutu kemudian membom atom kota
Hirosima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945. Dengan dibomnya kedua kota
itu Jepang terpaksa menyerah tanpa syarat kepada pihak Sekutu pada 14 Agustus
1945. Penyerahan Jepang terhadap Sekutu secara resmi dilakukan diatas kapal
Missouri di Teluk Takyo pada 2 september 1945. Dengan menyerahnya Jepang,
berakhirlah perang Asia Pasifik dan Perang Dunia II.

8. Perang Pasca Perang Dunia II. Perang Dunia II (World War II) merupakan sebuah
perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak
sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk dua aliansi
militer yang saling bertentangan. Berakhirnya Perang Dunia II bukan berarti akhir dari segala
bentuk perang atau konflik antara negara di dunia. Pasca Perang Dunia II berbagai konflik antar
negara terjadi, perselisihan antara keduanya berujung dengan peperangan. Beberapa perang yang
terjadi pasca Perang Dunia II diantaranya adalah Perang Korea, Malvinas, Uni Soviet, Irak,
Afganistan, Libya dan
14

Suriah. Perang pasca Perang Dunia II ini bukan terjadi begitu saja, akan tetapi diawali dan
dilatarbelakangi oleh perselisihan dan perbedaan kepentingan diantara kedua negara yang
berperang.

a. Perang Korea. Perang Korea adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan
Korea Selatan yang terjadi sejak 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953. Perang ini juga disebut
"perang yang dimandatkan" (proxy war) antara Amerika Serikat bersama sekutu PBB-nya
dengan komunis Republik Rakyat Tiongkok yang bekerjasama dengan Uni Soviet (juga
anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama
Korea Selatan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun
banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB. Sekutu Korea Utara,
seperti Republik Rakyat Tiongkok menyediakan kekuatan militer, sementara Uni Soviet
yang menyediakan penasihat perang, pilot pesawat, dan juga persenjataan untuk pasukan
Tiongkok dan Korea Utara.

1) Latar Belakang Perang Korea. Setelah berakhirnya Perang


Dunia II muncul persaingan-persaingan baru antara Blok Barat (Amerika Serikat)
dan Blok Timur (Uni Soviet) yang lebih dikenal dengan sebutan “Perang Dingin”.
Adapun negara-negara yang telah menjadi korban akibat dari Perang Dingin
diantaranya:

a) Vietnam, yang terpecah menjadi Vietnam Utara dan Vietnam


Selatan.

b) Jerman, terpecah menjadi Jerman Barat dan Jerman Timur.

c) Korea, terpecah menjadi Korea Selatan dan Korea Utara.

Dalam perjanjian Yalta pada tahun 1945 disebutkan bahwa, Uni Soviet akan
mengumumkan perang kepada Jepang setelah Perang di Eropa selesai. Dimana
pasukan Uni Soviet akan menyerang Jepang melalui Semenanjung Korea. Pada
tanggal 8 Agustus 1945, Uni Soviet melancarkan serangannya terhadap pasukan
Jepang lewat Semenanjung Korea hingga mencapai garis batas 38º LU. Selama
enam hari peperangan Uni Soviet keluar sebagai pemenang, tepatnya pada tanggal
14 Agustus 1945 pasukan Jepang menyerah kepada sekutu dengan ketentuan
pasukan Jepang yang berada disebelah Utara garis 38º LU menyerah kepada Uni
Soviet, sedangkan pasukan Jepang yang berada disebelah Selatan garis 38º LS
menyerah kepada Amerika Serikat. Hal inilah yang menjadi dasar pembagian Korea,
sehingga garis batas 38º Lintang Utara (LU), menjadi garis batas demarkasi antara
Korea Utara dan Korea Selatan. Terjadinya Perang Korea dilatarbelakangi beberapa
sebab, sebab-sebab secara umum dan sebab- sebab secara khusus.

a) Sebab-sebab Umum.

(1) Adanya persaingan ideologi antara Amerika Serikat dan


Uni Soviet. Salah satu dampak Perang Dunia II adalah adanya Perang
Dingin, yakni pertentangan antara Blok Barat dibawah komandan
Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Soviet. Pihak
Korea Selatan yang berada dibawah pengaruh Amerika Serikat
mengembangkan paham liberal-
15

kapitalis, sedangkan Korea Utara dibawah pengaruh Uni Soviet


mengembangkan paham sosialis-komunis.

(2) Pembagian wilayah Korea menjadi dua bagian. Setelah


Perang Dunia II berakhir, Korea menjadi daerah yang
dipersengketakan. Dimana beberapa hari sebelum Jepang menyerah
pada tanggal 10 Agustus 1945, Amerika Serikat dan Uni Soviet akan
menerima tawanan-tawanan perang Jepang yang berada didaerah
Korea. Keputusan ini didasarkan pada Perjanjian Potsdam 1945, yaitu
membagi Korea menjadi dua bagian dengan batas wilayah 38º
Lintang Utara, menyerah kepada Amerika Seikat dibawah pimpinan
Letnan Jenderal John R. Hogde. Sedangkan pasukan Jepang yang
berada disebelah Utara garis 38º Lintang Utara, menyerah kepada Uni
Soviet dibawah pimpinan Kolonel Jenderal Ivan M. Christyalov.
Pihak Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tidak menjadikan
garis tersebut sebagai garis demarkasi antara Korea Utara dan Korea
Selatan, melainkan garis tersebut hanya merupakan batas wilayah
untuk menerima tawanan- tawanan Jepang pasca Perang Pasifik.
Namun, pada akhirnya garis tersebut berubah fungsi menjadi garis
demarkasi antara pertahanan Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Dengan demikian, pembagian wilayah Korea menjadi dua bagian ini
menjadi suatu garis pertikaian antara dua kekuatan. Dilain pihak,
secara tidak langsung hal ini menghalangi cita-cita bangsa Korea
untuk menjadi bangsa yang merdeka dan bersatu.

(3) Tidak adanya kesepakatan antara Amerika Serikat dan Uni


Soviet tentang pembentukan Korea Utara. Pada bulan Desember
1945 diadakan konferensi para menteri luar negeri di Moskow,
konferensi ini diadakan sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Potsdam.
Dalam konferensi tersebut memperoleh atau menghasilkan
kesepakatan antara Amerka Serikat, Uni Soviet dan Inggris yang
menyatakan akan membentuk pemerintahan Korea yang demokratis.
Pemerintahan ini merupakan pemerintahan perwakilan Internasional
yang akan berlangsung selama lima tahun, dimana dalam
pemerintahan perwakilan tersebut pasukan-pasukan Amerika Serikat
maupun Uni Soviet ikut serta didalamnya (joint Commission).
Pelaksanaan pemerintahan perwakilan Internasional ternyata tidak
dapat diwujudkan, karena tidak adanya kesepakatan antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet. Masalah Korea kemudian dibawa ke sidang
sidang umum PBB. Pada tanggal
14 November 1947, sidang umum PBB memutuskan untuk
membentuk komisi yang disebut “United Nations Temporary
Commission on Korea” (komisi Sementara PBB untuk Korea). Dari
hasil sidang tersebut menyarankan agar selambat- lambatnya pada
tanggal 13 Maret 1948, di Korea diadakan pemilihan umum untuk
memilih wakil-wakil rakyat Korea. Tugas dari komisi Sementara
PBB untuk Korea antara lain:

(a) mengadakan pengawasan keberlangsungan


pemilihan umum; dan
16

(b) mengadakan pembicaraan dengan para wakil rakyat


hasil pemilihan umum untuk merundingkan umum untuk
merundingkan masalah kemerdekaan Korea.

Kemudian setelah wakil Korea terpilih, maka PBB kemudian


mengajukan rencana antara lain:

(a) membentuk dewan Nasional; dan

(b) mendirikan pemerintahan Korea yang merdeka.

Sesudah pemerintahan Korea terbentuk maka tentara pendudukan


akan ditarik mundur. Korea Selatan dan Amerika Serikat dapat
menjalankan rencana tersebut, sebab rencana itu pada dasarnya
merupakan siasat dari Amerika Serikat sendiri yang mendominasi
dalam PBB. Akan tetapi, Uni Soviet menolak hal tersebut dan
mengusulkan, bahwa tentara pendudukan akan ditarik mundur
terlebih dahulu, dan baru kemudian mendirikan pemerintahan Korea
merdeka. Dengan demikian, Korea menjadi ajang pencaturan
politik dan militer antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Selanjutnya masing-masing pihak akhirnya membentuk pemerintahan
baru di Korea, yaitu:

(a) pada tanggal 15 Agustus 1948 Amerika Serikat


membentuk Republik Korea (Korea Selatan) beribu kota di
Seoul, dengan Syngman Rhee sebagai Presiden pertama; dan

(b) pada tanggal 9 September 1948 Uni Soviet


membentuk Republik Demokrasi Rakyat Korea (Korea Utara)
beribu kota di Pyongyang, dengan Kim II Sung sebagai
Presiden pertamanya.

b) Sebab-sebab Khusus. Pada bulan desember 1948, sidang umum PBB


mengesahkan laporan tentang hasil-hasil pemilihan di Korea Selatan. Sidang
menyatakan bahwa pemerintahan Korea Selatan adalah satu-satunya
pemerintahan yang sah. Selain itu juga diputuskan terbentuknya komisi baru
Korea yakni Commission on Korea (Komisi tentang Korea), tugas dari
komisi ini antara lain:

(1) mengambil alih komisi sementara PBB di Korea; dan


(2) mencoba mengadakan penyatuan Korea; dan
(3) mengadakan penyelidikan penarikan pasukan
pendudukan di Korea.

Dengan adanya keputusan tersebut, Korea Utara semakin membenci Korea Selatan
dan Amerika Serikat. Korea Utara merasa hak-haknya tidak diakui PBB. Dengan
demikian, Uni Soviet terus mendukung Korea Utara untuk mendapatkan hak-haknya
dan mendapatkan wilayah Korea seluruhnya dengan jalan kekerasan atau
peperangan.
17

b. Perang Malvinas. Klaim teritorial oleh negara bekas jajahan terhadap wilayah
yang telah lama diyakini sebagai bagian dari bekas negara si penjajah bukanlah suatu isu
baru yang melanda dunia politik internasional; salah satu contohnya dikenal dengan nama
“Perang Malvinas/Falkland”. Perang Malvinas/Falkland terjadi pada periode April s.d
Juni 1982 akibat perselisihan antara Argentina dan Inggris dalam memperebutkan pulau
Malvinas (sebutan bagi Argentina) atau Falkland (bagi Inggris) setelah perundingan yang
alot selama bertahun-tahun dan mencapai puncaknya setelah kebuntuan perundingan
diantara keduanya pada Februari 1982. Perang Kepulauan Falkland atau Malvinas adalah
perang yang berlangsung selama kira-kira 2 bulan antara Argentina dan Britania Raya
karena memperebutkan Kepulauan Falkland dan Georgia Selatan dan Kepulauan Sandwich
Selatan. Kepulauan Falkland terdiri dari 2 pulau besar dan beberapa pulau kecil lainnya di
bagian selatan Samudra Atlantik, bagian timur wilayah Argentina. Klaim Argentina atas
Keputusan Falkland (yang disebutnya Malvinas), didasarkan semata-mata pada kedekatan
ke daratan Argentina dan apa yang disebutnya sebagai "warisan" kedaulatan dari
pemerintahan Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna emosional
penting bagi rakyat Argentina, dan telah selama beberapa generasi menjadi bagian
kurikulum sejarah di sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi invasi Argentina pada
April 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan oleh junta militer Jenderal
Leopoldo Galtieri yang berkuasa: ketidakstabilan internal di Argentina yang mengancam
pemerintahan diktaturnya. Galtieri membutuhkan pengalihan perhatian yang
mempersatukan, konflik luar untuk mengalihkan publik dan mempertahankan kontrol di
dalam negeri.

1) Latar Belakang Perang Malvinas. Kepulauan Falkland pada awalnya


diperebutkan Inggris dan Spanyol selama bertahun-tahun. Sampai pada 1816, terjadi
perkembangan baru di Amerika Selatan. Argentina menyatakan merdeka dari
jajahan Spanyol, dan membuat batas wilayah negaranya sampai ke Kepulauan
Falkland. Inggris yang berseteru dengan Argentina memperebutkan kepulauan di
Amerika Selatan itu. Perebutan itu terus berlangsung selama bertahun-tahun.
Bahkan Argentina berhasil memasukkan masalah klaim kepulauan itu ke
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Pada 1965, PBB mengeluarkan Resolusi 2065
yang menyebutkan perlunya penyelesaian masalah itu, dengan memperhatikan
kepentingan penduduk yang ada di kawasan tersebut. Pulau Malvinas ditemukan
pada tahun 1832 oleh orang-orang Inggris dan menjadi salah satu koloni Inggris.
Argentina sendiri selalu mengklaim bahwa Malvinas adalah bagian dari kawasan
negaranya. Dengan alasan inilah, Argentina menyerbu Pulau Malvinas pada tahun
1982. Tindakan Argentina ini tidak diterima oleh Inggris. Tentara Kerajaan Inggris
kemudian dikirim ke kawasan itu dan terjadilah pertempuran di antara keduanya.
Kecanggihan militer Inggris akhirnya mengantarkan tentara negara itu meraih
kemenangan dan mengusir tentara Argentina dari Malvinas. Meskipun secara
militer Argentina telah kalah, Bounes Aires masih melakukan langkah-langkah
diplomasi untuk memiliki pulau tersebut. Tanda-tanda perang di Falkland atau
Malvinas akan pecah sesungguhnya sudah dapat diperkirakan jauh hari sebelumnya.
Bibit pertikaian muncul sejak Maret 1982, yakni ketika seorang pedagang besi tua
Argentina, Constantino Sergio Davidoff yang “dikawal” kapal angkut AL Argentina
diusir Gubernur falkland, Rex Hunt dari wilayah Georgia Selatan ketika sedang
berbisnis dengan pengusaha setempat. Ia dan anak buahnya dianggap melanggar
wilayah kedaulatan Inggris karena telah mengibarkan bendera Argentina di Leith,
Georgia Selatan. Kala itu
18

hubungan Argentina dan Inggris sedang tak baik. Argentina sesungguhnya telah
men-set pengambilalihan Falkland pada Oktober 1982. Tetapi Presiden Leopoldo
Galtieri memajukannya ke April karena London tiba-tiba mengirim kapal perang
HMS Endurance untuk melindungi Georgia Selatan dari kemungkinan serbuan
Argentina. Meski masuk dalam wilayah kepulauan Falkland, Georgia Selatan
terletak cukup jauh dari gugus kepulauan Falkland.

2) Kronologis Perang Malvinas. Klaim Argentina atas Keputusan


Falkland (yang disebutnya Malvinas), didasarkan semata-mata pada kedekatan ke
daratan Argentina dan apa yang disebutnya sebagai warisan kedaulatan dari
pemerintahan Spanyol yang gagal pada 1810. Klaim ini mempunyai makna
emosional penting bagi rakyat Argentina, dan telah selama beberapa generasi
menjadi bagian kurikulum sejarah di sekolah negeri. Motivasi sesungguhnya bagi
invasi Argentina pada April 1982 itu lebih disebabkan oleh ancaman yang dirasakan
oleh junta militer Jenderal Leopoldo Galtieri yang berkuasa: ketidakstabilan internal
di Argentina yang mengancam pemerintahan diktaturnya. Galtieri membutuhkan
pengalihan perhatian yang mempersatukan, konflik luar untuk mengalihkan publik
dan mempertahankan kontrol di dalam negeri. Pada 19 Maret 1982, Argentina
membuka konflik dengan mendaratkan 30 kapal rongsokan di Pulau Georgia Selatan
dan mengibarkan bendera Argentina. Provokasi Argentina ini adalah untuk
memancing perhatian tentara Inggris yang ada di Falkland. Pertahanan di Falkland
terdiri dari 79 marinir Inggris dan 120 pertahanan sipil. Tentara Inggris di Falkland
segera memakan umpan strategi Argentina dengan mengirim satuan tugas ke
Georgia Selatan esoknya. 22 Marinir dan seorang Letnan dikirim kesena dengan
kapal HMS Endurance dari Port Stanley/Puerto Argentino. Mereka
diperintahkan untuk mengusir kapal-kapal perang Argentina itu kembali ke
Argentina. Endurance tiba pada 23 Maret dan para Marinir itu mendarat. Dengan
alasan menyelamatkan kapal-kapal mereka, Argentina mendaratkan 100
pasukannya ke Georgia Selatan pada
26 maret. Pengalihan serangan Argentina ke Georgia selatan menjadi alasan
Argentina untuk menyerang seluruh Falkland. Pada subuh 2 april 1982 hari jumat
sekitar 4500 pasukan Argentina yang terdiri dari angkatan laut, darat dan udara
menyerang Puerto Argentino/Port Stanley. Pertahanan Falkland dengan ibukota
Port Stanley diserbu dan diduduki pasukan Argentina dan akhirnya Gubernur
Inggris di kepulauan tersebut Rex Hunt menyerah pada Argentina. Pengalihan
serangan ke Georgia Selatan oleh Argentina merupakan kejutan, dan memberikan
alasan bagi invasi 2 April di Pulau Falkland Timur dan direbutnya Stanley.
Pasukan-pasukan tambahan Argentina tiba secara teratur dan dalam tempo 24 jam
lebih dari 4000 pasukan Argentina mendarat di pulau-pulau itu. Penguasa Argentina
mengungsikan warga negara Inggris yang mendiami Falkland ke kedutaan besar
Inggris dengan pesawat ke sebuah negara Amerika latin. Argentina mengangkat
Jenderal Benyamin Mendez sebagai Gubernur militer di Falkland. Reaksi Inggris
setelah invasi Argentina ke Falkland adalah memutuskan hubungan diplomatiknya
pada hari itu juga 2 april 1982. Pada 12 April, Inggris mengumumkan Zona
Eksklusif Maritim 200 mil di sekitar pulau-pulau itu, dengan maksud memperlemah
pasokan Argentina dan upaya-upaya memperkuat pasukannya. Tiga kapal selam
penyerang nuklir Inggris memperkuatnya sampai tibanya gugus tugas atas air tiga
minggu berikutnya. Sementara kapal-kapal selam itu terus melakukan operasi-
operasi blokade sementara, 65 kapal Inggris dikirim ke Falklands pada akhir
19

April: 20 kapal perang, 8 kapal amfibi, dan 40 kapal logistik dari Pasukan Tambahan
Angkatan Laut Kerajaan dan Angkatan Laut Perdagangan. Gugus tugas Inggris
membawa 15.000 orang, termasuk kekuatan pendaratan yang terdiri atas 7000
Marinir Kerajaan dan tentara. Kapal-kapal logistik membawa bekal untuk
pertempuran selama sekitar tiga bulan. Akhirnya, pada 25 April, sebuah kelompok
aksi atas air Inggris yang terdiri atas dua kapal perusak, enam helikopter dan 230
pasukan menaklukkan pasukan pengawal Argentina yang jumlahnya 156 orang di
Georgia Selatan. Gugus tugas AL Kerajaan Inggris tiba di timur Falkland pada 1
Mei. Rencananya adalah membangun keunggulan laut dan udara dengan memikat
kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat Argentina keluar dari daratan dan
menghancurkan mereka, diikuti dengan pendaratan amfibi di Stanley. Dua kapal
selam penyerang Inggris ditempatkan di utara Falklands untuk mengamati kapal-
kapal Inggris dalam menghadapi gugus tugas AL Argentina yang utama dan kapal
induk Veinticinco de Mayo, yang telah beroperasi di wilayah itu sejak 20 April.
Kapal selam ketiga ditempatkan di selatan Falkland untuk memantau Exocet yang
dipasang di kapal penjelajah Argentina General Belgrano dan dua kapal perusak
yang mendampinginya. Kapal selam Inggris HMS Conqueror mentorpedo dan
menenggelamkan General Belgrano, yang kehilangan 368 dari 1042 awaknya.
Gugus tugas Argentina di utara kembali ke pangkalan dan tetap tinggal di sana
hingga perang berakhir. De Mayo menurunkan pesawat-pesawat A-4nya yang
beroperasi dari pangkalan-pangkalan lepas pantai hingga perang usai. Serangan
udara dari pangkalan-pangkalan di Argentina terhadap kapal- kapal Inggris sering
terjadi selama perang. Meskipun memiliki pertahanan AAW (anti air warfareii
peperangan anti serangan udara) yang canggih serta menggunakan Sea Harriers
yang cukup sukses dalam pertahanan udara ke udara, AL Inggris hanya bertahan
dalam menghadapi kekuatan udara Argentina. Serangan pesawat Argentina
menghantam sekitar 75 persen dari kapal-kapal Inggris dengan bom. Namun hanya
tiga kapal perang Inggris (satu perusak dan dua fregat) serta dua kapal pendarat
yang tenggelam atau rusak berat oleh bom. Kapal-kapal Inggris lainnya yang
tenggelam, satu kapal perusak (HMS Sheffield) dan satu kapal pemasok, dihantam
oleh misil Exocet. AL Inggris berhasil menghancurkan lebih dari setengah dari
134 pesawat tempur Argentina selama perang dengan menggunakan kombinasi
perang listrik, Harriers, misil darat ke udara, dan artileri anti pesawat udara. Perang
diakhiri dengan menyerahnya Argentina pada 14 Juni 1982, setelah tiga minggu
operasi amfibi Inggris dan operasi darat mereka di Pulau Falkland Timur. Senin 14
Juni 1982 pukul 21.00 waktu setempat (Selasa pagi waktu Indonesia) pasukan
Argentina menyerah di Port Stanley, setelah 74 hari menguasai kepulauan tersebut.
Brigjen Mario Benjamin Menendez, Panglima Pasukan Argentina di Malvinas yang
pernah bersumpah akan bertahan sampai prajurit dan peluru yang terakhir,
menandatangani pernyataan menyerah senin malam itu. Segera setelah itu Panglima
Pasukan Inggris yang memimpin penyerbuan ke Malvinas Mayjen Jeremy Moore
mengirim kawat ke PM Margaret Thatcher: Kepulauan Falklands kembali berada
di bawah pemerintahan Inggris seperti dikehendaki penduduknya.

c. Perang Uni Soviet. Perang Soviet Afganistan merupakan masa sembilan tahun
dimana Uni Soviet berusaha mempertahankan pemerintahan Marxis Lenin di Afganistan,
yaitu Partai Demokrasi Rakyat Afganistan, menghadapi mujahidin Afganistan yang ingin
menggulingkan pemerintahan. Uni Soviet mendukung
20

pemerintahan Afganistan, sementara para mujahidin mendapat dukungan dari banyak


negara, antara lain Amerika Serikat dan Pakistan. Pasukan Soviet pertama kali sampai di
Afganistan pada tanggal 25 Desember 1979, dan penarikan pasukan terakhir terjadi pada
tanggal 2 Februari 1989. Uni Soviet lalu mengumumkan bahwa semua pasukan mereka
sudah ditarik dari Afganistan pada tanggal 15 Februari 1989. Karena banyaknya biaya dan
kesia-siaan konflik ini, Perang Soviet- Afganistan sering disamakan sebagai Perang
Vietnam dan Uni Soviet.

1) Latar Belakang. Daerah yang kini bernama Afganistan sebagian besar


merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M. Negara dengan keadaan
geografisnya berupa pegunungan dan gurun pasir mencerminkan pada komposisi
etnis, budaya dan bahasanya. Populasinya pun terbagi menjadi beberapa kelompok
etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik, Hazara, Aimak, Uzbek,
Turkmen dan kelompok kecil lainnya. Keikutsertaan militer Rusia di Afganistan
memiliki sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar yang disebut
"Permainan Besar" antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-19
dengan kejadian yang disebut insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini
berlanjut saat era Soviet di Rusia, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi
dan militer untuk Afganistan pda tahun 1955 sampai 1978. Pada Februari 1979,
revolusi Islam Iran telah mengusir shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran.
Di Uni Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara Afganistan, lebih
dari 20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah
mempunyai hubungan yang baik terhadap Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga
telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah menurunkan
20 kapal, termasuk 2 pesawat pengangkut dan ancaman konstan peperangan dari
Amerika Serikat dan Iran. 4 Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang
mencanangkan perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet
melihat perjanjian damai antara Israel dan Mesir sebagai langkah peningkatan
kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut. Faktanya, sebuah koran Soviet
menyatakan bahwa Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu dari Pentagon. Uni
Soviet melihat Perjanjian tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara
tetapi juga persetujuan militer. Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika
Serikat menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu
atas kesuksesan pertahanan Yemen melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat
Tiongkok juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kooperasi dengan
CIA. Kemudian, hubungan erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak,
pada Juni 1978, mulai membeli senjata yang dibuat Perancis dan Italia, dan bukan
senjata buatan Uni Soviet. Namun, bantuan barat membantu pemberontakan
melawan Soviet dilakukan. Beberapa partai memberikan bantuan mereka untuk
membantu Mujahidin dalam alasan untuk menghancurkan pengaruh Uni Soviet.

2) Hubungan Afganistan dan Soviet. Setelah Revolusi Rusia pada awal


tahun 1919, pemerintah Uni Soviet memberi bantuan terhadap Afganistan dalam
bentuk jutaan Rubel emas, senjata ringan, amunisi, dan sedikit pesawat untuk
membantu orang Afganistan melawan Inggris. Pada tahun 1924, Uni Soviet kembali
memberikan bantuan militer kepada Afganistan. Mereka memberi orang Afganistan
bantuan persenjataan, pesawat tempur dan juga pelatihan di Tashkent untuk
pelatihan petugas. Kerjasama militer antara Soviet Afganistan dimulai pada
tahun 1956, di
21

mana kedua negara menandatangani perjanjian. Menteri Pertahanan Soviet kini


bertanggung jawab untuk melatih semua opsir militer Afganistan. Pada tahun 1972,
lebih 100 konsultan dan spesialis teknik Soviet dikirim ke Afganistan untuk melatih
pasukan Afganistan. Pada Mei 1978, pemerintah Soviet menandatangani perjanjian
internasional lainnya, mengirim 400 penasihat militer Soviet ke Afganistan. Pada
bulan Desember tahun 1978, Moskwa dan Kabul mendistribusikan pasukan untuk
membantu Afganistan atas permintaan Afganistan. Bantuan Militer Soviet
meningkat dan rezim Partai Demokrasi Rakyat Afganistan tergantung pada peralatan
militer dan penasihat militer Soviet. Dengan Afganistan dalam kondisi yang
mengerikan selama negara diserang oleh berbagai pemberontakan, Uni Soviet
mendistribusikan pasukan dengan mengirim pasukan ke 40 atas permintaan pasukan
Afganistan. Pasukan ke 40, di mana di bawah komando Marshal Sergei Sokolov,
terdiri dari 3 divisi angkatan bersenjata, satu divisi pasukan payung, satu brigade
penyerang. Jika dijumlahkan, pasukan Soviet meliputi sekitar 1.800 T-62, 80.000
pasukan dan 2.000 kendaraan tempur lapis baja. Pemerintah Afganistan meminta
agar pemerintah Soviet memasukan pasukan Soviet di Afganistan saat musim semi
dan musim panas tahun 1979. Mereka meminta pasukan Soviet untuk menyediakan
keamanan dan meningkatkan efektivitas pertarungan melawan Mujahidin. 14 April,
Pemerintah Afganistan meminta Uni Soviet mengirim 15 sampai 20 helikopter
dengan awaknya ke Afganistan, dan pada 16 Juni, pemerintah Soviet merespon dan
mengirim tank, BMP, dan awak untuk menjaga pemerintah Afganistan di Kabul dan
untuk mengamankan lapangan udara Bagram dan Shindand. Dalam merespon
permintaan ini, 1 batalion pasukan payung, dikomando oleh Kolonel A. Lomakin,
tiba di lapangan udara Bagram pada tanggal 7 Juli 1979. Mereka tiba tanpa alat
pertempuran mereka, menyamar sebagai spesialis tekhnik. Mereka adalah penjaga
pribadi Taraki. Prajurit payung telah diarahkan menuju penasihat militer senior
Soviet dan tidak ikut campur dalam politik Afganistan. Setelah 1 bulan, permintaan
DRA tidak lagi untuk kru individual dan sub unit, tetapi adalah regimen dan pasukan
yang lebih besar. Pada tanggal 19 Juli 1979, pemerintah Afganistan meminta agar 2
divisi pasukan penembak dikirim ke Afganistan. Sehari setelah itu, mereka meminta
1 divisi pasukan payung untuk penjumlahan permintaan awal. Mereka mengulangi
permintaan dan berbeda dengan permintaan itu atas bulan selanjutnya Desember
1979. Walapun begitu, pemerintah Soviet tidak terburu-buru untuk menyelesaikan
permintaan ini.

d. Perang Irak. Perang Irak (tahun 2003–2011), yang dikenal juga dengan istilah
Pendudukan Iraq, Perang Teluk II, Perang Teluk III, atau, oleh Amerika Serikat, Operasi
Pembebasan Irak, dimulai dengan invasi Irak pada tahun 2003. Okupasi yang kemudian
dilakukan oleh pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat dan Britania Raya
mengakibatkan berlanjutnya peperangan antara para pemberontak dengan pasukan koalisi.
Tentara Baru Irak lalu dibentuk untuk menggantikan tentara lama Irak setelah dibubarkan
oleh koalisi, dan diharapkan tentara baru ini akan mengambil alih tugas-tugas koalisi setelah
mereka pergi dari Irak. Sebelum invansi dilaksanakan, pemerintah Amerika Serikat dan
Britania Raya menuduh Irak sedang berusaha membuat senjata pemusnah massal yang
mengancam kemanan nasional mereka, koalisi, dan sekutu regional. Pada tahun 2002,
Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi 1441 yang mewajibkan Irak untuk
bekerjasama sepenuhnya dengan inspektur senjata PBB guna membuktikan bahwa Irak
tidak berada dalam suatu usaha membuat senjata pemusnah massal.
22

Hans Blix, pemimpin dari tim inspeksi senjata yang dikirim, mengatakan bahwa tidak
ditemukan senjata pemusnah masal dan Irak telah bekerja sama dengan aktif, akan tetapi,
dibawah ketentuan-ketentuan tertentu dan penundaan- penundaan.

1) Latar Belakang Invasi AS ke Irak Tahun 2003. Konflik senjata antara


AS (Amerika Serikat) dengan Irak pada tahun 2003, ada tiga tujuan yaitu AS ingin
menghancurkan senjata pemusnah massal, menyingkirkan ancaman teroris
internasional dan membebaskan rakyat Irak dari penindasan rezim Saddam Hussein
dengan cara memulihkan demokrasi di Irak. Dari tiga alasan tentang masalah Irak
yang harus diselesaikan dengan cara AS (dihancurkan) ternyata dipenuhi
kebohongan, yaitu Agresi AS ke Irak untuk memusnahkan senjata pemusnah massal
adalah upaya AS untuk membohongi masyarakat internasional. Dikatakan oleh
Presiden George W. Bush bahwa Irak mempunyai senjata pemusnah atau destruksi
massal (Weapons of Mass Destruction) yang berupa:

a) senjata kimia seperti mostar yang dapat menyebabkan kulit melepuh,


tabun dan sarin yang dapat menyerang syaraf; dan

b) senjata biologi seperti botulinum yang dapat meracuni dan mencekik


orang, bacillus antraxis yang dapat menyebabkan penyakit antrax, senjata
nuklir dan rudal scud yang mempunyai jangkauan 900 kilometer untuk
meluncurkan senjata-senjata tersebut.

Untuk meyakinkan rakyat dan kongres AS, Presiden Bush di depan Kongres ketika
menyampaikan laporan tahunan menyatakan bahwa Saddam Hussein telah
mengusahakan untuk membeli lima ratus ton uranium oksida dari Nigeria. Dengan
demikian kepemilikan senjata-senjata tersebut dapat membahayakan rakyat Irak dan
negara-negara tetangganya. Serangan AS ke Irak dengan alasan pemusnahan senjata
pemusnah massal tidak masuk akal, karena bila AS memang ingin menghancurkan
senjata itu, Presiden Bush tidak mengerahkan semua kekuatan militernya. AS (dan
sekutunya Inggris) hanya mengerahkan 230.000 dan 45.000 personilnya ke Irak.
Dari jumlah itu, hanya 90.000 prajurit AS dan 45.000 prajurit Inggris yang
merupakan pasukan tempur. Sebelum terjadi serangan ke Irak, Tim Inspeksi PBB
yang diketuai Hans Blix menyatakan sama sekali tidak menemukan bukti Irak
memiliki senjata pemusnah massal dan ternyata jangkauan senjata rudal Irak tidak
seperti yang dikatakan AS yaitu 900 kilometer, tetapi hanya 10 sampai 15 kilometer.
Atas dasar temuan itu Saddam Hussein menyatakan, “Mampukah rudal ini
menembus Israel? Mampukah mencapai AS?”. Kebohongan AS makin tampak
ketika Menteri Luar Negeri AS, Collin Powell, memberikan laporan kepada Dewan
Keamanan PBB tentang upaya Irak mendapatkan uranium oksida dari Nigeria.
Menurut duta besar Nigeria untuk PBB, Presiden Nigeria yang disebut-sebut dalam
dokumen intelijen Presiden Bush, yang dikatakan bekerjasama dengan Saddam
Hussein dalam pengadaan uranium oksida ternyata telah lama meninggal dunia.
Beberapa minggu setelah Baghdad jatuh, pasukan AS belum berhasil menemukan
senjata pemusnah massal Irak. Menggempur Irak atas nama memerangi terorisme
yang didengungkan AS tidak dapat diterima begitu saja. Tudingan Washington
bahwa Bahgdad memiliki hubungan dengan Al-Qaidah, organisasi yang sangat
dibenci dan sekaligus ditakuti AS (yang dituduh telah meledakkan gedung WTC
pada 11 September 2001) sangat
23

tidak masuk akal. Di satu sisi, Al-Qaidah adalah organisasi yang ingin
menggulingkan pemerintahan berpaham liberal maupun sekuler, sementara Partai
Baath pimpinan Saddam Hussein tidak memiliki paham fundamentalisme seperti
halnya al-Qaidah. Bahkan, rezim Saddam Hussein sendiri termasuk yang harus
dihancurkan oleh Al-Qaidah karena berseberangan paham (pemerintahan Saddam
Hussein berpaham sekuler, sedangkan Al-Qaidah berpaham fundamentalis yang
memegang teguh ajaran Islam). Oleh karena itu, selain pemerintah AS tidak punya
bukti kuat tentang hubungan Al-Qaidah dan Irak, Usamah bin Laden (pemimpin Al-
Qaidah) dan Saddam Hussein tidak mungkin bekerjasama. Apalagi, ketika Irak
menduduki Kuwait pada 2 Agustus 1990, Usamah bin Laden justru menawarkan diri
kepada Raja Fahad (Arab Saudi) untuk mengirimkan veteran Arab Afghan untuk
membantu Kuwait mengusir pasukan Saddam. Klaim Washington bahwa
penggulingan Saddam Hussein dimaksudkan untuk menyelamatkan rakyat Irak dari
pemerintah yang diktaktor dan otoriter serta agar rakyat dapat mendirikan
pemerintahan yang benar-benar demokratis juga cacat dari sisi hukum. Baik PBB
maupun negara di dunia tidak ada yang memberi legitimasi AS untuk ikut campur
urusan dalam negara lain. Dalam kasus Irak, apapun sistem yang telah dan akan
diterapkan di negara itu, demokrasi atau monarki, maka hasil itu semuanya menjadi
hak rakyat Irak untuk menentukannya. Di Irak, meskipun AS mengatakan Saddam
Hussein sebagai diktator, tetapi rakyat Irak (kecuali suku Kurdi) mengelu-elukan
Saddam Hussein sebagai sosok yang berani mempertahankan kedaulatan Irak dari
serbuan AS dan sekutunya. Saat menghadapi invasi AS, Saddam Hussein telah
menyerukan kepada rakyatnya agar tetap siaga menghadapi agresi militer AS.
Seruan itu disambut rakyat yang menyatakan akan membela pemimpinnya, yaitu
Saddam Hussein dan membela tanah Irak. Namun semua alasan yang dikeluarkan
oleh AS menjadi sebuah kebohongan yang diketahui secara luas oleh dunia
internasional. Irak terbukti tidak mengembangkan senjata pemusnah massal seperti
yang dituduhkan dan Saddam Hussein tidak memiliki hubungan dengan Osama bin
Laden beserta jaringan al-Qaedanya. Dari semua analisis terhadap motif invasi AS
yang sesungguhnya, terdapat persepsi umum bahwa ekonomilah yang menjadi
faktor dominan. Beberapa perhitungan yang terkait dengan motif ekonomi dan bisnis
dari serangan AS atas Irak antara lain sebagai berikut :

a) kekayaan minyak bumi yang dimiliki oleh Irak merupakan cadangan


minyak kedua terbesar setelah Arab Saudi. Berdasarkan data yang
dikeluarkan oleh Centre for Global Energy Studies (CGES) London, Irak
diperkirakan memiliki 112 miliar barrel cadangan minyak. Berdasarkan
data tersebut, Irak merupakan pemilik 11 persen cadangan minyak dunia.
Selain itu, menurut US Energy Information Administration, Irak memiliki 73
ladang minyak mentah dan hanya 15 ladang yang telah dikembangkan;

b) ingin menciptakan tatanan dunia baru yang “lebih aman” dengan


tujuan kebebasan ekonomi dan politik. Hal ini merupakan strategi geopolitik
AS di kawasan Timur Tengah. Bagi AS, Irak merupakan ancaman potensial
bagi kepentingannya dan sekutu terdekatnya Israel di kawasan Timur
Tengah; dan
24

c) proyek rekontruksi pasca perang yang akan menguntungkan AS.


Kehancuran infrastruktur akibat perang akan melahirkan proyek- proyek
rekontruksi dengan dana yang besar. Sebagai pemeran utama invasi, AS
akan mengambil proyek-proyek tersebut untuk meraup keuntungan besar
pasca perang.

2) Faktor-faktor yang Menyebabkan Penyerangan ke Irak dan


Menumbangkan Rezim Saddam Hussein. Terlepas dari latar belakang AS
menginvasi Irak yang penuh dengan kebohongan, ada beberapa faktor yang
menyebabkan para pengambil keputusan (policy makers) di dalam pemerintahan
Presiden Bush memutuskan untuk menyerang Irak dan menumbangkan rezim
Saddam Hussein, yaitu:

a) Menguasai Industri Minyak Dunia dan Menghancurkan OPEC.


Agresi militer AS ke Irak sangat erat kaitannya dengan kepentingan minyak
bagi AS. Irak merupakan negara yang mempunyai cadangan minyak sebesar
112 miliar barel atau 11% dari total cadangan minyak dunia. Para perancang
kebijakan pemerintahan AS berpendapat bahwa menguasai minyak Irak
sangat penting guna mengantisipasi menurunnya keberadaan minyak dunia
sebanyak lima juta barel per hari pada dekade mendatang. Lebih daripada
itu, Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa kebutuhan dunia
terhadap minyak akan meningkat sebesar 1,6% pada tahun 2030. Dengan
kata lain, kebutuhan minyak dunia yang sekarang berjumlah antara 75-76
juta barel perhari akan meningkat menjadi 120 juta barel perhari pada tahun
itu. Dengan menguasai minyak Irak, AS dapat dengan mudah
mempermainkan harga minyak dunia, karena selama ini penentuan harga
minyak masih dikuasai OPEC, bukan oleh satu negara tertentu. Jatuhnya Irak
dan semakin kuatnya pengaruh AS di kawasan Teluk tidak saja akan
mengamankan suplai minyak bagi AS dan sekutunya, tetapi juga
mengantarkan AS sebagai negara yang dapat mengontrol kepentingan
ekonomi (minyak) negara lain.

b) Menjaga Eksistensi dan Keamanan Negara Israel. AS merupakan


benteng utama penjaga keselamatan negara Israel dari ancaman yang sering
dihembuskan oleh Irak, karena itu AS berkepentingan untuk menghancurkan
Irak dan pemerintahan Saddam Hussein. Dengan menghancurkan Irak dan
menguasainya, maka Israel akan terbebas dari ancaman Irak. Dengan
adanya perang AS-Irak, maka Irael akan menggunakan kesempatan itu untuk
melakukan penindasan terhadap rakyat Palestina. M. J. Akbar, seorang
kolumnis kaliber internasional asal India, dalam Abdul Halim Mahally
(2003:353), menyatakan bahwa AS sesungguhnya tengah berupaya keras
untuk mewujudkan Timur Tengah Baru. Setelah Irak berhasil dikuasai, maka
AS hendak membentuk negara Palestina yang demokratis yang dapat bekerja
sama dengan Israel, karena selama ini Irak merupakan pendukung gerakan
perlawanan Palestina. Selain itu, AS juga ingin mewujudkan ambisi Israel
yang ingin menguasai Timur Tengah. Bagi AS, mendukung Israel
merupakan kepentingannya, karena itu AS secara terang-terangan
menerapkan kebijakan standar-ganda di Timur Tengah. Di satu sisi, AS
menjatuhkan sanksi-sanksi khusus kepada Irak, sementara di sisi lain
mendukung Israel menindas Palestina.
25

c) Meneguhkan Pengaruh Politik. Dengan menghancurkan Irak, AS


semakin terbuka peluangnya untuk menapakkan pengaruh politiknya di
Timur Tengah. Selama ini, pengaruh politik AS di Timur Tengah belum
dapat terwujud secara maksimal, dikarenakan pemerintahan Saddam Hussein
tidak mau tunduk pada AS. Saddam Hussein secara terang-terangan
mempunyai keberanian untuk menentang hegemoni AS dan menggalang
dukungan dari negara- negara Teluk untuk menentang AS. Keruntuhan
pemerintahan Saddam Hussein juga dimaksudkan AS untuk mengirimkan
sinyal tegas dan peringatan kepada negara-negara di Timur Tengah, bahwa
AS tidak akan segan-segan mengirimkan mesin-mesin perangnya kepada
negara-negara yang melawannya.

e. Perang Afganistan. Perang Afganistan (2001 s.d sekarang) dimulai pada Oktober
2001. Setelah serangan WTC 11 September, Amerika Serikat memulai kampanye Perang
Melawan Terorisme mereka di Afganistan, dengan tujuan menggulingkan kekuasaan
Taliban, yang dituduh melindungi Al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden.
Aliansi Utara Afganistan menyediakan mayoritas pasukan, dengan dukungan dari Amerika
Serikat dan negara-negara NATO antara lain Britania Raya, Perancis, Belanda, dan
Australia. Nama kode yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk konflik ini adalah Operasi
Kebebasan Abadi (Operation Enduring Freedom).

1) Latar Belakang Perang Afganistan. Daerah yang kini bernama


Afganistan telah secara luas merupakan wilayah Muslim sejak tahun 882 M. Negara
dengan keadaan geografisnya yang nyaris tidak bisa dimasuki, tercerminkan pada
komposisi etnis, budaya dan bahasanya. Populasinya pun terbagi menjadi
beberapa kelompok etnis, Pashtun adalah etnis terbesar, bersama dengan Tajik,
Hazara, Aimak, Uzbek, Turkmen dan kelompok kecil lainnya. Keikutsertaan militer
Rusia di Afganistan memiliki sejarah yang panjang, berawal pada ekspansi Tsar
pada “Permainan Besar” antara Rusia dengan Britania Raya, dimulai pada abad ke-
19 dengan kejadian seperti insiden Panjdeh. Ketertarikan akan daerah ini berlanjut
saat era Soviet di Rusia, dengan adanya miliaran uang bantuan ekonomi dan militer
untuk Afganistan pada tahun 1955 sampai 1978. Pada Februari 1979, revolusi Islam
Iran telah mengusir shah yang didukung oleh Amerika Serikat di Iran. Di Uni
Soviet, tetangga Afganistan yang terletak di sebelah utara Afganistan, lebih dari
20% populasinya adalah Muslim. Banyak Muslim Soviet di Asia Tengah
mempunyai hubungan yang baik terhadap Iran maupun Afganistan. Uni Soviet juga
telah terpojok oleh fakta bahwa sejak Februari, Amerika Serikat telah menurunkan
20 kapal, termasuk 2 pesawat pengangkut dan ancaman konstan peperangan dari
Amerika Serikat dan Iran. Maret 1979 juga ditandai Amerika Serikat yang
mencanangkan perjanjian perdamaian antara Israel dan Mesir. Pemimpin Uni Soviet
melihat perjanjian damai antara Israel dan Mesir sebagai langkah peningkatan
kekuatan Amerika Serikat di daerah tersebut. Faktanya, sebuah koran Soviet
menyatakan bahwa Mesir dan Israel sekarang adalah sekutu dari Pentagon. Uni
Soviet melihat perjanjian tidak hanya perjanjian tertulis di antara dua negara tapi
juga persetujuan militer. Selain itu, Uni Soviet menemukan bahwa Amerika Serikat
menjual lebih dari 5.000 peluru kendali ke Arab Saudi dan juga membantu atas
kesuksesan pertahanan Yaman melawan Faksi Komunis. Republik Rakyat Tiongkok
juga menjual RPG Tipe 69 kepada Mujahidin dalam kooperasi dengan CIA.
Kemudian, hubungan
26

erat Uni Soviet dengan Irak mengasam, karena Irak, pada Juni 1978, mulai membeli
senjata yang dibuat Perancis dan Italia, dan bukan senjata buatan Uni Soviet.
Namun, bantuan barat membantu pemberontakan melawan Soviet dilakukan.
Beberapa partai memberikan bantuan mereka untuk membantu Mujahidin dalam
alasan untuk menghancurkan pengaruh Uni Soviet.

2) Perang Amerika Serikat Afghanistan. Tata dunia internasional (world


order) kerap kali berubah ketika terjadi suatu defining moment yang dramatis.
Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945, misalnya, segera diikuti dengan
dimulainya era Perang Dingin. Ketika Tembok Berlin runtuh pada tahun 1989,
masyarakat internasional melihatnya sebagai awal dari lahirnya era Pasca Perang
Dingin. Runtuhnya gedung World Trade Centre (WTC) di New York tanggal 11
September lalu akibat serangan teroris kini dilihat banyak pihak sebagai defining
moment yang mengakhiri era Pasca Perang Dingin. Memang, tragedi 11 September
membawa implikasi fundamental terhadap situasi dan percaturan politik
internasional. Bagi Amerika Serikat (AS) sendiri, peristiwa tersebut merupakan
pukulan telak bagi supremasi adidaya, yang menuntut respon dalam bentuk “perang
terhadap terorisme.” Bagi negara-negara lainnya, selain menyadarkan mereka bahwa
ancaman serius terhadap kemanusiaan dapat mengambil bentuk yang tidak pernah
terbayangkan sebelumnya, tragedi WTC dan respon AS terhadap terorisme
merupakan awal dari terbangunnya sebuah tatanan politik dunia yang ditandai oleh
meningkatnya ancaman non tradisional (khususnya dalam bentuk terorisme) dan
hegemonisme AS sebagai adidaya tunggal. Namun, berubahnya situasi keamanam
pada level global itu tidak berarti bahwa situasi keamanan regional juga telah
mengalami perubahan secara fundamental. Meskipun negara-negara di kawasan
Asia Tenggara juga mengakui bahwa terorisme merupakan ancaman serius bagi
negara dan masyarakat, hal itu tidak berarti bahwa isu- isu keamanan lainnya di
kawasan menjadi tidak penting. Bagi kawasan Asia Tenggara, peristiwa 11
September hanya semakin memperumit kompleksitas tantangan keamanan di
kawasan, yang sebelumnya telah ”akrab” dengan berbagai ancaman non tradisional
termasuk terorisme. Hanya saja, dengan dijadikannya terorisme sebagai agenda
utama kalaupun bukan sebagai agenda tunggal dalam kebijakan keamanan nasional
dan politik luar negeri AS, negara-negara Asia Tenggara terpaksa dihadapkan pada
sebuah realita baru yang merupakan konsekuensi dari dari kebijakan AS itu.
Makalah ini menyoroti situasi dan karakteristik keamanan internasional paska
tragedi 11 September dan implikasinya terhadap kawasan Asia Tenggara.
Pembahasan dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian pertama membahas respon AS
terhadap terorisme, dan makna serangan AS ke Afghanistan dan Irak bagi politik
global, sebagai dua faktor yang akan membentuk karakteristik politik global dewasa
ini. Bagian kedua, disamping menyoroti implikasi “perang terhadap terorisme” bagi
kawasan Asia Tenggara, juga membahas sejumlah persoalan keamanan yang
menjadi tantangan bagi negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia. Bagian
ketiga secara spesifik membahas posisi dan opsi-opsi yang dapat ditempuh ASEAN
dan Indonesia dalam merespon berbagai perkembangan global dan regional.

f. Perang Libya. Perang Saudara Libya 2011 adalah konflik yang merupakan
bagian dari Musim Semi Arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada
27

15 Februari 2011, untuk menuntut mundur pemimpin Libya, Muammar al- Qaddafi, yang
sudah lama berkuasa. Akibat tindakan represif pemerintah dalam mengatasi pemprotes,
protes ini mengalami eskalasi menjadi sebuah pemberontakan dan perang saudara. Pasukan
oposisi dan pemerintah bertempur satu sama lain dalam perang yang dimulai kurang lebih
akhir Februari silam. Perang ini juga mengakibatkan banyak warga Libya mengungsi ke
tempat yang lebih aman.

1) Latar Belakang Perang Libya. Sejak Kolonel Muammar Al-Qaddafi


(atau Gaddafi) naik menjadi pemimpin baru Libya di tahun 1969 lewat kudeta yang
juga mengakhiri era kerajaan, Libya menjadi salah satu negara Timur Tengah yang
kondisi sosial politiknya amat tertutup. Sebagai gambaran singkat, rakyat Libya
dilarang mengkritik kinerja pemerintah Libya dan dilarang mendirikan partai politik.
Qaddafi juga mendesain sistem perpolitikan Libya sedemikian rupa sehingga ia
tetap memiliki kekuatan untuk mempengaruhi aneka kebijakan dari pemimpin
berkuasa Libya kendati secara konstitusional, Qaddafi tidak lagi menjadi pemimpin
tertinggi dari negara berbendera hijau tersebut. Di luar negeri, Qaddafi dikenal kerap
menjalankan aneka kebijakan yang kontroversial dengan dalih menyokong revolusi
di luar negeri. Sebagai contoh, secara tidak langsung ia ikut mengobarkan konflik-
konflik di negara lain dengan cara mendanai dan melatih aneka kelompok
pemberontak seperti IRA (Irlandia Utara), Brigade Merah (Jerman), FARC
(Kolombia), serta MILF (Filipina). Libya juga beberapa kali mengirimkan agen
rahasianya ke luar negeri untuk melakukan aksi-aksi pemboman di tanah Eropa dan
membunuh para perantauan Libya yang mengkritik rezim Qaddafi. Sebagai
akibatnya, Libya pun dimusuhi oleh negara-negara Barat. AS bahkan bertindak lebih
jauh dengan melancarkan serangan udara ke Libya pada tahun 1986, namun
serangan tersebut gagal membunuh Qaddafi. Libya juga memiliki masalah soal
kesenjangan sosial.

Walaupun Libya merupakan negara Afrika Utara dengan pendapatan


nasional tertinggi lewat sektor minyaknya, pendapatan nasional tersebut tidak
terdistribusi secara merata. Contoh paling nyata bisa dilihat di kawasan Libya timur
yang kelak menjadi markas utama kelompok pemberontak. Di sana, fasilitas-fasilitas
umum tidak dimodernisasi secara puluhan tahun dan layanan kesehatan yang
ditawarkan di sana juga berkualitas rendah. Di sisi lain, para anggota keluarga dan
teman dekat Qaddafi diketahui kerap menyedot uang dari kas negara untuk
kepentingan-kepentingan mereka sendiri, misalnya untuk menggelar pesta pribadi
dan membangun rumah mewah. Memasuki akhir tahun 2010, timbul arus
demonstrasi besar-besaran di negara-negara Arab yang dikenal sebagai "Musim
Semi Arab" (Arab Spring). Demonstrasi pertama timbul di Tunisia dan berakhir
dengan keberhasilan para demonstran menggusur Presiden Ben Ali dari tahtanya.
Bagaikan api disiram bensin, keberhasilan demonstrasi itu langsung menginspirasi
rakyat dari negara-negara Arab lainnya yang merasa senasib untuk menggelar aksi
serupa, tak terkecuali di Libya. Sejak bulan Februari 2011, ratusan orang di sejumlah
kota di Libya mulai menggelar demonstrasi anti Qaddafi. Ketika pemerintah Libya
menjawab tuntutan tersebut dengan kekerasan, gesekan antara pemerintah Libya
dengan para demonstran pun tak terhindarkan.
28

2) Jalannya Perang Libya.

a) Dari Aksi Protes Menjadi Pemberontakan Bersenjata. Sejak tanggal


15 Februari 2011, timbul aksi demonstrasi di sejumlah kota di Libya seperti
di Benghazi, Bayda, dan Zintan menuntut mundurnya Qaddafi. Dalam
aksi demonstrasi di kota-kota tertentu semisal Bayda, para demonstran juga
dilaporkan melakukan aneka tindakan vandalisme seperti penyerangan dan
pembakaran gedung- gedung perkantoran milik pemerintah. Polisi dan
tentara yang diterjunkan lantas meresponnya dengan cara membubarkan
paksa aksi-aksi demonstrasi tersebut di mana semakin lama, metode yang
digunakan oleh polisi semakin keras. Jika di awal-awal para polisi dan
tentara sebatas memakai meriam air dan tongkat baton, pada hari- hari
berikutnya mereka mulai memakai peluru tajam. Seiring berjalannya waktu,
aksi-aksi demonstrasi semakin lama semakin membesar. Menanggapi
semakin ganasnya aksi-aksi yang dilakukan para demonstran, respon yang
diberikan pemerintah Libya terhadap para demonstran tidak kalah garang.
Tidak tanggung-tanggung, sejak tanggal 21 Februari pesawat tempur sampai
dikerahkan untuk membombardir para demonstran di Tripoli, ibukota Libya.
Tak hanya itu, pemerintah Libya juga mematikan sambungan telepon di
seantero Libya untuk memblokir informasi yang keluar masuk Libya. Pada
periode yang kurang lebih bersamaan, kegelisahan mulai melanda
sejumlah anggota polisi dan tentara karena mereka sebenarnya tidak ingin
membunuh para demonstran yang notabene adalah rakyat sipil tak
bersenjata. Buntutnya, aksi-aksi desersi dan pembangkangan pun mulai
marak. Salah satu contohnya adalah ketika pada tanggal 21 Februari 2011, 2
pilot Libya yang diperintahkan untuk membombardir para demonstran
menolak perintah tersebut dan malah menerbangkan pesawatnya ke Malta,
sebuah negara kepulauan kecil di Laut Mediterania. Sejumlah anggota
polisi, tentara dan pejabat pemerintah yang tidak menyukai metode atasan
mereka dalam meredam demonstrasi lantas memilih untuk bergabung dengan
para demonstran. Semakin banyaknya aksi penolakan dan pembangkangan
dari para aparatnya sendiri membuat Libya beralih ke solusi alternatif :
merekrut tentara-tentara bayaran. Para tentara bayaran itu umumnya berasal
dari negara-negara miskin di Afrika seperti Niger, Chad, dan Mali. Selain
dari Afrika, Qaddafi juga sempat merekrut tentara bayaran dari Serbia.
Kebetulan secara historis, Serbia dan Libya memang memiliki hubungan
politik yang cukup dekat. Aksi-aksi menggalang dukungan terhadap Qaddafi
bahkan sempat muncul juga di Serbia, khususnya dari golongan
ultranasionalis. Belakangan, sebuah laporan yang dirilis Amnesty
International pada bulan Juni 2011 mengklaim bahwa orang-orang Afrika
yang direkrut Qaddafi sebenarnya bukanlah tentara bayaran, tapi pekerja
asing yang sedang merantau di Libya dan dipaksa menjadi tentara. Kembali
ke medan konflik dan lepas dari kontroversi soal benar tidaknya isu
perekrutan paksa orang asing menjadi tentara tersebut, pemakaian tentara
dari luar Libya terbukti cukup efektif bagi Libya untuk menekan aksi-aksi
perlawanan dari para demonstran setelah timbulnya pembelotan massal dari
kalangan militer Libya. Karena mereka umumnya mau melakukan tindakan
apapun selama dibayar, maka para tentara bayaran itu dalam
29

perkembangannya kerap melakukan aksi-aksi kontroversial seperti


menembak mati para demonstran tak bersenjata, menyiksa para demonstran
yang tertangkap hidup-hidup, dan bahkan dalam satu kesempatan
menembaki masjid yang digunakan oleh para demonstran untuk berlindung.
Semakin brutal dan mematikannya tindakan dari pasukan Libya membuat
pihak-pihak anti Qaddafi merasa bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri
rezim Qaddafi adalah lewat perlawanan bersenjata. Maka, di akhir bulan
Februari 2011, kelompok-kelompok penentang rezim Qaddafi pun melebur
menjadi organisasi baru yang bernama National Transitional Council of
Libya (NTC; Dewan Transisi Nasional di Libya). Pihak NTC juga
mengklaim dirinya sebagai pemerintah berdaulat di Libya sehingga sejak
saat itu, Libya ibarat memiliki 2 badan pemerintahan yang saling bersaing
satu sama lain. Kemunculan NTC sekaligus membuka fase baru dalam
konflik sipil di Libya dari yang awalnya hanya sebatas kerusuhan sipil
menjadi perang berskala nasional.

b) Dimulainya Intervensi Negara-Negara Luar. Hingga minggu pertama


bulan Maret, pihak-pihak anti-Qaddafi yang berada di bawah payung NTC
sudah berhasil menguasai kota-kota penting di Libya seperti Benghazi,
Tobruk, Misrata, Zawiya, dan Bayda. Namun memasuki minggu kedua bulan
Maret, arah perang mulai berbalik karena sejak periode itu, pasukan pro-
pemerintah Libya yang oleh media-media internasional kerap disebut juga
sebagai "loyalis Qaddafi" yang memang secara kekuatan lebih unggul
berhasil menduduki kota-kota yang sebelumnya dikuasai oleh pihak
pemberontak. Salah satu kota tersebut adalah kota pesisir Zawiya di sebelah
barat Tripoli di mana untuk menguasai kota tersebut, pasukan loyalis harus
melancarkan serangan besar-besaran dari darat, laut, dan udara. Memasuki
minggu ketiga di bulan Maret, kondisi pasukan pemberontak semakin berada
di ujung tanduk. Sejak jatuhnya kota Zawiya, Libya barat, ke tangan pasukan
loyalis, maka pasukan loyalis kini bisa berkonsentrasi penuh untuk
menggempur kota-kota di kawasan Libya timur yang sedang dikuasai oleh
kubu pemberontak. Dimulai dari berhasil direbutnya sebagian kota Misrata
dan Brega, pasukan loyalis lalu terus bergerak ke timur untuk merebut kota
Ajbadiya. Pertempuran berlangsung sengit, namun pasukan loyalis akhirnya
berhasil merebut Ajbadiya setelah melakukan serangan udara terus-menerus
selama 3 hari. Dengan berhasil direbutnya Ajbadiya, kini pasukan loyalis
mulai bergerak untuk merebut markas utama pasukan pemberontak di
Benghazi. Di luar Libya, merespon semakin memanasnya situasi di Libya
dan semakin seringnya pasukan loyalis Libya melancarkan serangan udara
ke kawasan padat penduduk, pada tanggal 17 Maret PBB akhirnya
mengeluarkan resolusi untuk menerapkan "zona larangan terbang" (no fly
zone) di langit Libya. Sebagai tindak lanjut dalam menyikapi resolusi
tersebut, sejumlah negara yang umumnya merupakan negara anggota
organisasi militer NATO mulai menyiapkan pasukan laut dan udaranya
untuk dikirim ke Libya. Selain menetapkan zona larangan terbang, PBB juga
melarang pengiriman senjata ke Libya dan memerintahkan pembekuan aset-
aset milik keluarga Qaddafi di luar negeri. Tanggal 19 Maret 2011 alias 2
hari setelah resolusi "zona larangan terbang" tersebut keluar, Prancis
30

mulai mengirimkan belasan pesawat tempurnya untuk menghancurkan


kendaraan berat dan basis pertahanan udara milik pasukan Libya. Tak lama
kemudian, pasukan laut Inggris dan AS yang dilengkapi dengan kapal induk
pengangkut pesawat mulai memasuki perairan laut Libya. Menjelang akhir
bulan Maret, barulah seluruh negara anggota NATO dan sebagian negara
Arab ikut menerjunkan pasukannya dalam operasi militer tersebut. Selain
mengirimkan pasukan, sejumlah negara anggota NATO juga diketahui
mengirimkan bantuan uang, persenjataan, dan pelatihan militer kepada para
pemberontak (NTC). Masuknya pasukan gabungan (koalisi) negara-negara
Barat ke wilayah Libya membawa perubahan besar dalam alur peperangan.
Jika sebelumnya pihak NTC berada dalam posisi terdesak dan harus
bersusah payah mempertahankan kota Benghazi, maka sesudah pasukan
koalisi ikut campur kondisinya berubah. Sejumlah kendaraan berat dan
pangkalan udara yang selama ini diandalkan oleh pasukan loyalis banyak
yang hancur oleh serangan udara pasukan koalisi sehingga kekuatan pasukan
loyalis pun menurun dan pasukan NTC bisa memanfaatkannya untuk
memukul balik pasukan loyalis keluar Benghazi. Namun, walaupun
mengakui bahwa serangan-serangan pasukan koalisi asing sangat membantu,
pihak NTC di sisi lain menolak masuknya pasukan asing ke tanah Libya dan
meminta pasukan asing cukup membantu dari udara serta laut.

c) Adu Kuat Kubu Loyalis dan Kubu Pemberontak. Memasuki bulan


April, terjadi aksi saling serang antara pasukan loyalis Libya melawan
pasukan pemberontak untuk memperebutkan kota Brega, Libya tengah, yang
akhirnya dimenangkan oleh pasukan loyalis dan diikuti dengan
mundurnya pasukan pemberontak ke kota Ajwadiya yang terletak beberapa
kilometer di sebelah timur Brega. Pasukan loyalis Libya sempat berusaha
merebut Ajwadiya seperti yang dulu berhasil mereka lakukan pada bulan
sebelumnya, namun kali ini upaya pasukan loyalis berakhir dengan
kegagalan. Di kawasan Libya bagian barat, pertempuran sengit juga pecah
antara pasukan pemberontak melawan pasukan loyalis yang sedang
menguasai kota Misrata. Berkat bantuan serangan-serangan udara pasukan
NATO, pasukan pemberontak akhirnya berhasil menduduki kota Misrata
pada minggu terakhir bulan April. Memasuki bulan Mei, NATO semakin
gencar melakukan aksi-aksi serangan udara ke wilayah yang dikuasai oleh
kubu loyalis, khususnya ke ibukota Tripoli yang diduga merupakan tempat
bersembunyinya Qaddafi dan para koleganya. Aksi-aksi serangan udara
tersebut pada gilirannya membuat kondisi pasukan loyalis semakin hari
semakin melemah. Situasi tersebut tidak disia-siakan oleh pasukan
pemberontak di mana sejak bulan Juni, pasukan pemberontak berhasil
merebut kota- kota di wilayah Libya barat yang sebelumnya dikuasai oleh
pasukan loyalis. Kendati demikian, pasukan loyalis Libya tidak sepenuhnya
kehilangan kekuatannya dan sejumlah wilayah di Libya barat laut masih
menjadi arena pertempuran sengit antara kedua belah pihak.Hingga
memasuki akhir bulan Juli, tidak banyak perubahan yang terjadi di garis
depan. Namun memasuki bulan Agustus, pasukan pemberontak mulai
meningkatkan intensitas serangannya. Hasilnya, perlahan tapi pasti wilayah-
wilayah di Libya barat laut
31

berhasil dikuasai oleh pasukan pemberontak dan kini mereka mulai


mengepung area di sekitar Tripoli, ibukota Libya. Pertempuran di kota
Tripoli akhirnya pecah pada tanggal 20 Agustus. Jalanan dibanjiri oleh
pasukan pemberontak, sementara pasukan loyalis berusaha menembaki
mereka dari atap bangunan dan menara air. Kendati demikian, perang di
Tripoli sendiri berjalan dalam intensitas relatif rendah dan kota tersebut
akhirnya berhasil dikuasai sepenuhnya oleh pasukan pemberontak menjelang
akhir bulan Agustus. Qaddafi sendiri selaku sosok yang paling dicari saat itu
masih belum berhasil ditemukan. Walaupun kota Tripoli sudah jatuh ke
tangan pasukan pemberontak, pasukan loyalis yang tersisa masih
melanjutkan perjuangan bersenjata mereka dari kota Sirte, Libya tengah
yang juga merupakan kota kelahiran Qaddafi. Pertempuran untuk merebut
kota Sirte akhirnya pecah pada bulan September setelah pasukan
pemberontak menyerbu kota tersebut dari sisi barat dan timur Libya. Lewat
situasi pertempuran yang sangat sengit, pasukan pemberontak berhasil
menguasai kota Sirte sedikit demi sedikit. Kota tersebut akhirnya berhasil
dikuasai sepenuhnya oleh pasukan pemberontak pada tanggal 20 Oktober.
Pada tanggal yang sama, Qaddafi yang dikawal oleh beberapa pengikutnya
sempat berusaha melarikan diri keluar Sirte dengan memakai mobil. Upaya
Qaddafi untuk melarikan diri gagal terlaksana setelah iring-iringan
kendaraan yang membawanya berhasil diendus oleh pesawat NATO yang
kemudian melancarkan serangan udara ke arah iring-iringan tersebut.
Qaddafi sendiri selamat dari serangan tersebut dan sempat kabur
bersembunyi ke dalam sebuah gorong-gorong, namun ia akhirnya berhasil
ditemukan dan diseret keluar oleh sejumlah anggota pemberontak. Pada saat
inilah, Qaddafi yang saat itu dikepung oleh orang-orang yang menangkapnya
tewas ditembak di bagian kepala. Mayatnya lalu dibawa dan "dipamerkan"
di sebuah toko daging di kota Misrata. Dengan tewasnya Qaddafi, maka
perang sipil di Libya yang sudah berlangsung selama 9 bulan pun oleh pihak
NTC dinyatakan berakhir. Berakhirnya perang sipil di Libya lantas diikuti
dengan keputusan NATO untuk menghentikan seluruh operasi militernya di
Libya pada akhir bulan Oktober 2011.

g. Perang Suriah. Syria (Suriah) merupakan salah satu negara di Timur Tengah yang
mulai diperhitungkan keberadaannya pada era pasca Perang Teluk. Hal ini bukan tidak
mungkin karena ada anggapan bahwa perdamaian di Timur Tengah tidak akan pernah
tercapai tanpa campur tangan Suriah. Jika dilihat ke belakang Suriah dahulu merupakan
negara yang mempunyai banyak wilayah yang mencakup seluruh negara yang berada di
Timur Mediterania antara lain : Yordania, Lebanon, Israel, dan Propinsi Turki Hatay tetapi
akibat imperialis Eropa menyebabkan Suriah kehilangan wilayahnya Yordania dan Israel
dipisahkan dengan berada di bawah mandat Inggris. Lebanon diambil untuk melindungi
minoritas Kristennya dan Hatay dikembalikan kepada Turki demi pertimbangan politik
untuk Perancis. Perancis dengan politik devide et imperanya berhasil membagi suriah
sendiri menjadi empat wilayah antara lain: Damascus, Lebanon Raya, Allepo dan Lantakia.
Tahun 1925 Damascus dan Allepo dikembalikan kepada Suriah. Prancis pada tanggal 28
September 1941 memberikan kemerdekaan kepada Suriah, dan diikuti dengan proklamasi
kemerdekaan bagi Lebanon pada 26 November 1941. Pemberontakan Suriah terjadi 2011-
2012 adalah sebuah konflik kekerasan internal yang sedang berlangsung di Suriah. Ini
32

adalah bagian dari Musim Semi Arab yang lebih luas, gelombang pergolakan di seluruh
Dunia Arab. Demonstrasi publik dimulai pada tanggal 26 Januari 2011, dan berkembang
menjadi pemberontakan nasional. Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri Presiden
Bashar al-Assad, penggulingan pemerintahannya, dan mengakhiri hampir lima dekade
pemerintahan Partai Ba’ath. Pemerintah Suriah mengerahkan Tentara Suriah untuk
memadamkan pemberontakan tersebut, dan beberapa kota yang terkepung. Menurut saksi,
tentara yang menolak untuk menembaki warga sipil dieksekusi oleh tentara Suriah.
Pemerintah Suriah membantah laporan pembelotan, dan menyalahkan "gerombolan
bersenjata" untuk menyebabkan masalah pada akhir 2011, warga sipil dan tentara pembelot
membentuk unit pertempuran, yang memulai kampanye pemberontakan melawan Tentara
Suriah. Para pemberontak bersatu di bawah bendera Tentara Pembebasan Suriah dan
berjuang dengan cara yang semakin terorganisir, namun komponen sipil dari oposisi
bersenjata tidak memiliki kepemimpinan yang terorganisir. Pemberontakan memiliki nada
sektarian, meskipun tidak faksi dalam konflik tersebut telah dijelaskan sektarianisme
sebagai memainkan peran utama. Pihak oposisi didominasi oleh Muslim Sunni, sedangkan
pihak pemerintah didominasi oleh Alawit Muslim Syia, dan. Assad dilaporkan didukung
oleh Alawi. Perang Suriah adalah sebuah konflik bersenjata berbagai pihak dengan
intervensi internasional yang berlangsung di Suriah. Kerusuhan tumbuh sejak protes
kebangkitan dunia Arab tahun 2011, dan meningkat ke konflik bersenjata setelah kekerasan
atas protes kepada Pemerintah Presiden Bashar al-Assad untuk menekan pengunduran
dirinya. Perang melibatkan Pemerintah Suriah, kelompok aliansi longgar pemberontak Arab
Suriah, Pasukan Demokratik Suriah, kelompok jihaidst Salafi (termasuk Front al-Nusra),
dan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Semua pihak menerima dukungan besar dari aktor
asing, dan banyak yang mengarahkan untuk melabelinya sebagai perang proksi yang
dilancarkan oleh negara-negara besar regional dan dunia. Di bawah rezim Assad, Suriah
melalui reformasi ekonomi neoliberal yang signifikan. Reformasi ini diperburuk
kesenjangan kekayaan, yang dikombinasikan dengan resesi dan beberapa tahun kekeringan
yang menyebabkan penyebaran kebangkitan dunia Arab untuk Suriah. Protes cepat
menyebar ke daerah-daerah yang didominasi Kurdi di utara Suriah. Kelompok oposisi
Suriah membentuk Tentara Pembebasan Suriah dan menguasai daerah sekitar Aleppo dan
bagian selatan Suriah. Seiring waktu, faksi dari Oposisi Suriah pecah dari politik moderat
asli untuk mengejar visi Islam untuk Suriah, seperti Front al-Nusra dan Negara Islam Irak
dan Syam (ISIS). Di utara, pasukan sebagian besar pemerintah Suriah menarik untuk
melawan FSA, yang memungkinkan YPG Kurdi untuk bergerak dan melakukan klaim de
facto atas otonomi. Pada tahun 2015, YPG bergabung dengan Arab, Assyria, kelompok
Armenia dan Turkmen membentuk Pasukan Demokratik Suriah. Per Februari 2016
pemerintah menguasai 40% Suriah, ISIL menguasai sekitar 20-40%, kelompok
pemberontak Arab (termasuk Front al-Nusra) 20%, dan 15-20% dikuasai Pasukan
Demokratik Suriah. Baik Pasukan Demokratik Suriah maupun Tentara Suriah telah
membuat keuntungan baru-baru ini terhadap ISIS. Organisasi internasional telah menuduh
pemerintah Suriah, ISIL, dan pasukan oposisi lainnya melakukan pelanggaran HAM berat,
dengan beberapa pembantaian terjadi. Konflik menyebabkan cukup banyak perpindahan
penduduk. Pada 1 Februari 2016, sebuah pembicaraan damai Suriah Jenewa yang
dimediasi oleh PBB dimulai, namun pertempuran terus berlanjut.
33

9. Evaluasi.
a. Jelaskan Penyebab Langsung Terjadinya Perang Dunia I…..!
b. Jelaskan Penyebab Langsung Terjadinya Perang Dunia II…..!
c. Jelaskan Penyebab Khusus Terjadinya Perang Dunia II.................!
34

BAB III

HAKEKAT DAN BENTUK PERANG

10. Umum. Perang Dunia merupakan perang global, yaitu perang yang aktor dalam
kejadian tersebut adalah tidak hanya dalam lingkup suatu daerah atau tempat saja, melainkan antara
negara-negara yang ada diseluruh dunia meskipun tidak semuanya menjadi pelaku perang. Tetapi
sebagian besar negara-negara di dunia telah bergejolak karena melakukan perang ini. Dalam
sejarahnya, perang dunia berlangsung selama dua kali yaitu Perang Dunia 1 pada tahun 1914
sampai 1918 dan Perang Dunia 2 yang terjadi pada tahun 1939 s.d 1945. Perang Dunia I adalah
perang besar yang terjadi yang berpusat di Eropa dari periode musim panas 1914 sampai dengan
November 1918 antara pihak Triple Entente (Sekutu) dengan pihak Triple Alliance (Central
Powers) yang melibatkan lebih dari 70 juta personil militer (60 juta dari Eropa). Korbannya
mencapai 9 juta personil militer yang sebagian besar diakibatkan kemajuan besar dalam teknologi
persenjataan. Ini adalah konflik yang paling banyak memakan korban jiwa no 2 dalam sejarah
barat. Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PD II atau PD 2), adalah
sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan
banyak sekali negara di dunia termasuk semua kekuatan besar yang pada akhirnya membentuk dua
aliansi militer yang saling bertentangan yaitu Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang
terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer. Dalam
keadaan "perang total", negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi,
industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber
daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal
warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini
memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan
Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia. Perang yang terjadi
dalam kurun beberapa tahun dan dalam beberapa perode ini telah membawa suatu pengaruh yang
besar bagi kehidupan masyarakat dunia. Tentu saja dalam hal yang mendasar dalam hidup manusia
yang utama, Perang Dunia juga membawa suatu pengaruh yang besar bagi kehidupan dunia yaitu
yang bersangkutan dengan negara-negara yang ada di dunia baik yang ikut dalam perang dunia
maupun yang tidak.

11. Strategi Perang Dunia I. Strategi perang adalah penggunaan pertempuran untuk
mencapai tujuan perang. Strategi adalah kunci pelaksanaan perang dan dikuasai oleh prinsip-prinsip
yang menetapkan agar kekuatan besar melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh yang
lemah untuk menghasilkan kemenangan. Posisi merupakan masalah dalam strategi. Strategi
membedakan posisi garis luar dan posisi garis dalam. Negara berada pada posisi garis luar apabila
dapat mengepung lawan atau musuhnya. Posisi garis dalam adalah posisi satu negara yang
menghadapi kemungkinan permusuhan dari negara di sekelilingnya. Jerman pada perang dunia
berada pada posisi garis dalam. Pada Perang Dunia I Jerman bersekutu dengan Austria, keduanya
terletak di Eropa Tengah. Mereka menghadapi Perancis dan Inggris di bagian barat, Rusia di bagian
timur, dan Italia di bagian selatan. Perancis dalam kepemimpinan Napoleon Bonaparte sering kali
berada di posisi garis dalam. Untuk memperoleh kemenangan, pada posisi garis dalam
membutukan kemampuan manuver yang cepat dengan daya pukul yang tinggi sedangkan pada
posisi garis luar memerlukan koordinasi dan komunikasi yang baik untuk mempertahankan dan
memanfaatkan posisinya. Namun sulit untuk mengkoordinasikan dua atau lebih negara yang
berbeda, meskipun mereka bersekutu. Selalu ada kesalahpahaman akibat dari prestis dan
kebanggaan nasional masing-masing.
35

12. Strategi Perang Parit. Strategi perang ini lebih condong ke arah defensif. Ini disebabkan
mereka yang membangun pertahanan berupa galian tanah yang memanjang dan paralel, dan
memasang barikade berupa kawat yang dipasang pada garis depan. Dari dalam parit mereka
menembaki musuh yang mendekat dengan senapan, pistol, melempar granat, dan dibantu senapan
mesin. Jika musuh sudah memasuki parit, mereka bertarung jarak dekat dengan bayonet, atau sekop
yang ditajamkan ujungnya. Perang parit adalah jenis perang yang ditandai dengan pembentukan
zona defensif berbentuk parit, dengan kedua belah pihak menempati parit untuk tujuan
mempertahankan posisi defensif. Jenis peperangan seperti ini sering menghasilkan kemajuan yang
lambat, dengan masing-masing pihak berusaha menguasai parit lawan agar memiliki keunggulan
ofensif. Perang parit terkenal brutal dan mengerikan dan amat terkait dengan Perang Dunia I pada
tahun 1914-1918. Beberapa faktor berkontribusi pada kemunculan perang parit. Pertama adalah
kemajuan luar biasa dalam persenjataan balistik yang membuat serangan frontal secara tradisional
sulit dilakukan. Selain itu, peningkatan akurasi senjata dan kemampuan artileri membuat serangan
frontal (langsung berhadap-hadapan) bisa berubah menjadi tindakan bunuh diri. Kondisi ini lantas
memicu pendekatan defensif yang menjadi karakteristik perang parit. Strategi utama dalam
Perang ini dinamakan dengan Perang Parit. Selama beberapa tahun berikutnya, para serdadu hidup
dalam parit-parit ini. Parit yang dibangun membentang dari Selat Dover-Sungai Aisne- perbatasan
Swiss. Fungsi parit-parit ini menjadi lebih kompleks karena dilengkapi dengan tempat untuk tidur,
pertolongan medis, gudang persenjataan dan perbekalan, dapur dan sebagainya. Perang parit
digunakan pada Perang Dunia I secara umum. Contoh perang parit yang terkenal adalah Perang
Somme yang terjadi tahun 1916. Namun perang jenis ini dirasa tidak efisien dan efektif. Sering
sekali kubu pemenang menderita kerugian berupa kehilangan prajurit hingga ±120.000 orang dan
hanya memajukan garis batas sejauh 5 km. Dan pengalaman Perang Somme menunjukan bahwa
perang ini dapat memakan waktu hingga 5 bulan. Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia
I. Selama beberapa tahun berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini.
Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus- menerus dibom, dan
mereka tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka
yang telah tewas terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di samping
mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri lumpur. Lebih dari 20 juta serdadu
yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang mengerikan di dalam parit-parit ini,
dan sebagian besar meninggal di sana. Para serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak
dalam jarak yang hanya beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang
dilancarkan sebagai upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih
banyak.

a. Asal Usul Perang Parit. Asal usul dari Perang Parit bisa kita tilik dari meluasnya
penggunaan bubuk mesiu sebagai senjata di Eropa, tepatnya pada abad ke-15. Siege
warfare atau peperangan yang berbasis pengepungan mendorong pengembangan senjata
seperti musket dan artileri. Peperangan pada abad tersebut kebanyakan berpusat pada
penguasaan lokasi-lokasi penting seperti kastil dan benteng, seperti yang terlihat pada
Perang Sipil Inggris yang terjadi pada tahun 1642-1652 dan Perang Suksesi Spanyol yang
berlangsung pada 1701-1714. Peperangan mulai bergeser dari model siege menjadi mode
annihilation, yang mana dimulai ketika Napoleon berkuasa di Perancis pada akhir abad ke-
18. Mode annihilation tidak hanya melibatkan penguasaan benteng atau kastil musuh,
namun jika perlu penghancuran tidak hanya instalasi militer namun juga sipil, dan kalah
menang dalam suatu perang ditentukan oleh siapa yang paling destruktif. Perang model
annihilation ini semakin mencolok setelah muncul apa yang dinamakan industrialisasi
senjata, tepatnya pada Perang Sipil Amerika. Yang
36

dimaksud dengan industrialisasi senjata adalah industri memungkinkan angkatan bersenjata


untuk memperoleh senjata dan munisi dengan jenis yang sama dengan jumlah yang lebih
banyak. Walaupun baik musket hingga senapan digunakan secara luas oleh negara-negara di
Eropa, justru kemunculan Perang Parit tidak dicetuskan oleh negara-negara Eropa, namun
oleh Jepang tepatnya pada Perang Russo Jepang tahun 1908. Kemenangan Jepang atas
Rusia yang mengejutkan tersebut tidak lepas dari pengunaan metode parit, yang
memungkinkan Jepang mendekati Port Arthur, salah satu benteng Rusia yang
penguasaannya menentukan kemenangan Jepang, dengan jumlah korban yang lebih sedikit
karena ketika meriam dari Port Athur ditembakkan, pasukan Jepang bisa bersembunyi
dalam parit sembari mendekat ke benteng tersebut. Berdasarkan pengalaman dan pelajaran
yang dapat diperoleh dari Jepang dalam perang tersebut seperti penggunaan granat, negara-
negara yang berperang dalam perang tersebut baik yang tergabung dalam Sekutu maupun
Poros ikut menggunakan parit dengan berbagai variasi, semisal kawat berduri, memasang
senjata mesin seperti Maxim untuk menghalau serangan infanteri, penggunaan meriam
lapangan atau field gun seperti 18 pound milik Inggris dan 7,5 cm FK milik Jerman,
bahkan penggunaan senjata yang lebih mematikan dari jarak dekat seperti penggunaan gas
mustar dan klorin dan penyembur api (flamethrowers). Parit dalam Perang Dunia Pertama
dapat ditemukan pada dua tempat, yakni Front Barat dan Front Timur. Front Barat dan
Front Timur mulai dibuka oleh Jerman dengan sebuah gagasan yang dinamakan dengan
Schlieffen Plan. Dicetuskan oleh Count Alfred von Schlieffen, Jerman akan membuka
front perang dengan Belgia dan Perancis untuk mencegah negara-negara seperti Inggris
untuk langsung menyerang Jerman, dan membuka parit di tengah Belgia-Perancis, mulai
dari kota Ostend sampai dengan Basel.

b. Menggali Parit. Baik Sekutu seperti Inggris dan Perancis, dan Poros seperti
Jerman, mulai menggali parit masing-masing di sepanjang Perbatasan Belgia dan Perancis
dalam waktu September sampai Desember 1914. Penggalian parit ini seringkali disebut
pengamat dengan terminologi Race to the Sea karena parit yang dibangun oleh kedua
pihak dimulai dari Laut Utara, melewati sungai- sungai seperti Sommedan Aisne, sampai
dataran rendah Belgia dan Nieuport. Pada dasarnya, masing-masing aliansi memiliki
standarnya sendiri ketika menggali parit. Angkatan bersenjata Perancis dan Inggris dalam
panduannya diharuskan menggali sedalam 8 kaki, lebar 3 kaki dan parit diharuskan
dilengkapi gundukan batu setinggi 30 cm untuk menghalau laju peluru ke dalam parit.
Setiap parit harus ditopang dengan fondasi dari kayu pohon, kantung pasir atau besi yang
sudah berkarat untuk mencegah parit agar tidak ambruk. Situasi ideal menurut British
Field Note adalah di setiap 4 yard, harus ada parapet atau sandaran bagi penembak
senapan, dan karena mengutamakan keamanan bagi prajurit dibanding kemampuan melihat
musuh, parit harus digali secara dalam. Situasi ini tidak bisa dicapai bagi parit yang digali di
dekat sungai, semisal parit yang terdapat di Flanders (Belgia). Keberadaan air yang
dibawah permukaan air membuat prajurit Inggris tidak bisa menggali parit secara dalam
karena air akan membanjiri parit. Akibatnya, prajurit Inggris dipusingkan dengan air yang
membanjiri parit tiap malam. Parit biasanya tidak hanya terdiri dari satu garis, tapi
beberapa garis namun tidak paralel satu sama lain. Parit terdiri dari command trench
dimana komando dan bunker anti ledakan atau pillbox ada disini dan offensive line dimana
infanteri dan persenjataan lain untuk mempertahankan parit semisal mortir dan senjata
mesin ada disini. Jarak kedua parit ini berada di antara 150-200 m. Perbedaan antara parit
Jerman dan parit Inggris Perancis adalah banyaknya jumlah pillbox yang dilapisi semen
dan bahan-bahan lain yang lebih permanen di segi Jerman, sedangkan Inggris dan Perancis
yang menekankan mobilitas melihat
37

sikap diam satu tempat sebagai wujud kekalahan, hanya membangun pillbox mereka dari
kayu, sehingga ketika Jerman menguasai parit, Inggris dapat menguasainya kembali dengan
artileri.

Parit di Perang Dunia Pertama mematikan karena dua hal, upaya untuk menguasainya dan
situasi parit yang seringkali sulit ditinggali oleh para prajurit. Menurut hitungan pihak Perancis
pada Januari 1915, infanteri bersenjatakan senapan perlu menyerbu parit musuh sebanyak 12 kali
sebelum ada jaminan bahwa jumlah pasukan yang mempertahankan parit akan sama dengan jumlah
pasukan yang menyerang parit tersebut. Walaupun serangan itu sukses, akan mengorbankan
jumlah pasukan 11 kali dari jumlah pasukan yang mempertahankan parit. Jika parit tersebut
dipersenjatai dengan senjata mesin, serangan untuk parit akan meningkat menjadi 14 kali. Belum
lagi seringkali peluru artileri yang meledak sebelum ditembakkan, dan di Inggris ini disebut dengan
shell scandal. Ini membuat prajurit tidak hanya terancam oleh peluru musuh, namun juga
ketidaksiapan dan juga kecerobohan. Yang kedua, kondisi parit sangat tidak higienis karena mayat
prajurit yang gugur akan dibiarkan di dalam parit, membuat penyakit menular mudah tersebar.
Banyak prajurit yang mati karena penyakit menular dan infeksi.

13. Strategi Perang Laut. Pada awal perang, Kekaisaran Jerman memiliki kapal jelajah
yang tersebar di seluruh dunia, beberapa di antaranya dipakai untuk menyerang kapal dagang
Sekutu. Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya secara sistematis memburu mereka, meski
menanggung malu akibat ketidakmampuannya melindungi kapal Sekutu. Misalnya, kapal jelajah
ringan Jerman SMS Emden, bagian dari skadron Asia Timur yang berpusat di Tsingtao, menangkap
atau menghancurkan 15 kapal dagang, serta menenggelamkan sebuah kapal jelajah Rusia dan kapal
penghancur Perancis. Namun sebagian besar Skadron Asia Timur Jerman terdiri dari kapal jelajah
lapis baja Scharn horst dan Gneisenau, kapal jelajah ringan Nürnberg dan Leipzig dan dua
kapal angkut tidak diberi perintah mencegat jalur perkapalan dan malah diperintahkan kembali ke
Jerman ketika bertemu kapal perang Britania. Armada Jerman dan Dresden menenggelamkan dua
kapal jelajah lapis baja pada Pertempuran Coronel, namun hampir hancur pada Pertempuran
Kepulauan Falkland bulan Desember 1914, dengan Dresden dan beberapa kapal pembantu berhasil
kabur, tetapi pada Pertempuran Masa Tierra kapal-kapal tadi akhirnya hancur atau ditangkap.
Sesaat setelah pecahnya pertempuran, Britania memulai blokade laut Jerman. Strategi ini terbukti
efektif, memutuskan suplai militer dan sipil, meski blokade ini melanggar hukum internasional
yang diatur oleh beberapa perjanjian internasional selama dua abad terakhir. Britania membuang
ranjau di perairan internasional untuk mencegah kapal apapun memasuki seluruh wilayah
samudra, sehingga membahayakan kapal yang netral sekalipun. Karena ada sedikit tanggapan
terhadap taktik ini, Jerman mengharapkan taktik yang sama terhadap peperangan kapal selamnya
yang tidak terhambat. Pertempuran Jutland (Jerman: Skagerrakschlacht, atau "Pertempuran
Skagerrak") 1916 berubah menjadi pertempuran laut terbesar dalam perang ini, satu-satunya
pertempuran kapal perang berskala besar dalam Perang Dunia I, dan salah satu yang terbesar
dalam sejarah. Pertempuran ini terjadi pada tanggal 31 Mei sampai dengan 1 Juni 1916 di Laut
Utara lepas pantai Jutland. Armada Laut Lepas Kaiserliche Marine, dipimpin Wakil Laksamana
Reinhard Scheer, berperang melawan Armada Besar Angkatan Laut Kerajaan, dipimpin Laksamana
Sir John Jellicoe. Pertempuran ini buntu, karena Jerman, yang kalah jumlah dengan armada
Britania, berhasil kabur dan mengakibatkan kerusakan lebih banyak bagi armada Britania dari pada
yang mereka terima. Secara strategis, Britania menguasai lautan, dan sebagian besar armada
permukaan Jerman masih tertahan di pelabuhan selama perang berlangsung. Kapal U Jerman
berusaha memotong jalur suplai antara Amerika Utara dan Britania. Sifat peperangan kapal selam
berarti bahwa serangan bisa datang tanpa
38

peringatan, sehingga memberi kemungkinan selamat yang kecil bagi awak kapal dagang. Amerika
Serikat mengeluarkan protes, dan Jerman mengganti aturan pertempuran. Setelah penenggelaman
kapal penumpang RMS Lusitania tahun 1915, Jerman berjanji tidak lagi menyerang kapal
penumpang, sementara Britania mempersenjatai kapal-kapal dagangnya dan menempatkan mereka
di luar perlindungan "aturan kapal jelajah" yang meminta peringatan dan penempatan awak di
"tempat aman" (standar yang tidak dimiliki sekoci). Akhirnya, pada awal 1917, Jerman menerapkan
kebijakan peperangan kapal selam tak terbatas, menyadari bahwa Amerika Serikat akan ikut
berperang. Jerman berupaya menghambat jalur laut Sekutu sebelum Amerika Serikat dapat
memindahkan pasukan dalam jumlah besar ke luar negeri, tetapi hanya mampu mengerahkan lima
kapal U jarak jauh dengan dampak yang sedikit. U-155 dipamerkan dekat Tower Bridge di
London setelah Perang Dunia Pertama.Ancaman kapal U berkurang pada tahun 1917, ketika kapal-
kapal dagang mulai berlayar dalam bentuk konvoi dan dikawal kapal penghancur. Taktik ini
terbukti sulit bagi kapal U untuk mencari target, sehingga mengurangi kerugian; setelah hidrofon
dan ranjau bawah air diperkenalkan, kapal penghancur pengawal bisa menyerang kapal selam
dengan kemungkinan berhasil. Konvoi memperlambat aliran suplai, karena kapal harus menunggu
saat konvoi dibentuk. Solusi terhadap penundaan ini adalah program pembangunan kapal angkut
baru secara besar-besaran. Kapal tentara terlalu cepat untuk dikejar kapal selam dan tidak berlayar
di Atlantik Utara dalam konvoi. Kapal U telah menenggelamkan lebih dari 5.000 kapal Sekutu
dengan kerugian sebanyak 199 kapal selam. Perang Dunia I juga menjadi peristiwa ketika kapal
angkut pesawat pertama kali dipakai dalam pertempuran, dengan HMS Furious meluncurkan
pesawat Sopwith Camels dalam serangan sukses terhadap hangar Zeppelin di Tondern pada
bulan Juli 1918, serta blimp untuk patroli antikapal selam.

14. Strategi untuk Negosiasi Damai. Pada bulan Desember 1916, setelah sepuluh bulan
mematikan pada Pertempuran Verdun dan serangan sukses terhadap Rumania, Jerman berupaya
menegosiasikan perdamaian dengan Sekutu. Presiden A.S. Woodrow Wilson segera berusaha
mengintervensi selaku pencinta damai dan meminta kedua pihak diberi catatan untuk menyatakan
permintaan mereka. Kabinet Perang Lloyd George menganggap tawaran Jerman sebagai jebakan
untuk menciptakan perpecahan di kalangan Sekutu. Setelah kemarahan awal dan banyak
pertimbangan, mereka menganggap catatan Wilson sebagai upaya terpisah yang menandakan
bahwa A.S. berada di ambang pintu perang melawan Jerman pasca "kekejaman kapal selam". Saat
Sekutu mendiskusikan balasan terhadap tawaran Wilson, Jerman memilih untuk mengabaikannya
demi "pertukaran pandangan langsung". Mengetahui tanggapan Jerman seperti itu, pemerintah
Sekutu bebas membuat permintaan jelas dalam balasan mereka tanggal 14 Januari. Mereka
menuntut perbaikan kerusakan, pengosongan teritori dudukan, biaya perbaikan untuk Perancis,
Rusia, dan Rumania, dan pengakuan prinsip kebangsaan. Hal ini meliputi pembebasan bangsa
Italia, Slavia, Rumania, Ceko Slovak, dan pembentukan "Polandia bebas dan bersatu". Tentang
keamanan, Sekutu menuntut jaminan yang dapat mencegah atau membatasi perang selanjutnya,
lengkap dengan sanksi, sebagai persyaratan penyelesaian damai apapun. Negosiasi ini gagal dan
negara- negara Entente menolak tawaran Jerman, karena Jerman tidak menyatakan permintaan
spesifik apapun. Kepada Wilson, negara-negara Entente menyatakan bahwa mereka tidak akan
memulai negosiasi damai sampai Blok Sentral mengosongkan seluruh teritori Sekutu yang diduduki
dan memberikan ganti rugi atas semua kerusakan yang diperbuat.

15. Strategi Perang Dunia II. Perang sejatinya bukan hanya soal siapa yang menang dan
siapa yang kalah. Tapi sebenarnya, perang juga menunjukkan bagaimana sekelompok kekuatan
beradu strategi guna dapat memenangkan pertempuran yang terjadi.Meski berjumlah besar, baik
untuk pasukan maupun persenjataan, bila saja strategi
39

yang digunakan tidak tepat guna, kemewahan kekuatan tersebut bisa saja tumbang oleh musuh.
Oleh karena itu, dalam setiap pertempuran hebat selalu saja meninggalkan model strategi dibalik
pertempuran itu. Strategi dalam perang adalah penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan
perang. Strategi adalah kunci pelaksanaan perang dan dikuasai oleh prinsip-prinsip yang
menetapkan agar kekuatan besar melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh yang lemah
untuk menghasilkan kemenangan. Posisi merupakan masalah dalam strategi. Strategi membedakan
posisi garis luar dan posisi garis dalam. Negara berada pada posisi garis luar apabila dapat
mengepung lawan atau musuhnya. Posisi garis dalam adalah posisi satu negara yang menghadapi
kemungkinan permusuhan dari negara di sekelilingnya. Jerman pada perang dunia berada pada
posisi garis dalam. Pada perang dunia I Jerman bersekutu dengan Austria, keduanya terletak di
Eropa Tengah. Mereka menghadapi Perancis dan Inggris di bagian barat, Rusia di bagian timur, dan
Italia di bagian selatan. Pada perang dunia II, Jerman bersekutu dengan Italia menghadapi Perancis
dan Inggris di bagian barat, Polandia dan Uni Soviet di bagian timur. Perancis dalam
kepemimpinan Napoleon Bonaparte sering kali berada di posisi garis dalam. Untuk memperoleh
kemenangan, pada posisi garis dalam membutukan kemampuan manuver yang cepat dengan daya
pukul yang tinggi sedangkan pada posisi garis luar memerlukan koordinasi dan komunikasi yang
baik untuk mempertahankan dan memanfaatkan posisinya. Namun sulit untuk mengkoordinasikan
dua atau lebih negara yang berbeda, meskipun mereka bersekutu. Selalu ada kesalahpahaman
akibat dari prestis dan kebanggaan nasional masing-masing.

16. Bentuk-bentuk Strategi dalam Perang Dunia II. Perang Dunia II merupakan perang
yang unik. Masing-masing negara mempunyai strategi mereka masing-masing untuk memenangkan
peperangan. Baik di darat, laut, maupun udara para jendral, marsekal dan laksamana saling
bersaing untuk menggungguli lawan-lawannya. Berikut adalah sekilas tentang beberapa strategi
militer Perang Dunia II, baik yang umum diketahui maupun yang jarang disebut-sebut dalam buku
sejarah.

a. Strategi Blitzkrieg (Jerman). Blitzkrieg barangkali adalah strategi perang dunia


yang paling banyak dibicarakan dan ditulis dalam buku-buku sejarah. Blitzkrieg adalah
sebuah metode perang kilat dengan menggunakan pasukan bermotor (Panzer, Infantri
mekanik, dan kavaleri) sebagai tulang punggung sebuah serangan. Di samping itu,
koordinasi juga dilakukan dengan pasukan udara sehingga sebuah pukulan serangan dapat
dilakukan dengan begitu efektif dan mematikan. Ide Blitzkrieg sebenarnya sangatlah
sederhana. Mencari titik lemah musuh, dan jika sudah ketemu maka di tempat itulah sebuah
serangan besar- besaran dengan kecepatan tinggi dilakukan. Jika sebuah garis pertahanan
sudah mampu ditembus, maka pasukan bermotor itu akan mampu mengurung lawan dari
belakang garis pertahanan sehingga membuat pasukan musuh tidak mempunyai pilihan lain
selain menyerah. Nama Guderian seringkali disebut-sebut sebagai orang yang bertanggung
jawab dalam membentuk strategi ini. Namun ia tidak sendiri, seorang jenius lain bernama
Erich Von Manstein bahkan mempunyai andil yang lebih besar lagi. Dua orang Jendral
Jerman itulah yang mencetuskan (tentu saja dengan restu Jendral-Jendral lain seperti Von
Bloomberg, Rundstedt, ataupun Von Leeb) ide kombinasi perang mekanik yang belum
pernah ada sebelumnya. Blitzkrieg mempunyai banyak sekali keunggulan dimana salah
satunya adalah efektivitas serangan yang membuat tenaga manusia tidak terhambur sia-sia.
Namun, strategi ini sangat mengandalkan unsur suprise atau dadakan. Ketika informasi,
meskipun hanya sedikit saja bocor ke pihak lawan, maka Blitzkrieg akan menjadi sebuah
serangan bunuh diri, seperti yang terjadi pada pertempuran Kursk tahun 1943. Dalam
peperangan mekanis modern, prinsip-prinsip strategi Blitzkrieg masih dijalankan.
Beberapa pertempuran seperti Operasi Desert Storm
40

sangat kental akan unsur penggunaan strategi Blitzkrieg dan barangkali pertempuran-
pertempuran modern di masa mendatang. Tank masih dan kemungkinan akan terus menjadi
tulang punggung pasukan ke depan. Tentu saja, tank sendiri tidak bisa memenangkan
perang, ia harus dikombinasikan dengan infanteri, bahkan jika perlu kekuatan udara.

b. Strategi Great Patriotic Warfare/Human Wave Doctrine (Uni Soviet).


Pada awal peperangannya dengan Jerman, Uni Soviet sebenarnya mempunyai jauh lebih
banyak peralatan perang dibandingkan dengan Jerman. Mereka mempunyai sekitar 10.000
tank, 15.000 pesawat, dan lebih dari 50.000 artileri. Namun kualitas peralatan tempur itu
kalah jauh dibandingkan dengan made in Germany. Babakan awal menjadi waktu yang
begitu menggenaskan bagi Soviet, satu setengah juta pasukannya menjadi tawanan dan
lebih banyak lagi yang tewas. Untuk mengatasi situasi yang genting tersebut, Soviet
membuat strategi Great Patriotic Warfare atau yang lebih diasosiasikan dengan Human
Wave Doctrine. Dalam film Enemy at The Gates, sebuah gambaran Tentang
Pertempuran Stalingrad, pertempuran terbesar sepanjang sejarah dimana tiga ratus prajurit
Jerman dan sekitar dua juta pasukan Soviet tewas ‘hanya’ di satu kota. Di sana, Soviet
merekrut para pemuda bahkan hingga pedalaman Pegunungan Ural. Pemuda-pemuda ini
diterjunkan ke peperangan dengan pelatihan yang sangat minim, peralatan mereka jauh
lebih minim lagi. Di film digambarkan bagaimana dua orang prajurit hanya diberi sepucuk
senapan, ketika seorang yang membawa senapan tewas tertembak, diharapkan orang yang
ada di belakangnya akan mengambil senapan dan menembak lawan. Setelah kehancuran
Red Army di akhir tahun 1941, Uni Soviet memang sangat kekurangan peralatan perang.
Namun dengan sistem kerja paksa dan pemindahan industri besar-besaran, akhirnya Uni
Soviet mampu menyusun kekuatannya kembali.Tahun 1942 merupakan tahun yang krusial
bagi Soviet, karena mereka diharuskan mampu melakukan regenerasi angkatan
bersenjatanya yang telah porak-poranda. Kementerian pertahanan memutuskan untuk
merekrut sebanyak-banyaknya tenaga manusia untuk angkatan bersenjata. Meskipun
mereka harus berangkat perang tanpa peralatan yang memadahi dan perbekalan minim.
Beruntung bagi Soviet, musim dingin tahun 1941 benar-benar membuat kekuatan Jerman
kacau. Pasukan Blitzkrieg yang datang ke Rusia tanpa persiapan musim dingin yang
memadahi harus bersusah payah menghadapi ‘General Winter’ yang mencekam. Tidak ada
yang tahu jumlah pasti korban pasukan Jerman akibat musim dingin yang ganas itu, namun
sepanjang akhir tahun 1941 hingga awal 1942 (yang nyaris hampir tidak ada pertempuran
frontal besar-besaran), sekitar enam ratus ribu pasukan Jerman tewas atau luka- luka.
Jumlah yang hampir seperlima dari seluruh angkatan perang Jerman yang diterjunkan ke
Russia.

c. Fire Power Focus (Inggris). Orang Inggris terkenal kolot, kaku, dan berhati-
hati. Sifat mereka ini begitu kentara ketika perang sedang berkecamuk. Jendral Montgomery
ketika melawan Rommel di Afrika Utara memilih untuk menahan serangan, bahkan mundur
jika perlu, sekedar untuk menanti peralatan perang mereka lebih dari cukup untuk memukul
mundur lawan. Ketika ia telah mempunyai lebih dari 600 pucuk meriam artileri dan sekitar
500 tank, Jenderal yang terkenal menjadi singa padang pasir itu barulah melakukan
pergerakan. Montgomery memilih untuk maju setindak demi setindak dalam menghadapi
Jerman. Mereka berfikir bahwa lebih baik mengorbankan logistik dari pada
menghamburkan sumber daya manusia. Dan memang, jika dibandingkan dengan negara lain
yang terlibat aktif Perang Dunia 2, Inggris adalah negara yang paling sedikit korbannya.
Montgomery berpikir nyaris seperti para Jendral Perang Dunia I.
41

Ia membombardir terlebih dahulu garis pertahanan Jerman sebelum serangan dilakukan,


kemudin melakukan serangan secara frontal dengan menggunakan tank dan infanteri yang
berkedudukan saling support. Cara seperti ini memang mahal dalam biaya, namun hal itu
sangat efektif untuk meminimalisir korban.

d. Carpet Bombing (USA). Amerika, di dalam Perang Dunia ke 2 adalah negara


yang paling mempunyai sumber daya baik manusia maupun alam yang paling melimpah.
Amerika juga terkenal dengan sikap orang-orangnya yang tidak sabaran, selalu ingin cepat
mendapatkan hasil meskipun dilakukan dengan sedikit boros dan ceroboh. Sifat-sifat itulah
yang barangkali juga mewarnai sepak terjang negara ini sewaktu perang. Jika ada hasil yang
mampu dicapai dengan cepat, sumber daya alam yang terbuang tidak menjadi masalah.
Selama Perang Dunia II, Amerika memproduksi pesawat pembom jarak jauh dalam jumlah
luar biasa banyak. Pesawat Pembom B25 misalnya dibuat dalam jumlah 9000 buah, belum
lagi varian B17 yang dibuat dalam jumlah 12000 buah. Pesawat-pesawat itulah yang di
kemudian hari sangat menentukan jalannya pertempuran di Eropa. Carpet Bombing adalah
metode pemboman secara masif dan besar-besaran pada suatu target. Satu serangan dapat
melibatkan 100-300 pembom sekaligus, atau lebih. Bom yang turun dari pesawat-pesawat
itu meluluh lantakan Tanah sehingga hampir tidak dapat lagi dikenali keasliannya.
Seakan-akan sebuah karpet diturunkan dari langit, menutupi tanah yang sebelumnya penuh
dengan kehidupan. Strategi Carpet Bombing ini sebenarnya kejam, namun tidak dipungkiri
bahwa strategi inilah yang telah mempercepat jalannya Perang Dunia ke 2 dalam hitungan
tahun. Di samping itu, korban jatuh (dari pihak kawan) dapat diminimalisir sekecil
mungkin. Jumlah korban pemboman ini walaupun sebenarnya dapat diakses oleh publik,
akan tetapi tidak pernah naik ke permukaan. Jerman dan Jepang adalah dua negara yang
paling menderita dari hasil Carpet Bombing, jumlah korban di kedua negara ini
mencapai angka jutaan orang. Dan tidak pernah ada yang mau mengusut kematian para
korban ini.

e. Kamikaze (Jepang). Jepang merupakan negara yang unik, tradisi mereka


akan kemiliteran sudah ada sejak jaman samurai dan terus diwariskan bahkan hingga Perang
Dunia ke 2. Jepang memang mempunyai tradisi kuat tentang harga diri, mereka lebih baik
mati daripada harus menanggung malu suatu kekalahan. Tradisi yang terlihat kuno ini
masih saja dipraktekan sepanjang perang dunia ke 2.Beberapa garnisium yang terjebak di
pulau-pulau pasifik memilih untuk melakukan Harakiri atau bunuh diri secara
masal.Namun, tidak ada yang lebih destruktif dari serangan Kamikaze. Serangan dengan
menabrakan pesawat ke kapal-kapal lawan. Kami Kaze atau Gami Kaze mempunyai arti
Angin Dewa. Idenya sederhana, meletakan cukup peledak di dalam sebuah pesawat dan
kemudian menyuruh seorang pilot untuk menabrakannya ke badan kapal lawan. Mirip
seperti rudal yang ada sekarang ini. Hanya saja pada waktu itu rudal roket belum atau tidak
banyak digunakan, hanya Jerman saja yang mempunyai teknologi untuk itu. Mengapa
Jepang sampai melakukan kamikaze? Jepang sebenarnya masih mempunyai cukup
persediaan pesawat tempur pada akhir masa perang. Hanya saja, mereka tidak punya cukup
sumber daya manusia untuk menerbangkannya. Melatih pilot pesawat tempur butuh waktu
yang lama, apalagi di masa perang, pelatihan itu harus dilakukan secara lebih intensif lagi.
Karena itulah, lebih mudah untuk melatih pilot ala kadarnya (sekedar dapat menerbangkan
pesawat) dan kemudian menyuruh mereka untuk menubrukan diri ke badan lawan. Bagi
pasukan Jepang di kala itu, mati untuk negara adalah sebuah kehormatan yang besar.
42

17. Strategi Operasi Barbarossa. Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota
Poros Eropa lainnya dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target
utama serangan kejutan ini adalah kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina dengan tujuan utama
mengakhiri kampanye 1941 dekat jalur Arkhangelsk- Astrakhan yang menghubungkan Laut
Kaspia dan Laut Putih. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan
militer, menghapus komunisme, menciptakan Lebensraum (ruang hidup) dengan memiskinkan
penduduk asli dan menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan
musuh- musuh Jerman yang tersisa. Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan
balasan strategis sebelum perang, Barbarossa memaksa komando tertinggi Soviet mengadopsi
pertahanan strategis. Sepanjang musim panas, Operasi Barbarossa berhasil menerobos jauh ke
dalam wilayah Soviet, mengakibatkan kerugian besar dalam hal personel dan material. Pada
pertengahan Agustus, Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman memutuskan menunda serangan
oleh Army Group Centre yang kecil dan mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu
tentara yang maju melintasi Ukraina tengah dan Leningrad. Serangan Kiev sukses besar dan
berakhir dengan pengepungan dan penghancuran empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan
pergerakan lebih lanjut di Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju. Sayangnya,
pembagian kekuatan ini membuat momentum serangan ke Moscow hilang, dan Sovyet memiliki
waktu untuk memperkuat diri. Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar
angkatan udaranya dari Perancis dan Mediterania tengah ke Front Timur membuat Britania
mempertimbangkan kembali strategi besarnya. Pada bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet
membentuk aliansi militer melawan Jerman. Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi
Koridor Persia dan ladang minyak Iran. Bulan Agustus, Britania Raya dan Amerika Serikat
bersama-sama meresmikan Piagam Atlantik. Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros
di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan Leningrad dan Sevastopol yang masih
berlanjut, sebuah serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur
sengit, pasukan Jerman hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang
lelah terpaksa menunda serangan mereka. Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan
Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai
Soviet, kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan
banyak sekali potensi militernya.

18. Evaluasi.
a. Jelaskan secara singkat strategi Perang Laut…!
b. Sebutkan Bentuk-bentuk Strategi dalam Perang Dunia II...!
c. Jelaskan secara singkat strategi Operasi Barbarossa…!
43

BAB IV
PERANG DARI GENERASI KE GENERASI

19. Umum. Dalam Perang masing-masing negara mempunyai strategi masing- masing untuk
memenangkan peperangan. Baik di darat, laut, maupun udara, para jenderal, marsekal dan
lakasamana, saling bersaing untuk mengungguli lawan-lawannya. Strategi biasa digunakan pada
tingkatan yang tinggi atau biasa disebut tingkatan startegis. Suatu tingkatan pada level eselon
tinggi di pemerintahan, atau Jenderal di Militer. Kebutuhan pada level tersebut karena setiap
keputusan yang akan diambil harus mempertimbangkan berbagai aspek yang lebih luas. Dalam
mengambil keputusan, aspek yang harus dipertimbangkan oleh seorang Danton berpangkat Letda
tentu lebih sedikit dibanding seorang Pangdam berpangkat Jenderal. Liddell Hart menyatakan
bahwa startegi adalah seni mendistribusikan dan menggunakan metode atau cara cara militer untuk
memenuhi tujuan akhir kebijakanyang diambil. Keberhasilan dari strategi tergantung terutama
kepada kalkulasi yang tepat serta koordinasi antara akhir dan metode yang digunakan (end dan
means). Dalam setiap peperangan pasti meninggalkan model bentuk strategi yang bisa dijadikan
pelajaran, seperti halnya pada kejadian Perang Pasca Perang Dunia II.

20. Strategi Blokade Laut pada Perang Malvinas. Blokade laut pada perang Malvinas
merupakan konsep Operasi Inggris. Tindakan pertama Inggris setelah kesatuan- kesatuannya tiba di
Atlantik Selatan adalah mengumumkan blokade laut yang meliputi seluruh perairan Malvinas
sampai 200 mil dari pantai sekeliling Malvinas. Blokade terutama dilakukan oleh kapal-kapal
selam nuklir kelas Swiftsure maupun Valiant yang senjata utamanya adalah torpedo kendali.
Dengan blokade ini maka jalur logistik bagi pasukan yang bertahan di Malvinas hanya dapat
dilakukan lewat udara. Dengan pesawat- pesawat C-130 dapat diangkut sekitar 800 ton perbekalan
sehari ke Malvinas. Setelah kekuatan utama Angkatan Tugas Inggris datang dengan H.M.S.
Invicible dan H.M.S. Hermes sebagai inti, maka blokade Malvinas diperketat dengan blokade
udara. AL Argentina yang kesiapan tempurnya rendahdan persenjataan kalah modern dari Inggris
tidak mau mengeluarkan suatu angkatan tugas untuk menebus/menantang blokade laut Inggris.
Kapal-kapalnya yang berlayar sendiri-sendiri dapat dengan mudah dihancurkan oleh Inggris. Kapal
penjelajah General Belgrano ditengglamkan oleh kapal selam H.M.S. Conqueror dengan terpedo
super silent “Tigerfish” sedangkan Sobral ditenggelamkan dengan rudal Sea SKUA yang
ditembakkan dari sebuah helikopter kecil Lynx. Usaha- usaha non kenvensionil dengan kapal
nelayan “Narwal” juga mengalami kegagalan. Inggris kemudian semakin menekan Argentina
dengan memperluas daerah blokade sampai batas 12 mil dari daratan Argentina. Dengan demikian
Inggris disamping dapat memutuskan jalur logistik ke Malvinas juga dapat memperparah keadaan
ekonomi Argentina. Dengan tindakan ini Inggris berusaha menekan Argentina untuk menyerahkan
kembali Malvinas tanpa perang. Akan tetapi bagaimanapun juga ketatnya blokade Inggris,
Argentina masih mampu menembusnya. Sebab setelah Argentina menyerah dapat terungkap bahwa
Argentina dapat mempertahankan pengiriman perbekalan dengan pesawat C-130 dan kapal angkut
“Formosa” berhasil menyelinap dan masuk pelabuhan port Stanley.

21. Strategi Perang Kota pada Perang Irak. Perang kota bukanlah perang yang mudah
karena ada beberapa kesulitan dalam melakukan perang kota.

a. Pertama, di perkotaan itu terdapat jumlah penduduk yang banyak, dan militer di
mana pun selalu berusaha untuk menghindari jatuhnya korban dari masyarakat sipil. Di
negara mana pun seperti itu, ada kewajiban moral tentara.
44

b. Kedua, banyaknya bangunan-bangunan akan menjadi hambatan bagi peninjauan.


Musuh tidak bisa melihat musuh yang lain dengan jelas, berbeda dengan di lapangan atau
hutan. Bangunan yang tinggi menjadi penghalang.

c. Ketiga, sulit meninjau musuh secara lebih detail karena ruangan-ruangan yang ada
di gedung bisa menjadi persembunyian bagi musuh. Untuk melumpuhkan musuh
dibutuhkan waktu yang lebih lama dan tenaga lebih banyak, serta amunisi lebih banyak
karena mereka harus melihat kamar demi kamar.

d. Keempat, kebebasan untuk menembak sangat terbatas. Kalau di tempat terbuka


kita mudah menembak orang yang jaraknya, misalnya, tiga kilometer, kalau di kota sulit.
Seperti tank-tank, hanya mungkin menembak gedung yang berhadapan langsung. Gedung
yang di belakangnya tidak bisa lagi ditembak. Hal ini akan memaksa tentara untuk
mendekati sasarannya. Istilahnya dalam militer, lapangan penembakan yang sangat terbatas.

Karena itulah, praktis pertempuran kota memakan waktu yang lebih banyak. Dari blok per blok
jangan terlewatkan karena bisa saja kalau satu blok terlewati, tiba-tiba musuh dari belakang
menembak sehingga harus balik lagi. Apalagi perang kota melawan tank. Tank itu sangat
rawan dengan senjata-senjata antitank. Senjata antitank yang dibawa oleh satuan infanteri sangat
mudah dibawa ke gedung-gedung untuk bersembunyi. Dengan demikian, mudah ditembakkan.
Saya kira Irak itu mempunyai cukup banyak RPG (granat yang diluncurkan roket) yang merupakan
senjata anti tank. Itu saya kira yang akan menjadi kesulitan bagi Amerika Serikat (AS) apabila
menerobos masuk ke kota. Sebab itu, untuk menghindari terlalu banyak jatuhnya korban,
kemungkinan mereka akan menerapkan strategi pengepungan dari gedung ke gedung. Tetapi, ini
akan memakan waktu yang lama. Itu risiko yang harus dihadapi dalam suatu pertempuran kota,
apalagi rakyat Irak sudah melaksanakan suatu perencanaan gerilya kota. Itu akan lebih mempersulit
AS karena rakyatnya sudah ikut, bukan hanya tentara. Hal ini bisa membuat perang
berkepanjangan. Di Irak kondisinya lebih tidak mudah karena bercampur antara pasukan Pengawal
Republik dan Fedayeen (pasukan bunuh diri). Terlebih lagi, buat rakyat Irak mati itu sudah
merupakan syahid. Ini suatu keyakinan agama yang mulanya kurang mendapatkan perhitungan
cermat dari AS. Strategi yang harus dilakukan untuk mengatasi perang kota itu adalah melakukan
operasi pengepungan. Kuncinya, bagaimana bisa dilakukan pengepungan sehingga bisa
melumpuhkan secara perlahan. Setelah itu, dilaksanakan operasi-operasi penyergapan masuk ke
dalam kota untuk mencari Presiden Irak Saddam Hussein. Kalau dilakukan serangan frontal, itu
tidak akan efektif karena risikonya akan jatuh banyak korban, juga korban dari rakyat sipil. Seluruh
Baghdad harus dikepung, jangan sampai ada yang lari keluar sehingga bisa dihindarkan datangnya
bantuan dari luar. Kemudian dilaksanakan operasi-operasi skala kecil untuk mencari lokasi
Saddam. Salah satu faktor penting lain dalam perang kota adalah dukungan rakyat. Akan tetapi,
bagi AS, sulit untuk membujuk rakyat Baghdad sekarang ini untuk mendukung pasukan AS dan
sekutunya karena sentimen masyarakat Baghdad sangat kuat, terutama akibat jatuhnya korban sipil
yang cukup besar. Apalagi mereka juga harus mengalami embargo ekonomi yang begitu lama
sehingga menimbulkan penderitaan berkepanjangan. Sentimen masyarakat Baghdad terhadap AS
begitu tinggi dan dalam sehingga praktis sulit untuk meminta dukungan mereka. Dengan taktik
breakthrough operationnya, yaitu menerobos dengan cepat ke Baghdad dengan menghindari
hambatan-hambatan di Basrah dan kota-kota kecil lainnya, memang terlihat AS dan sekutunya
tidak bermaksud menduduki Irak. Tetapi, sampai ke tujuan langsung untuk menjatuhkan Saddam
Hussein yang berada di Baghdad. Oleh karena itu, setelah bisa melakukan pengepungan terhadap
Kota Baghdad, taktik AS nanti adalah mulai
45

memisahkan kelompok-kelompok yang pro Saddam dan mana yang tidak terlalu mendukung
Saddam. Pasti ada kelompok-kelompok yang benci AS, tetapi juga tidak suka dengan Saddam.
Satu-satunya cara untuk mempermudah perang kota adalah harus dipisahkan antara mana yang
benar-benar lawan dan mana yang bukan. Harus disiapkan mana daerah-daerah yang netral atau
steril. Biasanya juga, dalam perang kota seperti itu, rakyat akan mencari daerah yang steril atau
netral untuk berlindung. Saya yakin nanti pasti akan terjadi penggantian pasukan AS bila perang
gerilya kota sudah terjadi. Perlu diketahui bahwa pasukan AS itu besar dan disiapkan untuk
menghadapi dua kampanye sekaligus di dua daerah di dunia ini. Secara nasional begitu doktrin
mereka. Irak itu, kan, baru satu kampanye. Memang yang menjadi pemikiran nanti adalah
bagaimana memelihara dukungan rakyat AS sendiri. Jangan sampai terjadi seperti di Vietnam. Di
Vietnam, AS bukan kalah perang, tetapi didesak oleh rakyatnya karena mereka tak tahan melihat
begitu banyaknya korban tentara AS. Meskipun Irak kini memiliki peralatan perang yang sangat
terbatas, kemampuan untuk bergerilya kota melawan pasukan AS akan lebih banyak ditentukan
oleh kemampuan manusianya. Memang persenjataan itu penting, tetapi yang paling penting adalah
semangat manusianya. Kita lihat bagaimana Palestina bisa menandingi Israel. Itu adalah contoh
sekaligus bukti nyata. Satu hal yang perlu kita perhatikan lagi, Rusia akhirnya mundur dari
Afganistan. Memang ketika itu Taliban mendapat bantuan dari AS, tetapi tidak terlepas dari
semangat berjuang masyarakatnya sendiri. Selain itu, meskipun persenjataan Irak kini sudah
semakin minim sebagai akibat dari Perang Teluk I dan embargo bertahun-tahun sehingga tidak bisa
mendapatkan persenjataan baru, persediaan senjata di pasar gelap sangat banyak. Kelompok-
kelompok avonturir yang lebih memikirkan untung itu banyak. Selain itu, kita juga belum banyak
melihat tank-tank Irak dikeluarkan. Padahal, sebelum Perang Teluk I dulu, Irak mempunyai tak
kurang dari 4.500 tank. Kalau setengahnya saja hancur dalam Perang Teluk I, dan sebagian lainnya
rusak karena tidak dirawat atau terjadi kanibalisasi, setidaknya Irak masih mempunyai 2.000 buah
tank. Di mana tank-tank itu? Itu yang harus menjadi perhatian kita. Irak mungkin memang sudah
menyiapkan tank-tank itu untuk perang kota. Kalau terjadi perang tank, bisa saja perang kota
menimbulkan kerusakan lebih besar di lingkungan perkotaan itu. Tetapi, saya kira itu juga bisa
dihindari dengan cara bagaimana mengepung blok per blok, dari pintu ke pintu. Dengan demikian,
memang dibutuhkan kesabaran juga karena harus ekstra hati-hati. Keberadaan bungker akan sangat
menolong Irak, tetapi itu juga bisa dideteksi.

22. Strategi Korea Utara dalam Perang. Serangan dadakan (pre emptive strike) yang
dilancarkan sebelum pasukan musuh menyiagakan pasukannya untuk memenangkan pertempuran
merupakan taktik dan strategi perang yang dijamin selalu berhasil. Umumnya pasukan yang akan
berperang susah payah mengumpulkan personel dan persenjataan dalam waktu lama. Lalu kalau
semua persenjataan dan personel sudah siap dan hanya melancarkan perang urat saraf tapi tidak
segera melakukan aksi justru memiliki kelemahan fatal. Pasukan Korea Utara selalu mengambil
inisiatif dalam perang, diantaranya :

a. perang Korea (1950-1953);


b. menggempur Pulau Yeonpyeong, Korsel (2010); dan
c. menembakkan meriam altileri ke perairan Korsel saat pasukan AS-Korsel latihan
perang (31/3/2014), kembali menembakkan meriam altileri ke wilayah Korsel (20/2/2016).

Korut bahkan berani menganggap atau meremehkan jika kekuatan militer AS dan Korsel lemah.
Meremehkan pasukan musuh sebenarnya merupakan kelemahan fatal bagi strategi tempur. Apalagi
jika pasukan dan persenjataan sudah disiapkan tapi para petinggi yang memegang kendali tempur
masih sibuk membahasnya. Mereka bahkan masih
46

mendebatkan strategi tempur paling tepat dan mengabaikan pasukan musuh yang sebenarnya sudah
siap menyerang. Dalam posisi seperti itulah komando tempur tertinggi memiliki kelemahan fatal
karena tidak segera menyerang dan kondisi kekuatan tempurnya malah seperti angsa yang sedang
tidur (sitting duck). Padahal pada saat yang sama, pasukan lawan yang hanya mengerahkan
pasukan terbatas sedang bergerak cepat melancarkan serangan dadakan. Jika pada serangan
dadakan gelombang pertama itu para petinggi yang pemegang kendali dan strategi tempur, serta
persenjataan yang masih ‘’tidur’’ berhasil dilumpuhkan, maka semuanya menjadi ikut tidak
berdaya. Kendali dan komando tempur sudah hilang sehingga kesempatan untuk melakukan
serangan balasan, apalagi memenangkan peperangan dan menguasi wilayah lawan jadi gagal total.
Jadi serangan pre emtive strike alias serangan dadakan kuncinya adalah kemampuan menyerang
lawan ketika sedang dalam kondisi paling lengah, sedang tidak siap tempur, meskipun sudah
menggelar persenjataan dalam jumlah besar. Bahkan lebih besar dari jumlah persenjataan musuh
yang menyerang.

23. Strategi Perang Gerilya di Afganistan. Strategi perang gerilya diterapkan oleh
pasukan muslim di Afganistan, yakni dengan membangun basis pertahanan di atas gunung.
Pasukan muslim terdiri dari para mujahidin Afghan dan Arab sedangkan pasukan komunis terdiri
dari tentara Uni Soviet dan tentara Afghanistan yang berhaluan komunis. Pasukan muslim pada saat
itu berjumlah sekitar 70 orang sementara pasukan Uni Soviet berjumlah sekitar 10.000 orang.
Pertempuran ini terjadi di sebuah gunung di wilayah Jaji. Pertempuran ini ibarat David melawan
Goliat di mana jumlah para mujahidin hanya sekitar 70 orang sementara jumlah tentara Uni Soviet
terdiri dari ribuan orang yang bersenjata lengkap dan canggih. Oleh karenanya seperti ibarat
dongeng, pertempuran ini sulit dicerna akal sehat. Bagaimana tidak tentara Uni Soviet yang
sangat banyak dan terlatih ditambah dengan pasukan khusus Spetsnaz melawan pasukan muslim
yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Walaupun pasukan muslim berada di atas gunung, sementara
pasukan komunis berada di bawahnya, akan tetapi sulit sekali rasanya untuk melawan 10.000
tentara Uni Soviet yang didukung peralatan perang yang lengkap dan canggih. Pertempuran ini
berawal ketika pesawat-pesawat tempur Uni Soviet berjenis Sukhoi dan Mig terbang di atas
gunung untuk mengetahui basis pertahanan pasukan muslim. Pesawat-pesawat komunis tersebut
kemudian menggempur lokasi pertahanan mereka. Pasukan muslim membalasnya dengan
menembakkan senapan mesin Zakoyak sehingga berhasil mengusir pesawat-pesawat tempur Uni
Soviet. Pasukan komunis yang berada di bawah kemudian meluncurkan serangan roket dan bom ke
arah pertahanan pasukan muslim yang berada di atas. Saking besarnya intensitas serangan roket
dan bom, gunung pun menjadi berguncang. Pasukan muslim sudah menyiapkan pertahanan dan
kamuflase dengan membuat semacam goa bawah tanah yang berkedalaman sekitar
6 meter untuk berlindung. Walaupun demikian pasukan muslim tetap mengalami kelelahan fisik
yang sangat berat karena pertempuran yang sangat dahsyat dan mengerikan.

24. Evaluasi.
a. Jelaskan secara singkat Strategi Blokade Laut pada Perang Malvinas…!
b. Apa saja inisiatif yang diambil oleh Pasukan Korea Utara dalam setiap
Perang..!
c. Jelaskan secara singkat Strategi Perang Gerilya di Afganistan…!
47

BAB V
TINGKAT PERENCANAAN PERANG

25. Umum. Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi
permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk
melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai
pertikaian bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan
industri. Hal ini tercermin dari doktrin angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai
ketinggian maka menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus
dicapai oleh teknologi. Namun kata perang tidak lagi berperan sebagai kata kerja, tetapi sudah
bergeser pada kata sifat. Yang memopulerkan hal ini adalah para jurnalis, sehingga lambat laun
pergeseran ini mendapatkan posisinya, tetapi secara umum perang berarti "pertentangan".
Sepanjang sejarahnya, manusia telah membuktikan diri sebagai produsen penderitaan yang ulung.
Makin maju peradaban, makin mangkus dan besar-besaran penderitaan yang ditimbulkan. Saluran
yang dipakai untuk menimpakan penderitaan bermacam-macam, mulai dari politik, militer, hukum,
kejahatan, sosial, ekonomi, dan agama. Jean Pictet sebagaimana yang dikutip oleh Mochtar
Kusumaatmadja mengatakan bahwa suatu kenyataan yang menyedihkan selama 3400 tahun sejarah
tertulis, umat manusia hanya mengenal 250 tahun perdamaian. Perang menjadi salah satu bentuk
perwujudan dari naluri untuk mempertahankan diri yang dianggap baik dalam pergaulan
antarmanusia maupun antarbangsa. Selama 5600 tahun terakhir manusia telah menggelar 14.600
perang. Hal ini menandakan bahwa konflik bersenjata atau perang telah ada dan terjadi ribuan
tahun yang lalu meskipun berbeda situasi dan derajatnya dengan konflik bersenjata pada masa
kini.

26. Grand Strategi disebut juga Strategi Raya terdiri dari "tujuan kerja dari semua
instrumen kekuasaan tersedia bagi komunitas keamanan". Jadi Strategi Raya merupakan proses
dimana tujuan dapat diwujudkan. Strategi Raya militer meliputi perhitungan sumber daya ekonomi
dan tenaga manusia. Hal ini juga mencakup sumber-sumber moral, yang kadang kala disebut
nasional. Isu-isu strategi raya biasanya meliputi pilihan primer sekunder versus teater dalam
perang, distribusi sumber daya di antara berbagai layanan, jenis umum manufaktur persenjataan
untuk kebaikan, dan aliansi internasional terbaik yang sesuai dengan tujuan nasional. Ini memiliki
banyak tumpang tindih dengan kebijakan luar negeri, tetapi strategi raya memfokuskan pada
implikasi kebijakan militer. Beberapa telah memperluas konsep strategi raya untuk
menggambarkan strategi multi-tier pada umumnya, termasuk pemikiran strategis di tingkat
korporasi dan partai politik. Strategi raya biasanya diarahkan oleh kepemimpinan politik suatu
negara, dengan input dari pejabat militer paling senior. Karena ruang lingkup dan jumlah orang
yang berbeda dan kelompok-kelompok yang terlibat, grand strategi biasanya masalah catatan
publik, meskipun rincian pelaksanaan (seperti tujuan langsung aliansi tertentu) sering tersembunyi.
Pengembangan suatu strategi raya bangsa dapat memperpanjang selama bertahun-tahun atau
bahkan beberapa generasi. Dalam Bisnis, Organisasi juga memiliki strategi raya. Strategi raya
adalah rencana umum tindakan utama oleh sebuah organisasi yang bertujuan untuk mencapai
tujuan jangka panjang Jadi grand strategi tidak menggambarkan apa yang akan dilakukan oleh
siapa, itu lebih berfokus pada apa yang organisasi ingin lakukan dan bagaimana mereka akan
melakukannya. Adapun empat fungsi strategi raya adalah:
a. Mendukung tujuan nasional, yang pada tingkat tertinggi melibatkan peningkatan
kebugaran, sebagai suatu keseluruhan organik, untuk membentuk dan mengatasi lingkungan
yang senantiasa berubah.
48

b. Memacu tekad.
c. Mengakhiri konflik.
d. Pastikan bahwa konflik dan perdamaian tidak menyediakan benih untuk
Konflik pada masa depan.
Contoh dari Grand Strategi atau Strategi Raya :

1) Anglo-Zulu. Sebuah contoh dalam sejarah dari keputusan iniadalah Raja


Cetshwayo dan Kerajaan Zulu berkemah untuk menyerang tentara Inggris pada
Pertempuran Isandlwana pada tahun 1879, ini akan memastikan Inggris akan
mengambil pendekatan yang lebih agresif untuk invasi pada masa depan, yang
menyebabkan akhirnya kemenangan mereka di Pertempuran Ulundi.

2) Perang Dunia II. Sebuah contoh klasik strategi raya modern adalah
keputusan Sekutu di Perang Dunia II untuk berkonsentrasi pada kekalahan pertama
Jerman. Keputusan, kesepakatan bersama yang dibuat setelah serangan Pearl Harbor
telah menarik Amerika Serikat ke dalam perang, adalah masuk akal di Jerman yang
paling kuat anggota Axis, dan secara langsung mengancam kelangsungan hidup
Kerajaan Inggris dan Uni Soviet. Sebaliknya, sementara penaklukan Jepang
mengumpulkan cukup banyak perhatian publik, kebanyakan di daerah-daerah
kolonial yang dianggap kurang penting oleh para perencana dan pembuat
kebijakan. Spesifikasi strategi militer Sekutu dalam Perang Pasifik karena itu
dibentuk oleh sumber daya yang tersedia, lebih kecil bagi komandan perang teater.
3) Perang Dingin. Sebuah contoh yang lebih baru dari strategi raya adalah
kebijakan pengurungan yang digunakan oleh AS dan Inggris selama Perang Dingin.

27. Strategi perang. Strategi Perang adalah penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan
perang. Strategi adalah kunci pelaksanaan perang dan dikuasai oleh prinsip-prinsip yang
menetapkan agar kekuatan besar melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh yang lemah
untuk menghasilkan kemenangan. Proses dalam Strategi Perang melalui tahapan diantaranya ;
a. Menentukan tujuan keamanan nasional sebagai dasar proses strategi.
b. Merumuskan strategi raya, lebih dikenal dengan istilah kebijakan.
c. Mengembangkan strategi militer.
d. Merancang strategi operasi.
e. Merumuskan strategi medan tempur, lebih dikenal dengan istilah taktik. Strategi
Perang dalam pelaksanaan operasi perang terbagi dalam tiga posisi yang sangat
menentukan sebagai berikut :

1) Darat. Posisi merupakan masalah dalam strategi. Strategi membedakan


posisi garis luar dan posisi garis dalam. Negara berada pada posisi garis luar
apabila dapat mengepung lawan atau musuhnya. Posisi garis dalam adalah posisi
satu negara yang menghadapi kemungkinan permusuhan dari negara di
sekelilingnya. Jerman pada perang dunia berada pada posisi garis dalam. Yang
terjadi pada perang dunia I Jerman bersekutu dengan Austria, keduanya terletak di
Eropa Tengah. Mereka menghadapi Prancis dan Inggris di bagian barat, Rusia di
bagian timur, dan Italia di bagian selatan. Pada perang dunia II, Jerman bersekutu
dengan Italia menghadapi Prancis dan Inggris di bagian barat, Polandia dan Uni
soviet di bagian timur. Prancis dalam kepemimpinan Napoleon Bonaparte
49

sering kali berada di posisi garis dalam. Untuk memperoleh kemenangan, pada
posisi garis dalam membutukan kemampuan manuver yang cepat dengan daya
pukul yang tinggi sedangkan pada posisi garis luar memerlukan koordinasi dan
komunikasi yang baik untuk mempertahankan dan memanfaatkan posisinya.
Namun sulit untuk mengkoordinasikan dua atau lebih negara yang berbeda,
meskipun mereka bersekutu. Selalu ada kesalahpahaman akibat dari prestis dan
kebanggaan nasional masing- masing.

2) Laut. Kekuatan maritim sangat penting untuk mengembangkan Kekuasaan


negara maupun menjamin kesejahteraannya. Pengembangan kekuasaan negara lebih
mudah dilakukan melalui laut daripada darat, seperti Kekuasaan Spanyol atas dunia
pada abad ke-16. Kekuasaan Spanyol direbut Inggris yang bersemboyan Inggris
harus menguasai lautan untuk menguasai dunia meskipun surut pada abad ke-20.
Negara lain, seperti Prancis dan Jerman juga ingin menguasai dunia dengan
membangun armada lautnya. Pertempuran laut merupakan sebab terjadinya perang
antara Prancis dan Inggris. Negara yang ingin menguasai dunia selalu membangun
armada laut. Kekuatan armada laut sebelum perang dunia II ditentukan oleh
jumlah kapal tempur yang besar dan dilengkapi daya tembak, daya gerak, dan
daya penahan. Pada perang dunia I berkembanglah kapal induk akibat
perkembangan pesawat terbang untuk menyerang musuh atau lawannya dari jarak
jauh. Pada perang dunia II, pertempuran laut dimenangkan oleh pihak yang memiliki
banyak kapal induk yang dapat mengirimkan pesawat terbang berkali-kali untuk
menyerang musuh, seperti: pertempuran laut Midway di samudra Pasifik antara
armada Jepang dan Amerika Serikat. Meskipun berhasil menyerang pangkalan AS
Pearl Harbor pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang tidak dapat menghancurkan
kapal induk AS. Sementara, Jerman mengembangkan strategi pertempuran laut
dengan menggunakan kapal selam untuk memenangkan pertempuran dengan
Inggris. Pada perang dingin, peran kapal selam menjadi sangat penting. Strategi di
laut adalah membangun kekuatan maritim yang berkembang dengan peningkatan
kemampuan teknologi.

3) Udara. Pada permulaan abad ke-20, sejak perang dunia I pesawat terbang
telah dimanfaatkan dalam perang. Pesawat terbang dapat mengubah cara berperang
secara radikal karena dapat menyerang langsung ke pusat pemerintahan lawan atau
musuh. Kekuatan udara harus mengalahkan dan menghancurkan kekuatan udara
lawan atau musuh, terlebih dahulu agar kekuatan lawan atau musuh dapat
dikalahkan meskipun memiliki angkatan darat dan angkatan laut yang besar dan
kuat. Fungsi utama kekuatan udara adalah menyerang basis industri dan keutuhan
sosial musuh. Strategi udara terbukti banyak meleset seperti di pertempuran
Britania, Dresden, dan Vietnam tetapi terbukti kebenarannya ketika AS
menggunakan bom atom yang dijatuhkan di Nagasaki dan Hiroshima pada perang
dunia II. Perkembangan teknologi baru, yaitu penembakan dengan ketepatan
maksimal jarak jauh, dipraktikkan dalam Perang Teluk I dan perang Irak. Kekuatan
udara menjadi lebih penting dengan adanya perkembangan peluru kendali dan roket.

28. Operasi militer ialah sebuah aksi perencanaan dan pengaturan angkatan militer. Operasi
militer sering melibatkan operasi udara, operasi darat, dan operasi laut; biasa
50

untuk tujuan keamanan. Operasi militer merupakan konsep dan penerapan ilmu militer yang
melibatkan operasi untuk merencanakan manuver pasukan yang diproyeksikan sesuai ketentuan,
layanan, pelatihan, dan fungsi administrasi. Staf operasi memainkan peran utama dalam proyeksi
kekuatan militer dengan spektrum konflik di Darat, di Udara, atau di Laut. Operasi militer
terkoordinasi adalah tindakan militer suatu negara dalam menanggapi situasi yang berkembang,
sebagai rencana militer. Operasi militer sering dikenal sebagai tujuan operasional. Kerangka kerja
untuk operasi diatur sesuai matra di angkatan bersenjata. Angkatan bersenjata yang menyiapkan
dan melakukan operasi pada berbagai tingkat perang. Secara umum ada korelasi antara ukuran
unit, wilayah operasi, dan ruang lingkup misi, meskipun tidak mutlak.

Strategi operasi adalah seni dan ilmu dalam merencanakan, memadukan, dan
mengendalikan pertempuran militer dalam sebuah mandala operasi militer. Operasi militer dapat
diklasifikasikan oleh skala dan ruang lingkup kekuatan, dan dampaknya terhadap konflik yang
lebih luas. Lingkup operasi militer dapat berupa:

a. Teater: menggambarkan suatu operasi lebih besar, sering kali wilayah operasi
kontinental dan strategis nasional merupakan komitmen terhadap konflik seperti Operasi
Barbarossa, dengan tujuan umum yang mencakup pertimbangan di luar bidang militer
seperti ekonomi dan dampak politik.
b. Kampanye: menggambarkan himpunan bagian dari operasi teater, atau yang lebih
terbatas pada geografis dan komitmen strategis operasional seperti Pertempuran Britania
Raya, dan tidak harus merupakan komitmen nasional sampai konflik, atau memiliki tujuan
yang lebih luas di luar dampak militer.
c. Operasional pertempuran: menggambarkan himpunan bagian dari kampanye yang
akan memiliki spesifik sasaran militer dan sasaran geografis, serta jelas penggunaan
kekuatan seperti Pertempuran Gallipoli, yang secara operasional merupakan operasi
gabungan operasi, dikenal sebagai "Pendaratan Dardanella"sebagai bagian dari Operasi
Dardanella, tempat sekitar 480.000 pasukan Sekutu mengambil bagian.
d. Pertempuran: menggambarkan peristiwa tempur taktis di wilayah tertentu, misalnya
Pertempuran Kursk, yang juga dikenal dari sebutan sebagai Operasi Benteng Jerman,
termasuk banyak perjanjian terpisah, beberapa di antaranya telah digabungkan dalam
Pertempuran Prokhorovka. "Pertempuran Kursk" selain menggambarkan awal operasi
serangan Jerman, juga termasuk dua operasi kontra-serangan Soviet yaitu Operasi Kutuzov
dan Operasi Polkovodets Rumyantsev.

Operasi pada tingkatan perang, Tingkat operasional perang berada di antara kampanye
fokus strategis dan taktik dari sebuah perjanjian atau pertempuran. Ini menggambarkan "tingkat
menengah yang berbeda perang antara strategi militer, perang yang mengatur secara umum,
dan taktik, melibatkan individu pertempuran." Sebagai contoh selama Perang Dunia II, konsep
diterapkan untuk menggunakan Tank Tentara Soviet. Sebuah rencana operasi militer (juga disebut
rencana perang) adalah suatu rencana formal untuk angkatan bersenjata, organisasi militer dan unit-
unit untuk melakukan operasi, yang disusun oleh komandan dalam proses operasi tempur untuk
mencapai tujuan sebelum atau selama konflik. Rencana militer umumnya disesuaikan dengan
doktrin militer yang terlibat. Rencana Schlieffen adalah contoh rencana militer dari Perang Dunia I
yang telah dikembangkan di Amerika Serikat pada awal abad ke-20.
51

29. Taktik Perang. Taktik Perang adalah cabang ilmu militer berurusan dengan manuver rinci
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh strategi. Taktik juga merupakan rencana untuk
mencapai tujuan tertentu. Taktik perang adalah penggunaan kekuatan bersenjata untuk
menjalankan pertempuran. Taktik perang sebagai ilmu dan seni tentang pelaksanaan manuver
pasukan dan penggunaan alat senjata untuk memenangkan pertempuran. Strategi medan tempur,
terkenal dengan istilah taktik. Merumuskan dan melaksanakan taktik adalah sangat penting dalam
sebuah pertempuran karena sebuah negara pun masih bisa kalah dalam medan
pertempuran meskipun strategi perang yang sudah terkoordinasi baik, strategi militer yang
tepat, dan strategi operasi yang terancang baik.
Konsep Taktik Perang, Sebelum abad ke-19, banyak taktik yang terbatas pada medan
perang, seperti bagaimana manuver terbaik selama pertempuran di medan terbuka. Dalam
pemikiran militer saat ini, taktik adalah tingkat terendah perencanaan, melibatkan unit-unit kecil
mulai dari beberapa puluh hingga beberapa ratus orang. Unit tersebut disusun dalam formasi, terdiri
dari tiga tingkat perencanaan yaitu:
a. Strategi, yang berkenaan dengan keseluruhan sarana dan rencana untuk
mencapai kemenangan perang.
b. Operasi perang untuk mengubah strategi menjadi taktik.
c. Taktik, yang berkenaan dengan kemenangan pertempuran.
Ketiganya mempunyai hubungan timbal balik. Ada taktik khusus untuk berbagai situasi,
mulai dari mengamankan ruangan atau bangunan, untuk operasi skala besar seperti membangun
superioritas udara di atas suatu wilayah. Taktik militer bekerja pada semua tingkat komando, dari
individu dan kelompok, sampai seluruh angkatan bersenjata. Jenis Taktik terdiri dari Serangan dan
pertahanan merupakan dua kegiatan utama dalam perang.

1) Serangan. Serangan adalah sebuah operasi militer yang berusaha melalui


agresif angkatan bersenjata untuk menduduki wilayah, memperoleh atau mencapai
tujuan strategis yang lebih besar, operasional atau tujuan taktis. Istilah lain untuk
sebuah serangan yang sering dipakai oleh media adalah invasi. Pada dasarnya
serangan dilakukan dengan kekuatan fisik. Serangan dapat dilakukan dengan
kekuatan lain seperti kekuatan ekonomi, kekuatan budaya, kekuatan politik dan
kekuatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Serangan itu dianggap sebagai sarana
unggulan untuk menghasilkan kemenangan dan dapat dilancarkan di darat, di laut
atau di udara.

a) Kekuatan Darat. Serangan angkatan darat, sebagai kekuatan darat,


seperti kavaleri(pasukan berkuda) Mongol yang bergerak dari markasnya di
Asia Tengah dan berhasil merebut dan menguasai banyak bagian di Eropa
dan Asia. Begitu pula dengan Napoleon Bonaparte, Kaisar Prancis pada
akhir abad ke-18 dan awal abad ke- 19 memiliki kemampuan untuk
menyusun kekuatan darat yang menguasai hampir seluruh Eropa dan
kandas ketika menyerang Rusia. Pengembangan serangan Napoleon pada
tingkat strategi bahwa operasi serangan dapat dilakukan dengan operasi garis
dalam yaitu mengkonsentrasikan serangan terhadap bagian lemah dari musuh
sambil memberikan perlawanan seperlunya terhadap kekuatan utama
serangan musuh. Kecepatan gerak dan daya pukul yang tinggi merupakan
kunci sukses operasi garis dalam. Cara berperang Napoleon seperti ini yang
menjadi bahan dan dasar bagi penyusun teori ilmu perang. Pengembangan
pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
52

(1) Serangan Frontal, pasukan penyerang menyerang dari depan


dan berusaha menghancurkan dengan kekuatan bagaikan ombak.
Serangan ini seperti serangan pasukan Korea Utara terhadap
Korea Selatan pada tahun 1950;
(2) Serangan Satu lambung, musuh ditahan dari depan dengan
kekuatan minimal, sdangkan kekuatan utama digerakkan menyerang
satu lambung musuh dan menghancurkannya. Serangan Letjen Erwin
Rommel ketika merebut kota Tobruk di Afrika bagian utara
pada tahun 1941 menggunakan serangan ini;
(3) Serangan Dua Lambung, dilakukan serupa dengan serangan
satu lambung tetapi kekuatan utama dibagi dua untuk menyerang
lambung kanan dan lambung kiri;
(4) Serangan melingkar, dilakukan dengan menggerakkan
kekuatan utama pasukan penyerang ke belakang pertahanan musuh
dan menyerang serta menghancurkannya dari belakang. Serangan
Jerman terhadap Prancis pada perang dunia I;
(5) Serangan Penetrasi, dilakukan dengan menggerakkan
kekuatan utama untuk menembus garis pertahanan musuh dengan
cepat. Yang pertama menggunakan serangan ini adalah Jerman pada
perang dunia II;
(6) Serangan Perembesan, dilakukan dengan menerobos melalui
lubang-lubang pertahanan musuh dalam kelompok- kelompok relatif
kecil yang kemudian bergabung di tempat yang telah ditentukan.
Pasukan China menggunakan serangan ini untuk menghadapi
pasukan Amerika Serikat dalam perang Korea;
(7) Serangan Lintas Udara, dilakukan dengan menerjunkan
pasukan di daerah belakang atau lambung pertahanan musuh.
Serangan ini telah dilakukan pasukan Amerika Serikat dan sekutunya
dalam perang dunia II dan dinamakan Operation Market Garden pada
tahun 1944;
(8) Serangan Pendaratan Amphibi, dilakukan dengan
mendaratkan pasukan di pantai wilayah musuh seperti pendaratan
amfibi Sekutu Barat di Pantai Normandi Prancis Barat yag
dinamakan Overlord Operation pada tahun 1944 dibawah pimpinan
Jenderal Dwight Eisenhower; dan
(9) Serangan Dalam, merupakan serangan gabungan. Konsep
serangan ini lahir untuk menghadapi kemungkinan serangan Uni
Soviet di Eropa Barat. Serangan AS ke Irak pada tahun 2003
merupakan contoh pertama dalam sejarah yang mempraktikkan
konsep serangan dalam.
53

b) Kekuatan Laut. Serangan angkatan laut, sebagai kekuatan


maritim, seperti Jepang menyerang Pearl Harbor, dapat memiliki implikasi
luas bagi strategi nasional, dan memerlukan komitmen logistik yang
signifikan untuk menghancurkan kemampuan angkatan laut musuh. Juga
dapat digunakan untuk memblokade logistik musuh, seperti Pertempuran
Atlantik kedua (1939-1945). Serangan angkatan laut juga dapat taktis di
alam seperti Operasi Coronado IX yang dilakukan oleh Angkatan Laut
Amerika Serikat Mobile Riverine Force selama Perang Vietnam.
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa bentuk:
(1) Penguasaan Laut, dilakukan dengan membangun armada yang
besar dan kuat karena setiap negara berusaha menguasai lautan,
seperti Pertempuran Ain Jalut;
(2) Interdiksi, merupakan gerakan untuk mengganggu
keleluasaan musuh dalam penggunaan lautan. Pada perang dunia I,
kapal jelajah Jerman, Emden membuat lalu lintas di Samudra
Hindia tidak aman bagi Inggris; dan
(3) Blokade, dilakukan dengan menggunakan kapal perang yang
berjaga di depan pelabuhan atau dipasang daerah ranjau yang
menimbulkan kekhawatiran kapal angkut musuh yang mau masuk
atau keluar pelabuhan. Sebelum menyerang Irak, AS melakukan
blokade terhadap Irak agar tidak dapat mengekspor minyaknya dan
tidak dapat mengimpor bahan keperluannya.

c) Kekuatan Udara. Serangan udara, sebagai kekuatan udara,


merupakan sebuah operasi yang menggambarkan sejumlah jenis operasi,
biasanya terbatas pada jenis pesawat. Penyerangan dilakukan dengan
menggunakan pesawat tempur, sebagian besar, berkaitan dengan
membangun superioritas udara dalam suatu ruang udara, atau atas suatu
wilayah tertentu. Sebuah serangan bom dikenal sebagai serangan
strategis pengeboman, dan digunakan oleh Sekutu selama Perang Dunia II
dalam skala besar. Penggunaan pesawat serangan darat untuk mendukung
serangan tanah dapat dikatakan serangan udara, seperti yang dilakukan pada
tahap pembukaan Tentara Merah Operasi Kutuzov dan Rumyantsev ketika
ratusan pesawat digunakan secara massal untuk mengalahkan pasukan darat
Wehrmacht.
Saat perang dunia II, taktik awal Amerika Serikat untuk pengeboman
Jerman pada siang hari dengan menggunakan pesawat-pesawat pembom
tanpa pengawalan. Namun, sesuatu tidak diharapkan saat itu, bahwa banyak
pesawat AS yang hilang karena dihadang pesawat penyergap Jerman,
terutama pada operasi udara Scheinfurt tahun 1943, memaksa para
penerbang AS menunda operasi sampai mereka mampu memproduksi dan
mengatur dengan baik pengerahan pesawat-pesawat pengawal jarak jauh. AS
beruntung karena masih memiliki waktu dan sarana untuk memperbaiki
taktik ini dan mengevaluasi kembali strategi yang menyebabkan kesalahan
tersebut.
Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik terdapat beberapa
bentuk:
54

(1) Penguasaan Udara, dilakukan dengan membangun kekuatan


udara seampuh mungkin. Kekuatan udara menyerang semua
pangkalan kekuatan udara musuh, pusat komando, fasilitas logistik,
sebanyak mungkin dihancurkan;
(2) Interdiksi; dan
(3) Serangan bantuan Dekat, dilakukan untuk mendukung operasi
darat dan laut, seperti pada Pertempuran Midway.

2) Pertahanan. Pertahanan merupakan kondisi yang temporal untuk melawan


usaha penyerang dengan menghentikan momentum serangannya. Pertahanan
memiliki beberapa kegunaan dalam bidang aplikasi militer. Ketika diterapkan pada
unit militer, pertahanan menyiratkan penggunaan taktik bertahan. Pada perencanaan
operasi militer, strategi pertahanan adalah kebijakan mencegah serangan, atau
meminimalkan kerusakan serangan, oleh kekuatan-kekuatan strategis.
Pertahanan merupakan kondisi untuk menyiapkan diri agar dapat melakukan
serangan terhadap penyerang. Untuk memperkuat posisi pertahanan, pertahanan
disusun untuk menguasai medan yang dapat mempersulit penyerang seperti di
lereng, di bukit dan di belakang sungai atau dibentuk perbentengan. Untuk
mencegah keberhasilan penyerang melakukan serangan lambung atau melingkar,
maka pertahanan disusun mendalam yaitu kekuatan pertahanan tidak ditempatkan di
garis depan saja. Ketika belum ada senjata api, posisi pasukan panah ditempatkan di
belakang pasukan infanteri (pejalan kaki) untuk menembaki pasukan penyerang
yang mendekat. Jika penyerang berhasil maju terus maka pasukan infanteri bangkit
menyerbu pasukan penyerang untuk saling berkelahi dan membunuh. Jika
penyerang menggerakkan pasukan kavaleri (pasukan berkuda) untuk menyerang
lambung maka pihak pertahanan menyambut serangan tersebut dengan
menggerakkan pasukan kavaleri (pasukan berkuda). Setelah ada senjata
api, pasukan artileri menempatkan meriamnya di belakang posisi pertahanan
pasukan infanteri yang berada di garis depan. Kondisi seperti ditentukan oleh
kemampuan Panglima Perang, sebagai seniman perang, untuk menggerakkan
pasukan dengan jumlah dan waktu yang tepat, seperti Napoleon.

a) Kekuatan Darat. Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik


terdapat beberapa bentuk:
(1) Pertahanan Linier, dilakukan untuk memanfaatkan kondisi
medan, seperti sungai yang dalam dan cukup lebar yang melintasi
wilayah yang akan dimasuki penyerang. Pertahanan linier dapat
berupa pertahanan depan sebagaimana rencana NATO dalam
menghadapi serangan Uni Soviet dalam Perang Dingin;
(2) Pertahanan Elastis, kebalikan ekstrem dari pertahanan linier
karena tidak dipersiapkan garis pertahanan. Bentuk ini memerlukan
kondisi geografis yang sesuai.
Negara Rusia dan China dapat melakukan bentuk pertahanan seperti
ini;
(3) Pertahanan Berlapis, dilakukan untuk mencegah serangan
penetrasi. Pertahanan berlapis dibuat secara bersusun garis
pertahanan. Pertama kali dikembangkan oleh
55

tentara Uni Soviet ketika terjadi serangan Jerman pada tahun


1941;
(4) Pertahanan Mobil, merupakan versi lain dari pertahanan
berlapis karena pertahanan ini tidak disusun berdasarkan garis- garis
pertahanan, melainkan berupa "pulau-pulau perlawanan" yang
menghadapi poros gerak maju musuh; dan
(5) Pertahanan Wilayah, dilakukan dengan memanfaatkan kondisi
wilayah. Taktik gerilya memiliki peran penting dalam pertahanan ini.

b) Kekuatan Laut. Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik


terdapat beberapa bentuk:
(1) Penguasaan Laut, baik pihak penyerang atau pihak pertahanan
berusaha menguasai lautan; dan
(2) Pertahanan Selat, dilakukan dengan mengarahkan pergerakan
armada penyerang untuk memasuki atau melintasi selat agar mudah
dihancurkan, seperti Pertempuran Selat Denmark.

c) Kekuatan Udara. Pengembangan pada tingkat operasi dan taktik


terdapat beberapa bentuk:
(1) Pertahanan Udara, baik pihak penyerang maupu pihak
pertahanan berkepentingan merebut penguasaan udara; dan
(2) Pembangunan Perlindungan, dilakukan untuk membatasi
akibat negatif serangan udara, terutama untuk fasilitas yang
bersifat strategis, seperti yang dilakukan oleh Swedia dengan
membangun kompleks di bawah tanah di kota Stockholm. Pertahan
ini telah terbukti di Inggris ketika diserang Jerman pada tahun 1940,
demikian pula di Jerman dan Jepang yang mengalami
pengeboman AS pada tahun 1943 sampai akhir perang
dunia II, juga di Vietnam pada tahun 1960.

2) Pertahanan ke Serangan Balasan. Pengembangan pada tingkat operasi


dan taktik terdapat beberapa cara:
a) Pertahanan harus diakhiri Serangan Balasan. Pertahanan
tidak hanya bertujuan menahan penyerang, melainkan juga untuk
memenangkan perang atau pertempuran. Setiap pertahanan harus mampu
melakukan serangan balasan. Pertahanan mengalahkan serangan kalau dapat
melakukan serangan balasan terhadap penyerang dan mengalahkannya .
Hanya dengan demikian sumber ancaman baik ancaman militer maupun
ancaman nonmiliter dapat ditiadakan. Bila pertahanan tak mampu melakukan
serangan balasan maka terjadi perang statis, tidak ada yang menang dan yang
kalah seperti perang di Eropa Barat menjadi perang parit (perang Jerman -
Prancis) dalam perang dunia I. Perang ini berakhir setelah
Inggris membantu Prancis dengan menggunakan tank untuk menembus
pertahanan musuh.

Kehebatan dominasi serangan tentara Jerman melalui tim tank-


infanteri-zeni ditambah bantuan udara (blitzkrieg) dapat diatasi secara
memuaskan oleh pertahanan Uni Soviet melalui serangan balasan, meskipun
setelah Uni Soviet mengalami banyak kegagalan dan
56

kekalahan sebelumnya. Kemenangan tersebut akibat dari inovasi taktik Uni


Soviet yaitu menggunakan lapangan ranjau untuk mengurangi kebebasan
gerak tank; memperbanyak senjata antitank pada pasukan infanteri; pasukan
arteleri menembaki daerah belakang dan garis komunikasi penyerang
untuk mempersulit p elaksanaan logistik yang diperlukan gerak maju tank.;
dan menyiapkan pasukan tank untuk menghancurkan pasukan tank
penyerang yang tertahan gerak majunya. Sejak inovasi taktik Uni Soviet,
Serangan tidak unggul lagi atas pertahanan.

b) Menggagalkan usaha Konsolidasi Penyerang. Jika serangan


balasan tidak menyelesaikan konflik dengan kemenangan di pihak
pertahanan, maka harus menggagalkan usaha penyerang mengadakan
konsolidasi. Penggagalan konsolidasi dilakukan dengan gangguan militer,
berupa pertahanan wilayah, dan melakukan usaha diplomasi dan
memobilisasi dukungan negara-negara lain yang membantu kepentingan
pihak pertahanan. Serangan Jerman terhadap Uni Soviet dalam
Operasi Barbarossa mulai tanggal 22 Juni 1941 merupakan contoh perang
darat dan keberhasilan pihak pertahanan mengalahkan penyerang dengan
melakukan serangan balasan.

30. Logistik militer adalah proses pengadaan, pemeliharan dan transportasi dari materiel,
fasilitas dan jasa. Logistik militer merupakan ilmu tentang perencanaan dan penganggaran gerakan
dan pemeliharaan suatu kekuatan. Strategi terkait dengan penentuan dan cara pencapaian logistik
sesuai penciptaan dan penyelenggaraan dukungan sercara terus menerus kepada satuan tempur dan
satuan taktis demi tercapainya tujuan strategi. Strategi dan taktik memberikan pola
penyelenggaraan operasi militer, sedangkan logistik menyediakan sarananya.

a. Asal Usul Logistik Militer. Kata "logistik" berasal dari bahasa Yunani
logistikos, kata sifat yang berarti "terampil dalam menghitung". Penggunaan kata
administrasi pertama kali di Romawi dan Bizantium ketika ada pejabat administrasi militer
dengan gelar Logista. Pada saat itu, tampaknya tersirat kata suatu keahlian yang terlibat
dalam perhitungan matematis. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pertama dalam
kaitannya dengan administrasi militer yang terorganisasi sains oleh penulis Swiss, Antoine-
Henri Jomini, pada tahun 1838, menyusun sebuah teori perang di trinitas strategi, taktik
medan tempur, dan logistik. Prancis masih menggunakan kata-kata logistique dan loger
dengan makna "untuk seperempat".

Aktivitas militer yang dikenal sebagai logistik mungkin sama tuanya dengan perang
itu sendiri. Dalam sejarah awal manusia ketika perang pertama (berjuang), setiap orang
harus mencari makanan sendiri. Setiap prajurit bertanggung jawab untuk cari makan untuk
makanan dan kayu bakar sendiri. Kemudian, ketika bergabung sebagai pejuang memerangi
kelompok-kelompok dan kelompok menjadi lebih besar, apakah ada alasan untuk
menunjuk orang-orang tertentu yang berspesialisasi dalam penyediaan makanan dan senjata
kepada para pejuang. Orang-orang yang memberikan dukungan kepada para pejuang
merupakan organisasi logistik pertama.

Pada abad ketujuh belas, orang Prancis menggunakan sistem majalah untuk
menjaga jaringan kota-kota perbatasan disediakan untuk pengepungan dan
57

menyediakan untuk kampanye di luar perbatasan mereka. Perang Saudara Amerika melihat
pengenalan transportasi kereta api untuk personel, peralatan, dan medan berat. Selama
Perang Tujuh Minggu, kereta api cepat memungkinkan mobilisasi Angkatan Darat Prusia,
tetapi masalah persediaan yang bergerak dari akhir jalur rel untuk unit di depan,
menghasilkan hampir 18.000 ton terjebak di kereta api, tidak dapat diturunkan ke landasan
transportasi. Menggunakan kereta api Prusia selama Perang Prancis-Prusia sering dikutip
sebagai contoh utama logistik modernisasi, tapi keuntungan dari manuver sering diperoleh
dengan meninggalkan jalur pasokan yang menjadi putus, sesak dengan lalu lintas daerah
belakang. Selama Perang Dunia I, perang kapal selam tak terbatas berdampak pada
kemampuan sekutu Britania raya untuk tetap membuka jalur pelayaran, sedangkan ukuran
besar Tentara Jerman ternyata terlalu banyak di kereta api untuk mendukung kecuali saat
bergerak dalam perang parit.

b. Prinsip-prinsip Logistik Militer.

1) Responsif yaitu menyediakan dukungan yang tepat pada waktu yang tepat
dan juga tepat.

2) Kesederhanaan yaitu menghindari kerumitan dalam persiapan, perencanaan


dan pelaksanaan operasi logistik.

3) Fleksibilitas yaitu mengadaptasi dukungan logistik terhadap setiap


perubahan kondisi, baik perubahan lingkungan, perubahan misi, maupun perubahan
konsep operasi.

4) Ekonomis yaitu penggunaan kemampuan dukungan logistik secara efektif


dan pemanfaatan yang ekonomis.

5) Daya memeroleh dukungan logistik pokok minimum untuk memulai operasi


pertempuran.

6) Daya dukung dalam penyediaan logistik untuk jangka waktu operasi.

7) Ketahanan logistik terutama infrastruktur logistik.

c. Sistem Logistik Militer.

1) Logistik Pertahanan. Logistik merupakan jembatan antara garis depan dan


garis belakang, dan proses logistik merupakan unsur ekonomi dalam operasi-operasi
militer. Logistik pertahanan adalah segala upaya dalam menentukan kebijakan,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian melalui
tahap pembinaan dan penggunaan personel, materiel, fasilitas, dan jasa sesuai
tuntutan operasional, baik dalam jumlah, mutu, waktu, jenis, tempat, dan kondisi
serta dapat mempertahankan kesiapannya selama digunakan.

2) Logistik Wilayah. Penyiapan dukungan logistik ditetapkan pada lokasi dan


jarak dari medan-medan pertahanan dan daerah-daerah pangkal pertahanan dan
perlawanan. Pembangunan pusat-pusat dukungan logistik sesuai dengan lokasi
pusat pengembangan ekonomi dan industri (sesuai tata ruang wilayah
negara) yang memadukan kepentingan politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertahanan.
58

31. Evaluasi.
a. Sebutkan empat fungsi Grand Strategi atau Strategi Raya… !
b. Sebutkan Proses tahapan dalam Strategi Perang…!
c. Sebutkan dan jelaskan Lingkup Operasi Militer dalam Strategi Operasi…!

32. Penutup. Demikian naskah Departemen tentang Sejarah Perang ini untuk dapat digunakan
sebagai Hanjar dalam proses belajar mengajar di lingkungan Sesko TNI dan bila ada saran
perbaikan agar disampaikan kepada Lembaga Sesko TNI melalui Departemen Faljuang Sesko TNI.

a.n. Komandan Sesko TNI


Kadep Faljuang,

Pramungkas Agus T., S.I.Pem, M.H.


Kolonel Inf NRP 1920033170870
5
MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran A pada Keputusan Dansesko TNI
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep/112/II/2022 Tanggal
23 Februari 2022

DAFTAR PENGERTIAN

1. Sejarah. Sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan. Sejarah didefinisikan sebagai
catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat
masyarakat itu.

2. Perang. Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi
permusuhan dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk
melakukan dominasi di wilayah yang dipertentangkan.

3. Perang Dunia. Perang dunia adalah perang yang melibatkan banyak negara di dunia.
Perang Dunia I melibatkan negara-negara Eropa. Oleh karena itu, ada yang berpendapat bahwa
Perang Dunia I merupakan perang saudara antar bangsa Eropa.

4. Perang Dunia II (World War II). Perang Dunia II (World War II) merupakan sebuah perang
global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945.

5. Perang Korea. Perang Korea adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea
Selatan yang terjadi sejak 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953.

6. Perang Libya. Perang Saudara Libya 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari
Musim Semi Arab.

7. Strategi perang. Strategi perang adalah penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan
perang.

8. Blitzkrieg. Blitzkrieg adalah sebuah metode perang kilat dengan menggunakan pasukan
bermotor (Panzer, Infantri mekanik, dan kavaleri) sebagai tulang punggung sebuah serangan.

9. Strategi. Strategi adalah kunci pelaksanaan perang dan dikuasai oleh prinsip- prinsip yang
menetapkan agar kekuatan besar melakukan aksi menyerang terhadap kekuatan musuh yang lemah
untuk menghasilkan kemenangan.

10. Strategi Perang. Strategi Perang adalah penggunaan pertempuran untuk mencapai tujuan
perang.

11. Operasi militer. Operasi militer ialah sebuah aksi perencanaan dan pengaturan angkatan
militer. Operasi militer sering melibatkan operasi udara, operasi darat, dan operasi laut; biasa untuk
tujuan keamanan.

12. Strategi operasi. Strategi operasi adalah seni dan ilmu dalam merencanakan, memadukan,
dan mengendalikan pertempuran militer dalam sebuah mandala operasi militer.

13. Taktik Perang. Taktik Perang adalah cabang ilmu militer berurusan dengan manuver rinci
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh strategi.

14. Serangan. Serangan adalah sebuah operasi militer yang berusaha melalui agresif angkatan
bersenjata untuk menduduki wilayah, memperoleh atau mencapai tujuan strategis yang lebih besar,
operasional atau tujuan taktis. Istilah lain untuk sebuah serangan yang sering dipakai oleh media
adalah invasi.
60
15. Pertahanan. Pertahanan merupakan kondisi yang temporal untuk melawan usaha penyerang
dengan menghentikan momentum serangannya. Pertahanan memiliki beberapa kegunaan dalam
bidang aplikasi militer. Ketika diterapkan pada unit militer, pertahanan menyiratkan penggunaan
taktik bertahan.

16. Logistik militer. Logistik militer adalah proses pengadaan, pemeliharan dan transportasi dari
materiel, fasilitas dan jasa. Logistik militer merupakan ilmu tentang perencanaan dan penganggaran
gerakan dan pemeliharaan suatu kekuatan.

a.n. Komandan Sesko TNI


Kadep Faljuang,

Pramungkas Agus T., S.I.Pem., M.H.


Kolonel Inf NRP 1920033170870
6
MARKAS BESAR TENTARA NASIONAL INDONESIA Lampiran I B pada Keputusan Dansesko TNI
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep/112/II/2022
Tanggal 23 Februari 2022

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004, tanggal 16 Oktober 2004 tentang Tentara


Nasional Indonesia (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 127 Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 4439);

2. Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/555/VI/2018 tanggal 6 Juni 2018 tentang


Doktrin Tentara Nasional Indonesia “Tri Dharma Eka Karma” (Tridek);

3. Surat Keputusan Panglima TNI Nomor Skep/163/V/2003 tanggal 12 Mei 2003


Buku Petunjuk Induk TNI tentang Operasi Gabungan;

4. Stephen E. Ambrose, D-DAY, cetakan pertama Juni 2009.

5. John R. Boyd, Patterns of Conflict Diarsipkan 2010-04-01 di Wayback Machine.

6. John R. Boyd, Strategic Game Diarsipkan 2009-03-20 di Wayback Machine.

7. Sun Tzu, The Art of War, (Cleary trans, Shambhala, 1988). Sun Tzu advised attacking
alliances before engaging in military actions (69), placed high premiums on intelligence
(knowing the enemy, 82 and Chapter 13), emphasized moral unity ("momentum") as the key to
victory (43, 98-99), and proclaimed that winning without fighting was best (67).

8. Carl von Clausewitz, On War, 1832. Clausewitz placed the "passions of the people" in
the first position of his "Trinity of War." (Book I, Chapter I, Section 28).

9. The Evolution of International Security Studies, Barry Buzan and Lene Hansen,
2009.

10. Security A New Framework for, Wilde Part 3, 1998.

11. Traditional and Non Traditional Security in Contemporary Security Studies, Alan
Collins 2007.

12. Part 4 Contemporary Challengers, Security Studies an Introduction, Paul D.


Williams, 2008.

13. Framework for analysis (1998) Buzan, Waever, Wilde, Part 3 : Traditional and
Non Traditional Security in Contemporary Security Studies, Alan Collin 2007.

14. Security Dialogue, Rita Floyd.

15. Critical Security Studies an Introduction, Columbia Peoples and Nick Vaughan,
2010.
62

16. Williams Statecraft and Security, Ken Booth D, 1998.

17. Statecraft and Security, Ken Booth Security Studies an Introduction, Paul D.
Williams, 2008.

a.n. Komandan Sesko TNI


Kadep Faljuang,

Pramungkas Agus T., S.I.Pem., M.H.


Kolonel Inf NRP 1920033170870

Anda mungkin juga menyukai