NASKAH DEPARTEMEN
tentang
1. STRATEGI MILITER
2. PENGETAHUAN SIBER
3. DIPLOMASI MILITER
untuk
PENDIDIKAN REGULER
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI AD
Nomor: MASALAH STRATEGI-01
RAHASIA
RAHASIA
tentang
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : 1. Mengesahkan:
a. Judul bahan ajaran dengan status Naskah Departemen
dan nomor kode Naskah Departemen untuk Pendidikan
Reguler Seskoad seperti tersebut pada lampiran I
keputusan ini.
RAHASIA
RAHASIA
2
Ditetapkan di Bandung
Pada tanggal 30 Desember 2022
KOMANDAN SEKOLAH STAF DAN KOMANDO TNI AD,
Tembusan :
1. Irjenad
2. Dankodiklatad
3. Aspers Kasad
4. Ir Seskoad
5. Kakordos Seskoad
6. Para Dir Seskoad
7. Dankorsis Seskoad
RAHASIA
MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT Lampiran I Keputusan Danseskoad
SEKOLAH STAF DAN KOMANDO Nomor Kep / 223 / XII / 2022
Tanggal 30 Desember 2022
30. Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis Luar dalam Strategi
dan Taktik ............................................................................... 324
BAB IV
STRATEGI MILITER
strategi dan taktik yang menurut pendapat Burne taktik itu dimulai
setelah strategi berakhir. Pendapat ini sukar diterima karena taktik
merupakan bagian dari keseluruhan yang lebih besar yaitu strategi.
Dengan adanya masalah strategi, timbul masalah taktik untuk
mencapai tujuan yang ditentukan oleh strategi. Sebaliknya dengan
adanya masalah taktik, akan timbul masalah strategi karena strategi
harus memberi pengendalian kepada taktik. Dengan demikian strategi
dan taktik adalah dua kegiatan yang berjalan dan berhenti relatif
serempak.
7) Andre Becaufre.
9) Sekolovski.
tokoh politik militer itu. Demikianlah ditulis oleh Kol AH. Nasution dalam
bukunya catatan-catatan sekitar politik militer Indonesia. Selanjutnya ia
menuliskan Politik militer ialah kebijaksanaan perang, yang menentukan
baik buruknya serta besar kecilnya potensi dan kekuatan perang negara.
b. Gambaran Sejarah.
atau strike first, berupa pukulan kejiwaan dan atau kekuatan militer
sehingga musuh merasa takut mendahului menyerang.
Perang dingin yang berlangsung antara blok barat dan timur dalam
rangka perebutan hegemoni dunia, memaksa masing-masing pihak untuk
mencari cara terbaik yang masih mungkin dilaksanakan untuk
memaksakan dan mewujudkan keinginan mereka. Jalan keluar yang
ditemukan ialah infiltrasi dan subversi, karena cara ini akan mampu
mempengaruhi, melemahkan, merubah sesuatu bangsa dari dalam. Kalau
infiltrasi dan subversi itu tidak berhasil mencapai tujuan, maka jalan lain
yang masih terbuka ialah perang terbatas yang dilakukan secara tidak
langsung oleh negara super power.
d. Ideologi.
Sebaliknya kita lihat bahwa dengan ideologi yang sama, dapat terjadi
perbedaan kepentingan yang menimbulkan permusuhan antar negara.
Diantara Uni Soviet (dulu) dan RRC yang sama-sama menganut ideologi
komunis, terjadi insiden perbatasan dan perang ideologi yang disebabkan
oleh perbedaan kepentingan. Bagi Bangsa Indonesia, ideologi menduduki
posisi yang mencantumkan dalam strategi Hanneg dan militer, sebab
pelaksanaan perang bagi bangsa Indonesia adalah dalam rangka
mempertahankan ideologi dan kemerdekaannya. Ideologi merupakan dasar
bangsa Indonesia untuk hidup bernegara dan aspek ideologi dari agama
membimbing setiap orang menjadi warga negara yang bermoral agama dan
berbudi luhur dalam kehidupan bernegara.
e. Politik.
f. Ekonomi.
g. Budaya.
yang tepat akan dapat menarik simpati atau antipati dunia internasional.
Kemajuan teknologi yang dicapai oleh setiap bangsa akan meningkatkan
industri, ekonomi serta bidang kehidupan lainnya. Dengan demikian
kemajuan teknologi akan meningkatkan budaya bangsa, sebab teknologi
adalah merupakan cermin kebudayaan. Industri yang berkembang akan
mampu menciptakan peralatan militer yang semakin hebat, dan mempunyai
efek strategis yang semakin besar, sehingga mampu memperluas ruang
gerak strategi dalam proses pengambilan keputusan. Kemampuan teknologi
setiap bangsa akan menentukan cakrawala strateginya, strategi tantangan
dan tuntutan kepada perkembangan teknologi bangsa dan sebaliknya
kemajuan teknologi yang dicapai akan memperluas ruang lingkup metoda
dan sarana yang dapat disediakan bagi strategi dalam pengambilan
keputusan.
h. Militer.
Istilah Strategi yang semula dikenal adalah sebagai ilmu Kepanglimaan telah
tumbuh dan berkembang seiring dengan proses perkembangan ilmu kemiliteran
dalam arti luas lingkup pengertiannya, baik di dalam ilmu kemiliteran itu sendiri
maupun terhadap cabang ilmu lainnya yang bersangkutan erat dengan ilmu
kemiliteran. Strategi kemudian makin lama meluas pengetrapannya ialah dalam
menentukan upaya bela negara secara total. Mula-mula diawali oleh revolusi
Perancis yang mencetuskan konsep/gagasan bangsa bangsa bersenjata, kemudian
tumbuh Nation States dan revolusi industri yang mendorong penyelenggaraan
produksi alat peralatan perang secara massal. Pengertian strategi selanjutnya
tidak hanya menyangkut masalah militer di medan tempur saja, tetapi juga
meliputi segala upaya dalam penyiapan, pengarahan, perang, bahkan dalam
pengendalian dan menentukan tujuan perang itu sendiri. Melalui proses
perkembangan tersebut maka dikenal perbedaan istilah, taktik, operasi, strategi
operasional, strategi total dan strategi raya (grand strategy), kesemuanya
dimaksudkan untuk memberikan batas dan tingkatan/hirarki atau strategi dalam
upaya menangani masalah militer (dalam hal ini pertahanan nasional) didalam
lingkup kebijaksanaan, kebijaksanaan nasional secara menyeluruh. Pengertian
istilah strategi kemudian semakin luas dan diterapkan dalam pelbagai sektor
kehidupan politik negara, bahkan dipakai pula dikalangan masyarakat luas,
namun seringkali tanpa ada pembatasan dan tingkatan/hirarki jelas. Mengingat
akan pentingnya masalah strategi bagi kehidupan politik negara pada umumnya
dan pertahanan suatu bangsa pada khususnya, maka usaha untuk
memasyarakatkan pengertian strategi mengandung makna dan implikasi yang
luas, dalam arti untuk meningkatkan kesadaran bela negara setiap warga
283
dalam penggunaan kekerasan atau kekuatan itu. Metoda dan alat yang
digunakan makin maju dan akibat yang ditimbulkannya makin besar.
Manusia selalu berusaha untuk mencegah perang, baik oleh perorangan,
negara maupun badan internasional, tetapi usaha itu tidak selalu berhasil.
Sampai sekarang masih merupakan persoalan yang selalu terjadi dalam
kehidupan manusia. Bertolak dari kenyataan bahwa perang selalu terjadi,
orang mulai mempelajari hal yang bersangkutan dengan perang, antara lain
sebab timbulnya masalah yang dihadapi dan akibat yang ditimbulkan
perang. Dari hasil mempelajari perang yang telah lalu timbul berbagai teori
tentang perang. Apakah teori tentang perang itu ilmu atau seni, ada tiga
pendapat yaitu ilmu perang, seni perang serta ilmu dan seni perang. Disini
tidak akan dibahas pendapat mana yang benar selanjutnya yang akan
digunakan adalah istilah ilmu dan seni perang. Tujuan mempelajari ilmu
dan seni perang bergantung pada falsafah suatu bangsa. Untuk bangsa yang
cinta damai seperti Indonesia tujuan mempelajari ilmu dan seni perang
adalah untuk mencegah dan menghindari perang, mempersiapkan dan
memenangkan perang kalau terpaksa harus berperang serta mencegah dan
menghindari akibat perang yang negatif.
BAGAN
KEDUDUKAN STRATEGI MILITER DALAM TATANAN ILMU PERANG.
PERANG
STRATEGI PERANG/
STRATEGI HANNEG
a) Strategi Militer.
b) Strategi Raya.
d. Mazhab Strategi.
Para ahli strategi demikian pula halnya dengan para pemikir dibidang
taktik, pada waktu itu mereka harus menempuh perjalanan di suatu daerah
yang belum terjamah dan serba samar-samar keadaan lingkungannya, maka
mereka dengan sadar atau tidak sadar telah mendapat petunjuk dan
bimbingan dari apa yang disebut azas-azas (prinsip) perang ialah suatu
himpunan azas, hasil pemikiran sejak berabad-abad sebelumnya.
sebagai unsur tambahan muncul dalam buku III dengan judul yang
sama. Macinder, Mahan, Foah, Douhet dan Lenin memberikan
sumbangan tambahan azas berikutnya. JC. Fuller telah mempelopori
pengabdopsian azas bagi Amerika yang berlaku sampai sekarang ini,
untuk pertama kali ditentukan dalam publikasi War Departement
Training Regulation 10-5 pada tahun 1921. Azas-azas perang yang
dianut oleh suatu negara berbeda dengan negara lainnya. Britania
Raya (Inggris) misalnya mempunyai sepuluh azas, Uni Soviet (Rusia)
hanya mempunyai lima. Selanjutnya masih terdapat beberapa
perbedaan dengan negara lainnya. Pada tahun 1947 waktu terjadi
pemisahan Angkatan Udara dari Angkatan Darat USA menjadi
Angkatan yang berdiri sendiri, maka asas perang Angkatan Darat USA
yang semula sebagai Angkatan Azas Koordinasi diganti azas kekuatan
Komando sedangkan Angkatan Udara sebagai angkatan yang berdiri
sendiri tetap menggunakan azas koordinasi kendatipun demikian
beberapa azas lainnya yang masih tetap valid untuk tetap
diberlakukan. Ada beberapa azas yang nampaknya menonjol dalam
perbedaan dengan lain negara ialah RRC umpamanya, mengajukan
asas pemusnahan (annihibatio) sebagai suatu azas yang sama sekali
bersesuaian dengan versi azas negara lainnya.
Tidak semua azas dapat diterapkan secara tepat dan sama bagi
setiap keadaan, sedangkan azas yang satu nampaknya seperti bertolak
belakang terhadap azas lainnya. Namun demikian azas-azas perang
tersebut dapat dipakai sebagai ceklist yang praktis dalam membuat
perkiraan keadaan yang tepat, oleh para pengkaji dan perumus dalam
menyusun teori, konsepsi dan perencanaannya masing-masing,
asalkan mereka mampu mengolahnya secara tepat dan cermat. Dalam
mengetrapkan azas tersebut mereka harus sadar bahwa tidak pernah
296
terjadi dua peristiwa yang benar-benar sama dan karena itu pula maka
azas tersebut harus benar-benar tepat penerapannya.
a) Tujuan
b) Inisiatif
c) Fleksibilitas (kekenyalan)
d) Pemusatan
e) Penghematan
f) Manuver
g) Pendekatan
h) Eksploitasi
i) Pengamanan
j) Kesederhanaan
k) Kesatuan
l) Moril
297
23. Peranan Pra Peranggapan dan Analisa Ancaman Serta Pilihan Strategi.
3) Pada umumnya strategi adalah seni dan ilmu dari cara memilih
beberapa pendekatan strategi (strategic option), keberhasilan dalam
pencapaian tujuan nasional sesuatu negara itu sendiri. Oleh
299
24. Pendekatan Langsung Dan Tidak Langsung Serta Operasi Garis Dalam
Garis Luar.
a. Umum.
Ada ucapan yang menyatakan bahwa tidak ada yang baru di bawah
matahari, demikian pula dengan metoda tidak langsung. Pikiran-pikiran
tentang metoda tidak langsung ini, 2000 tahun yang lalu telah ditulis oleh
Sun Tzu dalam bentuk aphorism. Dalam tulisan itu banyak disinggung hal-
hal yang bersangkutan dengan metoda tidak langsung, baik dalam
hubungan dengan strategi maupun taktik. Juga sudah dipergunakan istilah
manuver langsung dan tidak langsung. Metoda tidak langsung ini telah
digunakan sepanjang sejarah. Hal ini diungkapkan Liddell Hart dalam
bukunya strategy. Dalam buku tadi diuraikan penggunaan metoda tidak
langsung ini dari zaman Yunani pada abad ke lima SM sampai ke zaman
Romawi dan pada zaman modern. Bahwa Sun Tzu telah menulis tentang
metoda ini, maka tidak mustahil bahwa di Daratan Asia metoda tidak
langsung ini telah pula dipergunakan.
2) Clausewitz.
3) Sun Tzu.
(1) Pertahanan.
(2) Serangan.
a. Tujuan Perang.
satu dari tindakan dan bentuk dalam hubungan politik, jadi perang
adalah salah satu sarana politik. Negara mempunyai berbagai macam
kekuatan yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan politik.
Dalam bukunya Hakekat Perang dinyatakan bahwa negara dalam
usaha mencapai tujuan nasionalnya menggunakan :
c. Peranan Politik.
modifikasi dari sikap yang keras dan tegas dengan berbagai usaha lain
secara intensif. Jika yang harus kita pertimbangkan adalah
perhitungan tentang berbagai kemungkinan yang datangnya dari
suasana dan orang-orang tertentu, maka dalam proses ini tujuan
politik sebagai motif yang sebenarnya harus menjadi faktor esensial.
Semakin kecil pengorbanan yang kita minta dari lawan, semakin kecil
usaha-usahanya yang dapat kita duga untuk melawan kita dan
semakin kecil usaha lawan, semakin kecil pula usaha kita yang
diperlukan.
f. Penghematan sarana.
2) Memisah-misahkan kekuatannya.
3) Membahayakan perbekalan.
Dislokasi dapat dihasilkan oleh salah satu dari empat hal diatas, tetapi
kebanyakan adalah akibat dari beberapa dari padanya. Pendislokasian
psikologi merupakan akibat dari impresi yang diperoleh dari efek tersebut
diatas kepada Komandan. Impresi ini semakin kuat, jika disadari bahwa ia
sekonyong-konyong berada dalam keadaan yang tidak menguntungkan.
Secara fundamental pendislokasian psikologi ditimbulkan oleh adanya
perasaan bahwa dirinya terjebak. Inilah alasan mengapa ia sering mengiringi
suatu gerakan fisik kearah belakang dari musuh. Sebaiknya bergerak secara
langsung menuju lawan akan mengkonsolidasikan keseimbangannya, baik
fisik maupun psikologis dan dengan konsolidasi ini kekuatannya semakin
bertambah. Di bidang kemiliteran berarti mendesak musuh kembali ke
daerah perbekalan dan perkuatannya. Di tingkat penyelenggaraan perang,
suatu serangan langsung yang dilakukan dengan kekuatan militer terhadap
suatu negara akan segera membangkitkan patriotisme rakyatnya, semangat
patriotisme ini akan mengakibatkan perlawanan fisik secara gigih. Demikian
pula halnya dengan tentara musuh yang langsung diserang di frontnya akan
segera memberi perlawanan yang sangat dan gigih. Jadi suatu gerakan
melingkari front musuh yang ditujukan terhadap belakangnya, seperti
halnya dengan menyerang suatu negara dengan berbagai kekuatan non
militer dan cara-cara tidak langsung lainnya, bukan hanya untuk
menghindari perlawanan didalam perjalanan menuju sasaran, tetapi juga
dalam mencapai tujuan atau dalam usaha memperoleh hasil.
Sejarah perang hampir sama tuanya dengan sejarah perang yang dapat
ditemukan adalah pertempuran yang terjadi pada tahun 207 SM. Dalam
pertempuran tersebut yang dikenal dengan peristiwa Perang Phonix II di Metaurus
berlangsung antara pasukan Romawi yang dipimpin oleh Livius dan Nero melawan
pasukan Cartago yang dipimpin oleh Hasdrubal. Ternyata Livius dan Nero telah
keluar sebagai pihak pemenang. Kemenangan itu diperoleh dengan cara
melancarkan operasi garis dalam terhadap pasukan Hasdrubal. Demikian pula
halnya pada peristiwa PD-I penerapan strategi operasi garis dalam telah diterapkan
dengan tepat dan baik oleh pasukan Jerman di Front Timur yang dipimpin oleh
Hindenburg dalam mengalahkan pasukan Rusia yang dipimpin oleh Samsasof dan
Renekamp. Sedangkan dalam peristiwa yang lain yaitu pada PD-II pasukan-
pasukan Jerman dalam beberapa tahap operasinya terhadap Polandia, justru telah
memperoleh kemenangan besar dengan menerapkan operasi garis luar.
a. Tokoh Pemikir.
b. Pendapat Jomini.
c. Pendapat Burne.
berkembangnya ilmu dan seni perang. Yang pertama, diambil contoh tentang
bagaimana seharusnya dilakukan untuk melubangi saputangan.
Saputangan yang melayang di udara adalah sulit untuk dilubangi, lubang
akan mudah dibuat apabila saputangan diletakkan pada landasan yang kuat
dan kemudian dipukul oleh benda keras misalnya palu. Kemudian diambil
pula contoh lain yaitu untuk menumbuk benda menjadi bubuk diperlukan
lubang sebagai landasan dan palu sebagai pemukul. Dengan demikian pula
diambil contoh bahwa memotong leher, diperlukan landasan yang kuat dan
kampak yang tajam untuk memotongnya. Dari contoh-contoh tersebut
diatas ternyata telah melahirkan beberapa prinsip yang sangat mendasar
dalam taktik dan strategi perang. Beberapa pandangan yang dikemukakan
antara lain :
3) Dua tentara yang beroperasi pada garis dalam dan secara timbal
balik saling membantu dan menghadapi dua tentara yang lebih unggul
dalam jumlah tidak boleh membiarkan diri mereka berjejal didalam
ruang yang semakin sempit, dimana pasukan-pasukan itu dapat
sekaligus tergilas, Napoleon di Leipzig 1813.
Dalam hal ini garis dalam atau garis sentral lebih baik dari pada garis
lurus, karena pada yang pertama bagian-bagian dari tentara itu dapat
dipusatkan sebelum musuh memusatkan diri. Garis rangkap dapat
dipergunakan apabila kita mempunyai keunggulan kekuatan yang
menentukan dan bila setiap kesatuan dapat mengimbangi kekuatan
lawan yang dikerahkan terhadapnya. Garis tunggal akan menyesak
kan pasukan sedemikian rupa sehingga dapat menghalangi
pengembangan pasukan, tetapi adalah selamanya bijaksana memper
kuat kesatuan yang karena sifat daerah operasi dan posisinya
responsive terhadap pihak lawan dan mempunyai tugas terpenting.
Selain itu operasi garis rangkap sangat berbahaya, karena akan
memisahkan pasukan kecuali kalau pasukan-pasukan ini dapat
dipersatukan dengan cepat dan kembali ke garis operasi tunggal.
Karena itu dalam mempergunakan garis operasi rangkap, semua
pasukan perlu tetap berada dibawah satu komando.
a. Sebelum kita bahas penerapan Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis
Luar dalam strategi dan taktik, perlu kiranya dilihat terlebih dahulu
hubungan keterkaitan antara strategi dan taktik itu sendiri. Salah satu
pandangan yang patut dikenal adalah pandangan Clausewitz yang lebih
banyak mengandung kebenaran universal. Ia mengatakan bahwa dalam
strategi tidak ada kemenangan, akan tetapi strategi yang tepat akan
mengantar kemenangan taktik dan hasil strategis pada akhirnya akan
ditentukan oleh kemenangan-kemenangan taktis dalam pertempuran. Dari
apa yang dikemukan Clausewitz tersebut terkandung kebenaran bahwa
strategi adalah tidak kaku, ia harus fleksible dan mampu menarik
keuntungan dari kemenangan-kemenangan taktis yang tak terduga untuk
dieksploitasikan menjadi sukses yang lebih besar.
Kedua yang harus kita cermati adalah teori Operasi Garis Dalam dan
Operasi Garis Luar lahir dari sejarah perang Infanteri berjalan kaki, apa yang
diakui sebagai lingkup strategi pada jamannya, jauh berbeda dengan
pengertian lingkup strategi masa sesudahnya. Terlebih-lebih pada era Iptek
persenjataan yang modern masa kini. Peperangan masa kini tidak lagi
berupa pertempuran antara prajurit, akan tetapi seluruh kekuatan dan
potensi Ipoleksosbud turut serta dikerahkan bersama kekuatan militer. Oleh
karena itu masa depan penerapan Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis
Luar dalam taktis dan strategi akan semakin bervariasi lagi dan tidak
tertutup kemungkinan ditemukannya prinsip-prinsip baru yang dulu belum
pernah terbaca.
Dari temuan masa lalu, azas-azas yang dinilai penting dalam Operasi
Garis Dalam dan Operasi Garis Luar terbatas pada :
Jadi disini pelajaran yang dapat kita ambil adalah adanya hubungan
yang saling berpengaruh antara garis komunikasi dan inisiatif.
30. Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis Luar dalam Strategi dan Taktik.
a. Sebelum kita bahas penerapan Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis
Luar dalam strategi dan taktik, perlu kiranya dilihat terlebih dahulu
hubungan keterkaitan antara strategi dan taktik itu sendiri. Salah satu
pandangan yang patut dikenal adalah pandangan Clausewitz yang lebih
banyak mengandung kebenaran universal. Ia mengatakan bahwa dalam
strategi tidak ada kemenangan, akan tetapi strategi yang tepat akan
mengantar kemenangan taktik dan hasil strategis pada akhirnya akan
ditentukan oleh kemenangan-kemenangan taktis dalam pertempuran. Dari
apa yang dikemukan Clausewitz tersebut terkandung kebenaran bahwa
strategi adalah tidak kaku, ia harus fleksible dan mampu menarik
keuntungan dari kemenangan-kemenangan taktis yang tak terduga untuk
dieksploitasikan menjadi sukses yang lebih besar.
Kedua yang harus kita cermati adalah teori Operasi Garis Dalam dan
Operasi Garis Luar lahir dari sejarah perang Infanteri berjalan kaki, apa yang
diakui sebagai lingkup strategi pada jamannya, jauh berbeda dengan
pengertian lingkup strategi masa sesudahnya. Terlebih-lebih pada era Iptek
persenjataan yang modern masa kini. Peperangan masa kini tidak lagi
berupa pertempuran antara prajurit, akan tetapi seluruh kekuatan dan
potensi Ipoleksosbud turut serta dikerahkan bersama kekuatan militer. Oleh
karena itu masa depan penerapan Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis
Luar dalam taktis dan strategi akan semakin bervariasi lagi dan tidak
tertutup kemungkinan ditemukannya prinsip-prinsip baru yang dulu belum
pernah terbaca.
Pada dasarnya letak geografi suatu negara terhadap negara lain akan
sangat menentukan apakah lebih menguntungkan penggunaan strategi
Operasi Garis Dalam dan Operasi Garis Luar. Beberapa contoh dapat
dikemukakan misalnya :
BAB V
PENGETAHUAN SIBER
a. Umum.
1) Ancaman Siber.
a) Sumber Ancaman.
(3) Kekecewaan.
(4) Investigasi.
(6) Hacktivists.
(9) Teknologi.
2) Serangan Siber.
1) Kebijakan.
2) Kelembagaan.
1) Kebijakan.
2) Kelembagaan.
a. Umum.
a. Umum.
Pada satu eskalasi kejadian yang masuk dalam kategori luar biasa,
koordinasi pelaksanaan pertahanan siber akan diatur melalui rujukan
strategi pertahanan siber nasional. Hal ini memungkinkan Presiden selaku
Kepala Negara mengambil tindakan yang diperlukan sesuai kewenangannya
dalam mengelola sistem pertahanan negara, termasuk pertahanan siber.
Kewenangan tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dapat
didelegasikan kepada Menteri Pertahanan atau pejabat lain.
1) Kebijakan/regulasi.
i. Organisasi.
ii. Teknologi.
2) Kelembagaan/Organisasi.
3) Teknologi/Infrastruktur.
c) Jaringan Data.
(c) Cryptography.
d. Tahap Pertahanan.
a. Tahap Persiapan.
Dalam tahapan ini dilaksanakan dua fokus kegiatan yaitu :
Output:
b. Tahap Pematangan.
Output :
c. Tahap Pemanfaatan.
Output :
357
d. Tahap Optimalisasi.
Output:
BAB VI
DIPLOMASI MILITER
a. Umum.
b. Paradigma Nasional.
1 Modul BS. Pancasila dan UUD NRepublik Indonesia Tahun 1945, PPSA XX, Lemhannas Republik
Indonesia , 2015.
361
2 Modul BS. Ketahanan Nasional, PPSA XX, Lemhannas Republik Indonesia , 2015.
362
3 Undang-Undang Republik Indonesia No. 37, Tahun 1999, tentang Hubungan Luar Negeri, Diktum
Pertimbangan huruf (a) dan (d).
4 Ibid, Pasal 4.
363
Pada masa damai dan era globalisasi saat ini terdapat tantangan
bersama yang memerlukan perhatian dan kerja sama negara-negara
5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 24, Tahun 2000, tentang Perjanjian Internasional, Diktum
Pertimbangan huruf (d).
6 Undang-Undang Republik Indonesia No. 3, Tahun 2002, tentang Pertahanan Negara, Diktum Pertimbangan
huruf (d).
7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 34, Tahun 2004, tentang TNI, Diktum Pertimbangan huruf (c).
364
8 Ibid, pasal 70
365
9Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 97, Tahun 2015, tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara
Tahun 2015-2019, Pasal 3.
366
d. Landasan Teori.
1) Teori Diplomasi.
10 http://konsultasiskripsi.com/2017/09/06/teori-diplomasi-skripsi-dan-tesis.
11 http://www.spengetahuan.com/2017/09/pengertian-diplomasi-menurut-para-ahli-fungsi-tujuan.html.
12 Syahmin Ak, Hukum Organisasi Internasional, Jakarta, 2001.
13 Romli Atmasamita, Hukum Pidana Internasional, PT. Gramedia, Jakarta, 2003.
368
14 Robert Jackson dan George Sorensen, Introduction to International Relations: Theories and Approaches,
Oxford University Press, Oxford, 1999.
15 Edward D. Mansfield and Helen V. Milner, The new wave of regionalism, Elisabeth Kartikasari, dalam “FTA
ASEAN-China Sebagai Upaya Perluasan Mitra Dagang”, Program Pasca sarjana, HI UGM, 2010, hal. 590
http://www.scribd.com/doc/57298695/Tugas-Akhir-Regionalisme#scribd,
16 Ibid, hal. 4.
17 https://skiasyik.wordpress.com/2008/03/25/teori-regionalisme/,
369
e. Tinjauan Pustaka.
1) Diplomasi.
18 Jhon Spanier, Games National Play: Analysing International Politics, Fifth Edition, Holt, Reinhard
&Winston, New York, 1984.
19 http://www.umy.ac.id/tujuan-diplomasi-adalah-untuk-ciptakan-perdamaian-dunia.html
370
kerja sama militer dalam isu yang lebih luas, mulai dari peran militer
sampai peran nirmiliter, seperti penjaga keamanan (peacekeeping),
penegakan keamanan (peace enforcement), promosi good-governance,
tanggap bencana, melindungi Hak Asasi Manusia, dan lain-lain.
Berbeda dengan masa lalu, di mana militer hanya bekerja sama
dengan sekutunya, saat ini kerja sama militer juga dilakukan antara
negara bahkan negara yang sedang bersaing. Diplomasi pertahanan
juga dilakukan dengan menggunakan kekuatan bersenjata dan
infrastruktur terkait sebagai alat kebijakan keamanan dan kebijakan
luar negeri. Lebih lanjut, diplomasi pertahanan dilakukan antara lain,
untuk mencari perimbangan antara kebutuhan untuk menciptakan
stabilitas keamanan regional, peningkatan kapabilitas pertahanan,
dan kemandirian pertahanan suatu negara. Keberhasilan pelaksanaan
diplomasi pertahanan negara sangat bergantung pada upaya-upaya
diplomatik yang dilakukan pada tingkat global, regional, dan
bilateral20. Diplomasi pertahanan juga merupakan sebuah proses yang
tidak hanya melibatkan aktor negara saja (seperti politisi, kekuatan
bersenjata atau badan intelijen) tetapi juga organisasi non pemerintah,
think tank dan masyarakat sipil. Inilah yang menjadi pembeda dengan
diplomasi militer, dimana diplomasi militer hanya fokus pada
penggunaan kekuatan militer terkait pada isu-isu keamanan saja.
Diplomasi pertahanan bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar
negara baik melalui jalur-jalur formal maupun informal, dengan
pemerintah maupun non pemerintah dan dengan risiko dan biaya
yang rendah. Diplomasi pertahanan, saat ini telah menjadi alat
penting dalam kebijakan keamanan dan kebijakan luar negeri suatu
negara.
20 https://id.wikipedia.org/wiki/Diplomasi_pertahanan
21 http://lembagakeris.net/militer-sebagai-sarana-meningkatakan-bergaining-position-dalam-diplomasi.
22 https://www.kompasiana.com/mrasyaaditya/diplomasi-militer_55006696a333117f72510e6d
23 Perwita AA. & Yani Y.M, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
24 R. Suprapto, Hubungan internasional sistem interaksi, dan perilaku, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
1997.
25 KJ.Holsti, Politik Internasional Suatu Kerangka Analisis, Bina Cipta, Jakarta, 1997, hal. 362-363.
26 Muhadi Sugiono, Global Governance Sebagai Agenda penelitian Dalam Studi Hubungan
Internasional,Jakarta,
27 Michael Mihalka dan Richard Cohen, Cooperative Security: New Horizons for International Order, Marshall
Center Paper No. 3 Garmisch-Partenkirchen, Germany: George C. Marshall European Center for Security
Studies, April 2001.
372
a. Umum.
Pada bulan April dan Mei 1946, Sjahrir mengepalai delegasi kecil
Indonesia yang pergi berunding dengan pemerintah Belanda di Hoge Veluwe.
Lagi, ia menjelaskan bahwa titik tolak perundingan haruslah berupa
pengakuan atas Republik sebagai negara berdaulat. Karena Sjahrir tidak
dapat menerima syarat-syarat ini, konferensi itu bubar dan ia bersama
teman-temannya kembali pulang.
Pada akhir tahun 1948 Belanda menggelar Agresi militer untuk kedua
kalinya terhadap Indonesia. Presiden Soekarno, Wapres Moh. Hatta dan
Menteri Luar Negeri Agus Salim ditangkap Belanda di ibukota Yogyakarta
dan kemudian diasingkan ke Pulau Bangka, Sumatra. Akibatnya sidang
Kabinet Darurat Republik Indonesia kemudian menunjuk Menteri
Kemakmuran Sjafruddin Prawiranegara agar membentuk Pemerintahan
Darurat Republik Indonesia (PDRepublik Indonesia ). A.A. Maramis yang saat
381
itu sedang berada di New Delhi menjadi Menteri Luar Negeri PD Republik
Indonesia . Kemudian Belanda melakukan agresi militer lanjutan.
Pengaruh Soeharto dalam politik luar negeri pasa masa Orde Baru
sangat besar sekali terutama apabila kita lihat pada masa Orde Baru
ditandai dengan terjadinya pergeseran pusat perhatian utama pemerintah
yang terfokus dari masalah pembangunan bangsa kemasalah pembangunan
ekonomi yang serius. Namun pemerintah juga menyadari pentingnya
keberadaan stabilitas politik sebagai suatu kondisi penting bagi
terlaksananya pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, muncul perhatian
yang serius untuk menata kembali sistem politik Indonesia yang diharapkan
akan dapat menciptakan kondisi tersebut untuk menunjang perekonomian
Indonesia.
Perubahan yang terjadi pada era Orde Baru tidak dapat dilepaskan
dari pemikiran awal yang disampaikan Soeharto dalam pidatonya di depan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) pada 1966, yang intinya
ada dua hal utama yaitu stabilitas politik keamanan dan pembangunan
ekonomi. Menurut beliau, pembangunan ekonomi tidak dapat dilaksanakan
secara baik tanpa adanya stabilitas politik keamanan dalam negeri maupun
ditingkat regional. Salah satu langkah Soeharto dalam mewujudkan hal
tersebut adalah dengan membangun hubungan yang baik dengan pihak-
pihak Barat dan “good neighborhood policy” yang dapat dicapai salah satunya
melalui ASEAN. Satu tahun kemudian Indonesia bersama dengan Filipina,
Malaysia, Singapura, dan Thailand menandatangani Deklarasi Bangkok
pada tanggal 8 Agustus yang berisi kesepakatan untuk membentuk ASEAN
(Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).
Pada tahun 1971 Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Adam Malik
memimpin sebagai Ketua Sidang Majelis Umum PBB ke-26. Hal tersebut
merupakan sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Tahun 1976
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN berlangsung untuk pertama kalinya di
Bali. Pada Konferensi tersebut ditandatangani “Declaration on ASEAN
Concord” dan “ASEAN Treaty of Amity and Cooperation”. Kantor Sekretariat
ASEAN didirikan di Jakarta, dengan H.R. Dharsono dari Indonesia sebagai
Sekretaris Jenderal pertama. Satu tahun kemudian Letnan Jenderal TNI
Rais Abin diangkat menjadi Panglima United Nations Emergency Forces
(UNEF) II. Ini adalah pertama kalinya seorang perwira militer Republik
Indonesia memegang jabatan puncak dalam misi penjaga perdamaian PBB.
Duta Besar Titi Memet Tanuwidjaja menjadi perempuan Asia pertama yang
menduduki salah satu jabatan puncak-Direktur kawasan untuk Asia Timur
dan Pakistan di organisasi pendidikan dan kebudayaan dunia UNICEF.
juga dikenal dengan era orde baru. Sederet nama-nama presiden hadir
dalam mengisi kursi kepresidenan, diantaranya adalah B J Habibie,
Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, hingga Susilo Bambang
Yudhoyono, era setelah Orde Baru dikenal juga dengan era Reformasi.
Timbulnya kontrovesi dari apa yang telah dilakukan oleh Habibie yaitu
tidak berhaknya presiden transisional untuk memutuskan hal tersebut yang
akhirnya berimplikasi terhadap hubungannya dengan TNI yang semakin
memburuk. Habibie semakin dipojokkan dengan hadirnya pasukan penjaga
perdamaian yang dipimpin oleh Australia yang memasuki wilayah Timor-
Timur. Habibie menghadapi krisis legitimasi. Akhirnya Habibie memiliki
solusinya yaitu dengan membentuk Undang-Undang yang berkaitan dengan
HAM dan SARA yaitu Undang-Undang No.29/1999. Usaha Habibie menarik
simpati dari IMF dan juga World Bank dengan pencairan bantuan keuangan
kepada Indonesia (Mashad, 2008:186).
a. Umum.
Dari sedikit penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa TNI cukup aktif
terlibat dalam kegiatan diplomasi negara. Namun demikian, peran TNI dalam
diplomasi dirasa belum maksimal dan masih dapat dioptimalkan lagi.
Padahal, militer dapat memainkan peranan penting dalam diplomasi untuk
menunjang diplomasi negara. Keterlibatan militer dalam diplomasi negara
dapat mempermudah negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah yang akan
dikemukakan disini adalah bagaimana diplomasi pertahanan Indonesia
dalam mencapai kepentingan nasional. Mengacu kepada rumusan masalah
tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah bagaimana peran TNI dalam
diplomasi pertahanan, bagaimana mengoptimalkan peran diplomasi
pertahanan dalam mencapai kepentingan nasional, bagaimana hubungan
TNI dengan dengan Kemlu, sebagai leading sector diplomasi negara?
28M. Hatta, Mendayung Antara Dua Karang, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988).
29Rodon Pedrason, Asean Defence Diplomacy: The Road To Southeast Asian Defence Community, (Heidelberg:
University Heidelberg, 2015) hlm. 15.
395
d. Teori Sinergi.
e. Konsep Strategi.
30 Gregory Winger, The Velvet Gauntlet: A Theory of Defense Diplomacy, (Vienna: IWM Junior Visiting Fellows’
Conferences, 2014).
31 I. Syawfi, Aktivitas Diplomasi Pertahanan Indonesia Dalam Pemenuhan Tujuan-Tujuan Pertahanan Indonesia
2010.
33 Freddy Rangkuti, SWOT Balance Scorecard, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013), hlm.
34 .
35 Sri Anitah W., “Strategi Pembelajaran Matematika”, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), hlm. 124.
36 Salusu J., Pengambilan Keputusan Strategik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non Profit, (Jakarta:
h. Metode Penelitian.
41 K. J. Holsti, “National Role Conceptions in the Study of Foreign Policy”, International Studies Quarterly, Vol.
14, No.3, 1970, hlm. 233-309.
42 Mark R. Amstutz, International Ethics: Concepts, Theories, and Cases in Global Politics 4th Ed., (Boulder:
6).
398
Saat ini, kapasitas yang dimiliki oleh TNI masih jauh dari harapan
untuk dapat mengemban tugas diplomasi militer dengan target dapat
400
Saat ini TNI memiliki banyak kerja sama dengan militer negara
sahabat, baik itu melalui program latihan bersama, pendidikan dan operasi.
Dari kerjasama tersebut, tidak sedikit prajurit TNI yang di kirim ke luar
negeri untuk melakukan program-program tersebut, namun harus diakui
bahwa kontribusi prajurit khusunya terkait dengan diplomasi masih perlu
ditingkatkan. Dari sisi strategi, TNI masih perlu merumuskan kembali suatu
strategi yang jitu dan komprehensif dalam diplomasi. Kegiatan diplomasi
yang dilakukan oleh TNI baik oleh Mabes TNI maupun Mabes Angkatan terus
menerus dilaksanakan bahkan sudah menjadi suatu program tetap, tapi
pelaksanaanya belum tersusun dalam suatu strategi diplomasi TNI yang
utuh. Pelaksanaan diplomasi yang dilakukan oleh angkatan (TNI AD, AL dan
AU) masih dilaksanakan secara sendiri-sendiri tanpa strategi yang jelas
sehingga hasilya kurang dirasakan. Hal itulah yang mendorong Panglima
TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, dalam program kerjanya memasukkan
penguatan diplomasi militer sebagai salah satu target yang ingin dicapai.
penyusunan mission paper oleh Duta Besar LBBP tidak dilaksanakan secara
terkoordinasi dengan Atase Pertahanan RI.
Adanya kesamaan visi antara Duta Besar LBBP selaku kepala kantor
perwakilan diplomatik RI di luar negeri dengan komponen pelaku diplomasi
termasuk Atase Pertahanan RI di bawah kantor perwakilannya, sangat
penting dalam menjamin keberhasilan pelaksanaan tugas diplomasi yang
diemban oleh kantor perwakilian RI tersebut. Dengan adanya kesamaan visi
tersebut, maka akan mempermudah terciptanya sinergitas antar pelaku
diplomasi dari berbagai lembaga sehingga kepentingan nasionalpun akan
semakin mudah tercapai.
Pada tahun 1979, pihak Malaysia membuat peta baru mengenai tapal
batas kontinental dan maritim dengan yang secara sepihak membuat
perbatasan maritimnya sendiri dengan memasukan blok maritim Ambalat ke
dalam wilayahnya yaitu dengan memajukan koordinat 4°10' arah utara
melewati Pulau Sebatik. Indonesia memprotes dan menyatakan tidak
mengakui klaim itu, merujuk pada Perjanjian Tapal Batas Kontinental
Indonesia-Malaysia tahun 1969 dan Persetujuan Tapal batas Laut Indonesia
dan Malaysia tahun 1970. Indonesia melihatnya sebagai usaha secara terus-
menerus dari pihak Malaysia untuk melakukan ekspansi terhadap wilayah
406
Indonesia. Kasus ini meningkat profilnya setelah Pulau Sipadan dan Ligitan,
juga berada di blok Ambalat, dinyatakan sebagai bagian dari Malaysia oleh
Mahkamah Internasional.
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa dalam rangka perang melawan
terorisme dan untuk melindungi kepentingan nasionalnya, Australia tetap
menerapkan doktrin pre-emptive strike, atau serangan untuk
mengantisipasi, yang tentunya sangat mengancam kedaulatan negara lain di
kawasan. Keberadaan kelompok pelarian separatis Papua di Australia yang
memperoleh simpati dari sebagian rakyatnya serta adanya sekelompok
negara di kawasan Pasifik Selatan yang masih memberikan dukungan
terhadap gerakan separatis di Papua melalui Ikatan Melanesian Brotherhood,
yang tentunya berpengaruh terhadap situasi politik dan keamanan dalam
negeri Indonesia.
Ada beberapa kompetensi yang telah dimiliki oleh seseorang, dan ada
beberapa yang bisa diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan. Organisasi
perlu mengembangkan kompetensi bagi para pejabat dan staf yang terlibat
dalam diplomasi pertahanan. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh beberapa pihak, kompetensi-kompetensi yang perlu
dikembangkan antara lain Language Skills, Diplomacy and Negotiation Skills,
Relationship Building, Information Seeking, dan Analytical Thinking.
a. Umum.
b) Indonesia-Malaysia.
a) Mabes TNI.
3) Kemampuan.
ii. Multilateral.
ii. Multilateral.
(iv) Malaysia–Singapura–Indonesia–
Thailand (MALSINDOTHAI).
(v) Indonesia-Malaysia-Filipina
(INDOMALP Hubungan Internasional).
ii Multilateral.
423
(ii) Malaysia–Singapura–Indonesia
Thailand (MALSINDOTHAI).
(iii) Indonesia-Malaysia-Filipina
(INDOMALP Hubungan Internasional).
4) Gelar.
BAB VII
MILITER DAN POLITIK
a. Umum.
Militer tidak akan campur tangan dalam panggung politik jika rezim
sipil yang berkuasa mempunyai legitimasi yang kuat dan pertikaian antar
kelompok kepentingan dari pihak sipil tidak mengganggu kestabilan
dan jalannya pemerintahan. Militer akan melakukan intervensi jika
ketidakpastian politik begitu tinggi, para politisi lemah atau melakukan
politicking demi kepentingan sesaat atas nama golongannya masing-masing
yang menimbulkan ketidak stabilan politik. Memang sudah seharusnya di
dalam negara demokrasi seperti Indonesia ini, militer secara profesional
dan proporsional dikembalikan kepada peran dan fungsinya yang
mengemban tugas pokok sebagai alat pertahanan negara. Sudah
sepatutnya TNI lebih konsentrasi untuk membenahi diri dan menyiapkan
kembali segala yang diperlukan untuk mempertahankan negara ini dari
segala ancaman dari luar, dan tidak lagi mengharapkan untuk
berkecimpung di dunia politik praktis yang merupakan wilayah sipil. Rakyat
perlu mendukung terbentuknya Doktrin TNI baru yang menjamin TNI dapat
berperang membela setiap jengkal wilayah teritorial Republik Indonesia,
yang ditetapkan sebagai wilayah Nusantara oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat RI, sampai titik darah penghabisan, menggunakan peralatan
modern dengan tingkat kemandirian tinggi.
a. Umum.
Istilah sipil dalam bahasa Inggris “civilian” yakni (person) not serving
with armed forces, seseorang yang bekerja di luar profesi angkatan
bersenjata, sedangkan Cohan Elliot A. Cohan mendefenisikan pihak sipil
dapat berupa masyarakat umum, lembaga pemerintah dan swasta, para
politisi dan negarawan. Suhartono membatasi pihak sipil sebagai
masyarakat politik yang diwakili oleh partai politik. Sayidiman
Suryohadiprodjo memberikan batasan pengertian sipil sebagai semua
lapisan masyarakat. Dari berbagai pengertian di atas maka dibuat suatu
pengertian secara universal bahwa istilah sipil adalah semua orang baik
individu atau institusi yang berada di luar organisasi militer. Menurut ahli
politik Eric Nordinger dalam bukunya “Soldiers in Politics”, terdapat tiga
model kontrol militer terhadap masyarakat sipil yaitu model tradisional,
model liberal dan model penetrasi.
b. Model Tradisional.
c. Model Liberal.
d. Model Penetrasi.
c. Military Pretorian.
ekstrim (tipe penguasa) dan tipe yang kurang ekstrim (tipe penengah)
sebagai berikut :
a. Umum.
Setiap sistem memiliki ciri khas sehingga antara sistem yang satu
dengan sistem yang lain dapat dibedakannya. Untuk mengenali politik
sebagai suatu sistem maka ini akan dibahas tentang sistem politik, ciri-ciri
utama/sifat dasar dan karakteristik sistem politik. Pengertian sistem politik
sebenarnya adalah menggantikan istilah-istilah lama seperti “pemerintah”,
“bangsa”, atau negara dalam menggambarkan satu cara dalam melihat
fenomena politik.
Sistem politik merupakan salah satu sistem sosial, dan tentu berbeda
dengan sistem sosial yang lainnya yang ditunjukkan oleh ciri-ciri utamanya.
Untuk menambah atau memperkokoh pemahaman kita tentang apa itu
sistem politik maka pada bagian ini dikemukakan pendapat dari beberapa
ilmuwan politik mengenai ciri-ciri utama dan karakteristik sistem politik.
Menurut David Easton ada empat ciri sistem politik, sebagai berikut:
a. Umum.
b. Integrasi Politik.
c. Integrasi Nasional.
Istilah integrasi nasional berasal dari dua kata yakni integrasi dan
nasional. Menurut istilah integrasi mempunyai arti sebagai pembaruan atau
penyatuan, sehingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Menurut istilah
nasional mempunyai arti sebagai kebangsaan. Yang meliputi suatu bangsa
seperti ciri-ciri nasional, tarian tradisional, perusahaan nasional.
Sehubungan dengan penjelasan kedua istilah diatas, maka integrasi
nasional identik dengan integrasi bangsa yang mempunyai pengertian suatu
proses penyatuan atau pembaruan berbagai aspek sosial budaya ke dalam
suatu wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa yang dapat
450
BAB VIII
PENUTUP
RAHASIA