Anda di halaman 1dari 16

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2022/2023

TAKE HOME

Kajian Pemikiran Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Prof. Dr. SYAHIDIN. MPd.

SYAFARINA
NIM: 2208695

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2022
PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
=====================================================
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2022/2023
TAKE HOME

Mata Kuliah : Kajian Pemikiran Pendidikan Islam


Program Studi : S2 Pendidikan Agama Islam
Smester : I (satu)
Dosen Pengampu : Prof. Dr.Syahidin.MPd.
Hari/tgl : Jumat 16 Desember 2022 s.d 23 Desember 2022

Dikumpulkan dalam bentuk hard copy paling lambat


hari Jumat 23 Desember 2022 pukul 15.00

1. Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek sosial dalam ajaran Islam.
Keberadaannya seiring dengan kemunculan Islam itu sendiri. Kedatangan
Islam di jazirah Arab merupakan transpormasi besar bagi masyarakat Arab
pra Islam, khususnya dalam penataan sistem pendidikan, karena Islam
diturunkan lengkap dengan upaya pendidikannya.
a. Apakah telah terjadi upaya-upaya pendidkan pada masa pra Islam,
bagaimana bentuknya, apa yang dipelajari, siapa gurunya, dimana proses
pembelajarannya berlangsung?

Jawaban:
Pendidikan di negeri Arab pra Islam dilaksanakan melalui peniruan dan cerita.
Anak - anak tumbuh dan berkembang meniru dan mendengar hikayat orang
dewasa. Kaum Arab mengekspresikan dan membanggakan nilai-nilai
kemasyarakatan dalam kabilahnya melalui syair -syair. Ilmu yang mereka kenal
terbagi menjadi tiga bidang ilmu pengetahuan yaitu :

1. Ilmu tentang nasab: keturunan, sejarah dan perbandingan Agama


2. Ilmu ru'ya: mimpi
3. Ilmu tenung: sihir

Kaum Arab dikenal tidak bisa baca tulis, mereka hanya mengandalkan otak dalam
menghafal dan meriwayatkan syair. Oleh karena itu mereka tidak memiliki buku
untuk mewariskan ilmu pengetahuan kecuali dengan menghafal.

Keluarga merupakan perantara utama dalam pendidikan bagi bangsa Arab.


Masyarakat Arab sebelum Islam menerapkan pola pendidikan keluarga yang
diarahkan pada pemberian pembiasaan, keterampilan, sifat dan karakter yang
harus dimiliki oleh seseorang kehidupan keluarga. Pendidikan dalam arti
mencerdaskan masyarakat dengan memberikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan kerja hanya menjadi milik kaum elit, itulah sebabnya, pada masa itu
jumlah orang yang cerdas, dapat membaca, menulis dan menghitung jumlahnya
masih dapat dihitung dengan jari.

Masyarakat Arab sebelum Islam memili kesusastraan seperti puisi dan prosa. Ia
diciptakan untuk mengungkapkan dan melukiskan adat istiadat, tata susila, agama,
kepercayaan, kepahlawanan, peperangan, pesoana alam, dan lain-lain. Pada
waktu-waktu tertentu diadakan lomba pembacaan puisi di tempat-tempat dimana
orang Arab sering berkumpul. Bagi yang memenangkan lomba tersebut, maka
karya puisinya akan digantug di dinding Ka'bah. Adapun tempat penyelenggaraan
pembacaan puisi itu ada lah Ukaz, Majinnah, dan Zu Majjaz.

Kesusastraan berbentuk prosa pun maju pesat di daerah ini. Bentuk dari prosa bisa
berbentuk lisan maupun tulisan. Masyarakat Islam sebelum Islam pada saat itu
gemar sekali membacakan prosa dan cerita-cerita di saat- saat tertentu, misalnya
saat pertemuan-pertemuan resmi dan hanya berkumpul-kumpul saja. Dan
kebiasaan itu menjadi budaya yang berlanjut hingga Islam datang ke Arab.

Bangsa Arab pada saat itu telah memiliki kemajuan ilmu pengetahuan yang tinggi
pula. Ilmu lain yang dimiliki mereka antara lain :

1. Ilmu Bangunan: hal ini dapat dibuktikan oleh kemampuan mereka


membuat rumah dengan cara memahat gunung-gunung batu, mereka juga
mampu membuat bangunan raksasa bernama Ma'rib yang mampu
menampung air tatkala hujan. Lalu air itu dialirkan ke rumah-rumah
penduduk untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Ilmu sejarah : paza zaman itu ilmu sejarah hanya terbatas pada silsilah
keturunan saja. Mereka sangat pandai menghafal walaupun itu sangat
panjang, mereka jaga baik-baik silsilah tersebut karena mereka memiliki
kebanggaan. Setelah kelahiran Islam, silsilah tersebut dipergunakan untuk
menghafal urutan hadist atau Rijalul Hadist.

3. Ilmu Tentang Iklim : pengetahuan mereka tentang iklim pada saat itu
masih sangat sederhana. Mereka hanya tau kapan waktu menanam kurma,
dan kapan waktu datangnya musim dingin untuk berdagang ke Yaman, dan
musim panas berdagang ke Syam.

4. Ilmu Astronomi : menurut pengetahuan mereka, bintang itu dibagi atas 12


kelompok, yaitu enam buruj utara yang terdiri dari mizan, aqrab, qus, juddi,
dalwu, dan hut. Buruj selatan yaitu; hama, seer, sarthoon, asal, dan
sumbullah.

Sebutan masyarakat jahiiyyah sebagai zaman kebodohan sebenarnya adalah salah.


Pengetahuan mereka amat maju dan peradabannya beraneka ragam. Zaman
jahiliyah bisa dikatakan sebagai zaman dimana orang-orang Arab Jahiliyah dahulu
kala memiliki sifat pembangkang kepada Tuhannya. Mereka memiliki akal pikiran
namun tidak dipergunakan. Mereka bertingkah diluar aturan Tuhan.
b. Konsep pendidikan (prinsip, tujuan, dan metode pembelajaran) seperti apa
yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, dan para sahabatnya
sehingga Islam menyebar sangat cepat ke berbagai wilayah

Jawaban :
Konsep Pendidikan yang dilakukan Rasulullah dalam pelaksanaan pembelajaran
adalah dengan Rasulullah memberikan contoh secara langsung. Hal ini beliau
lakukan sebab dampak terhadap pemahaman para sahabat akan lebih besar dengan
menggunakan ilustrasi daripada disampaikan melalui metode ceramah. Rasulullah
bersabda yang artinya, “Dari Ibnu Umar, Rasulullah SAW bersabda: ajarkanlah
anakmu berenang, memanah, dan berkuda” (HR. Imam Baihaqi).

Selain pembelajaran dengan mempraktikkan langsung di depan para sahabat, Nabi


juga melaksanakan pembelajaran dengan metode yang bertahap. Hal ini beliau
lakukan dengan cara mengajarkan suatu ilmu dengan cara berangsur angsur dan
tidak sekaligus, dengan tujuan lebih mudah dipahami oleh para sahabat.
Rasulullah mencontohkan pembelajaran dengan metode ini sebagaimana yang
telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa sebagian sahabat berkata,
“Rasulullah SAW mengajarkan mereka 10 ayat setiap hari, dan beliau tidak
menambahkan pelajaran sebelum mereka benar-benar memahami serta
mengamalkan apa yang terdapat dalam 10 ayat tersebut. Setelah itu, baru beliau
menambahkan pelajaran selanjutnya”. (HR. Imam Ahmad)

Dalam pengajarannya, Rasulullah SAW selalu memilih metode yang paling baik
dan istimewa, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajarannya dapat dicapai
secara efektif dan efisien, ada banyak metode yang beliau gunakan dalam
pengajarannya, di antaranya sebagai berikut;
a. Metode Pembelajaran Dengan Keteladanan (Prilaku yang Baik dan Budi
Pekerti Luhur.
b. Mengajar Secara Bertahap
c. Metode Dialog dan Tanya Jawab
d. Metode Targhib (Motivasi) dan Tarhib (Ancaman)
e. Metode Nasehat (Mau’izhah)
f. Metode Kepuasan Logis.

Adapun langkah-langkah membangun peradaban dalam pendidikan Islam masa


Rasulullah SAW dan para sahabat sehingga Islam menyebar sangat cepat ke
berbagai wilayah
1) Membangun Mesjid
Paling tidak, ada dua aspek yang rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam
terapkan setibanya di Madinah. Pertama, aspek spiritual dengan
membangun masjid. Sebagai mana yang ditulis syeikh Shafiyyurrahman
Al-Mubarakfuri dalam sirah nabawiyyah, langkah paling pertama yang
beliau lakukan adalah membangun masjid yang kemudian dikenal dengan
masjid Nabawi, Rasulullah saw terjun langsung dalam pembangunan ini.

Masjid yang didirikan nabi bukan hanya untuk melaksanakan shalat semata,
tapi juga tempat mengenyam pendidikan bagi semua umat muslim, sebagai
balai pertemuan untuk mempersatukan umat islam dan membahas berbagai
masalah, juga tempat tinggal kaum muhajirin yang tak membawa harta ke
Madinah. Fakta tersebut tentu berseberangan dengan keadaan sekarang. Di
mana kaum muslimin kebanyakan hanya menggunakan masjid sebagai
sarana ibadah seperti shalat. Sangat jarang ditemukan masijd yang
Multifungsi.

Kedua, aspek sosial dengan mempersaudarakan dan mempersatukan


kaum muslimin. Setelah Rasulullah membangun masjid, Rasulullah lalu
mengambil tindakan spektakuler, yaitu dengan mempersaudarakan kaum
muhajirin dan kaum anshar. Tentang hal ini, Ibnu Qayyim menuturkan,
“kemudian Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam mempersaudarakan
antara orang-orang muhajirin dan kaum anshar di rumah Anas bin Malik.
Mereka yang dipersaudarakan ada Sembilan puluh shahabat, separuh dari
muhajirin dan separuhnya dari anshar.”

Selain itu, makna persaudaraan ini menurut Muhammad al-ghazali adalah


agar fanatisme jahiliah menjadi cair dan tidak ada yang dibela selain Islam,
juga agar perbedaan-perbedaan warna kulit, dan daerah tidak mendominasi,
dan agar seseorang tidak merasa lebih unggul dari yang lainnya. Di samping
mempersaudarakan, Rasululullah juga banyak menganjurkan persatuan dan
saling tolong menolong di antara umat Islam, agar umat Islam semakin
solid.

Diantara hadits-hadits beliau di masa-masa awal hijrah antara lain; Abdullah


bin salam berkata, ”tatkala Rasulullah saw tiba di Madinah, aku
mendatangi beliau, maka aku bisa melihat bahwa wajah itu bukan lah
wajah pendusta. Yang pertama kali kudengar dari beliau adalah sabda
beliau, “wahai sekalian manusia, sebarkanlah salam, berikanlah makanan,
sambunglah tali persaudaraan, dan shalatlah di malam hari ketika orang
lain sedang tidur, niscaya kalian akan masuk Surga dengan selamat.” (HR
At-tarmidzi, ibnu majah, dan Ad-darimi).

2) Membangun Lembaga Pendidikan dan Penelitian Ilmu Pengetahuan


dan Teknologi

Islam sendiri adalah suatu peradaban yang tumbuh dan berkembang


berdasarkan pada wahyu sehingga memiliki pandangan hidup yang
sempurna, yang dapat dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehingga
muncul dari dalamnya tradisi keilmuan yang dapat memberikan manfaat
kepada masyarakat. Sehingga terciptalah masyarakat yang aman tenteram
dan damai.

Dalam Islam tidak ada dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan.
Seperti halnya yang dikatakan oleh Jamaluddin Al-Afghani bahwasanya
barang siapa melarang belajar sains dan ilmu pengetahuan dengan alasan
untuk menjaga agama Islam, maka ia adalah musuh agama yang sebenarnya.
Sikap Islam sendiri terhadap ilmu pengetahuan yang ada di Eropa yaitu
dengan mengasimilisasikannya dengan ajaran Islam, sehingga Islam sebagai
agama dan peradaban menyempurnakan ajaran-ajaran terdahulu. Kontribusi
Islam sendiri kepada Barat terjadi ketika masa pembebasan Andalusia pada
abad ke 7 M.
3) Menguasai Politik dan Pemerintahan

Kita semua tahu bahwa dengan menguasai politik dan pemerintahan semua
keinginan kita dapat tercapai secara cepat dan meluas, baik itu keinginan
secara pribadi maupun keinginan masyarakat secara umum untuk sebuah
kemajuan dan kesejahteraan. Adapun untuk kemajuan sebuah peradaban
tentunya dengan membuat kebijakan dan aturan serta membangun struktur
pendidikan yang lengkap dan komprehensif ditengah tengah masyarakat.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat hingga masa
kekhalifahan. Masa kejayaan pendidikan islam pada periode ini, islam
dibawah kekuasaan Bani Abbasiyah, karena pada masa inilah diwarnai
berkembangnya ilmu-ilmu aqliyah, berdirinya madrasah, dan Universitas,
munculnya ilmuan saintik serta puncak perkembangan kebudayaan Islam.

c. Pada awal mulanya pendidikan Islam dilaksanakan secara utuh, namun


pada perkembangan berikutnya di dunia Islam terjadi dikotomi antara
pengembangan potensi akal, hati dan keterampilan tangan. Coba anda
uraikan sejak kapan terjadi pemikiran dikotomis umat Islam dalam sistem
pendidikan Islam, apa yang menyebabkan hal itu terjadi, dan bagaimana
cara mengembalikan pendidikan Islam pada keutuhannya

Jawaban:
Dalam sistem pendidikan Islam, dikotomi dapat dipahami sebagai dualisme sistem
pendidikan antara pendidikan agama Islam dan pendidikan umum yang
memisahkan kesadaran keagamaan dan ilmu pengetahuan. Sistem pendidikan
yang dikotomik pada pendidikan Islam akan menyebabkan pecahnya peradaban
Islam dan akan menafikan peradaban Islam yang kaffah dan universal.

Terjadinya pemisahan ilmu agama dan ilmu umum yaitu sekitar abad pertengahan,
dimana umat tidak mempedulikan sains, ilmu pengetahuan dan tekhnologi
sehingga umat Islam mulai terpuruk. Waktu itu, yang berpengaruh hanyalah
ulama-ulama fiqih sehingga umat islam mengalami ketebelakangan dalam hal
IPTEK. Pertama, Penjajahan Barat atas Dunia Islam; Penjajahan orang-orang
Barat terhadap dunia Muslim telah dicatat oleh sejarawan yang berlangsung sejak
abad VIII hingga abad XIX M. Kedua, Modernasasi atas dunia Islam; Faktor lain
yang dianggap telah menyebabkan munculnya dikotomi system pendidikan di
dunia Muslim adalah modernisasi. Ketiga, umat Islam kurang peduli terhadap
Iptek; Diantara terjadinya dikotomi pendidikan Islam adalah umat Islam kurang
peduli terhadap sains, ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Keempat, adanya
tarekat; Bidang ini menanamkan paham taklid dan membatasi kajian agama pada
ilmu-ilmu agama saja seperti ilmu tafsir, ilmu aqidah, dan seluruh ilmu yang
sampai sekarang disebut ilmu agama, serta menimbulkan sulitnya mengubah
anggapan itu

Untuk menghilangkan dikotomi itu dengan cara meletakkan epistemologinya dan


teori sistem pendidikan yang bersifat utama Pertama, dari segi epistemologi, umat
Islam harus berani mengembangkan kerangka pengetahuan masa kini yang
teraktualisasi secara menyeluruh. Kedua, perlu ada suatu kerangka teoritis ilmu
dan teknologi yang menggambarkan beberapa gaya dan metode aktivitas ilmiah
serta teknologi yang sesuai tinjauan dunia yang mencerminkan nilai dan norma
budaya Muslim Ketiga, Perlu diciptakan teori-teori pendidikan yang memadukan
ciri-ciri terbaik system tradisional dan sistem modern. Sistem pendidikan
integralistik itu secara sentral harus mengacu pada konsep ajaran Islam, seperti
tazkiah al-nafsu, tauhid dan sebagainya

2. Merujuk pada sejarah peradaban Islam sejak masa klasik sampai masa
modern, para ulama tidak pernah berhenti memikirkan bagaimana
mengembangkan Pendidikan di dunia Islam. Jika kita telusuri hasil pengkajian
mereka tentang pemikiran pendidikan mereka, maka dapat dikategorikan pada
3 corak berpikir dengan menggunakan 3 pendekatan

a. Coba anda petakan ke tiga pendekatan tersebut berikut penjelasannya

Jawaban:
1. Bayani adalah sebuah metode berfikir yang berdasarakan pada teks kitab suci
(Al-quran). pendekatan bayani melahirkan sejumlah produk hukum islam (fiqih
islam) dan bagaimana cara menghasilkan hukum dimaksud (ushul fiqih)
dengan berbagai variasinya. selain itu juga melahirkan sejumlah karya tafsir
Al-quran.
2. Irfani adalah model penalaran yang berdasarakan atas pendekatan dan
pengalaman spiritual langsung atas realitas yang tampak. bidik irfani adalah
esoterir atau bagian batin, oleh karena itu, rasio yang dugunakan hanya untuk
menjelaskan pengalaman spritual. metodologi dan pendekatan irfani mampu
menyusun dan mengembangkan ilmu kesufian.
3. Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarakan atas teks suci
maupun pengalaman spritual melainkan berdasarkan keruntutan logika.
kebenaran dalam spekulatif metodologi ini persis seperti yang diperagakan oleh
metode keilmuan yunani yang landasanya murni pada cara kerja empirik.
kebenaran harus dibuktikan secara empirik dan diakui menurut penalaran logis.
pendekatan burhani mampu menyusun cara kerja keilmuan dan mampu
melahirkan sejumlah teori dan praktis ilmu seperti : ilmu-lmu biologi,fisika,
astronomi, geologi dan bahkan ilmu ekonomi, pertanian dan pertambangan.

b. Sebutkan 2 tokoh dari masing masing pendekatan, beserta pemikiran


pendidikannya, dari tokoh ulama klasik maupun ulama kontemporer

Jawaban:
 Tokoh dengan Pendekatan Bayani
1. Imam Syafi'i (w. 204 H.) dianggap sebagai peletak pertama dasar aturan-
aturan penafsiran wacana bayani, yang melandasi nalar tradisi Arab-Islam.
Karena di tangannyalah hukum-hukum bahasa Arab dijadikan acuan untuk
menafsirkan teks-teks suci, terutama hukum qiyas, dan dijadikan sebagai
salah satu sumber penalaran yang absah untuk memaknai persoalan-
persoalan agama dan kemasyarakatan. Maka dalam konteks inilah bahwa
yang dijadikan acuan utama adalah nash atau teks suci. Syafi'i meletakkan
aturan dasar al-ushul al-bayaniyyah sebagai faktor yang paling penting
dalam aturan penafsiran wacana. Maka konsekwensi logisnya adalah
berfikir atau bernalar, menurutnya, berfikir dalam kerangka nash.

Berdasarkan sosio historis yang ada, imam Syafi’i menjadikan bayan


tampil lebih ilmiah dan kemudian di ikuti oleh orang-orang setelahnya.
Imam Syafi’i merumuskan bayan khusus terkait dengan al-Qur’an dalam
lima tingkatan:

1) Bayan yang tidak memerlukan penjelasan.


2) Bayan yang beberapa bagiannya membutuhkan penjelasan al-sunnah.
3) Bayan yang keseluruhannya bersifat umum dan membutuhkan
penjelasan.
4) Bayan yang tidak terdapat dalam al-quran namun terdapat dalam al-
sunnah, dan
5) Bayan yang tidak terdapat dalam al-quran dan al-sunnah, yang dari
sinilah kemudian muncul qiyas sebagai ‘metode’ ijtihad.

Dari lima derajat bayan tersebut kemudian Syafi’i merumuskan empat


dasar pokok agama, yaitu
a. al-Quran,
b. al-Sunnah,
c. Ijma’ dan
d. Qiyas.

2. Ibn Wahb yang mencoba menjadikan bayan sebagai metode untuk


membangun konsep di atas dasar ashul-furu’. Ia menambahkan
pemahaman terhadap bayan bukan hanya teks suci saja akan tetapi lebih
dari itu.Ia merumuskan dari sisi tingkat kepastian atau penunjukannya, ada
empat tingkatan yang perlu bayan, yaitu:
1) penjelasan sesuatu dengan menunjukkan bentuk materi
pertanyaannya yang mengandung aksiden dan subtansi (bayan bi al-
i’tibar);
2) penjelasan sesuatu dengan pemahaman/ perenungan dalam batin
untuk menentukan benar-salah atau sybhat (bayan bi al-qalb);
3) penjelasan sesuatu dengan redaksi lisan (bayan bi al-‘ibarat);
4) penjelasan sesuatu dengan redaksi tulisan (bayan bi al-kitab).

 Tokoh dengan Pendekatan Irfani


1. Rabi’ah Al-adawiah ( 95-185 H ) Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah
binti Ismail Al-adawiah Al-bashriah Al-qaishiah ia diperkirakan lahir
pada tahun 95 H/713 M. atau 99 H/717 M, di suatu perkampungan dekat
kota Bashrah (Irak) dan wafat di kota itu pada tahun 185H/801M. ia
dilahirkan sebagai putri ke empar dari keluarga yang sangat miskin. Kedua
orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil. Saat terjadinya bencana
perang di Basyrah ia dilarikan penjahat dan dijual kepada keluarga Atik
dari suku Qois Banu Adwah. Pada keluarga inilah ia bekerja keras, tetapi
akhirnya dibebaskan lantaran tuannya melihat cahaya yang memancar di
atas kepala Rabi’ah dan menerangi seluruh ruangan rumah pada saat ia
beribadah.
Ajaran Tasauf: Mahabah (Cinta) Rabi’ah Al-Adawiah tercatat sebagai
peletak dasar tasauf berdasarkan cinta kepada Allah. Sementara generasi
sebelumnya merintis aliran Asketisme dalam Islam berdasarkan rasa takut
dan pengharapan kepada Allah.Rabi’ah pula yang pertama mengajukan
pengertian rasa tulus ikhlas dengan cinta yang berdasarkan permintaan
ganti dari Allah. Untuk memperjelas pengertian Al-Hubb yang diajukan
Rabi’ah yaitu Hubb Al-Hawa dan Hubb Anta Ahl Lahu, perlu di kutip
tafsiran beberapa tokoh berikut: Abu Talib Al-Makiy dan Qut Al-
Qulub bahwa makna Hubb Al-Hawa adalah rasa cinta yang timbul dari
nikmat-nikmat dan kebaikan yang diberikan kepada Allah. Adapun Al-
Hubb Anta Ahl Lahu adalah cinta yang tidak didorong kesenangan indrawi,
tetapi di dorong zat yang dicinta. Cinta yang kedua ini tidak mengharapkan
balasan apa-apa. Kewajiban-kewajiban yang dijalankan Rabi’ah timbul
karena perasaan cinta kepada zat yang dicintai.

2. Dzu An-Nun At-Mishri (180-246H) Dzu An-Nun Al-Mishri adalah


nama julukan bagi seorang sufi yang tinggal di sekitar pertangahan abad ke
tiga hijrah. Nama Abu Al-Faidh Tsauban bin Ibrahim. Ia di lahirkan di
Ikhmim, dataran tinggi Mesir, pada tahun 180H/796M dan meninggal pada
tahun 246H/856 M. Asal mula Al-Mishri tidak banyak di ketahui, tetapi
riwayatnya sebagai seorang sufi banyak diutarakan. Al Mishri dalam
perjalanan hidupnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ia pernah
menjelajahi berbagai daerah di Mesir, mengunjungi Bait Al-Magdis,
Maqdad, Mekah, Hijas, Syiria. Hal ini menyebabkan ia memperoleh
pengalaman yang banyak dan mendalam.

Al-Mishri adalah pelopor faham makrifat. Makrifat sebenarnya adalah


musyahadah qalbiah (penyaksian hati), sebab makrifat merupakan fitrah
dalam hati manusia sejak azali. Pandangan-pandangan Al-Mishri tentang
Ma’rifat pada mulanya sulit diterima kalangan teolog sehingga ia dianggap
sebagai seorang Zindiq.
a. Sesungguhnya makrifat yang hakiki bukanlah ilmu tentang keesaan
tuhan dan bukanlah ilmu nazar milik para hakim, tetapi makrifat
terhadap keesaan tuhan yang khusus dimiliki para wali. Sebab mereka
adalah orang yang menyaksikan Allah dengan hatinya.
b. Makrifat yang sebenarnya adalah bahwa Allah menyinari hatimu
dengan cahaya makrfat seperti matahari tak dapat dilihat, kecuali
dengan cahaya.

Kedua pandangan Al-Mishri diatas menjelaskan bahwa makrifat kepada


Allah tidak dapat di tempuh melalui pendekatan akal dan pembuktian tetapi
dengan jalan makrifat batin, yakni Tuhan menyinari hati manusia dan
menjaganya dari ketercemasan. Adapun tanda-tanda seorang ‘arif, menurut
Al-Mishri adalah sebagai berikut:
a. Cahaya makrifat tidak memadamkan cahaya kewaraannya
b. Ia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir
c. Banyaknya nikmat tuhan tidak mendorongnya menghancurkan
tirai-tirai larangan Tuhan
 Tokoh dengan Pendekatan Burhani
1. Ibn Rushd dianggap sebagai sosok yang paling sempurna
merepresentasikan tipe burhani ini. Tipologi sistem ini tidak berpegang
pada nash semata, juga tidak pada intuisi, tapi pada akalnya

Menurut Ibn Rushd, pengetahuan bersumber atas 2 hal: wahyu dan realitas,
baik fisik maupun non-fisik. Namun, kedua sumber ini tidak bersifat
mandiri melainkan satu kesatuan yang tidak ter pisahkan, sehingga
pengetahuan yang lahir dari kedua nya tidak saling ber tentangan. Sarana
yang digunakan untuk mendapat kan pengetahu an ter diri atas 3 hal:
indera eksternal, indera internal, dan intelek, sedang metode nya terdiri
atas 2 tahapan, yaitu pembentuk an teori (tas}awwur) dan penalaran logis
(tasdiq). Pemikiran epistemologi Ibn Rushd ini mem punyai konsekuensi-
konsekuensi tertentu. Konsep dua sumber penge tahuan dapat
mempertemukan agama dan filsafat, tetapi juga dapat menggiring kepada
materialism dan sekularisme jika dipisahkan. Sementara itu, pada aspek
sarana, pemberian prioritas pada rasio dibanding intelek dapat dianggap
mengerdilkan potensi dasar manusia yang tidak hanya terdiri atas rasio,
tetapi juga emosi dan spiritualitas, padahal potensi emosi dan spiritual
dinilai lebih besar daripada rasio yang hanya menyumbang 20% dari
kesuksesan manusia.

2. Ibnu Khaldun Nama lengkap dari Ibnu Khaldun ialah Abd Arrahman Ibn
Muhammad Ibn Muhammad Ibn Abi Bakr Muahmmad Ibn Al-Hasan Ibn
Khaldun yang merupakan seorang pakar sains Islam, bapak ilmu Sejarah
, seorang sejarawan muslim, filosof, ekonom dan politisi dan juga
seorang pendidik dari semua predikat yang diberikan dan dikenal
sebagai sosok pencerah para sosiolog yang lahir pada 1 Ramadhan
723 H dan wafat di Kairo Mesir pada tanggal 25 Ramadhan 808 H/
19 Maret 1406

Sebagai filosof muslim, pemikiran Ibnu Khaldun sangatlah rasional dan


banyak berpegang dengan logika. Meskipun corak pemikirannya
dilatarbelakangi Al-Ghazali dan Ibn Rusyd, dan bankan dituding lebih
cenderung bercorak Ibn Rusyd namun justru ia mencela konsep
metafisika yang dikonsepkan oleh Ibn Rusyd dan bahkan disni ia
mampu memsintesiskan pemikiran kedua tokoh yang bertentangan
tersebut, yakni pemikiran baru bersifat rasionalistik-sufistik. Begitu
juga dalam pandangan mengenai pendidikan Islam berpijak pada
pendekatan Filosofis –Empiris. Pendekatan ini memberikan arah baru bagi
dalam pemikiran visi Pendidikan Islam secara ideal dan praktis. Sebagai
ilmuan Ibnu Khaldun telah berhasil melahirkan pemikiran sintesa
antara idealis dan realisme

c. Sebutkan hasil pengkajian pemikiran Pendidikan Islam dari seorang tokoh


secara utuh, silahkan anda ambil seorang tokoh saja apakah tokoh ulama
klasik atau ulama kontemporer

Jawaban:
Ibnu Kahldun merupakan muslim tasawuf yang masuk didalam dunia yang
berjiwa ilmiah. Hal ini bisa dilihat dalam setiap kajiannya tentang suatu
keilmuan yang selalu diiringi konsep ilmiah juga dibarengi pembahasan aya-
ayat Al-qur‟an sebagai kajian pendukung baik pendek maupun panjang.

Dalam corak pemikiran yang telah diulas secara singkat sebagai seorang
ilmuan dan filosof, semua itu didukung faktor sosio-kultural pada masa itu
yang kemudian menjadikan ia seorang ilmuan yang kahs Rasionalistik-empiristik
dan sufistik. Lalu konsepnya tentang tujuan pendidikan yang dituangkan dalam
karyanya di “Muqaddimah“ barang siapa yang tidak terdidik oleh orang
tuanya, maka ia akan terdidik oleh zaman” artinya barang siapa yang tidak
memperoleh tata karma yang dibutuhkannya yang berkaitan dengan didikan
dari orang tua, yang mencakup guru dan orang sesepuh, dan tidak
mempelajari himah dari mereka, maka ia akan mempelajarinya dengan
bantuan alam, dari kejaidan-kejadian dizaman itu (Khaldūn 1967, 527).

Pendidikan menurutnya memiliki pemahaman yang luas, bukan hanya proses


belajar mengajar yang dibatasi ruang dan waktu, namun pendidikan lebih
dari itu dimana pendidikan merupakan proses manusia yang secara sadar
menangkap, menyerap, dan menghayati peristiwa alam sepanjang zaman
untuk diambil hikmah didalamnya. Alasan lain mengapa Ibnu Khaldun
membuat konsep tentang pendidikan dalam pemikirannya ialah manusia itu
bodoh secara esensial (jahil) seperti binatang, karena manusia hanya setetes
sperma , segumpal darah, sekerat daging dan masih ditentukan rupa
mentalnya, namun Allah membedakan manusia dan hewan ialah dengan
memberikan akal pikiran pada manusia, yang pada mulanya manusia
menggunakan akal pemilah, kemudian akal eksperimental dan akhirnya
manusia menggukan akal kritis. Dengan akal inilah manusia mampu bertindak
secara teratur dan terencana, sifat kesempurnaannya ini lahir ketika
sifatkebinantangannya melalui proses penyempurnaan dengan cara mencari
pengetahuan, melalui indera yang ada ditubuhnya baik pendengaran,
penglihatan dan pikiran dan membuat manusia memiliki ilmu dan faham
akan dirinya beserta fenomena alam

3. Sejak masa pertengahan sampai sekarang - termasuk pengembangan


pendidikan Islam di Indonesia, terjebak ke dalam pemikiran sekular atau
dikotomis antara ”islamic knowledge” dan ”non islamic nowledge”
a. Coba anda jelaskan statement di atas, dan mengapa hal itu bisa terjadi

Jawaban:
Pernyataan tersebut bisa terjadi karena beberapa hal :
1. Ada sebuah kesenjangan antara islamic knowledge dengan non Islamic
knowledge dimana pengetahuan islam senantiasa pengajarkan dan
mengamalkan apa yang menjadi sebuah tradisi dan meyakini sebuah hukum
yang mutlak ketika mempelajari pengetahuan islam sedangkan pengetahuan
non islam terlalu jauh melihat kebarat tanpa ada sebuah pondasi yang
mungkin saja mereka berpondasi tanpa melihat dasar dasar pengetahuan.
Sehingga ada sebuah kesenjangan yang sangat jelas karena yang satu berfikir
terlalu kanan sehingga lupa bahwa Allah itu subjektif dalam anjuran
pengembangkan keilmuan begitupun yang kiri, mereka lupa pada hakikatnya
sumber ilmu pengetahuan yang saya yakini itu berasal dari islam.
2. Adanya propaganda dunia barat dan kaum sekuler yang sudah masuk dan
menyebar dalam berbagai lini kehidupan. Propaganda ini bertujuan
memisahkan antara ritualitas keberagamaan dengan ilmu pengetahuan
supaya umat islam cukup saja beribadah untuk urusan akhirat tanpa harus
ikut campur dalam masalah masalah keduniawian sehingga merekalah
(kaum sekuler) yang akan menguasai politik, ekonomi dan pemerintahan.
Mereka meracuni pemikiran umat islam dengan masuk melalui jalur politik
dan ekonomi serta menyusup melalui kurikulum di sekolah dan mengkader
para ilmuan ilmuan berpaham liberal yang kemudian disebar diseluruh
negara negara muslim termasuk Indonesia.

b. Fenomena dikotomis apa saja yang anda lihat, dan faktor-faktor apa saja
yang menimbulkan kondisi seperti itu

Jawaban:
Dikotomi pengetahuan yang sangat jelas bahkan sudah lama terjadi di tengah
tengah kita adalah pemisahan sistem pendidikan berikut kurikulum yang terjadi
baik disekolah sekolah umum maupun di madrasah atau pesantren. Salah satu
dampak negatif dari dikotomi sistem pendidikan terutama di Indonesia adalah
munculnya ambivalensi orientasi pendidikan Islam. Disini bisa kita amati, dalam
pendidikan pesantren masih dirasakan adanya kekurangan dalam program
pendidikannya. Misalnya saja, pendidikan dalam bidang muamalah yang
mencakup penguasaan berbagai disiplin ilmu dan keterampilan. Ada anggapan
bahwa seolah semua itu bukan merupakan bidang garapan Islam, melainkan
garapan khusus pendidikan umum atau sekuler. Begitu juga yang terjadi di sekolah
sekolah umum, sangat sedikit alokasi waktu untuk mata pelajaran agama Islam
berikut penerapan ritual keberagamaan yang terjadi dalam proses belajar mengajar
dan di lingkungan sekolah

Ketika orientasi pendidikan mengalami dikotomi maka akan berimbas pada


kurikulum atau materi yang disampaikan. Dalam suatu materi akan ada pemisahan
antara ilmu agama dan ilmu non agama. Sehingga salah satu dari keduanya akan
ada yang dikesampingkan dan akan ada yang lebih diutamakan.

c. Menurut pendapat anda strategi apa yang harus dilakukan dalam upaya
merubah sistem pendidikan Indonesia yang dikotomis tersebut menjadi
sistem pendidikan yang integral

Jawaban:
Mengatasi dikotomi sistem pendidikan di negara Indonesia hanya bisa dilakukan
dengan dengan jalur politik karena negara kita merupakan negara hukum yang
berbentuk Republik dan upaya yang dilakukan bisa melaui 2 (dua) cara:
 Pertama dengan cara “Top Down” yaitu melalui kebijakan seorang
pemimpin dalam hal ini kebijakan yang dibuat oleh Presiden melui Menteri
Menteri terkait dan disetujui oleh mayoritas suara di Parlemen (DPR)
untuk merubah Sistem Pendidikan. Cara ini adalah cara yang paling singat
dan jitu jika para pembuat kebijakan tersebut sudah memiliki satu
kesamaan ide dan pemikiran.
 Yang kedua dengan cara “Bottom Up” yaitu dimulai dari diri sendiri,
lingkungan terkecil di keluarga, masyarakat dan lembaga lembaga
Pendidikan serta melalui komunitas dan organisasi keagamaan. Cara ini
dilakukan dengan membentuk generasi yang memiliki pemahaman
keagamaan yang moderat sehingga suatu saat nanti mereka akan menjadi
seorang pemimpin yang dapat merubah semua sistem yang selama ini
belum baik menjadi lebih baik lagi termasuk sistem Pendidikan kita. Hanya
saja kita tahu bahwa sebuah perubahan yang baik akan memberikan waktu
dalam praktek lapangan yang lumayan lama dan harus ditunjang oleh
segala aspek, mulai dari lembaga, sumber daya manusia, materi ajar dan
kurikulum yang bisa menerapkan bahkan menginternalisasikan sebuah
harapan yang kita inginkan bersama.

4. Dalam catatan sejarah pendidikan Indonesia, pesantren merupakan salah satu


cikal bakal institusi pendidikan Islam di Indonesia yang telah banyak
menghasilkan para tokoh nasional
a. Jelaskan secara singkat latar belakang sejarah munculnya pesantren dan
perkembangannya

Jawaban:
Dalam catatan sejarah, Berdirinya pondok pesantren bermula dari seorang kiyai
yang menetap (bermukim) disuatu tempat. Kemudian datanglah santri yang ingin
belajar kepadanya dan di luar. Turut pula bermukim di tempat itu. Sedangkan
biaya kehidupan dan Pendidikan disediakan bersama-sama oleh para santri dengan
dukungan masyarakat di sekitarnya. Hal ini memungkinkan kehidupan pesantren
bisa berjalan stabil tanpa dipengaruhi oleh gejolak ekonomi di luar. Pondok
Pesantren dikenal di Indonesia sejak zaman Walisongo. Karena itu Pondok
pesantren adalah salah satu tempat berlangsungnya intraksi antara guru dan murid,
kiyai dan santri dalam intensitas yang relatif dalam rangka mentransfer ilmu-ilmu
keislaman dan pengalaman.

Ketika itu Sunan Ampel mendirikan sebuah padepokan di Ampel Surabaya dan
menjadikannya pusat pendidikan di Jawa. Para santri yang berasal dari pulau Jawa
datang untuk menuntut ilmu agama. Bahkan di antara para santri ada yang berasal
dari Gowa dan Tallo, Sulawesi. Dikatakan Pesantren yang didirikan oleh Syaikh
Maulana Malik Ibrahim, merupakan cikal bakal berdirinya pesantren-pesantren di
Tanah Air sebab para santri setelah menyelesaikan studinya merasa berkewajiban
mengamalkan ilmunya di daerahnya masing-masing. Maka didirikanlah pondok-
pondok pesantren dengan mengikuti pada apa yang mereka dapatkan di Pesantren
Ampel. Sejarahnya, misalnya Pesantren Geri di Gresik bersama institusi sejenis di
Samudra Pasai telah menjadi pusat penyebaran ke-Islaman dan peradaban ke
berbagai wilayah Nusantara. Pesantren Ampel Denta menjadi tempat para wali
yang mana kemudian dikenal dengan sebutan wali songo atau sembilan wali
menempa diri.

Dari pesantren Giri, santri asal Minang, Datuk sri Bandang, membawa peradaban
Islam ke Makassar dan Indonesia bagian Timur lainnya. lalu melahirkan Syekh
Yusuf, ulama besar dan tokoh pergerakan bangsa. Mulai dari Makassar, Banten,
Srilanka hingga Afrika Selatan. Di lihat dari sejarahnya, pesantren memiliki usia
yang sama tuanya dengan Islam di Indonesia. Syaikh Maulana Malik Ibrahim
dapat dikatakan sebagai peletak dasar-dasar pendidikan pesantren di Indonesia.
Pesantren pada masa awal pendiriannya merupakan media untuk menyebarkan
Islam dan karenanya memiliki peran besar dalam perubahan sosial masyarakat
Indonesia.

Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia, yang berkaitan erat dengan


pertumbuhan gagasan modernisasi Islam di kawasan ini, mempengaruhi dinamika
keilmuan dilingkungan pesantren. Bahkan sejumlah pesantren bergerak lebih maju
lagi. Berkaitan dengan gagasan tentang “kemandirian” santri telah menyelesaikan
pendidikan mereka di pesantren, beberapa pesantren memperkenalkan semacam
kegiatan atau latihan keterampilan dalam sistem pendidikan mereka. Bentuk,
sistem dan metode pesantren di Indonesia dapat dibagi kepada dua periodisasi;
Pertama, Ampel (salaf) yang mencerminkan kesederhanaan secara komprehensif.
Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan kemodernan dalam sistem, metode
dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak menafikan adanya pesantren sebelum
munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel muncul, telah berdiri pesantren
yang dibina oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim. Demikian juga halnya dengan
Gontor, sebelumnya telah ada yang justru menjadi cikal bakal Gontor- pesantren
Tawalib, Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada besarnya pengaruh kedua
aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia.

Pada kurun waktu awal 1900-an lahir organisasi-organisasi Islam yang didirikan
kalangan santri, seperti Sarekat Islam (SI) yang didirikan Hos Cokroaminoto dan
H. Samanhudi, NU yang didirikan KH Hasyim Asy’ari, Muhammadiyyah yang
didirikan KH Ahmad Dahlan, PERSIS (Persatuan Islam) dan lain-lain. Semua
organisasi tersebut berjuang menegakkan agama Islam dan berusaha
membebaskan Indonesia dari cengkeraman Belanda melalui jalur Pendidikan dan
Politik.

b. Sebutkan 2 tokoh pendidikan Islam Indonesia, dan bagaimana pemikiran


pendidikan mereka dalam mencerdasakan bangsa Indonesia,

Jawaban:
1. Hadratussyaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy'ari,
Beliau lahir pada tanggal 14 Februari 1871 M / 24 Dzulqa'dah 1287 H dan
wafat 21 Juli 1947 M / 7 Ramadhan 1366 H di Jombang, beliau adalah
seorang ulama besar bergelar pahlawan nasional dan merupakan pendiri
sekaligus Rais Akbar (pimpinan tertinggi pertama) Nahdlatul Ulama,
organisasi Islam terbesar di Indonesia. Beliau memiliki
julukan Hadratussyaikh yang berarti Maha Guru dan telah hafal Kutubus
Sittah (Hadits 6 Riwayat), serta memiliki gelar Syaikhul Masyayikh yang
berarti Gurunya Para Guru. Beliau adalah putra dari pasangan KH. Asy'ari
dengan Nyai Halimah, dilahirkan di Desa Tambakrejo, Jombang, Jawa Timur,
dan memiliki anak bernama KH. A Wahid Hasyim yang merupakan salah satu
pahlawan nasional perumus Piagam Jakarta, serta cucunya yakni KH.
Abdurrahman Wahid, merupakan Presiden RI ke-4.
2. KH. Ahmad Dahlan
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil
KH Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat
dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali
adik bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua
belas dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara
Walisongo, yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa. Dengan maksud
mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo –
organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau
memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota. Kiai
Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama
Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330). Organisasi ini
bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui organisasi inilah
beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun masyarakat Islam.

c. Bagaiamana konsep anda tentang pengembangan sistem pendidikan


pesantren di era modern saat ini

Jawaban:
Modernisasi pendidikan Islam di Indonesia, yang berkaitan erat dengan
pertumbuhan gagasan modernisasi Islam di kawasan ini, mempengaruhi dinamika
keilmuan dilingkungan pesantren. Bahkan sejumlah pesantren bergerak lebih maju
lagi. Berkaitan dengan gagasan tentang “kemandirian” santri telah menyelesaikan
pendidikan mereka di pesantren, beberapa pesantren memperkenalkan semacam
kegiatan atau latihan keterampilan dalam sistem pendidikan mereka.

Pesantren saat ini harus bergerak maju yang besifat inklusif dan terbuka terhadap
perkembangan zaman sehingga menghasilkan lulusan yang mampu bersaing
dengan lulusan sekolah umum lainnya.

5. Menurut Philip phenix dalam realem of meaning, menyebutkan bahwa sistem


pendidkan modern telah kehilangan makna esensinya.
a. Dalam perspektif pemikiran pendidikan Islam nilai-nilai esensial apa saja
yang nyaris hilang dalam sistem pendidikan modern

Jawaban:
Nilai yang nyaris hilang dalam pendidikan modern saat ini adalah pendidikan
moral dan karakter atau yang lebih dikenal dalam Pendidikan islam yaitu Adab
dan Akhlak yang menjadi sebuah hal yang sangat fundamental dimana hari ini bisa
kita rasakan generasi muda kita banyak yang pintar atau menonjol dari sisi
kognitif dan keterampilan namun kurang sekali Adab dan Etikanya dalam bergaul
sehari hari ditengah masyarakat.

b. Salah satu ciri dalam sistem Pendidikan modern adalah penajaman


spesialisasi ilmu yang berlebihan dalam pengembangan disiplin ilmu-ilmu
meliputi aspek; landasan, program, dan wilayah kajiannya. Bagaimana
pendapat anda tenang hal tersebut.
Jawaban:
Menurut saya hal tersebut sah sah saja mengingat arus globalisasi saat ini yang
begitu cepat sehingga mengharuskan kita mencetak generasi yang mampu
mengejar dan bersaing dengan kemajuan zaman, namun kurikulum yang berkaitan
dengan Pendidikan moral, karakter dan akhlak tetaplah harus diutamakan atau
menjadi kurikulum wajib yang tidak boleh hilang atau dikesampingkan.

c. Bagaiamana konsep anda tentang pengembangan pendidikan agama Islam di


sekolah dan perguruan tinggi umum di Indonesia, dan bagaimana
seharusnya pendidikan Agama diposisikan dalam pengembangan spesialisasi
agar tidak kehilangan nilai-nilai esensial dari pendidikan nasional.

Jawaban:
Menurut saya, konsep Pendidikan Agama Islam yang harus dikembangkan di
sekolah dan perguruan tinggi umum adalah dengan menerapkan kurikulum terapan
yang terintegrasi kedalam setiap mata pelajaran umum. Contohnya ketika seorang
guru atau dosen mengajarkan tentang ilmu fisika harus bisa mengaitkan dengan
ajaran agama islam tentang alam semesta atau proses penciptaan.

Anda mungkin juga menyukai