Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN TUGAS 3 SESI 7

Nama : MUHAMMAD AQFALLAH


NIM : 042801856
Mata Kuliah : Manajemen Pemerintahan

1. 6 Kerugian Organisasi Tipe Z


a. Jangka Waktu Lama Cara kerja yg demikian tercipta karena sifatnya yg ruwet dan
biasanya memerlukan proses belajar dengan pekerjaan. Perusahaan mempertahankan
para pekerja dengan melatih mereka untuk suasana yg unik, sehingga karyawan
cenderung untuk tetap bekerja di situ, karena keterampilan mereka bersifat khusus di
perusahaan itu, maka spesialisasinya tidak laku di tempat lain. Akibatnya karyawan
mempunyai hubungan kerja seumur hidup dengan perusahaan.
b. Sistem Evaluasi dan Promosi Lambat Akibat sistem kerja seumur hidup maka proses
evaluasi dan promosi menjadi lambat. Jalannya karir berputar dalam berbagai fungsi
dan jabatan, secara efektif hal ini melahirkan ketrampilan khusus di segala bidang
tugas yg ada dalam perusahaan, sehingga memudahkan untuk berkoordinasi antara
perencanaan, pelaksanaan, dan distribusi.
c. Pengambilan Keputusan Dalam perusahaan tipe Z, hal-hal yg bersifat jelas dan tidak
jelas tampak dalam keadaan yg seimbang. Keputusan yg dipertimbangkan melalui
analisis fakta secara lengkap dilakukan, sementara itu perhatian yg serius juga
ditujukan kepada pertimbangan apakah keputusan tersebut sesuai dengan pesanan
perusahaan. Oleh sebab itu, organisasi tipe Z dalam pembuatan keputusan memiliki
ciri khas yaitu berdasarkan konsensus dan partisipasi. Dengan demikian dalam
organisasi tipe Z sebagian besar tenaganya dihabiskan untuk mengembangkan
keterampilan karyawan yg diperlukan untuk pembuatan secara berkelompok.
d. Tanggung Jawab Dalam organisasi tipe Z, pembuatan keputusan dilakukan secara
kolektif, tetapi tanggung jawab tersebut masih tetap terletak pada masing-masing
orang. Kombinasi antara keputusan kelompok dengan tanggung jawabperorangan
menuntut suasana penuh kepercayaan diri mereka yg terlibat berdasarkan suatu
asumsi yg kuat bahwa semuanya berpegang kepada tujuan / sasaran yg terpadu dan
tidak mementingkan tugasnya sendiri.
e. Sifat Keseluruhan Organisasi tipe Z berorientasi kepada keseluruhan, maka semua
karyawan dari segala tingkat organisasi dipaksa untuk berhubungan satu sama lain
sebagai manusia seutuhnya, komunikasi terbuka serta percaya mempercayai.
Orientasi yg bersifat keseluruhan mau tak mau akan memelihara suasana persamaan
yg kuat di antara para peserta organisasi dan hanya terikat dalam hubungan pekerjaan
saja.
f. Egalitarianisme Merupakan suatu ide persamaan hak, yg merupakan salah satu ciri
tipe Z, yg artinya masing-masing orang dapat bekerja sendiri tanpa pengawasan yg
ketat jika telah tahu sendiri apa yg harus mereka lakukan dan diberi kepercayaan.
Dengan demikian, setiap orang akan merasa dirinya terikat dengan tanggung jawab
sendiri sehingga meningkatkan loyalitas dan produktivitas.

2. Sumber-sumber yang ada dalam lingkungan sering kalibersifat langka dan bernilai
tinggi (mahal) sehingga keefektifan organisasi dapat dinyatakan sebagai keberhasilan
dalam memanfaatkan lingkungannya untuk memperoleh berbagai jenis sumber yang
bersifat langka, maupun yang nilainya tinggi itu. Secara sederhana, keefektifan
organisasi seringkali diukur dengan jumlah ataupun kuantitas berbagai jenis
sumber yang berhasil diperoleh dari lingkungannya sehingga ia tetap hidup.
Secara lebih luas J. Barton Cunningham dalam Lubis Huseini (1987:p.61)
mempergunakan beberapa dimensi untuk mengukur keefektifan organsasi dengan
pendekatan sumber yaitu:
a. Kemampuan organisasi untuk memanfaatkan lingkungan untuk memper-oleh
berbagai jenis sumber yang bersifat langkah dan nilainya tinggi.
b. Kemampuan para pengambil putusan dalam organisasi untuk menginterpre-
tasikan sifat-sifat lingkungan secara tepat.
c. Kemampuan organisasi untuk menghasilkan output tertentu dengan meng-
gunakansumber-sumber yang berhasil diperoleh
d. Kemampuan organissi dalam memelihara kegiatan operasionalnya sehari-hari
e. Kemampuan organisasi untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
perubahan lingkungan.

3. Adapun masalah-masalah dalam pengukuran efektivitas yang dimaksud diatas adalah


sebagai berikut :
1. Masalah kesahihan susunan
Maksud susunan disini adalah suatu hipotesis yang abstrak sebagai lawan dari yang
kongkrit mengenai hubungan antara beberapa variabel yang saling berhubungan. Ia
mengungkapkan keyakinan bahwa variabel-variabel tersebut bersama-sama
membentuk satu kesatuan yang utuh.
2. Masalah stabilitas kriteria
Masalah besar kedua yang dihadapi dalam usaha mengukur efektivitas adalah bahwa
banyak kriteria evaluasi yang digunakan ternyata relatif tidak stabil setelah beberapa
waktu. Yaitu kriteria yang dipakai untuk mengukur efektivitas pada suatu waktu
mungkin tidak tepat lagi atau menyesatkan pada waktu berikutnya.
3. Masalah perspektif waktu Masalah yang ada hubungannya dengan hal di atas adalah
perspektif waktu yang dipakai orang pada waktu menilai efektivitas.
4. Masalah kriteria ganda Seperti ditunjukkan sebelumnya, keuntungan utama dari
ancangan multivariasi dalam evaluasi efektifivas adalah sifatnya yang komprehensif,
memadukan beberapa faktor ke dalam suatu kerangka yang kompak.
5. Masalah ketelitian pengukuran Penelitian terdiri dari peraturan atau prosedur untuk
menentukan beberapa nilai atribut dalam rangka agar atribut-atribut ini dapat
dinyatakan secara kuantitatif
6. Masalah kemungkinan generalisasi Apabila berbagai masalah pengukuran di atas
dapat dipecahakan, masih akan timbul persoalan mengenai seberapa jauh orang dapat
menyatakan kriteria evaluasi yang di hasilkannya dapat berlaku juga pada organisasi
lainnya. Jadi pada waktu memilih kriteria orang harus memperhatikan tingkat
konsistensi kriteria tersebut dengan tujuan dan maksud organisasi yang sedang
dipelajari
7. Masalah relevansi teoritis Tujuan utama dari setiap ilmu adalah merumuskan teori-
tori dan model- model yang secara tepat mencerminkan sifat subyek yang dipelajari.
Jadi, dari sudut pandang teoritis harus diajukan pertanyaan yang logis sehubungan
dengan relevansi model-model tersebut. Jika model tersebut tidak membantu kita
dalam memahami proses, struktur dan tingkah laku organisasi, maka mereka kurang
bernilai pandang dari sudut teoritis.
8. Masalah tingkat analisis Kebanyakan model efektivitas hanya menggarap tingkat
makro saja, membahas gejala keseluruhan organisasi dalam hubungnnya dengan
efektivitas tetapi mengabaikan hubungannya yang kritis antara tingkah laku individu
dengan persoalan yang lebih besar yaitu keberhasialan organisasi.

Sumber:
BMP IPEM 4431 Modul 9 hal 9.48 – 9.51
BMP IPEM 4431 Modul 8 hal 8.3
BMP IPEM 4431 Modul 8 hal 8.6 – 8.8
https://elib.unikom.ac.id/
https://repository.unair.ac.id/29694/2/2.%20BAB%20I%20.pdf
https://text-id.123dok.com/

Anda mungkin juga menyukai