Anda di halaman 1dari 2

1.

Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)


Pendekatan Pencapaian tujuan (goal attainment approach) menyatakan bahwa keefektifan sebuah
organisasi harus dinilai sehubungan dengan pencapaian tujuan (ends) ketimbang caranya (means).
Yang termasuk pencapaian tujuan yang populer adalah memaksasimalkan laba, memaksa musuh
untuk menyerah, memenangkan pertandingan basket dan lain sebagainya. Namun demikian agar
pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-
asumsi lain juga harus diperhatikan.
Asumsi-asumsi
Pendekatan ini berasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja,
rasional dan mencari tujuan yang memiliki tujuan-tujuan akhir, tujuan yang teridentifikasi dan
ditetapkan dengan baik, relatif sedikit agar mudah dikelola, harus ada kesepakatan umum antar
anggota arganisasi. Pertama, organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan
tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-
tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada consensus atau
kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.
Oleh sebab itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang
keefektifan sebuah organisasi.
Membuat Tujuan Menjadi Operasional
Para pengambil keputusan akan menggariskan tujuan-tujuan itu sejauh mana sebuah
organisasi telah mencapai tujuannya. Kelompok ini akan diminta untuk menyatakan tujuan-tujuan
khusus organisasi. Apabila kemudian mereka temukan ada tujuan-tujuan yang masih belum
tercapai maka dengan cara yang berbeda mereka menetapkan tujuan mana yang belum dicapai
atau bahkan sangat sulit dicapai, maka akan menyusun strategis yang mungkin lebih efektif dari
sebelumnya. Jika tujuan telah diketahui, maka perlu dikembangkan pengukur untuk melihat sudah
sejauh mana tujuan itu telah tercapai. Pendekatan pencapaian tujuan mungkin paling nyata terlihat
pada Management by Objectives (MBO). MBO adalah falsafah manajemen yang menilai
keefektifan sebuah organisasi serta para anggotanya dengan cara melihat seberapa jauh mereka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dan dapat dijadikan sebagai bidang operasional
dari organisasi itu.
Masalah-masalah
Pendekatan pencapaian tujuan penuh dengan masalah yang menyebabkan penerapan
secara eksklusif dapat dipertanyakan. Masalah yang sering terjadi adalah menentukan tujuan itu,
tujuan apakah itu?, siapa saja yang termasuk didalamnnya? Masalah lainya adalah tujuan jangka
pendek kerap kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya, serta tujuan yang ditetapkan terlalu
teoristis dan kurang detail. Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah apa
yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan tidak selalu
mencerminkan tujuan yang sebenarnya, Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan tujuan
jangka panjangnya, Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan kesulitan.

2. Pendekatan Sistem (system approach)


Sebuah organisasi juga harus dinilai berdasarkan kemampuannya untuk memperoleh masuka,
memproses masukan tersebut, menyalurkan keluarannya, dan mempertahankanstabilitas dan
keseimbangan. Dalam pendekatan sistem tujuan akhir tidak diabaikan, namun hanya dipandang
sebagai suatu elemen di alam kumpulan kriteria yang lebih kompleks. Model-model sistem
menekan kriteria yang akan meningkatkan kelangsungan hidup jangka panjang dari organisasi
seperti kemampuan organisasi untuk memperoleh sumber daya, mempertahankan dirinya secara
internal sebagai sebuah organisme sosial, dan berintegrasi secara berhasil dengan lingkungan
ekstremnya. Jadi, pendekatan sistem berfokus bukan pada tujuan akhir tertentu tetapi pada cara
yang dibutuhkan untuk pencapaian tujuan akhir itu.
Asumsi-asumsi
Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi
terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini mempunyai
performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan
system. Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi
lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan
para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang
mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil. Selain itu kelangsungan
hidup membutuhkan penggantian yang terus menerus untuk sumber daya yang dikonsumsi. Bahan
baku harus diisi, lini produksi yang menurun harus diganti, perubahan dalam ekonomi dan selera
para konsumen atau pelanggan harus diantisipasi dan dihadapi, dan seterusnya.
Membuat system menjadi operasional
Pandangan system melihat kepada faktor-faktor seperti hubungan dengan lingkungan
untuk memastikan adanya penerimaan yang terus menerus dari masukan-masukan serta
penerimaan yang menguntungkan dari keluaran-keluaran, fleksibilitas respons terhadap
perubahan-perubahan lingkungan, efisiensi yang digunakan organisasi untuk mengubah masukan
menjadi keluaran, kejelasan komunikasi intern, tingkat konflik di antara kelompok-kelompok, dan
tingkat kepuasan kerja para pegawai. Sebagai kebalikan dari pendekatan pencapaian tujuan,
pendekatan system memfokuskan diri pada cara-cara yang diperlakukan untuk memastikan
kelangsungan hidup organisasi yang terus menerus.
Masalah-masalah
Dua kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan sistem ada hubungan dengan
pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar penting. Pengukuran tujuan akhir
tertentu dianggap mudah dibandingkan dengan percobaan untuk mengukur variabel proses.
Masalahnya adalah istilah tersebut mungkin dapat menjelaskan apa yang dimaksud orang awam,
tetapi pertimbangan alat ukur yang sah dan handal untuk memperoleh kuantitas atau intensitasnya
agak tidak mungkin. Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah kemampuannya untuk
diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samara atau tidak dapat diukur.

Anda mungkin juga menyukai