Penanganan Berbagai Sasaran yang Saling Berlawanan
Organisasi sering kali mempunyai lebih dari satu sasaran, yang satu sama lain bisa mempunyai sifat yang berlawanan. Selain itu, sering kali dijumpai perbedaan sasaran menurut tingkatan manajerial, dan juga ketidaksesuaian antara sasaran resmi dan sasaran yang sebenarnya. Dalam menangani berbagai sasaran yang saling berlawanan ini, terdapat beberapa cara berikut: a. Menerima performansi yang secukupnya (satisfying) Dengan cara satisfying, organisasi menerima performansi yang secukupnya, tidak mengusahakan performansi yang paling baik, asalkan semua sasaran bisa dikelola secara simultan. Cara sepertii ini sering digunakan oleh mahasiswa dengan kondisi ekonomi lemah, yang terpaksa bekerja untuk mendapatkan biaya bagi penyelesaian pendidikannya. Dengan 2 kegiatan, yaitu sebagai karyawan maupun sebagai mahasiswa, masing-masing kegiatan tersebut tentunya tidak dapat dilaksanakan dengan perhatian yang sepenuhnya. Akibatnya, prestasi akademis mahasiswa itu tidak bisa mencapai hasil maksimal, sementara kegiatannya untuk menghasilkan uang juga tidak dapat memberikan pendapatan yang berlebihan, hanya bisa untuk membiayai sekolah saja, tetapi dengan cara seperti ini kedua sasaran mahasiswa tersebut dapat dipenuhi. b. Perhatian bertahap (sequential attention) Organisasi berusaha untuk terlebih dahulu mencapai sasaran yang dianggap paling penting. Sesudah sasaran itu tercapai, kemudian organisasi memusatkan perhatian kepada sasaran lainnya secara berurutan sesuai urutan kepentingannya. Cara ini membuka kemungkinan untuk mencapai hasil yang maksimal pada setiap sasaran yang harus dipenuhi. Jika cara ini digunakan oleh mahasiswa pada contoh sebelumnya, ia akan memusatkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan dan sama sekali akan meninggalkan sekolah. Jika uang yang terkumpul dari pekerjaan telah cukup banyak, ia akan berhenti bekerja dan memusatkan perhatian untuk kegiatan sekolah. c. Preferensi sasaran (preference ordering) Pada cara ini, pimpinan tertinggi organisasi telah menetapkan prioritas sasaran sehingga setiap anggota organisasi mengetahui sasaran yang harus didahulukan. Contohnya, sering kali terdapat perusahaan yang menetapkan bahwa memperbesar volume penjualan lebih penting daripada mendapatkan tingkat keuntungan yang besar. d. Perubahan sasaran (goal changes) Pada cara ini, prioritas sasaran organisasi diubah secara periodic. Sasaran-sasaran itu secara terus menerus dievaluasi, disesuaikan dengan keadaan lingkungan, dan ditentukan tingkat kepentingannya bagi organisasi. Dengan perubahan ini diharapkan organisasi akan mampu menyesuaikan diri secara lebih baik terhadap tuntutan lingkungannya sehingga perusahaan akan menjadi lebih berhasil. Penyesuaian tersebut dilakukan melalui perubahan prioritas sasaran. Contoh orang yang gagal melakukan perubahan sasaran secara tepat adalah Marcos, mantan Presiden Filipina. Ia terlambat menyadari bahwa sasaran yang hendak ia capai sudah tidak lagi sesuai dengan keinginan rakyatnya. D. PENDEKATAN GABUNGAN Ketiga pendekatan yang telah dijelaskan ternyata mempunyai kelemahannya sendiri- sendiri. Oleh karena itu, salah satu cara yang paling sering digunakan untuk mengukur efektivitas organisasi adalah dengan menggunakan ketiga jenis pendekatan tersebut secara bersamaan, terutama jika informasi yang diperlukan seluruhnya tersedia. Dengan demikian, diharapkan bahwa kelemahan dari suatu pendekatan dapat ditutup oleh kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan lainnya. Pengukuran efektivitas organisasi dengan pendekatan gabungan ini akan mencakup pengukuran pada sisi input, efisiensi proses transformasi, dan keberhasilan dalam mencapai sasaran output. Dengan menggunakan cara tersebut diharapkan pengukuran yang dilakukan dapat memberikan gambaran mengenai seluruh dimensi efektivitas organisasi walaupun yang akan diperoleh bukanlah satu nilai efektivitas melainkan profil efektivitas perusahaan secara keseluruhan. Tahapan pertama : pertumbuhan melalui kreativitas Pada tahapan ini organisasi baru saja berdiri. Perhatian utama dipusatkan untuk menciptakan suatu produk tertentu yang dianggap sesuai bagi organisasi, dan juga kemampuan bertahan dalam menghadapi persaingan. Dengan kata lain, yang dibutuhkan pada tahapan ini adalah kemampuan membuat dan menjual. Tahapan ini dinamakan pertumbuhan melalui kreativitas karena sangat erat hubungannya dengan kreativitas pendiri organisasi. Bertumpu pada kreativitas pendiri organisasi diusahakan untuk menemukan produk yang sesuai dan juga dikembangkan kemampuan bertahan terhadap persaingan. Oleh karena itu pula, pendiri organisasi umumnya adalah orang yang berjiwa wiraswasta (entrepreneur) yang mencurahkan perhatiannya pada kegiatan produksi dan pemasaran produk. Tahapan kedua : pertumbuhan melalui pengarahan Jika krisis kepemimpinan telah berhasil dilampaui, berarti bahwa organisasi telah memiliki pimpinan yang kuat dan mulai merumuskan arah maupun sasaran yang jelas. Organisasi mulai dipecah menjadi bagian-bagian dengan dierarki wewenang, penugasan, dan pembagian kerja yang jelas. Sistem manajemen dalam organisasi juga mulai lebih teratur, misalnya menyangkut manajemen keuangan, manajemen persediaan, dan sebagainya. Komunikasi dalam organisasi mulai menjadi lebih formal, dan birokrasi dalam organisasi mulai lebih jelas. Tahapan ketiga : pertumbuhan melalui pendekatan Pada tahapan ini, sebagian wewenang telah didelegasikan secara resmi kepada pimpinan tingkat bawah, dan mulai terasa adanya desentralisasi dalam organisasi. Wewenang dan tanggung jawab yang lebih besar mulai diberikan kepada para pimpinan tingkat menengah dan bawah (middle-managers). Pimpinan tertinggi dalam organisasi mulai mengarahkan perhatiannya pada pemikiran yang bersifat strategis, sementara operasi sehari-hari dipercayakan kepada pimpinan yang lebih rendah. Mulai digunakan sistem pengendalian internal serta sistem informasi dalam organisasi. Komunikasi menjadi lebih jarang, tetapi bersifat formal dan dalam organisasi mulai muncul produk baru serta karyawan spesialis dengan tugas-tugas yang sangat khusus. Tahapan keempat : pertumbuhan melalui koordinasi Jika tahapan sebelumnya telah terlewati, berarti organisasi telah mencapai tingkat koordinasi yang baik. Dalam organisasi telah tersedia staf professional atau spesialis yang menguasai program pengembangan organisasi secara keseluruhan sehingga dapat digunakan untuk mengarahkan semua kegiatan bagian-bagian organisasi sesuai dengan rencana keseluruhan tersebut. Pada tahapan ini biasanya digunakan bentuk organisasi menurut produk ataupun bentuk-bentuk lainnya yang bisa memudahkan tercapainya koordinasi antar bagian. Juga biasa digunakan sistem imbalan yang dapat merangsang para karyawan agar bersedia mengarahkan kegiatannya untuk kepentingan organisasi secara keseluruhan. Tahapan kelima : pertumbuhan melalui kerja sama kolaborasi Suasana baru akan tumbuh dalam organisasi yang telah berhasil melewati krisis birokrasi, yaitu munculnya semangat kerja sama/kolaborasi. Pada tahapan ini, seluruh karyawan telah menyadari bahwa birokrasi memang diperlukan agar organisasi menajdi teratur, tetapi juga dipahami bahwa birokrasi yang berlebihan juga akan sangat menghambat kegiatan.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional