Anda di halaman 1dari 26

HALAMAN 1 Mata Kuliah : KMB Nama : Qonita Nur Izzati Tingkat/Semester : Profesi/I Tempat Praktek : RSU Indriati Solo

Tempat Praktek : RSU Indriati Solo Baru

JUDUL Disetujui
LAPORAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
Clinical Instructure Clinical Teacher

PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Dyan Kurniasari, S.Kep., Sri Mulyanti,


Ns SKep.,Ns.,M.Kep

KONSEP PENYAKIT (Pengertian dan Manifestasi Klinis)

A. Pengertian
CKD (Chronic Kidney Disease) atau Penyakit Ginjal Kronis (PGK) merupakan suatu kegagalan fungsi ginal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif yang ditandai dengan penumpukan sisa metabolisme (toksik uremik) si dalam tubuh (Muttaqin & Sari, 2011).
Menurut Nursalam & Batticaca (2011) PGK adalah keadaan dimana terjadi kerusakan ginjal progresif yang berakibat
fatal dan ditandai dengan uremia dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah, serta komplikasinya jika tidak
dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal. Sedangkan menurut Milnawati (2019) gagal ginjal kronis merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dan masih berlangsung lama, sehingga mengakibatkan
gangguan persisten dan menganggu berbagai sistem tubuh. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
CKD merupakan gangguan fungsi ginjal yang berlangsung progresif yang menyebabkan gangguan fungsi tubuh
sehingga perlu adanya tindakan dialisis atau transplantasi ginjal.
B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis penyakit ginjal kronis berkembang seiring berjalannya waktu karena kerusakan ginjal. Menurut
Kardiyudiani & Brigitta (2019), manifestasi penyakit ginjal yaitu:
1. Mual
2. Muntah
3. Kehilangan nafsu makan
4. Kelelahan dan kelemahan
5. Masalah tidur
6. Perubahan frekuensi dan volume buang air kecil
7. Otot berkedut dan kram
8. Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki
9. Gatal terus-menerus
10. Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
11. Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru
12. Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan
CLINICAL PATHWAY

Menurut Prabowo & Pranata (2014)

Hipervolemia
HALAMAN 3
MODEL KONSEP ASKEP: Gordon (1982 dalam Bararah, 2013)

PENGKAJIAN DIAGNOSA PERENCANAAN EVALUASI (KRITERIA


KEPERAWATAN KEBERHASILAN)
a. Identitas Gangguan pertukaran Pemantauan respirasi Pertukaran gas
1. Identitas pasien gas berhubungan dengan I.01014 L.01003
2. Identitasi perubahan membran Observasi Setelah dilakukan intervensi
penanggungjawab alveolus kapiler 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya keperawatan selama 1x24 jam
b. Riwayat kesehatan D.0003 napas maka diharapkan pertukaran
1. Keluhan utama 2. Monitor pola napas (mis: bradipnea, takipnea, gas meningkat dengan kriteria
2. Keadaan umum hiperventilasi, dll) hasil:
3. Riwayat penyakit 3. Monitor kemampuan batuk efektif 1. Tingkat kesadaran
sekarang 4. Monitor adanya produk sputum meningkat
4. Riwayat penyakit 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas 2. Dispnea menurun
dahulu 6. Palpasi kesimetresisan ekspansi paru 3. Bunyi napas tambahan
c. Pemeriksaan fisik 7. Auskultasi bunyi napas menurun
(head to toe) 8. Monitor saturasi oksigen 4. Pusing menurun
1. Kepala 9. Monitor nilai AGD 5. Penglihatan kabur
2. Dada 10. Monitor hasil x-ray thoraks menurun
3. Abdomen 6. Diaforesis menurun
4. Ekstermitas Terapeutik 7. Gelisah menurun
5. Genetalia 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi 8. Napas cuping hidung
d. Pola fungsional pasien menurun
gordon 2. Dokumentasikan hasil pemantauan 9. PCO2 membaik
1. Pola persepsi 10. PO2 membaik
kesehatan dan Edukasi 11. Takikardia membaik
pemeliharaan 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 12. pH arteri membaik
kesehatan 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu 13. Sianosis membaik
2. Pola aktivitas 14. Pola napas membaik
latihan Terapi oksigen 15. Warna kulit membaik
3. Pola nutrisi I.01026
metabolik Observasi
4. Pola eliminasi 1. Monitor kecepatan aliran oksigen
5. Pola istirahat tidur 2. Monitor posisi alat terapi oksigen
6. Pola kognitif 3. Monitor aliran terapi secara periodik dan pastikan
perseptual fraksi yang diberikan cukup
7. Pola persepsi diri 4. Monitor efektivitas pemberian terapi oksigen
8. Pola peran 5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
hubungan makan
9. Pola seksualitas 6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
dan reproduksi 7. Monitor tanda-tanda toksikasi oksigen dan
10. Pola koping atelektasis
11. Pola nilai 8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
kepercayaan 9. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen

Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung, trakea, jika
perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan jika perlu
5. Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
6. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan
tingkat mobilitas pasien

Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga menggunakan
oksigen di rumah

Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan/atau tidur
Pola napas tidak efektif Manajemen jalan nafas Pola napas
berhubungan dengan I.01011 L.01004
hambatan upaya napas Observasi Setelah dilakukan intervensi
D.0005 1. Monitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, keperawatan selama 1x24 jam
usaha napas) maka diharapkan pola napas
2. Monitor bunyi napas tambahan (mis, gurgling, membaik dengan kriteria hasil:
mengi, wheeing, ronki kering) 1. Dispnea menurun
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) 2. Penggunaan otot bantu
napas menurun
Terapeutik 3. Pemanjangan fase
1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan ekspirasi menurun
head-tilt dan chin-lift (jaw- thrust jika curiga 4. Frekuensi napas membaik
trauma servikal) 5. Kedalaman napas
2. Posisikan semi-fowler atau fowler membaik
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lender kurang dari 15
detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak kontraindikasi
2. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
Pemantauan respirasi
I.01014
Observasi
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya
napas
2. Monitor pola napas (mis: bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, dll)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produk sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetresisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor nilai AGD
10. Monitor hasil x-ray thoraks

Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Perfusi perifer tidak Perawatan sirkulasi Perfusi perifer
efektif berhubungan I.02079 L.02011
dengan penurunan Observasi Setelah dilakukan intervensi
konsentrasi hemoglobin 1. Periksa sirkulasi perifer (mis nadi perifer, edema, keperawatan selama 3x24 jam
D.0009 pengisian kapiler, warna, suhu, anklebrachial maka diharapkan perfusi perifer
index) meningkat dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi factor risiko gangguan sirkulasi (mis, 1. Denyut nadi perifer
diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan meningkat
kadar risiko tinggi) 2. Warna kulit pucat menurun
3. Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak 3. Edema perifer menurun
pada ekstremitas 4. Pengisian kapiler membaik
5. Akral membaik
Terapeutik 6. Turgor kulit membaik
1. Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan pemasangan tourniquet
pada area yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Lakukan perawatan kaki dan kuku
6. Lakukan hidrasi

Edukasi
1. Anjurkan berhenti merokok
2. Anjurkan olahraga rutin
3. Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari
kulit terbakar
4. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan
darah, antikoagulan, dan penurun kolesterol, jika
perlu
5. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah
secara teratur
6. Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
7. Anjurkan melakukanperawatan kulit yang tepat
8. Anjurkan program rehabilitasi vaskular
9. Ajarkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
(mis, rendah lemak jenuh, minyak ikan, omega 3)
10. Informasikan tanda gejala darurat yang harus
dilaporkan (mis, rasa sakit yang tidak hilang saat
istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)

Manajemen sensasi perifer


I.06195
Observasi
1. Identifikasi penyebab penurunan sensasi
2. Identifikasi penggunaan alat pengikat,
prosthesis, sepatu, pakaian
3. Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
4. Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
5. Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan
tekstur benda
6. Monitor terjadinya parastesia, jika perlu
7. Monitor perubahan kulit
8. Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli
vena

Terapeutik
1. Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan
suhunya

Edukasi
1. Anjurkan penggunaan thermometer untuk meguji
suhu air
2. Anjurkan penggunaan sarung tangantermal saat
memasak
3. Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit
rendah

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
Defisit nutrisi Manajemen nutrisi Status nutrisi
berhubungan dengan I.03119 L.03030
faktor psikologis Observasi Setelah dilakukan asuhan
D.0019 1. Identifikasi status nutrisi keperawatan selama 3x24 jam
2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan diharapkan status nutrisi
3. Identifikasi makanan yang disukai membaik dengan kriteria hasil:
4. Identifikasi kebutusan kalori dan jenis nutrient 1. Porsi malanan yang
5. Identifkasi perlunya penggunaan selang dihabiskan meningkat
nasogastric 2. Pengetahuan tentang pilihan
6. Monitor asupan makanan makanan dan minuman
7. Monitor berat badan yang sehat meningkat
8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 3. Pengetahuan tentang
standar asupan nutrisi yang
Terapeutik tepat meningkat
1. Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 4. Nyeri abdomen menurun
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis, piramida 5. Berat badan membaik
makanan) 6. Indeks masa tubuh
3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang membaik
sesuai 7. Frekuensi makan membaik
4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah 8. Nafsu makan membaik
konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk jika mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
(mis, pereda nyeri, antiemetic), jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan enis nutrient yang dibutuhkan

Promosi berat badan


I. 03136
Observasi
1. Identifikasi kemungkinan BB kurang
2. Monitor adanya mual muntah
3. Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
4. Monitor berat badan, monitor albumin, limfosit,
elektrolit, dan serum

Terapeutik
1. Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
2. Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien
3. Hidangkan makanan secara menarik
4. Berikan suplemen, jika perlu
5. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai

Edukasi
1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
2. Jelaskan eningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
Hipervolemia Manajemen Hipervolemia Keseimbangan cairan
berhubungan dengan I.03114 L.03020
gangguan mekanisme Observasi Setelah dilakukan asuhan
regulasi 1. Pemeriksaan tanda dan gejala hipervolemia (mis. keperawatan selama 3x24 jam
D.0022 Ortopnea, dyspnea, edema, JVP/CVP diharapkan status
meningkat, reflek hepatojegular positif, suara keseimbangan cairan dapat
napas tambahan) ditingkatkan dengan kriteria
2. Identifikasi penyebab hypervolemia hasil:
3. Monitor status hemodinamik (mis. Frekuensi 1. Tekanan darah dalam batas
jantung, tekanan darah, MAP,CVP, PAP, normal
PCWP,CO, CI), jika tersedia 2. Denyut nadi radial dalam
4. Monitor intake dan output cairan batas normal
5. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar 3. Keseimbangan intake dan
natrium, BUN, hematocrit, berat jenis urine) output dalam 24 jam
6. Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik 4. Berat badan stabil
plasma (mis. Kadar protein dan albumin 5. Turgor kulit tidak mengilap
meningkat) dan tegang
7. Monitor kecepatan infus secara ketat 6. Kelembaban membrane
8. Monitor efek samping deuretik (mis. Hipotensi mukosa
ortostatik, hivopolemia, hypokalemia, 7. Hematokrit dan Nitrogen
hyponatremia) urea darah (BUN)
8. Tidak ada distensi vena
Terapeutik leher
1. Timbang berat badan setiap hari pada waktu 9. Tidak ada edema perifer
yang sama
2. Batasi asupan cairan dan garam
3. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o

Edukasi
1. Anjurkan melapor jika haluaran urin <0,5
Ml/kg/jam dalam 6 jam
2. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg
dalam sehari
3. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan
dan haluaran cairan
4. Ajarkan cara mengatasi cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian deuretik
2. Kolaborasi penggatian kehilangan kalium akibat
diuretic
3. Kolaborasi pemberian continuos renal
replacement therapy (CRRT)

Pemantuan Cairan
I.03121
Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
2. Monitor frekuensi napas
3. Monitor berat badan
4. Monitor tekanan darah
5. Monitor waktu pengisian kapiler
6. Monitor elastisitas atau turgor kulit
7. Monitor jumlah,warna dan berat jenis urine
8. Monitor kadar albumin dan protein total
9. Monitor hasil pemeriksaan serum
(mis.osmolaritas
serum,hematocrit,natrium,kalium,BUN)
10. Monitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda-tanda hipovolemia
(mis.frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat,berat badan menurun dalam
waktu singkat)
12. Identifikasi tanda-tanda hypervolemia
(mis.dispnea, edema perifer, edema
anasarka,JVP meningkat,CVP meningkat, reflek
hepatojugular positif, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
13. Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan
cairan (mis.prosedur pembenahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,apheresis,
obstruksi intestinal, peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)

Terapeutik
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan

Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,jika perlu
Gangguan eliminasi urin Dukungan perawatan diri:BAB/BAK Eliminasi urin
berhubungan dengan I.11349 L.04034
penurunan kemampuan Observasi Setelah dilakukan asuhan
metabolisme gnjal 1. Identifikasi kebiasaan BAB/BAK sesuai usia keperawatan selama 3x24 jam
D.0040 2. Monitor integritas kulit pasien maka, diharapkan eliminasi urin
membaik dengan kriteria hasil:
Terapeutik 1. Sensasi berkemih
1. Buka pakaian yang diperlukan untuk meningkat
memudahkan eliminasi 2. Desakan berkemih
2. Dukung peggunaan toilet/commode/pispot/urinal menurun
secara konsisten 3. Distensi kandung kemih
3. Jaga privasi selama eliminasi menurun
4. Ganti pakaian pasien setelah eliminasi, jika perlu 4. Nerkemih tidak tuntas
5. Bersihkan alat bantu BAB/BAK setelah menurun
digunakan 5. Volume residu urine
6. Latih BAB/BAK sesuai jadwal menurun
7. Sediakan alat bantu (mis, kateter), jika perlu 6. Urin menetes menurun
7. Nokturia menurun
Edukasi 8. Mengompol menururn
1. Anjurkan BAB/BAK secara rutin 9. Enuresis menurun
2. Anjurkan ke kamar mandi/toilet jika perlu 10. Frekuensi BAK membaik
11. Karakteristik urin membaik
Manajemen eliminasi urin
I.04152
Observasi
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau
inkontinensia urin
2. Identifikasi factor yang menyebabkan retensi
atau inkontinensia urin
3. Monitor eliminasi urin (mis, frekuensi,
konsistensi, aroma, volume, dan warna)

Terapeutik
1. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
3. Ambil sampel urin tengah atau kultur

Edukasi
1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluaran
urin
3. Ajarkan mengambil specimen urin midstream
4. Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu
yang tepat untuk berkemih
5. Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemihan
6. Anjurkan minum cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
7. Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra,
jika perlu
Intoleransi aktivitas Manajemen Energi Toleransi aktivitas
berhubungan dengan I.05178 L.05047
kelemahan Observasi Setelah dilakukan tindakan
D.0056 1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang keperawatan selama 3x24 jam,
mengakibatkan kelelahan diharapkan toleransi aktivitas
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional meningkat dengan kriteria hasil:
3. Monitor pola dan jam tidur 1. Frekuensi nadi
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama meningkat
melakukan aktivitas 2. Saturasi oksigen
meningkat
Terapeutik 3. Kemudahan dalam
1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah melakukan aktivitas
stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan) sehari-hari meningkat
2. Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif 4. Kecepatan berjalan
3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan meningkat
4. Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak 5. Jarang berjalan
dapat berpindah atau berjalan meningkat
6. Kekuatan tubuh bagian
Edukasi atas dan bawah
1. Anjurkan tirah baring meningkat
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap 7. Keluhan lelah menurun
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan 8. Dispnea saat dan
gejala kelelahan tidak berkurang setelah aktivitas
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi menurun
kelelahan 9. Perasaan lemah
menurun
Kolaborasi 10. Aritmia saat dan setelah
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara aktivitas menurun
meningkatkan asupan makanan 11. Sianosis menurun
12. Warna kulit membaik
Terapi Aktivitas 13. Tekanan darah membaik
I.05186 14. Frekuensi napas
Observasi membaik
1. Identifikasi deficit tingkat aktivitas 15. EKG iskemia membaik
2. Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivotas tertentu
3. Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
4. Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
5. Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja)
dan waktu luang
6. Monitor respon emosional, fisik, social, dan
spiritual terhadap aktivitas

Terapeutik
1. Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit
yang dialami
2. Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi danrentang aktivitas
3. Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan
aktivitas yang konsisten sesuai kemampuan fisik,
psikologis, dan social
4. Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
5. Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6. Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas,
jika sesuai
7. Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
8. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai kebutuhan
9. Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami
keterbatasan waktu, energy, atau gerak
10. Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien
hiperaktif
11. Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat
badan, jika sesuai
12. Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
13. Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori
implicit dan emosional (mis. kegitan keagamaan
khusus) untuk pasien dimensia, jika sesaui
14. Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif
15. Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi
dan diversifikasi untuk menurunkan kecemasan
( mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging,
berenang, tugas sederhana, permaianan
sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
16. Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
17. Fasilitasi mengembankan motivasi dan
penguatan diri
18. Fasilitasi pasien dan keluarga memantau
kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
19. Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
20. Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam
aktivitas

Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika
perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3. Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif, dalam menjaga fungsi dan
kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau
terapi, jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk member penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program aktivitas,
jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
Ansietas berhubungan Reduksi ansietas Tingkat ansietas
dengan kurang terpapar I.09314 L.09093
informasi Observasi: Setelah dilakukan tindakan
D.0080 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah keperawatan selama 2x24 jam
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan diharapkan tingkat ansietas
3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan menurun dengan kriteria hasil:
nonverbal) 1. Verbalisasi kebingungan
menurun
Terapeutik: 2. Verbalisasi khawatir akibat
1. Ciptakan suasana terapeutik untuk kondisi yang dihadapi
menumbuhkan kepercayaan menurun
2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, 3. Perilaku gelisah menurun
jika memungkinkan 4. Perilaku tegang menurun
3. Pahami situasi yang membuat ansietas 5. Konsentrasi membaik
4. Dengarkan dengan penuh perhatian 6. Pola tidur membaik
5. Gunakan pendeatan yang tenang dan
meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan
kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang
menyebabkan kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang
peristiwa yang akan datang

Edukasi
1. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang akan
dirasakan
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien,
jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
kompetitif, sesuai kebutuhan
5. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
6. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri
7. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiansietas, jika perlu

Terapi relaksasi
I.09326
Observasi:
1. Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
3. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya
4. Periksa ketegangan otot, frekuensi nasi, tekanan
darah, dan suhu sebelum dan sesudah latihan
5. Monitor respon terhadap terapi relaksasi

Terapeutik:
1. Ciptakan lingkunan tenang an tanpa gangguan
pencahayaan dan suhu yang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
3. Gunakan pakaian longgar
4. Gunakan nada suara lembut dengan irama
lambat dan berirama
5. Gunakan relaksasi sebagai penunjang analgetik

Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis
relaksasi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang
dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi atau melatih teksnik
relaksasi yang dipilih
6. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
Gangguan integritas Perawatan integritas kulit Integritas kulit dan jaringan
kulit/jaringan I.11353 L.14125
berhubungan dengan Observasi: Setelah dilakukan tindakan
kekurangan/kelebihan 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit keperawatan selama 3x24 jam
volume cairan diharapkan integritas kulit dan
D.0129 Terapeutik: jaringan meningkat dengan
1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring kriteria hasil:
2. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang, 1. Kerusakan jaringan
jika perlu menurun
3. Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama 2. Kerusakan lapisan kulit
selama periode diare menurun
4. Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak 3. Nyeri menurun
pada kulit kering 4. Elastisitas meningkat
5. Gunakan produk berbahan ringan/alami dan 5. Hidrasi meningkat
hipoalergik pada kulit sensitif 6. Perfuasi jaringan
6. Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit meningkat
kering

Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF minimal
30 saat berada di luar rumah
7. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
secukupnya

Perawatan luka
I.14564
Observasi:
1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda-tanda infeksi

Terapeutik:
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Cukur rambut di sekitar area luka, jika perlu
3. Bersihkan dengan cairan NaCl atau nontoksik,
sesuai kebutuhan
4. Bersihkan jaringan nekrotik
5. Berikan salep yang sesuai kulit/lesi, jika perlu
6. Pasang balutan sesuai jenis luka
7. Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
8. Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
9. Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondisi pasien

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Anjurkan mengonsumsi makanan tinggi kalori
dan protein
3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri

Kolaborasi
1. Kolaborasi prosedur debridemen, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
Risiko infeksi Pencegahan infeksi Tingkat infeksi
berhubungan dengan I.14539 L.14137
efek prosedur invasif Observasi: Setelah dilakukan tindakan
D.0142 1. Monitor tanda dan gejala infeksi likal dan sistemik keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan tingkat infeksi
Terapeutik: dengan kriteria hasil:
1. Batasi jumlah pengunjung 1. Demam menurun
2. Berikan perawatan kulit pada area edema 2. Kemerahan menurun
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak 3. Nyeri menurun
dengan pasien dan lingkungan pasien 4. Bengkak menurun
4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko 5. Kadar sel darah putih
tinggi membaik

Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan caramemeriksa kondisi luka atau luka
operasi
5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6. Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
Sumber Pustaka :
Batticaca, F.B., & Nursalam. (2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika
Kardiyudiani & Brigitta, S. (2019). Keperawatan Medikal Bedah. Yigyakarta: Pustaka Baru.
Milnawati, N. K. A. (2019). Asuah Keperawatan Medikal Bedah Komprehensif Pada Tn A. H. Dengan Chronic Kidney Disease (CKD)
Di Ruang Komodo RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang. Karya Tulis Ilmiah. Jurusan Keperawatan. Poltekkes Kemenkes
Kupang
Muttaqin, A., & Sari, K. (2011). Asuhan Keperwatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Naha Medika
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai