Anda di halaman 1dari 19

Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pemanfaatan

Kawasan Hutan untuk Pertambangan

Oleh : Dr. Budi Riyanto, S.H., M.Si.


(Inspektur I, Itjen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2012-
2017).
PELATIHAN HUKUM PERTAMBANGAN
ANGKATAN XII 3-4 Agustus 2022

Diselenggarakan oleh:
BALAI DIKLAT TAMBANG BAWAH TANAH, BPSDM, KEMENTERIAN ESDM
Bekerja Sama dengan
PUSAT STUDI HUKUM ENERGI DAN PERTAMBANGAN (PUSHEP)
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Pemanfaatan Kawasan Hutan untuk
Pertambangan
Pendahuluan

• Indonesia telah dikaruniai


oleh Tuhan yang Maha Kuasa
berupa kekayaan sumber
Daya Alam yang melimpah
beserta mega biodiversity
yang perlu dijaga
kelestariannya.
• Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menyatakan
bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat.
• Untuk itu dalam pelaksanaanya perlu dibuat
perudang-undangan agar tidak tumpang
tindih/kerancuan dalam pelaksanaannya.
• Sebagai tindaklanjutnya telah terbit antara
lain:
• UU Nomor 5 tahun 1990 tentang KSDAHE
• UU Nomor 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan
• UU Nomor 23 tahun 2009 tentang PPLH
• UU Nomor 4 tahun 2004 tentang Minerba
• UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata
Ruang
HUKUM SDA

PELAKSANAAN

P P
E UU No. 41/1999 E
UU No. 5/1990
L L
A A
UU No. 7/2004 UU No. 31/2004
K K
S Pasal 33 ayat (3) S
A UUD 1945 A
UU No.4/2009
N UU No.32/2009 N
A A
A A
UU No. 5/1960 UU No. 23/2014 UU No.26/2007
N
N

PELAKSANAAN
6
Permasalahan

• Kemiskinan
• Banjir
• Tanah longsor
• Illegal logging
• Illegal hunting
• Pencemaran lingkungan
• Pembakaran Hutan
• Global warming dsb
Mengapa hal tersebut terjadi???
Hakekat manusia

Materialistik
Spiritualistis
Etika

Benar/salah

Tepat/tidak tepat

Baik/tidak baik

Beretika = hidup dalam relasi yang


benar

Sumber daya alam → ekonomi


Sumber daya alam → alat
Etika
lingkungan

Pembangunan
Lingkungan
(Eksploitasi
(SDA)
SDA)
Kerusakan lingkungan terjadi karena
perbuatan manusia dalam mengelola
lingkungan (salah urus/miss
management)

Manusia cenderung memanfaaatkan


dan tidak memelihara

Manusia lalai dalam menjalankan


tugas pelayanan yang dipercayakan
kepadanya dan tidak bertanggung
jawab sebagai pelayan yang setia
Aliran dalam pemahaman
lingkungan
Antroposentrisme
 Manusia sebagai titik sentral.
 yang bertolak pada materialistik.
 Manusia terpisah dari alam.
 Mengutamakan hak manusia atas dalam tetapi tidak menekankan
tanggung jawab manusia.
 Kebijakan dan managemen mengarah pada kepentingan manusia.
 Norma utama adalah untung rugi.

Biosentrisme
 Menekankan kehidupan sebagai standar moral
 Tumbuhan dan hewan dapat dirugikan atau diuntungkan
 Tumbuhan dan binatang memiliki tujuan hidup sendiri
 Tumbuhan dan binatang untuk hidup harus ada pertimbangan
moral
 Aliran ini cenderung menganut individuaistik
Aliran dalam pemahaman
lingkungan (lanjutan)

Ekosentrisme
 Pendekatan ekosistem.
 Bertolak dari keseimbangan antara pre dan predator.
 Tidak mempertentangkan manusia terhadap tanggungjawab
spesies lainnya.

Ekosentrisme

Biosentrisme

Antroposentrisme
Kondisi Riil di Masyarakat

Data dari BPS s.d. September 2020 menunjukan jumlah penduduk


miskin di Indonesia sebanyak 27,55 juta jiwa. Sebagian besar
tinggal di desa/sekitar kawasan hutan 15,51 juta sedangkan
12,04 juta orang miskin di kota tersebar merata di kota kota
seluruh indonesia.
Kondisi tersebut di atas menunjukan ketidakadilan di dalam
pengelolaan SDA.
Pencemaran lingkungan telah terjadi baik di wilayah kawasan
industri, kota kota besar, bahkan sampai dengan di pelosok2. hal
tersebut antara lain dikarenakan penggunaan bahan berbahaya
dan beracun yang berlebih, industri2 tidak ramah lingkungan,
Penggunaan pestitida, dan budaya masyarakat.
Tidak tertibnya dalam implementasi pelaksanaan Amdal terhadap
aktivitas industri/usaha.
Illegal logging, illegal hunting, illegal fising, karena kemiskinan,
ketidakadilan, SDM dan lemahnya pengawasan.
Kondisi Riil di Masyarakat

Solusi :
 Perlu adanya etika moral dalam kehidupan
keseharian.
 Pemberdayaan masyarakat,
 Penyadaran terhadap keserakahan manusia.
 Pengawasan yang ketat,
 Penegakan hukum yang tegas.
Catatan penutup

Kerusakan lingkungan yang dihadapi manusia saat ini berakar dari


sikap manusia yang kurang memperhatikan norma moral dalam
berhubungan dengan lingkungan hidupnya dan antar manusia.
Lingkungan hidup hanya dilihat dari kontek ekonomi. Hal ini
diperkuat dengan ideologi materialisme. Manusia adalah subyek
sedangkan alam sebagai obyek.
Pembangunan yang dilaksanakan saat ini cenderung eksploitatif
dan destruktif sehingga lingkungan hidup terancam menuju
kehancuran. Hal tersebut terlihat dari kerusakan hutan, erosi,
tanah longsor, banjir, pencemaran lingkungan, berkurangnya
spesies di bumi.
Terjadi kesenjangan orang kaya/negara kaya dengan orang
miskin/negara miskin sebagai akibat dari ketidakadilan.
Perlu adanya pandangan baru didalam mengelola SDA berdasarkan
keadilan dan kasih sehingga akan diperoleh keseimbangan di
dalam pemanfaatan SDA, pemberdayaan masyarakat,
pengentasan kemiskinan, dan semua itu bermuara untuk
kelestarian manfaat SDA.
Catatan penutup (lanjutan)

Dalam rangka mengelola SDA setidaknya perlu


memperhatikan prinsip 7 R
1. Reuse, (menggunakan kembali)
2. Recycle, (mendaur ulang kembali)
3. Reduce, (mengurangi pemanfaatan SDA)
4. Replace, (mengantikan dengan bahan yang bisa dipakai
ulang)
5. Replant, (penanaman kembali)
6. Refill, (mengisi kembali)
7. Repair (melakukan pemeliharaan atau perawatan)

Anda mungkin juga menyukai