Anda di halaman 1dari 24

ADMINISTRASI BK DAN ORGANISASI BK

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan Konseling

Dosen Pengampu: Selamet, S.Pd.I., M.Pd.I

Disusun oleh:

Tharisa DZ A (2003003773)

Ruslan Zaenul Mufaroj (2003003 )

Syifa Fauziyah (2003003769)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM CIAMIS
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul “Administrasi BK dan Organisasi BK” dengan tepat
waktu. Sholawat beserta salam semoga selamanya tetap tercurah limpahkan
kepada baginda alam Nabi besar Muhammad ‫ﷺ‬, yang telah membawa kita dari
jaman jahiliyah hingga pada jaman yang terang benderang oleh ilmu seperti
sekarang ini.
Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah yang diberikan
oleh dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling oleh bapak Selamet,
S.Pd.I., M.Pd.I. Makalah ini ditulis dari buku-buku yang berkaitan dengan
Bimbingan Konseling, serta informasi dari media massa yang berhubungan
dengan Bimbingan Konseling. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada
pengajar mata kuliah atas bimbingan yang diberikan kepada kami, dan juga rekan-
rekan yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini dengan
baik.
Penulis harap makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua
dan menambah wawasan kita tentang Jenis Layanan Bimbingan Konseling.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca demi perbaikan kami menuju ke arah yang lebih baik.
Ciamis, 23 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II......................................................................................................................3

PEMBAHASAN......................................................................................................3

A. Pemahaman Dasar Terkait Dengan Administrasi.........................................3

B. Implementasi Tugas Guru Dalam BK...........................................................3

C. Pola-pola Organisasi.....................................................................................6

D. Koordinator Bimbingan..............................................................................13

E. Administrasi Bimbingan Konseling............................................................14

F. Ruang Bimbingan Konseling......................................................................15

BAB III..................................................................................................................19

PENUTUP..............................................................................................................19

A. Kesimpulan....................................................................................................19

B. Saran..............................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan upaya yang dilakukan sekolah dalam
prosesnya yakni membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk
menyelesaikan masalahnya maupun dalam mengembangkan karir siswa.
Bimbingan dan konseling yang sering kita sebut dengan BK merupakan
bagian dari organisasi yang tidak bisa lepas kaitannya dengan administrasi
yang mengatur dan menyusun secara sistematis apa saja yang dibutuhkan
dalam proses bimbingan dan konseling.
Hal ini bertujuan agar apapun yang sudah dirancang dan disusun dapat
terealisasikan dengan baik dan berhasil. Pola yang disusun dalam bimbingan
dan konseling dapat disesuaikan dengan budaya sekolah masing-masing,
pola-pola tersebut seperti Pola organisasi BK dengan memanfaatkan guru
sebagai tenaga pendidik untuk memberikan bimbingan langsung terhadap
murid. Kepala sekolah sebagai kepala dari penyelenggara bimbingan dalam
kelas ini berkewajiban untuk mengawasi agar para guru juga memiliki rasa
tanggung jawab untuk memberikan bimbingan menyangkut masalah-masala
maupun pengembangan diri siswa yang berada dikelas, hal ini bersifat wajib
bagi setiap guru. Namun jika dalam penyelesaiannya dirasa terlalu berat dan
memerlukan bantuan orang lain guru dapat melakukan kerjasama dengan
orang tua murid.
Kemudian dengan menyediakan tempat dan tenaga khusus seorang
konselor. Bisa dikatakan bahwa administrasi BK ini merupakan sebuah alur
lalu lintas kerja untuk menggerakkan personil  agar dalam proses bimbingan
dapat berjalan secara efektif, efisien dan berkesinambungan. kegiatan
administrasi ini tidak jauh berbeda dengan kegiatan administrasi pada
umumnya yakni mencatat, mengumpulkan informasi mengenai data siswa,
mengola data siswa hingga penyimpanan data tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah
sebagai berikut:

1
1. Bagaimana pemahaman dasar terkait dengan administrasi ?
2. Bagaimana implementasi tugas guru dalam BK ?
3. Bagaimana pola-pola organisasi ?
4. Siapa saja koordinator bimbingan ?
5. Apa yang dimaksud administrasi bimbingan konseling ?
6. Bagaimana ruang bimbingan konseling ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pemahaman dasar terkait dengan administrasi.
2. Untuk mengetahui implementasi tugas guru dalam BK.
3. Untuk mengetahui pola-pola organisasi.
4. Untuk mengetahui koordinator bimbingan
5. Untuk mengetahui administrasi bimbingan konseling.
6. Untuk mengetahui ruang bimbingan konseling.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman Dasar Terkait Dengan Administrasi

2
The Liang Gie dalam Mufiz (2004) menyampaikan definisi dari berbagai
pakar administrasi menyangkut pengertian administrasi yaitu sebagai
berikut:
a. Istilah administrasi dalam pengertian proses atau kegiatan, Menurut
Sondang P. Siagian, administrasi adalah ”Keseluruhan proses kerja
sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas
rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya”.
b. Istilah administrasi dalam pengertian tata usaha, Menurut
Munawardi Reksoha Diprawiro, administrasi dalam arti sempit
berarti ”tata usaha yang mencakup setiap pengaturan yang rapi dan
sistematis serta penentuan fakta-fakta secara tertulis, dengan tujuan
memperoleh pandangan yang menyeluruh serta hubungan timbal
balik antara satu fakta dengan fakta lainnya”.
c. Istilah administrasi dalam pengertian pemerintah atau administrasi
negara, Menurut Wijana, administrasi negara adalah: “Rangkaian
semua organ-organ negara rendah dan tinggi, yang bertugas
menjalankan pemerintahan, pelaksanaan dan kepolisian”.
Dari berbagai definisi administrasi yang dikutip dari The Liang Gie
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa rangkaian kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya dengan alasan kerja sama.
B. Implementasi Tugas Guru Dalam BK
Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang
harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat
memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan
mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu.
Sehubungan dengan itu Rochman Natawidjaja dan Moh. Surya menyatakan
bahwa fungsi bimbingan dalam proses belajar-mengajar itu merupakan
salah satu kompetensi guru yang terpadu dalam keseluruhan pribadinya.
Perwujudan kompetensi ini tampak dalam, kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan karakteristik siswa dan suasana belajarnya.

3
Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru
yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru
siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-
kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas, dan sebagainya.
Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam
kegiatan belajar-mengajar. Sehubungan dengan itu Rochman Natawidjaja
dan Moh. Surya mengemukakan beberapa hal yang harus  diperhatikan
guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru
dan pembimbing, yaitu:
a. Perlakuan terhadap siswa didasarkan atas keyakinan bahwa sebagai
individu, siswa memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta
mampu mengarahkan dirinya sendiri untuk mandiri.
b. Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa.
c. Perlakuan terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d. Pemahaman siswa secara empatik.
e. Penghargaan terhadap martabat siswa secara individu.
f. Penampilan diri secara asli (genuine) tidak berpura-pura, di depan
siswa.
g. Kekonkretan dalam menyatakan diri.
h. Penerimaan siswa secara apa adanya.
i. Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j. Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan
membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu
k. Kesadaran bahwa tujuan mengajar bukan terbatas pada penguasaan
siswa terhadap bahan pengajaran saja, melainkan menyangkut
pengembangan siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
Abu Ahmadi mengemukakan peran guru sebagai pembimbing dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar, sebagai berikut:
a. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa
merasa aman, dan berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang
dicapainya mendapat penghargaan dan perhatian. Suasana yang

4
demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan dapat
menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
b. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya,
kecakapan-kecakapan, sikap, minat, dan pembawaanya.
c. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang
baik. Tingkah laku siswa yang tidak matang dalam perkembangan
sosialnya ini dapat merugikan dirinya sendiri maupun teman-
temannya.
d. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siswa untuk
memperoleh hasil yang lebih baik. Guru dapat memberikan fasilitas
waktu, alat atau tempat bagi para siswa untuk mengembangkan
kemampuannya.
e. Membantu memilih jabatan yang cocok, sesuai dengan bakat,
kemampuan, dan minatnya. Berhubung guru relatif lama
bergaul  dengan para siswa, maka kesempatan tersebut dapat
dimanfaatkannya untuk memahami potensi siswa. Guru dapat
menunjukkan arah minat yang cocok dengan bakat dan
kemampuannya. Melalui penyajian materi pelajaran, usaha
bimbingan tersebut dapat dilaksanakan.
Di samping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-
tugas bimbingan dalam proses pembelajaran seperti berikut:
a.    Melaksanakan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal
ini guru mencari atau mengidentifikasi sumber-sumber kesulitan
belajar yang dialami oleh siswa, dengan cara:
 Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah,
dengan jalan melihat prestasi belajarnya yang paling rendah
atau berada di bawah nilai rata-rata kelasnya.
 Mengidentifikasi mata pelajaran di mana siswa mendapat
nilai rendah (di bawah rata-rata kelas).
 Menelusuri bidang/bagiandi mana siswa mengalami
kesulitan yang menyebabkan nilainya rendah. Dengan

5
demikian dapat ditemukan salah satu sumber penyebab
timbulnya kesulitan belajar.
 Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran
tambahan, dengan bimbingan guru secara khusus, atau
tindakan-tindakan lainnya.
b.   Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan
kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi.
Masalah-masalah yang belum terpecahkan dan berada di luar batas
kewenangan guru dapat dialihtangankan (referal) kepada konselor
yang ada di sekolah itu atau kepada ahli lain yang dipandangnya
tepat untuk menangani masalah tersebut.( Sutjipto :2004 )
C. Pola-pola Organisasi
Secara umum pola organisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi
formal dan organisasi informal.
1. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah organisasi yang dibentuk secara sadar dan
mempunyai tujuan tertentu yang disadari pula dengan menggunakan sistem
tugas. hubungan wewenang, tanggung jawab maupun penanggung jawaban
dirancang oleh manajer agar pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan
peraturan yang telah disepakati bersama. Dalam organisasi formal semua
hubungan kewenangan maupun responsibility akan terlihat dalam bagan
struktur organisasi perusahaan, di mana pada bagan tersebut akan
diperlihatkan seberapa besar wewenang maupun tanggung jawab yang harus
dipikul untuk masing-masing pekerjaan yang merupakan bagian dari
pekerjaan yang lebih besar dengan (sasaran yang tercapainya tujuan
organisasi yang lelah ditetapkan).
2. Organisasi Informal
Organisasi Informal merupakan Organisasi yang tercipta karena adanya
hubungan antar pribadi yang secara tidak sadar terjadi keberadaannya tanpa
didasarkan pada hubungan wewenang formal pada struktur organisasi
maupun kesepakatan tujuan bersama.

6
Sedangkan Pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah tidak perlu
selalu seragam strukturnya. Setiap sekolah dapat menyusun struktur
organisasi bimbingan dan konseling sesuai dengan besar kesilnya dan
kepentingan sekolah bersangkutan dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling.
Perlu diingat bahwa organisasi yang baik bukanlah sesuai dengan tipe atau
model, tetapi dengan kekhasan kondisi dan situasi sekolah atau lembaga
pendidikan yang bersangkutan, dan dapat menampung serta mengatur
mekanisme kerjasama yang harmonis dan sinergis, serta memungkinkan
dapat terselenggarannya layanan bimbingan dan konseling yang baik di
sekolah.
Agar suatu organisasi dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
bimbingan dan konseling yang baik di sekolah, maka hal-hal yang perlu
diperhatikan diantaranya :
1. Semua staff sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata
pelajaran, wali kelas, dan staf administrasi sekolah) harus dihimpun
dalam satu wadah, sehingga terwujud satu kesatuan bertindak dalam
usaha membantu para siswa di dalam mengatasi permasalahan-
permasalahannya.
2. Mekanisme kerja bimbingan dan konseling harus tunggal, sehingga
para siswa yang dibimbing tidak menjadi bingung karena adanya
berbagai bentuk layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh
petugas yang berbeda-beda.
3. Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing petugas
bimbingan dan konseling di sekolah harus dirinci dengan jelas dan
tegas, sehingga masing-masing personil bimbingan dan konseling akan
memahami dan mengerti kewajiban dan tanggung jawabnya sendiri.
1.      Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat
diselenggarakan melalui pola organisasi yang berbeda-beda. Perbedaan
pola organisasi itu tampak pada peranan, wewenang dan tanggung jawab

7
dari penguasa sekolah, serta terletak pada kondisi sekolah yang
bersangkutan, tenaga atau personel yang tersedia, serta fasilitas yang ada.
Secara garis besarnya ada tiga macam pola umum organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah digambarkan pada organigram
sebagai berikut di antaranya :
a.    Pola Umum Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Diagram 1 Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling I.

Keterangan Organisasi :
a.   Kepala sekolah sebagai coordinator bimbingan dan konseling adalah
penanggung jawab langsung serta pemegang kebijakan dalan pelaksanaan
program bimbingan dan konseling di sekolah.
b.   Kepala sekolah dalam melaksanakan teknis bimbingan dan konseling di
sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan Dewan Penasehat
Bimbingan dan Konseling.

8
c.   Dewan penasehat bimbingan dan konseling dapat pula mengadakan bentuk
kerjasama dengan guru pembimbing (konselor).
d.   Guru Pembimbing (konselor) dalam melaksanakan tugasnya dapat
mengadakan kerjasama dengan guru mata pelajaran atau mengadakan
konsultasi-konsultasi tertentu dengan Dewan Penasehat Bimbingan dan
Konseling, atau dengan arti lain guru pembimbing (konselor) berperan
melaksanakan administrasi dan pengorganisasian kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah dengan mendayagunakan semua potensi yang ada
dalam membantu para siswa yang menghadapi masalah.
Untuk melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling di
sekolah di mana kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator bimbingan
dan konseling dan sebagai pemegang  kebijakan dalam program
bimbingan dan konseling, akan berfungsi efektif apabila kepala sekolah
memanfaatkan semua personel sekolah (dewan penasehat bimbingan dan
konseling, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya), serta
kepala sekolah memahami mekanisme kegiatan administrasi dan
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Tugas dari Dewan Penasehat Bimbingan dan Konseling hanya
memberikan nasehat-nasehat yang dibutuhkan oleh kepala sekolah.
Sedangkan guru pembimbing (konselor) dan satf sekolah lainnya
merupakan pembantu kepala sekolah dan bertanggung jawab kepada
kepala sekolah.
b.  Pola Umum Organisasi Bimbingan dan Konseling II.
Diagram 2
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling II

9
Keterangan Organisasi :
a.    Kepala Sekolah mendelegasikan kebijakan (policy) pelaksanaan program
bimbingan dan konseling kepada satu coordinator bimbingan dan
konseling yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang penuh
untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling.
b.  Coordinator bimbingan dan konseling yang mempunyai tugas tanggung
jawab, dan wewenang penuh dalam pelaksanaan program layanan
bimbingan dan konseling harus melibatkan guru pembimbing (konselor)
tetap sekolah, sebagai anggota staf coordinator bimbingan dan konseling
di sekolah.
c.  Coordinator Bimbingan dan Konseling adalah terdiri dari individu-individu
yang dengan sungguh-sungguh tertarik dan berminat terhadap layanan
bimbingan dan konseling, walaupun berasal dari kompetensi dan
kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda.

10
d.   Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah secara praktis
tetap diselenggarakan oleh guru pembimbing (konselor sekolah).
e.   Guru pembimbing atau konselor sekolah haruslah peka terhadap sifat-sifat
dan tingkah laku yang timbul, serta memiliki pula dinamika dalam
melaksanakan kebijakan (policy) ketetapan atau kepuasan dari coordinator
bimbingan dan konseling.
f.   Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling cenderung
sedikit lebih lamban dibawah pola organisasi bimbingan dan konseling II
dibandingkan dengan pola organisasi bimbingan dan konseling I, hal ini
disebabkan karena :
1)   Kebijakan dalam program layanan bimbingan dan konseling
ditetapkan oleh coordinator bimbingan dan konseling, sehingga
banyak waktu yang terbuang.
2)   Kebijakan yang telah ditetapkan oleh coordinator bimbingan dan
konseling belum tentu secara praktis bias dilaksanakan dan sulit untuk
ditrima oleh para Guru Pembimbing, konselor sekolah guru mata
pelajaran, siswa dan staf sekolah lainnya.
c.    Pola Umum Organisasi Bimbingan dan Konseling III.
Pola umum organisasi bimbingan dan konseling ini, di mana Kepala
Sekolah sebagai pemegang kebijakan (policy) dari keseluruhan program
lainnya, bimbingan dan konseling di sekolah menunjuk atau mengangkat
beberapa wakil kepala sekolah, yaitu : Wakil Kepala Sekolah I, Bidang
Administrasi/Keuangan, Wakil Kepala Sekolah II, Bidang Pengajaran,
Wakil Kepala Sekolah: Bidang Bimbingan dan Konseling, dan Wakil
Kepala Sekolah: Bidang Pembinaan Kesiswaan.

Diagram 3
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling III

11
Keterangan Organigram :
a.       Wakil Kepala Sekolah III: Bidang Bimbingan dan Konseling
mengkoordinasikan segala kegiatan layanan Bimbingan dan konselinh di
sekolah.
b.      Wakil Kepala Sekolah III: Bidang Bimbingan dan Konseling dibantu
oleh konselor, guru pempimbing dan guru mata pelajaran/wali kelas dalam
kegiatan perencanaan dan pelaksanaan program layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
c.       Penentuan kebijakan (policy) dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
d.      Kepala Sekolah di dalam menentukan kebijakan secara langsung dapat
meminta bantuan kepada petugas khusus atau tenaga ahli yaitu :

12
1)  Psikolog Sekolah yang bertugas membantu di dalam menghadapi
masalah-masalah atau kesulitan – kesulitan yang dihadapi siswa
berkaitan dengan aspek kepribadian.
2)  Psikiater sekolah adalah bertugas membantu para siswa yang
menghadapi masalah psikis (gejala neurose, psikosa, dan gejala
psikis lainnya).
3)  Dokter/Juru rawat sekolah bertugas membantu para siswa yang
menghadapi gangguan jasmani atau kesehatannya, sehingga secara
langsung berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di kelas,
prestasi akademis yang diperolehnya.
4)   Pekerja social (social worker), bertugas membantu para siswa untuk
menemukan serta menentukan factor-faktor yang menjadi penyebab
timbulnya masalah pada siswa. Misalnya lingkungan tempat tinggal
yang terlalu sesak, bising, berada disamping pusat perbelanjaan dan
sebagainya.
5)  Rohkaniawan bertugas membantu para siswa untuk melakukan
ibadah dan/atau menjalankan ajaran agama dan kepercayaannya.
D. Koordinator Bimbingan
Koordinator guru pembimbing adalah sebagai pelaksana utama yang
mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah baik terhadap warga sekolah, orang tua
siswa, komite sekolah serta masyarakat.
Adapun Koordinator guru pembimbing betugas sebagai berikut:
a. Mengkoordinasikan peran guru pembimbing dalam:
1) Memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
kepada segenap warga sekolah (siswa, guru, personil sekolah
lainnya) orang tua siswa dan masyarakat.
2) Menyusun program kegiatan bimbingan dan konseling (program
satuan layanan dan kegiatan pendukung, program mingguan,
bulanan, caturwulan, dan tahunan)
3) Melaksanakan program bimbingan dan konseling
b. Mengadministrasi program kegiatan bimbingan dan konseling

13
1) Menilai hasil pelaksanaan program kegiatan bimbingan dan
konseling
2) Menganalisis hasil penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling
3) Memberikan tindak lanjut terhadap analisis hasil penilaian
bimbingan
dan konseling
c. Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi terpenuhnya
tenaga, prasarana dan sarana, alat dan perlengkapan pelayanan bimbingan
dan konseling.
d. Mempertanggungjawabkan pelaksananaan layanan bimbingan dan
konseling kepada kepala sekolah.
Dalam bukuMamat Supriatna mengatakan bahwa beberapa tuga-stugas
koordinator guru prmbimbing antara lain:
1. Mengkoordinasikan para guru bimbingan dan konseling dalam
a. Memasyrakatkan pelayanan bimbingan dan konseling
b. Menyusun program bimbingan dan konseling
c. Melaksanakan program bimbingan dan konseling
d. Mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling
e. Menilai program bimbingan dan konseling
f. Mengadakan tindak lanjut
2. Membuat usulan kepada kepala sekolah dan mengusahakan
terpenuhnya tenaga, sarana dan prasarana
3. Mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan bimbingan dan
konseling kepada kepala sekolah. (Sukardi.: 2002).
E. Administrasi Bimbingan Konseling
Administrasi Bimbingan Konseling atau Layanan Khusus terdiri dari tiga
kata yaitu “administrasi”, “layanan”, dan “khusus”. Menurut Oemar
Hamalik dalam jurnal Administrasi Layanan Khusus oleh Nur Ifani Rizkita
dan HadeAfriansyah (2019), administrasi yaitu suatu kegiatan atau usaha
untuk membantu, melayani, mengarahkan atau mengatur semua kegiatan
didalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan layanan yaitu berbagai bentuk
penyedian keperluan atau cara melayani suatu kegiatan agar dapat berjalan

14
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai (Tera Murtafi’ah, 2015). Selain
itu arti kata“khusus” menurut KBBI yaitu khas atau istimewa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa administrasi layanan khusus adalah suatu proses
kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai
secara efektif dan efisien (Helmaiza dan Hade Afriansyah, 2019).
Adapun Fungsi Administrasi Layanan Khusus Menurut Wildan Zulkarnain
(2014), fungsi administrasi layanan khusus adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan, yaitu analisis kebutuhan dan penyusunan program
layanan khusus
2. Pengorganisasian, yaitu pembagiantugas untuk melaksanakan
program layanan khusus
3. Penggerakan, yaitu pengaturan dalam pelaksanaan layanan khusus,
serta
4. Pengawasan, yaitu pemantauan program dan penilaian kinerja
program layanan khusus di sekolah. Sehingga layanan khusus
tersebut perlu dikelola dengan proses manajemen yang efektif agar
dapat memperkuat proses manajemen pendidikan, khususnya pada
level sekolah.
Bimbingan dan Konseling Menurut Hendyat Soetopo dalam jurnal
Layanan Khusus Peserta Didik oleh Adi Putra (2016), bimbingan adalah
proses bantuan yang diberikan kepada siswa dengan memperhatikan
kemungkinan atau kenyataan tentang adanya kesulitan yang dihadapi dalam
rangka perkembangan yang optimal, sehingga mereka memahami dan
mengarahkan diri serta bertindak dan bersikap sesuai dengan tuntutan dan
situasi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.
F. Ruang Bimbingan Konseling
Dalam perspektif pendidikan nasional, bimbingan dan konseling
merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan di
sekolah, yang bertujuan untuk membantu para siswa agar dapat
mengembangkan dirinya secara optimal dan memperoleh kemandirian. Agar
pelayanan bimbingan dan konseling dapat berjalan efektif dan efisien maka

15
perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana
penting yang dapat menunjang terhadap efektivitas dan efisiensi layanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah ketersediaan ruang Bimbingan
dan Konseling yang representatif, dalam arti dapat menampung segenap
aktivitas pelayanan. Bimbingan dan Konseling.
Dalam hal ini, ABKIN (2007) telah merekomendasikan ruang Bimbingan
dan Konseling di sekolah yang dianggap standar, dengan kriteria sebagai
berikut:
1. Letak lokasi ruang Bimbingan dan Konseling mudah diakses
(strategis) oleh konseli tetapi tidak terlalu terbuka sehingga prinsip-
prinsip konfidensial tetap terjaga.
2. Jumlah ruang bimbingan dan konseling disesuaikan dengan kebutuhan
jenis layanan dan jumlah ruangan
3. Antar ruangan sebaiknya tidak tembus pandang
4. Jenis ruangan yang diperlukan meliputi: (a) ruang kerja; (b) ruang
administrasi/data; (c) ruang konseling individual; (d) ruang bimbingan
dan konseling kelompok; (e) ruang biblio terapi; (f) ruang
relaksasi/desensitisasi; dan (g) ruang tamu.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan kondisi yang
diharapkan dari masing jenis ruangan tersebut.
1) Ruang kerja Bimbingan dan Konseling disiapkan agar dapat
berfungsi mendukung produkltivitas kinerja guru BK/konselor.
Untuk itu, diperlukan fasilitas berupa: komputer yang dilengkapi
dengan berbagai software Bimbingan dan Konseling (akan lebih
baik bila dilengkapi fasilitas internet) dan meja kerja konselor,
lemari dan sebagainya.
2) Ruang administrasi/data perlu dilengkapi dengan fasilitas berupa
lemari penyimpanan dokumen (buku pribadi, catatan-catatan
konseling, dan lain-lain) maupun berupa softcopy, Dalam hal ini
harus menjami keamanan dan kerahasiaan data yang disimpan.
3) Ruangan konseling individual merupakan tempat yang nyaman dan
aman untuk terjadinya interaksi antara konselor dan konseli.

16
Ruangan ini dilengkapi dengan satu set meja kursi ata sofa, tempat
untuk menyimpan majalah, yang dapat berfungsi sebagai biblio
terapi.
4) Ruangan Bimbingan dan Konseling Kelompok merupakan tempat
yang aman dan nyaman untuk terjadinya dinamika kelompok
dalam interaksi antara konselor dengan konseli dan konseli dengan
konseli. Ruangan ini dilengkapi dengan perlengkapan antara lain:
sejumlah kursi, karpet, tape recorder, VCD dan televisi.
5) Ruangan Biblio Terapi pada prinsipnya mampu menjadi tempat
bagi para konseli dalam menerima berbagai informasi, baik
informasi yang berkenaan dengan pribadi, sosial, akademik
maupun karier di masa mendatang. Ruangan ini dilengkapi dengan
perlengkapan daftar buku (katalog), rak buku, ruang baca, buku
daftar pengunjung, dan jika memungkinkan disediakan internet.
6) Ruang relaksasi/desensitisasi/sesnsitisasi yang bersih, sehat,
nyaman dan aman, yang dilengkapi dengan karpet, televisi,
VCD/DVD, tempat tidur (bed rest) beserta bantalnya.
7) Ruang tamu hendaknya berisi kursi dan meja tamu, buku tamu, jam
dinding, tulisan atau gambar yang dapat memotivasi konseli untuk
berkembang.
Penataan ruang Bimbingan dan Konseling di atas dapat
divisualisasikan seperti tampak dalam gambar sederhana berikut ini:

17
Keterangan:
R. I : Ruang Data
R. II : Ruang Konseling Individual
R. III :Ruang Tamu
R IV : Ruang bimbingan dan konseling kelompok
R V : Ruang relaksasi
R.VI : Ruang Kerja
Sementara itu, BNSP (2006) memberikan gambaran yang
berbeda tentang standar sarana yang terkait dengan ruang
Bimbingan dan Konseling di sekolah, sebagai berikut :
1. Ruang konseling berfungsi sebagai tempat peserta didik
mendapatkan layanan konseling dari konselor berkaitan
dengan pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
2. Luas minimum ruang konseling 9 m2.
3. Ruang konseling dapat memberikan kenyamanan suasana
dan menjamin privasi peserta didik.
4. Ruang konseling dilengkapi berbagai sarana penunjang
lainnya. (Sudrajat : 2008) .

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Administrasi adalah rangkaian kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
dengan alasan kerja sama.
Implementasi Guru perlu mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-
tugas yang harus dilakukannya dalam kegiatan bimbingan konseling dalam
proses pembelajaran seperti berikut: a.    Melaksanakan kegiatan diagnostik
kesulitan belajar, b.   Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan
kemampuan dan kewenangannya kepada murid dalam memecahkan masalah
pribadi.
Secara umum pola organisasi dibagi menjadi dua bagian yaitu organisasi
formal dan organisasi informal. Sedangkan Pola organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah tidak perlu selalu seragam strukturnya. Setiap sekolah
dapat menyusun struktur organisasi bimbingan dan konseling sesuai dengan
besar kesilnya dan kepentingan sekolah bersangkutan dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling.
Koordinator guru pembimbing adalah sebagai pelaksana utama yang
mengkoordinir seluruh kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah baik terhadap warga sekolah, orang tua
siswa, komite sekolah serta masyarakat.
Administrasi bimbingan konseling / layanan khusus adalah suatu proses
kegiatan memberikan pelayanan kebutuhan kepada peserta didik untuk
menunjang kegiatan pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara
efektif dan efisien.
Agar pelayanan bimbingan dan konseling dapat berjalan efektif dan efisien
maka perlu ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu
sarana penting yang dapat menunjang terhadap efektivitas dan efisiensi
layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah ketersediaan ruang
Bimbingan dan Konseling yang representatif, dalam arti dapat menampung
segenap aktivitas pelayanan. Bimbingan dan Konseling.

19
B. Saran
Demikian makalah mengenai administrasi BK dan organisasi BK. Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman mengenai kaderisasi kepemimpinan di pesantren. Diharapkan juga
untuk kedepannya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

20
DAFTAR PUSTAKA

The Liang Gie. 2004. Pengertian Kedudukan dan Perincian Ilmu


Administrasi. Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Sutjipto, Raflis Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka Cipta


http://afhny.wordpress.com/peran-guru-dalam-bimbingan-konseling/
Sukardi, Dewa Ketut,  Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Bandung, penerbit Alfabeta, 2003
Sukardi, Dewa Ketut, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
di Sekolah, Jakarta, Rineka Cipta, 2008
Helmaiza, & Afriansyah, H. 2019. Administrasi dan Supervisi Pendidikan
Murtafi’ah, T. 2015. Manajemen Layanan Khusus Peserta Didik di SD
Muhamadiyah Suronatan Yogyakarta.
Akhmad Sudrajat. 2008. Artikel Standar Ruang BK

21

Anda mungkin juga menyukai