Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

PANDANGAN ISLAM TERKAIT TANGGUNG JAWAB KORPORASI


DALAM PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN
(STUDI PUTUSAN MA NOMOR: 3840/K/PID.SUS.LH/2021)

A. Lahan Menurut Pandangan Islam


Dari sisi pengertian, lahan memiliki pengertian yang sama dengan
pengertian tanah. Lahan/tanah diartikan sebagai suatu lapisan bumi yang
berada pada bagian paling atas atau terluar, dan merupakan benda alam yang
mempunyai sifat fisik, kimia dan biologi tertentu serta berdimensi tiga seperti
ruang yang mempunyai dimensi panjang, lebar dan kedalaman atau tinggi.
Lahan atau tanah merupakan sumber kehidupan dan merupakan salah
satu faktor yang harus dimanfaatkan secara optimal guna keberlangsungan
perkembangan ekonomi masyarakat.
Tanah merupakan salah satu faktor produksi penting yang harus
dimanfaatkan secara optimal. Tanah juga mempunyai manfaat tertentu
misalnya untuk pertanian, perumahan atau industri. Islam memperbolehkan
seseorang memiliki tanah dan memanfaatkannya. Apabila dicermati beberapa
ketentuan syariat yang berkaitan tanah, banyak firman Allah SWT yang
berbicara mengenai bumi/tanah sebagai karunia Allah SWT yang terdapat di
dalam Al-Qur’an, di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Dalam Q.S. An-Nahl Ayat (65), dinyatakan sebagai berikut:1

‫ض َب ْع َد َم ْوتِ َهٓا ۚ ِإ َّن فِى‬ ِ ِ َّ ‫وٱللَّه َأنز َل ِمن‬


ْ ‫َأحيَا بِه‬
َ ‫ٱَأْلر‬ ْ َ‫ٓاء ف‬
ً ‫ٱلس َمٓاء َم‬ َ َ ُ َ
‫ك َل َءايَةً لَِّق ْوٍم يَ ْس َمعُون‬
َ ِ‫ َٰذل‬.
Artinya: “Dan Allah menurunkan dari langit air (hujan) dan dengan air
itu dihidupkan-Nya bumi sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi
orang-orang yang mendengarkan (pelajaran)”

1
Al-Qur’an, Surat An-Nahl, Ayat 65.
2. Q.S. An- Nur Ayat 42:2

ِ ‫ض ۖ وِإلَى ٱللَّ ِه ٱلْم‬


‫ص ُير‬ َ َ ِ ‫ٱَأْلر‬
ِ َّ ‫ْك‬
ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ ُ ‫َولِلَّ ِه ُمل‬
Artinya: “Dan kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan
kepada Allah-lah kembali (semua makhluk)”

3. Q.S. Al- Hadid Ayat 2:3

‫يت ۖ َو ُه َو َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْى ٍء‬


ُ ‫ض ۖ يُ ْح ِىۦ َويُ ِم‬
ِ ‫ٱَأْلر‬ ِ َّ ‫ْك‬
ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ ُ ‫لَهۥُ ُمل‬
‫قَ ِد ٌير‬
Artinya: “Kepunyaan-Nya lah kerajaan langit dan bumi, Dia
menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu”

4. Q.S. Al- Maidah Ayat 120:4

‫ض َو َما فِي ِه َّن ۚ َو ُه َو َعلَ ٰى ُك ِّل َش ْى ٍء قَ ِدي ۢ ٌر‬


ِ ‫ٱَأْلر‬ ِ َّ ‫ْك‬
ْ ‫ٱلس َٰم َٰوت َو‬ ُ ‫لِلَّ ِه ُمل‬
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang
ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Ayat-ayat tersebut menegaskan bahwa pemilik hakiki dari segala
sesuatu (termasuk tanah) adalah Allah SWT sebagai pemilik yang hak.
Memberikan kuasa (istikhlaf) kepada manusia untuk mengelola dan
memanfaatkan seluruh benda yang ada termasuk di dalamnya bumi dan
segala isinya adalah karunia Allah SWT.
Allah mendelegasikan pemanfaatan kepada manusia, lewat ajaran-
ajaran nabi, termasuk bahwa manusia dianggap berserikat dengan kepunyaan
Allah SWT, sebagaimana salah satu hadits nabi yang menyatakan sebagai
berikut:5

‫ث فِي الْ َكِإَل َوالْماَِء َوالنَّا ِر‬


ٍ َ ‫اَلْمسلِمو َن ُشر َكاء في ثاَل‬
ُ َ ُْ ْ ُ
2
Ibid, Q.S. An-Nur, Ayat 42
3
Ibid, Q.S. Al- Hadid. Ayat 2
4
Ibid, Q.S. Al- Maidah, Ayat 120
5
Kepemilikan Umum Atas Padang Rumput, Air dan Api, Al-Wa’ie,
https://al-waie.id/hadis-pilihan/kepemilikan-umum-atas-padang-rumput-air-dan-api/, diakses pada
tanggal 26 Desember 2022 pukul 09.31.
Artinya: “Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang
rumput, air dan api (HARI. Abu Dawud dan Ahmad)”
Dengan demikian bahwa manusia dalam memanfaatkan kepunyaan-
Nya haruslah memperhatikan perlindungan dan menghindari segala
kezaliman yang dilakukan terhadap milik Allah termasuk tanah/lahan.

B. Kebakaran Lahan Menurut Pandangan Islam


Perindustrian adalah salah satu sektor utama pembangunan
perekonomian di Indonesia, tak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
jumlah proyek-proyek industri semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Hanya saja perkembangan kuantitas ini meninggalkan dampak negatif
terhadap ekosistem yang ada, sehingga dapat dikatakan bahwa peningkatan
pemanfaatan sumber daya khususnya alam dalam hal kuantitas, rupanya
menurunkan tingkat kualitas dari tanah itu sendiri.
Dalam Islam, konsep yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam mengatur kondisi ekologis dalam kegiatan produksi ini sejatinya telah
di dokumentasikan dalam beberapa hadits-hadits yang disampaikan oleh para
pendahulu-pendahulu di dalam fase keislaman.
Salah satu penyebab dari menurunnya kualitas lingkungan dalam hal
ini lahan adalah banyaknya praktik-praktik yang tidak sesuai dengan
ketentuan syara’ khususnya dalam hal pembakaran lahan yang menyebabkan
tidak hanya menurunnya kualitas lahan/tanah yang dibakar melainkan juga
menurunnya angka kesehatan yang disebabkan dari kondisi lingkungan yang
tercemar akibat kebakaran lahan tersebut.
Biasanya terjadinya kebakaran lahan disebabkan dari pembukaan
lahan perkebunan oleh sekelompok oknum perusahaan yang memilih untuk
membuka lahan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan ketentuan hanya
untuk mengejar keuntungan semata.
Walaupun pembukaan lahan adalah legal baik secara hukum negara
dan juga dianjurkan secara hukum Islam, tetapi sebuah perusahaan atau pihak
yang berkepentingan membuka lahan perlu memperhatikan beberapa hal
sebagai berikut:
1. Tujuan pembukaan lahan adalah untuk kebaikan bersama terlebih untuk
membuka lapangan pekerjaan yang menyejahterakan masyarakat sekitar;
2. Mendukung penguatan ekonomi Indonesia, yang artinya tidak hanya
untuk keuntungan pribadi saja;
3. Memanfaatkan potensi alam untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi; dan
4. Dilakukan secara baik dan halal.
Apabila pembukaan lahan dilakukan dengan cara dibakar yang pada
akhirnya mengakibatkan kebakaran hutan dan atau lahan, maka tindakan ini
termasuk ke dalam sebuah tindakan zalim karena dilakukan dengan cara-cara
yang tidak baik.
Al-Qur’an sejatinya telah menerangkan bahwa rusaknya alam di laut
maupun di darat adalah akibat dari ulah manusia, sebagaimana firman Allah
SWT di dalam Al-Qur’an Surat Ar-Rum Ayat 41 yang menyatakan: 6

‫َّاس لِيُ ِذي َق ُهم‬


ِ ‫ت َأيْ ِدى ٱلن‬
ْ َ‫سب‬ ِ
َ ‫اد فى ٱلَْب ِّر َوٱلْبَ ْح ِر ب َما َك‬
ِ ُ ‫ظَهر ٱلْ َفس‬
َ ََ
‫ض ٱلَّ ِذى َع ِملُو ۟ا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُو َن‬
َ ‫َب ْع‬
Artinya: “telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan
karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada
mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar)”.
Sejatinya praktik membakar lahan adalah sebuah tindakan yang zalim
sehingga merupakan kejahatan yang dilarang untuk dilakukan menurut
hukum Islam.

C. Sarana dan Prasarana Kebakaran Lahan Menurut Pandangan Islam


1. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Menurut
Pandangan Islam
Islam sangat menganjurkan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan karena bumi ini merupakan anugerah dari Allah SWT.
Manusia sebagai khalifah diminta untuk menjaga dan memelihara bumi

6
Al-Qur’an, Surat Ar-Rum, Ayat 41.
sebagai amanah, oleh sebab itu manusia harus melakukan hal yang lebih
baik dan tidak berlebihan (melampaui batas).7
Sehubungan dengan perlindungan dan pengelolaan sumber daya
tersebut, Islam mengatur hal-hal sebagai berikut:
a. Tidak membuat kerusakan di bumi
Suatu sikap manusia yang sejak semula telah dikhawatirkan
oleh para malaikat yaitu membuat kerusakan di muka bumi,
sebagaimana dimuat dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yang berbunyi:8

ۖ ً‫ض َخلِي َفة‬ ِ ‫ٱَأْلر‬ ‫ى‬ ِ‫اعل ف‬ ِ ‫ك لِلْم ٰلَِٓئ َك ِة ِإنِّى ج‬ َ َ‫َوِإ ْذ ق‬
ْ ٌ َ َ َ ُّ‫ال َرب‬
‫سبِّ ُح‬
َ ُ‫ٓاء َونَ ْح ُن ن‬
َ ‫ِّم‬
َ ‫ك ٱلد‬ ُ ‫قَالُ ٓو ۟ا َأتَ ْج َع ُل فِ َيها َمن ُي ْف ِس ُد فِ َيها َويَ ْس ِف‬
‫ال ِإنِّ ٓى َأ ْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُمو َن‬
َ َ‫ك ۖ ق‬
َ َ‫ِّس ل‬ ِ ِ
ُ ‫ب َح ْمد َك َو ُن َقد‬
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: ‘sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘mengapa engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau
dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”
Bentuk-bentuk kerusakan ini menurut ilmu lingkungan bisa
muncul dalam bermacam-macam aktivitas seperti menggunakan
sumber daya alam yang melebihi hasil maksimal yang berkelanjutan,
memutuskan salah satu mata rantai dalam rantai makanan atau jejaring
kehidupan, mengeksploitasi daur materi, dan menghasilkan berbagai
macam pencemaran yang akan mengganggu stabilitas tata
lingkungan.9

7
Husna Ahmad dan Fachrudin Mangunjaya, Haji Ramah Lingkungan Bagaimana Haji
dan Umrah Dapat Berkontribusi Melestarikan Lingkungan?, ed. 1, Cet. 2, (Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2013), hal. 15.
8
Al-Qur’an, Q.S. Al-Baqarah, Ayat 30.
9
Johni Najwan, “Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perspektif
Hukum Islam”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 4, April 2010, hal. 63.
b. Bersahabat dengan alam
Islam menganjurkan manusia untuk bersahabat dengan alam.
Keberadaan flora dan fauna yang memberikan manfaat kepada
manusia perlu diimbangi dengan suatu perilaku yang baik agar
terhindar dari kebinasaan yang tidak disukai oleh Allah SWT,
sebagaimana disebutkan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 205 yang
menyatakan: 10

‫ث‬
َ ‫ْح ْر‬ َ ِ‫ض لُِي ْف ِس َد فِ َيها َو ُي ْهل‬
َ ‫ك ٱل‬ ِ ‫ٱَأْلر‬ ِ
ْ ‫َوِإ َذا َت َولَّ ٰى َس َع ٰى فى‬
‫اد‬
َ‫س‬ ‫ف‬
َ ْ
‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ب‬
ُّ ِ ‫وٱلنَّسل ۗ وٱللَّهُ اَل ي‬
‫ح‬
َ ُ َ َْ َ
Artinya : “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan
di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan.”
Dalam menyembelih binatang misalnya, Islam juga
mengajarkan sopan santun yang selain menghadap kiblat dan berniat
dengan nama Allah, juga disunahkan mempertajam alat yang
digunakan untuk menyembelih binatang itu, sehingga binatang yang
akan disembelih tersebut tidak terlalu menderita pada saat sakaratul
maut. Bahkan dalam riwayat yang lain Rasulullah SAW pernah
mengancam, bahwa barang siapa yang lalai dalam memberi makan
kepada binatang peliharaannya, sementara binatang peliharaannya itu
terikat dan tidak bisa mencari makan sendiri sehingga mati kelaparan,
maka orang itu tidak akan bisa masuk surga.11

c. Tidak Berlaku boros


Islam mengakui hak manusia untuk menggunakan sumber daya
yang memang disediakan untuknya, tetapi menggunakan sumber daya
secara berkelebihan dan berlaku boros adalah suatu tindakan yang
tidak dibenarkan. Bahkan Allah SWT telah menggolongkan manusia
yang suka menghambur-hamburkan kekayaan dan berlaku boros

10
Al- Qur’an, Surat Al-Baqarah, Ayat 205
11
Johni Najwan, Op.Cit, hal. 64.
tersebut sebagai teman atau perbuatan setan. Hal tersebut sebagaimana
disebutkan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra Ayat 27 yang berbunyi:

‫ٱلش ْي ٰطَ ُن لَِربِِّۦه‬


َّ ‫ٱلش ٰيَ ِطي ِن ۖ َو َكا َن‬
َّ ‫ين َكانُ ٓو ۟ا ِإ ْخ َٰو َن‬
َ ‫ِإ َّن ٱل ُْمبَ ِّذ ِر‬
‫ورا‬ً ‫َك ُف‬
Artinya: “sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkat
kepada Tuhannya”
Dalam ilmu lingkungan pemborosan ini bisa muncul dalam
bentuk ketidakseimbangan pertukaran materi dan transformasi energi,
atau pemborosan juga bisa diartikan sebagai penggunaan sumber daya
yang tidak sebanding dengan daya gunanya. Pemborosan adalah suatu
bentuk kejahatan tersendiri, karena dengan berbuat boros berarti
mengurangi atau bahkan menghilangkan hak dan kesempatan manusia
atau makhluk hidup yang lain atas suatu sumber daya.12

d. Memikirkan generasi yang akan datang


Selain mengajarkan tentang kehidupan di alam akhirat, Islam
juga mengajarkan betapa penting kehidupan generasi berikutnya. Oleh
karena itu, manusia dimungkinkan untuk tetap menerima kebaikan
yang mengalir tiada henti-hentinya, meskipun dia telah meninggal.
Konsep amal jariyah adalah suatu konsep tentang
pembangunan yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya di masa kini
dan di akhirat nanti, akan tetapi juga bagi generasi-generasi
sesudahnya. Janji Nabi SAW bahwa orang yang menanamkan kurma
akan memperoleh kebaikan terus menerus adalah suatu contoh
sederhana tentang pengelolaan sumber daya alam secara
berkelanjutan.13

e. Meningkatkan kesejahteraan umum


Islam mengajarkan bahwa kekayaan yang diperoleh seseorang
tidak untuk dimiliki sendiri, karena dia mempunyai kewajiban untuk

12
Ibid, hal. 64 – 65.
13
Ibid, hal. 65.
mengeluarkan sebagian dari kekayaannya itu untuk diberikan kepada
orang-orang yang membutuhkan dan berhak menerimanya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 215
yang berbunyi:

ِ ِ ِ
‫ين‬َ ِ‫ك َماذَا يُنف ُقو َن ۖ قُ ْل َمٓا َأن َف ْقتُم ِّم ْن َخ ْي ٍر فَلل َْٰول َديْ ِن َوٱَأْلق َْرب‬ َ َ‫يَ ْسـَٔلُون‬
‫يل ۗ َو َما َت ْف َعلُو ۟ا ِم ْن َخ ْي ٍر فَِإ َّن ٱللَّهَ بِ ِهۦ‬ َّ ‫س ِكي ِن َوٱبْ ِن‬
ِ ِ‫ٱلسب‬ َٰ ‫َوٱلْيَ ٰتَ َم ٰى َوٱل َْم‬
‫يم‬ ِ
ٌ ‫َعل‬
Artinya: “mereka bertanya tentang apa yang mereka
nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan
hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Alah Maha Mengetahuinya.”
Bentuk-bentuk zakat, infaq dan shadaqah tiada lain adalah
upaya pencairan keridhaan Allah SWT yang dimanifestasikan dalam
bentuk peningkatan kesejahteraan umum. Dengan cara semacam ini
kesenjangan tingkat sosial ekonomi yang bisa menimbulkan gangguan
tata lingkungan bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan.14

2. Sarana dan Prasarana Kebakaran Lahan sebagai Upaya


Perlindungan Lingkungan Menurut Pandangan Islam
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan
suatu konsep yang dianjurkan di dalam ajaran Islam. Menurut Al-
Qardhawi, pelestarian dan pengembangan terkait perlindungan
lingkungan mencakup lima perkara yang harus ada, (al-dharuriyat al-
khams) sebagaimana diungkapkan sebagai berikut:15
a. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga agama (Hifdz Ad-Din)
Memelihara agama merupakan tujuan pertama hukum Islam,
pemeliharaan lingkungan sama halnya dengan menjaga agama

14
Ibid, hal. 65
15
M. Abdurrahman, Memelihara Lingkungan Dalam Ajaran Islam, (Bandung, 2011), hal.
30.
karena merusak lingkungan sama halnya dengan melakukan
perbuatan menyimpang dari perintah Allah SWT untuk
memakmurkan bumi, memperbaikinya dari perbuatan yang dapat
merusak terutama dalam konteks hubungan baik dengan sesama
makhluk ciptaan-Nya.

ِ ِِ ِ ْ ‫ٱلدار‬ َ ‫تِل‬
ِ ‫ٱَأْلر‬
‫ض‬ َ ‫ٱل َءاخ َرةُ نَ ْج َعلُ َها للَّذ‬
ْ ‫ين اَل يُ ِري ُدو َن عُلًُّوا فى‬ ُ َّ ‫ْك‬
ِ ِ ِ
َ ‫ادا ۚ َوٱل َْٰعقبَةُ لل ُْمتَّق‬
‫ين‬ ً‫س‬ َ َ‫َواَل ف‬
Artinya: “Negeri akhirat itu, kami jadikan untuk orang-
orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”.

b. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga jiwa (Hifdz An-Nafs)


Islam sangat menjunjung tinggi pemeliharaan hak manusia
untuk hidup dan mempertahankan hidupnya. Menjaga lingkungan
sama halnya dengan menjaga jiwa karena memberikan kehidupan
yang baik untuk mereka. Ketika terjadinya sebuah kerusakan
lingkungan seperti pembakaran lahan yang pada akhirnya
menyebabkan kebakaran besar dan mengakibatkan korban jiwa,
maka itu sudah menyimpang dari tujuan hukum Islam yang
seharusnya memberikan kemaslahatan untuk banyak orang,
sebagaimana dimaksud di dalam firman Allah SWT, surat Al-
Maidah Ayat 32 yang berbunyi:
ِ ٓ ٰ ‫ِ ِإ‬ ِ
‫سا بِغَْي ِر‬ً ۢ ‫يل َأنَّهۥُ َمن َقتَ َل َن ْف‬
َ ‫ك َكتَْبنَا َعلَ ٰى بَن ٓى ْس َرء‬ َ ِ‫َأج ِل َٰذل‬
ْ ‫م ْن‬
‫َّاس َج ِم ًيعا َو َم ْن‬ ِ ٍ َ‫س َأو ف‬
َ ‫ض فَ َكَأنَّ َما َقتَ َل ٱلن‬
ِ ‫ٱَأْلر‬
ْ ‫ساد فى‬ َ ْ ٍ ‫َن ْف‬
‫ٓاء ْت ُه ْم ُر ُسلُنَا‬ ِ ْ ‫اها فَ َكَأنَّ َمٓا‬
َ ‫َّاس َجم ًيعا ۚ َولََق ْد َج‬
َ ‫َأحيَا ٱلن‬ َ َ‫َأحي‬ ْ
‫ض لَ ُم ْس ِرفُو َن‬ ِ ‫ٱَأْلر‬ ِ َ ِ‫ت ثُ َّم ِإ َّن َكثِيرا ِّم ْنهم بع َد َٰذل‬ِ َ‫بِٱلْبِّي ٰن‬
ْ ‫ك فى‬ َْ ُ ً َ
Artinya: “oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi
Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang
manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain,
atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka
seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan
barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia
semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka
rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu
sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan
di muka bumi.”

c. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga akal (Hifdz Al-Aql)


Terdapat banyak penjelasan dalam ayat al-Qur’an yang
memerintahkan untuk berpikir. Orang yang tidak berpikir adalah
yang rusak akalnya dan menyebabkan tidak terpeliharanya alam dan
ekosistemnya. Ketika seseorang ingin mencari ketenangan dan
ketenteraman, maka baiknya dibawa untuk melihat alam sekitar.

d. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta (HIfdz Al-Mal)


Menjaga lingkungan sama dengan menjaga harta, dalam
bentuk penjagaannya dengan cara menjaga sumber dayanya dengan
tidak mengambil secara berlebihan dalam pemanfaatannya agar
sumber kekayaannya tidak hilang sebelum dimanfaatkan.

ِ ُّ ‫َواَل تُْؤ تُو ۟ا‬


ُ ُ‫ٓاء َْأم َٰولَ ُك ُم ٱلَّتِى َج َع َل ٱللَّهُ لَ ُك ْم ق ٰيَ ًما َو ْٱر ُزق‬
‫وه ْم‬ َ ‫ٱلس َف َه‬
‫وه ْم َوقُولُو ۟ا لَ ُه ْم َق ْواًل َّم ْع ُروفًا‬ ِ
ُ ‫س‬
ُ ‫ف َيها َوٱ ْك‬
Artinya: “dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil
harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang
baik.”

e. Menjaga lingkungan sama dengan menjaga keturunan (Hifdz An-


Nasl)
Perilaku menyimpang salah satunya seperti merusak
lingkungan sama halnya dengan mengancam keberlangsungan hidup
generasi di masa depan. Apabila saat ini tidak terjadi bencana
kebakaran yang besar dari pembakaran lahan dan hasilnya pun
sangat besar dibandingkan dengan cara mekanik, tetapi tetap saja
masa depan generasi yang akan datang tidak akan dapat merasakan
segarnya udara karena pohon-pohon yang dijadikan paru-paru bumi
semakin berkurang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan sarana dan
prasarana pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan merupakan
kewajiban, karena sarana dan prasarana merupakan suatu alat untuk
mencapai apa yang diharapkan dan yang diungkapkan oleh Al-Qardhawi.

D. Tanggung Jawab Korporasi Menurut Pandangan Islam


1. Pengertian Tanggung Jawab Menurut Islam
Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian
kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan
tanggung jawab. Apabila ia tidak mau bertanggung jawab, maka ada
pihak lain yang memaksa tanggung jawab itu. Dengan demikian tanggung
jawab itu dapat dilihat dari dua sisi yang berbuat dan dari sisi yang
memiliki kepentingan dari pihak lain
2. Kedudukan Korporasi sebagai Subjek Hukum Menurut Islam

Anda mungkin juga menyukai