Nur Annisa - Makalah Hukum Konstitusi
Nur Annisa - Makalah Hukum Konstitusi
DI SUSUN OLEH :
NIM : 10400121062
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmatnya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas individu
untuk mata kuliah hukum konstitusi, dengan judul “Tata Cara Perubahan UUD
1945”.
Saya berterima kasih kepada Bapak Dr. Jumadi S.H., M.H dosen pembimbing
dan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan makalah ini
dari awal hingga selesai.
Saya berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan
saya,tentang Tata cara perubahan UUD 1945 dan saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah, maka dari itu saya mengharapkan
saran serta kritik kepada pembaca untuk bahan pertimbangan perbaikan
makalah.
Penulis
DAFTAR ISI
A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia memiliki Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang
merupakan produk hukum di masa awal kemerdekaan yang dijadikan sebagai
konstitusi tertulis bangsa. UUD 1945 menempati posisi paling tinggi dalam tata
urutan peraturan perundang-undangan negara, UUD 1945 memuat ketentuan
dasar negara Indonesia, segala peraturan perundang-undangan di negara
Indonesia tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945. Peristiwa penting
perubahan UUD 1945 yang diagendakan dalam momentum reformasi dilakukan
dalam kurun waktu empat tahap mulai tahun 1999 sampai tahun 2002. Terkait
dengan praktik sistem presidensial sendiri, ditemukan dua konsep perubahan,
yaitu perubahan terstruktur, dilakukan dengan cara sesuai prosedur konstitusi,
sedangkan perubahan tidak terstruktur ialah perubahan yang tidak sesuai
prosedur konstitusi. Perubahan terstruktur seperti pada perubahan UUD 1945
masa reformasi dilakukan dengan ketentuan adendum yaitu perubahan yang
dilakukan dengan tidak menghilangkan teks aslinya, teks asli dan teks
perubahan disusun dalam satu naskah. Perubahan yang dilakukan terhadap
pasal-pasal UUD 1945 tentu berimplikasi terhadap pelaksanaan sistem
pemerintahan di indonesia. Sistem pemerintahan ialah suatu kegiatan terstruktur
yang dilaksanakan oleh organ-organ negara yaitu eksekutif, legislatif, dan
yudikatif dalam rangka mencapai tujuan negara, sedangkan jenis sistem
pemerintahan berdasarkan UUD 1945 secara eksplisit dan implisit menunjukkan
sistem presidensial. Sistem presidensial memiliki arti bahwa presiden sebagai
kepala negara sekaligus kepala pemerintahan, dengan kata lain, presiden
memiliki kekuasaan yang besar dalam peranannya mengatur urusan negara.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana proses perubahan UUD 1945 ?
2. Apa syarat-syarat perubahan UUD 1945 ?
3. Apa Kesepakatan dasar dalam perubahan UUD 1945 ?
4. Bagaimana periode perubahan Undang-Undang Dasar 1945
5. Apa peran MPR dalam proses perubahan UUD 1945 ?
BAB II
PEMBAHASAN
• Perubahan (Amandemen) II
Perubahan UUD 1945 kedua terjadi pada 7-18 Agustus 2000 dalam Sidang
Tahunan MPR.Pada perubahan UUD 1945 tersebut ada 15 pasal perubahan atau
tambahan, serta tambahan dan perubahan enam bab.
Terdapat delapan perubahan penting, yaitu:
1. Otonomi daerah atau desentralisasi
2. Pengakuan serta penghormatan terhadap satuan pemerintahan
daerah yang bersifat khusus atau istimewa dan terhadap kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya.
3. Penegasan fungsi dan hak DPR
4. Penegasan NKRI sebagai sebuah negara kepulauan yang berciri
Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan haknya ditetapkan
dengan undang-undang.
5. Perluasan jaminan konstitusional hak asasi manusia
6. Sistem pertahanan dan keamanan negara
7. Pemisahan struktur dan fungsi TNI serta Polri
8. Pengaturan bendera, bahasa, lambang negara, dan lagu kebangsaan.
• Perubahan (Amandemen) IV
Perubahan UUD 1945 keempat berlangsung dari tanggal 1-11 Agustus 2002
pada Sidang Umum MPR.
Terdapat 13 pasal, tiga pasal aturan peralihan, dua pasal tambahan, dan
perubahan dua bab.
E. PERAN MPR DALAM PROSES PERUBAHAN UUD 1945
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pasca reformasi, telah dilakukan
perubahan UUD 1945 sebanyak empat kali. Perubahan ini dilakukan
sebagai respon dari tuntutan reformasi guna mempertegas filosofis,
yuridis, sosiologis, politis, dan teoritis negara.Setelah amandemen UUD
1945, MPR memiliki wewenang untuk mengubah dan menetapkan UUD
1945.Berbeda dengan pra perubahan UUD 1945, MPR tidak memiliki
kewenangan yang rigid dalam hal mengubah UUD 1945, di mana MPR
saat itu hanya memegang kewenangan untuk menetapkan UUD
1945.Frasa “menetapkan” sendiri menimbulkan kerancuan. Majelis
berketetapan untuk mempertahankan Undang-Undang Dasar 1945, tidak
berkendak dan tidak akan melakukan perubahan terhadapnya serta akan
melaksanakannya secara murni dan konsekwen.Bunyi pasal tersebut
menegaskan bahwa MPR tidak berhak mengubah UUD 1945
Dengan tuntutan reformasi total pada konstitusi negara, MPR tetap
melakukan perubahan UUD 1945. Hal ini disokong dengan adanya
peraturan limitatif dalam Pasal 37 UUD 1945 mengenai kuorum pada
Sidang Paripurna MPR.Atas dasar tersebut, tercapailah pemenuhan atas
tuntutan masyarakat untuk melakukan perubahan atau amendemen UUD
1945. Melalui perubahan tersebut, aturan kewenangan MPR dan proses
amendemen UUD 1945 menjadi lebih rigid.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah perubahan atau amandemen UUD NRI Tahun 1945, kewenangan MPR
dalam mengubah dan menetapkan UUD atau kewenangan konstitutif belum
dapat dilaksanakan. Padahal, tuntutan berbagai elemen masyarakat yang
didasari ketidakpuasan terhadap UUD NRI Tahun 1945 semakin banyak.
Beberapa tuntutan yang bersifat fundamental agar dilakukan amandemen ke V
yaitu penguatan sistem presidensial, penguatan sistem lembaga perwakilan,
memperjelas status MPR dalam sistem kamar perwakilan dan kebutuhan akan
haluan Negara. Secara garis besar, dapat diklasifikasikan dua kelompok yang
menuntut agar MPR kembali melaksanakan kewenangan konstitutifnya
Setelah reformasi, telah dilakukan empat kali amendemen UUD 1945 dalam
kurun waktu tahun 1999-2002. Kini, wacana perubahan ke-5 UUD 1945 ramai
menjadi perbincangan publik. Namun, pelaksanaan amendemen UUD 1945
bukanlah persoalan mudah. Lantas, bagaimana sebenarnya proses perubahan
atau amendemen UUD 1945?
Secara umum, hal ihwal mengenai amendemen UUD 1945 diatur dalam Pasal
37 UUD 1945 yang menyatakan bahwa:
1. Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat
diagendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat
apabila diajukan oleh sekurang-kurangnya 1/3 dari jumlah anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat.
2. Setiap usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar diajukan
secara tertulis dan ditunjukkan dengan jelas bagian yang diusulkan
untuk diubah beserta alasannya.
3. Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, sidang
Majelis Permusyawaratan Rakyat dihadiri oleh sekurang-
kurangnya 2/3 dari jumlah anggota Majelis Permusyawaratan
Rakyat.
4. Putusan untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar
dilakukan dengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh
persen ditambah satu anggota dari seluruh anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
5. Khusus mengenai bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia
tidak dapat dilakukan perubahan.
Berdasarkan bunyi pasal tersebut dapat diketahui bahwa langkah pertama dalam
proses perubahan UUD 1945 adalah kehendak mayoritas anggota MPR
terhadap ide perubahan UUD 1945.Dalam hal ini, usulan perubahan UUD 1945
dapat diagendakan dalam sidang MPR apabila minimal 1/3 anggota MPR
mengajukan usulan perubahan UUD 1945.
Adapun Kesepakatan Dasar dalam Perubahan UUD 1945:
A. Tidak Mengubah Pembukaan UUD 1945
B. Tetap Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia
C. Mempertegas Sistem Pemerintahan Presidensial
D. Penjelasan UUD 1945 yang Memuat Hal Normatif Dimasukkan ke
Dalam Pasal-pasal
E. Melakukan Perubahan dengan Cara Adendum.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Maria Farida Indrati. Ilmu Perundang-Undangan I Jenis, Fungsi, dan Materi
Muatan, Ed. Revisi. Yogyakarta: PT Kanisius, 2020;
Mura P. Hutagalung. Reformasi UUD 1945 melalui Konvensi Ketatanegaraan.
Jurnal Hukum dan Pembangunan 4 (XXIX), 2017.
https://mh.uma.ac.id/syarat-syarat-yang-diperlukan-untuk-amandemen-uud-
1945/
Atmadja, I Dewa Gede. 2015. Teori Konstitusi dan Konsep Negara Hukum.
Malang: Setara Press
Hamidi, Jazim dan Malik. Hukum Perbandingan Konstitusi. Jakarta: Prestasi
Pustaka