Anda di halaman 1dari 6

Artikel Pembelajaran Sains

Menggali tentang Pengetahuan Perubahan sifat dan bentuk zat

dan juga Pelestarian Sumber Daya Alam

Nama : Delia Novita


NIM : 202033094
Kelas :3B PGSD
Matkul : Aplikasi Sains
Dosen Pengmampu : Yuni Ratnasari S.Si,M.Pd.

K onversi lahan sawah ke nonsawah marak terjadi seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan laju konversi lahan sawah
ke nonsawah, namun belum menunjukkan hasil yang optimal. Indonesia memiliki
kekayaan kearifan lokal yang tersebar di seluruh nusantara yang berpotensi menghambat
tingginya laju konversi lahan sawah ke nonsawah. Tulisan ini membahas kearifan lokal di
Indonesia serta di beberapa negara yang telah dan akan dikembangkan untuk mempertahankan
lahan sawah. Beberapa contoh kearifan lokal di Indonesia antara lain: tunggu tubang, mundang
biniak, oloran sawah, Suku Samin, Buyut Cili, tradisi Ngarot, Kasepuhan Sinar Resmi, Suku
Baduy, Subak, Suku Dayak, dan pangale hutan. Tantangan kearifan lokal pada masa depan
semakin berat karena adanya pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, serta
perubahan sosial masyarakat yang mendesak lunturnya nilai-nilai kearifan lokal. Beberapa
strategi untuk mempertahankan kearifan lokal dapat dilakukan dengan cara:(1) memasukkan ke
dalam kurikulum pendidikan; (2) mengembangkan sistem pengelolaan sumber daya alam
berbasis komunitas, yaitu peningkatan partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber
daya lahan.Pengumpulan data dapat di lakukan melalui wawancara semi terstruktur yang
menunjukkan bahwa guru telah mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam konsep-konsep Fisika
antara lain Produksi Pengolahan Kolak Gondeng Tebu.Beberapa Konsep Fisika yang di bahas
meliputi Perubahan Wujud benda serta perpindahan panas.

Kata Kunci: Lahan sawah,Makhluk Hidup,Konsep Fisika


Pendahuluan

Konversi lahan sawah marak terjadi di Negara Negara berkembang yang sedang dalam
proses perubahan struktur ekonomi dari pertanian keindustrian dan sedang mengalami
pertumbuhan penduduk yang massif sehingga permintaan pangan cukup tinggi.Pertumbuhan
penduduk menimbulkan dua persoalan permintaan lahan yang bersifat dilematis.Pada situasi
konversi lahan digunakan untuk memenuhi keperluan permukiman dan keperluan non pertanian
yang lain. Disisi lain konversi lahan tidak dikehendaki karena kebutuhan lahan untuk memenuhi
tingginya permintaan pangan.
Menurut Saptana dan Ar-Rozi (2015), permasalahan utama lahan pertanian salah satunya
adanya konversi lahan pertanian ke nonpertanian. Pada intinya, konversi lahan didorong tiga
faktor utama, yaitu pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, serta perkembangan wilayah
perkotaan dan pusat industri. Ketiga faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan peningkatan permintaan lahan untuk permukiman
serta sarana prasarana penunjang.
Dari segi lingkungan, konversi lahan sawah menyebabkan berkurangnya daerah resapan
air, produksi oksigen bebas, dan nilai estetika di wilayah perdesaan. Jika daerah resapan air
berkurang dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Jika produksi oksigen berkurang maka
makin menurun kemampuan penetralisir polusi- polusi udara akibat pabrik atau asap kendaraan.
Demikian juga jika nilai estetika berkurang.

Adat Pengetahuan
Pengajaran Fisika di Sekolah Dasar di Indonesia

Kurikulum sains yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis kompetensi
(KBK), dengan materi pokok dikembangkan oleh pemerintah pusat, sedangkan silabus dan
bahan ajarnya direncanakan dan dikembangkan di daerah (Depdiknas,2001).
Sebagai konsekuensinya, pada tingkatan operasional, agar menampilkan sains asli
(budaya) yang unik dan unggul di daerahnya masing-masing dalam penyelenggaraan pendidikan,
khususnya dalam mata pelajaran sains. Hal ini memberikan harapan sekaligus tantangan bagi
seluruh komponen penyelengara pendidikan sains di masing-masing daerah, baik pada tingkat
propinsi maupun lebih khusus pada tingkat kabupaten/kota.
Harapan yang ditunggu antara lain adalah akan terakomodasinya sebagian besar aspirasi
dan potensi daerah seperti sains asli yang ada di daerah yang selama sistem sentralisasi
pendidikan berlaku tidak terakomodasi. Hal ini penting karena sesuai dengan pendapatnya
Aikenhead dan Jegede (1999) dan Baker et al (1995) bahwa keberhasilan proses pembelajaran
sains di sekolah sangat dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang dimiliki oleh siswa atau
masyarakat di mana sekolah tersebut berada.

Metodologi
Penelitian Desain Studi

Setting dan Partisipan

Terdapat 4 Narasumber satu diantara nya adalah yang memiliki produksi kolak gondeng
tebu,dua orang sebagai pengolah atau memproduksi kolak gondeng tebu dan satu dianatara nya
sebagai konsumsi. Lokasi wawancara ada di Desa Muryolobo Kecamatan Nalumsari Kabupaten
Jepara Jawa Tengah.Lokasi ini di pilih karena penulis berasal dari daerah Jawa Tengah dan
lokasinya sangat strategis dalam melakukan penelitian Kolak Gondeng Tebu ini.

Pengumpulan Data

Wawancara semi-terstruktur dilakukan untuk mengumpulkan data. Selama wawancara,


pewawancara dengan hati-hati mendengarkan pendapat pribadi yang mungkin berhubungan
dengan konsep ilmiah. Pertanyaan lanjutan diberikan untuk menggali ide-ide lain yang mungkin
muncul selama wawancara.
Beberapa contoh pertanyaan antara lain:
1. Bagaimana cara membuat Kolak Gondneg Tebu?
2. Kenapa bisa di namakan makanan Kolak Gondneg Tebu?
3. Apa yang membedakan Kolak Gondeng Tebu di daerah lain seperti di Kudus?
4. Sejak dari kapan Anda memproduksi Kolak Gondneg Tebu?
5. Apa yang menjadi alasan anda untuk berani mengolah sendiri produksi Kolak Gondeng
Tebu padahal anda sendiri masih sangat muda untuk pengolahan produksi tersebut?
6. Berapa harga Kolak Gondneg Tebu?
7. Bagaimana sistem penjualan anda agar Kolak Gondeng Tebu itu laris dan banyak di
nikmati Konsumen?

Analisis Data

Wawancara di rekam menggunakan Audio dan Video yang terdapat di android.

Temuan

Selama wawancara berlangsung dengan narasumber penulis menemukan Konsep Fisika di dalam
Pengolahan Kolak Gondneg Tebu yaitu dalam Perubahan sifat dan bentuk zat.

Perubahan Keadaaan

Dalam wawancara satu lawan satu, responden diminta untuk menyampaikan benda apa
saja yang mereka ketahui dalam proses pembuatan Gula merah dan Kolak Gondeng
Tebu.Kemudian peneliti menanyakan lebih jauh tentang sifat benda, perubahan kimia dan fisika
serta perubahan keadaan benda yang mungkin terjadi. Tanggapan mereka ditunjukkan sebagai
berikut.
Pewawancara:”Apa saja yang menjadi bahan dalam pembuatan Kolak Gondeng Tebu”?
Narasumber:”Bahannya sangat sederhana yaitu Singkong dan Gula Tebu”
Pewawancara:”Apakah bermacam jenis singkong dapat diolah menjadi singkong Gula Tebu”?
Narasumber:”iya sangat bisa.Produksi singkong harus benar benar memilih dan memilah
singkong yang layak untuk di jadikan olahan makanan Kolak Gondeng Tebu”
Pewawancara:”Bisa anda jelaskan bagaimana cara mengolah Kolak Gondeng Tebu”?
Narasumber:”Sebenarnya mengolah Kolak Gondeng Tebu itu cepat yang lama dalam merebus
singkongnya sampai benar benar meduk.”
Pertama singkong terlebih dahulu di kupas sampai benar benar bersih dan di potong sesuai
keinginan lalu di cuci hingga bersih.Lalu singkong di masukan ke dalam kreteg atau keranjang
yang terbuat dari anyaman bambu. Lalu singkong di masukan ke dalam wadah besar seperti
wajan besar untuk melalui perebusan dahulu dalam perebusan singkong memerlukan waktu
Setengah jam saja. Setelah Singkong di rebus lalu singkong di masukan lagi kedalam wadah
wajan besar yang sudah ada gula merahnya. Di rebus 1 jam sampai 2 jam an”. Setelah singkong
matang lalu melalui proses pendiginan dan timbang untuk menyatakan berapa kilogramannya”.
Pewawancara:”Bagaimana sistem penjualan anda agar Kolak Gondeng Tebu itu laris dan banyak
di nikmati Konsumen”?
Narasumber:”Saya melakukan sistem COD dan Delivery. Untuk melariskan produk saya uplod
di akun sosmed saya sendiri agar menarik pelanggan untuk membeli Kolak Gondeng Tebu”.
Pewawancara:”Berapa harga Kolak Gondneg Tebu perbiji nya ”?
Narasumber:”Untuk harga Kolak Gondeng Tebu saya patok untuk wadah strefom harganya
mulai Rp 10.000 sampai Rp 25.000 an untuk wadah yang kreteg harganya mulai Rp 30.000
sampai Rp 50.000 an.

Gambar 1 Pembuatan Kolak Gondeng Tebu

1.

Anda mungkin juga menyukai