Anda di halaman 1dari 20

Laporan Hasil Observasi Tahura, Tebing

Keraton dan Cartil

Tahun Ajaran 2022/2023

Nama Kelompok :
Anastasia Meilissa Sontani XII6 / 01
Andrew Montaro Hardianto XII 6 / 02
Karen Lim XII 6 / 13
Flandy Carsten XII 6 / 07
Russel O’Briant XII 6 /24

1
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena Ia
telah melimpahkan berkat, dan rahmatnya. Dengan bantuannya makalah ini
dapat kami terselesaikan sesuai dengan ketentuan dan harapan kami. Kami juga
bersyukur atas kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Geografi.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah memberikan kontribusi dalam peyusunan karya ilmiah ini.
Khususnya kepada guru pendamping yaitu Bapak Irwan Faisal, S.Pd. Tentunya
makalah ini tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari
berbagai pihak.

Sebegai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini.
Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki karya ilmiah ini.

Bandung, 23 November 2022

2
Daftar Isi
SAMPUL………………………………………………….………………………………….1
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….………2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………3
BAB 1. Pendahuluan
Latar Belakang………………………………………………………………………..4
Rumusan Masalah…………………………………………………………………….5
Tujuan Penelitian……………………………………………………………………..5
Manfaat……………………………………………………………………………..5-6

BAB 2. Penggabaran Objek Penelitian


Penggambaran Objek Observasi……………………………………………………7
BAB 3. Metode Penelitian………………………………………………………….……...8-9
Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………8
Alat dan Bahan……………………………………………………………..………..9
BAB 4 . Hasil dan Pembahasan………………………………………………………...10-14
Hasil……………………………………………………………………………....10-12
Pembahasan…………………………………………………………………...…12-14
BAB 5. Kesimpulan ………………………………………………………………...…15-16
Kesimpulan…...……………………………………………………………………..15
Hasil………………………………………………………………………………….16
BAB 6. Gambar Hasil Observasi……………………………………………………..17-18
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………19
3
BAB 1
 Latar Belakang
Hasil karya bumi yang sangat maju di Indonesia salah satunya berada sektor

pertanian dan juga perkebunannya. Pertanian dan perkebunan menjadi salah satu hasil

karya alam yang melimpah jumlahnya khususnya di daerah dataran tinggi. Selain

hasilnya yang bermanfaat bagi kehidupan keberlangsungan hidup manusia, dan

lapangan pekerjaannya yang dihasilkan dari pertanian sangat membantu

meningkatkan total angkatan kerja di negara ini. Namun masih saja terjadi

ketidakadilan dalam pembagian upah

Perkebunan adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam hayati yang

sangat berguna bagi manusia. Kebergunaan tersebut dapat menghasilkan bahan

pangan, bahan, sumber pendapatan bagi penduduknya. Perkebunan merupakan salah

satu sektor yang sangat dominan dalam perkembangannya yang maju hal tersebut

didorong karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani. Namun untuk

mendapatkan hasil sering timbulnya permasalahan dan membutuhkan solusi terbaik

yang masih jauh dari harapan. Mayoritas petani masih meggunakan system manual,

lalu masih banyak harga pupuk yang melonjak, kurangnya dana untuk men-support

kegiatan ini

Komoditas perkebunan menjadi salah satu andalan bagi pendapatan nasional

dan devisa negara Indonesia. Hal itu dapat dibuktikan dengan luasnya sektor

perkebunan yang dimiliki Indonesia per 2021 berhasil memproduksi 1.258 juta ton

untuk kopi ,6-7 juta ton cabai saja. Bisa dikalikan dengan beratus-ratus jumlah hasil

perkebunan di Indonesia lainnya.


Seperti yang kita ketahui daerah Dago khususnya lokasi Tahura, Tebing

Keraton, dan Cartil hasil perkebunan dan pertaniannya sangat melimpah. Mayoritias

ditanami tumbuhan yang menghasilkan. Seperti cabai, kopi, pisang dan sebagainya

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang tercantum diatas, maka kami merusmuskan

pertanyaan ini.

1. Bagaimana tindakan yang pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan

kenaikan bahan pokok yang dibutuhkan para petani untuk menghasilkan hasil

perkebunan yang baik?

2. Bagaimana klasifikasi perkebunan yang ada di daerah Dago khusnya daerah

Tahura, Tebing Keraton, Cartil?

Tujuan Penelitian

1. Menjelaskan tindakan yang diambil pemerintah untuk menyelesaikan

permasalahan kenaikan bahan pokok yang dibutuhkan para petani untuk

menghasilkan perkebunan yang baik

2. Mendeskripsikan klasifikasi perkebunan yang ada di daerah Dago khususnya

daerah Tahura, Tebing Keraton, dan Cartil.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini memberikan sumbangan dan tambahan referensi kepada


pembaca dan masyarakat untuk menambah wawasan. Untuk menambah referensi

di bidang geografi.

2. Manfaat Praktis

- Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman untuk penulis dalam berpikir secara

rasional dan jelas. Dalam hal mengkaji lebih mendalam untuk mengerti masalah

yang terdapat dalam masyarakat khususnya dalam bidang perkebunan.

- Bagi Masyarakat

Memberikan edukasi dan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau

para pedagang. Agar kebutuhan mereka yang kurang dapat tercukupi.

- Bagi Pemerintah sekitar

Untuk memberikan mereka informasi mengenai masalah atau keluhan yang

dihadapi masyarakat dengan cara menyampaikan melalui laporan ini.


6

BAB 2
( PENGGAMBARAN OBJEK OBSERVASI )

 Lokasi
Tempat yang kami jadikan sebagai objek penelitian berada di Jawa Barat, Dago

yang berlokasi di Tahura, Tebing Keraton, dan Cartil. Ketiga lokasi ini saling berdekatan

berdekatan dan disekitar jalannya terdapat banyak penjual hasil kebun seperti pisang.

(Gambar 1.4)

Tahura terletak sebelah Utara yang berjarak 8,2 kilometer dari pusat kota Bandung,

secara astronomis berada di 107ᴼ 30’ BT 52’ LS, letak geografinya yaitu -

6,8493906/107,6473015. Kondisi Tahura di pagi hari bersuhu kisaran 20 derajat,

kelembapan udara mencapai 91%, tekana udara 29,91, kemiringan lereng 12 derajat,

kecepatan angin mencapai 10 km/jam.

Tebing Keraton yang terletak berjarak 16 kilometer dari pusat kota Bandung, secar

astronomis berada di 6ᴼ 50,19 S dan 107 ᴼ 39,33 E.Kampung Ciharegem Puncak, Desa

Ciburial, Bandung, Jawa Barat. Kondisi tebing keraton di pagi hari yaitu jam 08;30

mencapai 24 derajat, dengan kelembapan udara mencapai 94 %

Cartil yang berjarak 10 kilometer dari pusat kota, letak geografinya yaitu -

6,58581343/107,6649549 berada di Desa Cimeyan, Kapung Cicayur, Jawa Barat. Kondisi


Cartil di kisaran jam 10. 20 pagi bersuhu 25ᴼ, dengan kelembapan udara mencapai 74%,

tekana udara 29.90, kemiringan lereng 4 derajat, kecepatan angin 10km/jam.

7
BAB 3

( METODE PENELITIAN )

Penelitian ini akan melihat mengenai keterkaitan antara tiga titik di daerah Dago,

Jawa Barat, yaitu Tahura, Tebing Keraton, dan Cartil dengan lima aspek fisik dalam geografi

yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Untuk mempermudah

pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dalam menyusun proposal ini, maka kami

mempergunakan metode penelitian sebagai berikut :

 Teknik Pengumpulan Data

Adapun jenis data dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

antara lain :

a) Data Primer

Data yang diperoleh peneliti secara langsung pada sumbernya atau objek penelitian.

1) Wawancara

Pengumpulan data dengan metode wawancara dimana melakukan tatap muka

secara langsung dan langsung berbicara dengan sumber objek penelitian.

2) Observasi
Metode yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung

dilapangan dengan objek yang ingin diteliti.

3) Kuisioner

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

b) Data Sekunder

Data yang diperoleh peneliti tidak secara langsung dari sumbernya atau objek

penelitian, melainkan pengumpulan data bisa didapatkan dari buku, internet, dan lain

sebagainya.

 Alat dan Bahan

Dalam proses penelitian ini, kami menggunakan beberapa alat dan bahan. Berikut ini

merupakan alat dan bahan yang dipergunakan selama proses penelitian dapat dilihat pada

tabel 3.1

Tabel 3.1 Alat dan Bahan Observasi

Berbagai Meteran (Meteran kebanyakan berupa aplikasi dari Handphone)

a) Anemometer

b) Kompas

c) Barometer

d) Altimeter

Alat Tulis (Pena, pensil, dll)

Botol Plastik
9

BAB 4

( HASIL DAN PEMBAHASAN )

 Hasil

Penelitian ini merupakan penelitian yang ditujukan kepada tiga titik di daerah Dago,

Jawa Barat berdasarkan lima aspek fisik dalam geografi. Tiga titik yang dijadikan sebagai

tempat penelitian adalah Tahura, Tebing Keraton, dan Cartil. Sebagai bahan kajian data

peneliti melakukan aktivitas pencarian data melalui wawancara, observasi, dan pemberian

angket kepada orang sekitar, khususnya petani dan penjual. Observasi dan dokumentasi telah

dilakukan selama penelitian berlangsung serta menghasilkan beberapa data yang dapat

dijadikan sebagai pengolahan data.

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa lokasi pertama yaitu daerah TAHURA

atau Taman Hutan Raya yang berlokasi di daerah Dago, Jawa Barat tepatnya terletak di -

6,8493906/107,6473015 atau letak geografinya di 103⁰30 BT dan 6⁰52 LS. Tahura ini

memiliki jenis tanah “aluvial” dengan sebagian besar lahan disana dijadikan sebagai tempat

perkebunan, wilayah permukiman warga, dan tempat wisata, seperti hutan lindung. Batuan

didaerah Tahura berjenis batuan cadas dan batuan sela-gang. Di daerah Tahura yang

diobservasi tidak memiliki daerah sungai, mereka menggunakan sumur sebagai sumber air
mereka. Monyet dan serangga-serangga adalah fauna yang umumnya berada disana,

sedangkan tanaman pisang, kopi, dan bawang adalah sedikit contoh dari flora yang berada di

sana. Kami melakukan observasi pada pukul 07.45 pagi dan suhu disana sekitar 20derajat

dengan kelembapan udara mencapai 91%, tekanan udara 29,91, kemiringan lerang 12derajat,

kecepatan angin 10Km/jam, dan jenis awan stratus.

Lokasi kedua yang diobservasi adalah daerah Tebing Keraton yang juga berlokasi di

daerah Dago. Tebing Keraton memiliki letak geografis di 6⁰50,19S dan 107⁰39,33E.

10

Tebing Keraton ini memiliki jenis tanah “aluvial” dengan Sebagian besar lahan disana

dijadikan sebagai tempat perkebunan, wilayah permukiman warga, dan tempat wisata,

contohnya tebing keraton. Batuan didaerah Tebing Keraton berjenis batuan vulkanik. Di

daerah Tebing Keraton yang diobservasi ini tidak memiliki daerah sungai, mereka

menggunakan sumur sebagai sumber air mereka. Ulat dan serangga-serangga adalah fauna

yang umumnya berada disana, sedangkan tanaman kentang, palawija, kol, tomat, dan

cengkeh adalah sedikit contoh dari flora yang berada di sana. Kami melakukan observasi

pada pukul 08.30 pagi dan suhu disana sekitar 24⁰ dengan kelembapan udara mencapai 94%,

tekanan udara 29,91, kemiringan lerang 3⁰, kecepatan angin 15Km/jam, dan jenis awan

stratus.

Lokasi ketiga yang kami pilih adalah daerah Cartil yang berlokasi cukup jauh dari

daerah Dago. Cartil letak geografisnya berada di -6,8581343 / 107,6649549. Cartil ini

memiliki jenis tanah “andosol” dengan sebagian besar lahan disana dijadikan sebagai tempat

perkebunan, wilayah permukiman warga, dan tempat-tempat atau warung makan. Batuan

didaerah Tebing Keraton berjenis batuan andesit. Di daerah Tebing Keraton yang kami

observasi ini tidak memiliki daerah sungai, mereka menggunakan sumur sebagai sumber air
mereka dan sumber air yang ada cukup bersih. Kucing dan serangga-serangga adalah fauna

yang umumnya berada disana, sedangkan tanaman kol, kentang, dan cabe adalah sedikit

contoh dari flora yang berada di sana. Kami melakukan observasi pada pukul 10.20 pagi dan

suhu disana sekitar 25⁰ dengan kelembapan udara mencapai 74%, tekanan udara 29,90,

kemiringan lerang 4⁰, kecepatan angin 10Km/jam.

11

Berikut adalah nama kesepuluh orang yang kami wawancarai atau kami jadikan

sebagai sumber-sumber dari data kami:

1. Ibu Iin (penjual dan pedagang)

2. Pa Daja (penjual dan pedangang)

3. Bu Eni (pencari rumput)

4. Ibu Eni dan Pa Rohaya (petani)

5. Pa Agus (petani)

6. Bu nis (petani)

7. Pa Yudi (petani)

8. Pa Yanto (petani)

9. Pa Maman (petani)

10. Bu Tri (petani)

 Pembahasan
Bentuk Pembahasan yang akan diberikan adalah pemaparan secara lebih spesifik

terkait lokasi yang diteliti dengan lima aspek geografi yaitu lithosfer, hidrosfer, atmosfer,

biosfer, dan antroposfer. Pemaparan ini diberikan berdasarkan data yang telah diperoleh

selama penelitian berlangsung atau dilakukan.

Untuk lokasi Tahura dan Tebing Keraton dimana bisa dilihat aspek lithosfernya

adalah tanah berupa tanah aluvial yang dijadikan sebagai tempat perkebunan, wilayah

permukiman warga, dan tempat wisata. Sedangkan Cartil memiliki tanah “andosol” dengan

sebagian besar lahan disana dijadikan sebagai tempat perkebunan, wilayah permukiman

warga, dan tempat-tempat atau warung makan. Batuan di Tahura juga berupa batuan cadas

dan batuan sela-gang.

12

Batuan vulkanik merupakan batuan daerah Tebing keratin dan batuan andesit di daerah

Cartil.

Untuk hidrosfer kebanyakan wilayah ini tidak memiliki daerah sungai, mereka masih

menggunakan sumur sebagai sumber air mereka. Untuk Biosfer ketiga titik wilayah ini

berbeda-beda, contoh salah satunya daerah Tahura ini terdapat Monyet dan serangga-

serangga yang merupakan fauna yang umumnya berada disana, sedangkan tanaman pisang,

kopi, dan bawang adalah flora yang berada di sana.

Dari lokasi pertama kami mewawancarai tiga orang yaitu Ibu Iin dan Pa Daja yang

berprofesi sebagai penjual buah-buahan sekaligus petani yang menanam buah tersebut, lalu

juga ada Bu Eni yang berprofesi sebagai petani rumput. Untuk Ibu Iin dan Pa Daja adalah

seorang penjual pisang dan juga petani pisang di ladang milik orang lain (Pa Tomi), mereka

berdua berasal dari daerah Buah Batu dan mereka bekerja di daerah dago dengan

menggunakan transportasi motor. Mereka umumnya merawat tanaman di hari Senin


sampai Jumat dan pada Hari Sabtu dan Minggu mereka berjualan. Penghasilan mereka tidak

menentu bisa dari Rp.50.000 sampai Rp.400.000 tergantung dengan jumlah pembeli disana.

Umumnya masalah yang mereka hadapi dalam menanam dan berjualan adalah monyet,

monyet seringkali mencuri pisang-pisang yang mereka tanam atau jual. Tahapan yang mereka

lakukan untuk menanam pisang yang pertama adalah menggeburkan tanah sebelum

menanam, kedua menyiram tanaman di musim kemarau, ketiga memberikan pupuk sesuai

jadwal, dan terakhir membersihkan lahan sekitar dari rumut liar. Umumnya masa tanam

piang sekitar satu tahun. Selain pisang mereka juga menanam kopi dan bawang merah.

Selanjutnya juga Pa Daja yang menjadi penjual pisang dan alpukat. Mereka berdua Pa

Daja dan Bu Eni menanam sendiri kedua jenis tanaman tersebut di halaman belakang rumah

mereka. Untuk penghasilan yang mereka kurang lebih sebesar Rp.250.000 per bulan, bisa

13

kurang atau bisa lebih. Untuk cara perawatan kurang lebih sama seperti sebelumnya. Dan

untuk Bu Eni beliau adalah seorang petani rumput atau orang-orang yang mencari rumpur liar

dari sebuah tempat, kemudian beliau serahkan kepada orang yang memintanya untuk

dijadikan pupuk. Umumnya beliau menghasilkan Rp.100.000 per bulan.

Dari lokasi kedua kami mewawancarai lima orang yaitu Ibu Eni dan Pa Rohaya, Pa

Agus, Bu Nis, Pa Yudi, dan Pa Yanto yang semua dari mereka berprofesi sebagai petani

sayuran dan buah-buahan. Mereka ber-lima adalah petani sayuran dan buah-buahan,

contohnya pisang, kol, cabai, dan masih banyak lagi. Rata-rata penghasilan mereka mencapai

kurang lebih 25 juta dalam sebulan. Namun itu adalah penghasilan kotor. Mereka juga

menanam tanaman secara bergantian supaya menciptakan kondisi tanah yang bagus. Untuk

merawat tanaman mereka merawatnya setiap hari dengan memberikan pupuk, dan juga

disiram. Umumnya masalah yang mereka temui adalah harga pupuk yang sebelumnya
disubsidi namun saat ini tidak ada lagi subsidi bahkan sekarang harga pupuknya naik 3 kali

lipat dan hal itu cukup memberatkan mereka.

Dari lokasi ketiga kami mewawancarai dua orang yaitu Pa Maman dan Bu Tri yang

keduanya berprofesi sebagai petani sayuran dan buah-buahan. Mereka berdua juga

merupakan petani yang bekerja untuk orang lain. Umumnya mereka mendapatkan

penghasilan sebesar Rp.75.000 per minggu. Mereka menanam sayuran seperti kol dan masih

banyak lagi. Untuk perawatan yang mereka lakukan juga sama yaitu memberikan pupuk

sesuai jadwal dan menyiram tanaman.

14

BAB 5

( KESIMPULAN )

 Kesimpulan

Daerah Dago, Jawa Barat ini ternyata memiliki aspek yang cukup berbeda dalam

setiap wilayahnya. Jika di Tahura dan Tebing Keraton memiliki jenis tanah “aluvial”, di

daerah Cartil jenis tanahnya adalah tanah “andosol”. Flora yang ditemukan dalam ketiga

wilayah juga kebanyakan berbeda-beda, seperti ada yang menanam kentang, cabai, kopi, dan

lain sebagainya.

Kondisi air diketiga wilayah tersebut juga masih menggunakan sumur dimana air dari

sumur digunakan untuk kebutuhan air warga sehari-hari karena tidak adanya sungai disana.

Tanaman-tanaman yang ditanam oleh petani disana juga sebagian besar perlu dipupuk agar
menghasilkan kualitas yang baik dan bagus. Mayoritas petani juga berprofesi sebagai penjual

dimana selain merawat tanaman, mereka juga menjualkan hasil panen mereka ataupun

menjualkannya ke orang lain. Untuk hari senin hingga jumat mereka merawat tanaman

mereka, dan diakhir pekan yaitu Sabtu dan minggu mereka pergunakan untuk menjual

tanaman hasil panen mereka.

Masalah yang seringkali dihadapi saat pertanian adalah harga pupuk yang melonjak

naik. Jika dulu masih ada subsidi untuk pupuk, sekarang tidak ada lagi apalagi dibarengi

dengan harga yang 3 kali lipat lebih mahal membuat petani semakin kewalahan. Untuk

perdagangan, masalah yang dihadapi adalah fauna yang mengambil hasil tanam dan panen,

contohnya seperti monyet mengambil pisang yang seharusnya diperjualkan.

15

 Saran

Berdasarkan hasil penelitian di Dago, Jawa Barat, khususnya di daerah Tahura,

Tebing Keraton, dan Cartil, masih ada berbagai permasalahan yang ditemukan, baik kualitas,

pendapatan, dan masalah lainnya. Adapun berikut beberapa saran yang kira-kira bisa

dipertimbangkan.

1. Pihak pemerintah sebaiknya memberikan lagi subsidi untuk pupuk karena dengan

hilangnya subsidi pupuk, banyak petani semakin kewalahan untuk merawat

tanamannya karena kunci untuk mendapatkan kualitas tanaman yang subur dan bagus,

pupuk yang berkualitas sangat diperlukan. Dari sana, para petani bisa semakin

menghasilkan tanaman atau kebutuhan pokok sehari-hari yang berkualitas.


2. Daerah-daerah tersebut masih bisa lebih diperkenalkan sebagai tempat wisata

sehingga bisa menjadi daya Tarik wisatawan yang nantinya bisa membantu mata

pencaharian warga-warga. Karena bisa dilihat bahwa tidak semua warga memiliki

penghasilan yang stabil sehingga dengan daerah wisata, bisa menambah sedikit

pendapatan warga.

16

( GAMBAR HASIL OBSERVASI )


1.1 1.2
1.3 1.4

1.5 1.6

17
1.7 1.8
1.9 1.10

1.11
1.12

1
.13 1.14

18
DAFTAR PUSTAKA

https://drive.google.com/drive/folders/
1V7XircDYYUpX1UQWwC1qbRwNi7me2jer?usp=sharing
19

Anda mungkin juga menyukai