Anda di halaman 1dari 5

RESUME ASWAJA

NAMA : Dimas Ady Nugroho

NIM : 221110003211

KELAS : MC

PENGARUH PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN ASWAJA

Secara umum, ulama dan kyai pesantren memiliki santri sekaligus

sebagai jama’ah yang jumlahnya diakui cukup besar, dengan system pola hubungan antara
santri dan kyai, terutama pada lingkungan masyarakat, khususnya di jawa. Pola ini mampu
mewarnai dan sekaligus membentuk subkultur tradisionalis Islam di Nusantara. Oleh
karenanya, kehadiran organisasi NU bisa dipandang sebagai upaya mewadahi dan
melembagakan langkah kegiatan serta ikhtiyar para ulama yang telah dilakukan sebelumnya.
Para ulama pesantren tergabung dalam NU secara umum dapat dikatakan memiliki kesamaan
wawasan, pandangan dan tradisi keagamaan yang berlandaskan paham Ahlussunnah Wal
Jama’ah (ASWAJA). Nahdlatul Ulama dan Pondok pesantren itu bagaikan dua sisi mata

uang yang sulit dipisahkan. Apabila menyebut NU kita mesti ingat pondok pesantren dan
sebaliknya. Mengapa demikian? Karena yang mendirikan Nahdlatul Ulama adalah para
ulama pondok pesantren. Mereka memiliki kesamaan wawasan, pandangan, sikap, perilaku
dan tata cara pemahaman serta pengamalan ajaran Islam menurut faham ahlussunnah wal
jama’ah. Ibarat sebuah keranjang, kelahiran Nahdlatul Ulama pondok pesantren. Karena itu
wajar jika dikatakan bahwa Nahdlatul Ulama itu adalah organisasinya masyarakat pesantren.
Hubungan antara Nahdlatul Ulama dengan pondok pesantren dapat dilihat dari beberapa hal
sebagai berikut :

1. Kesamaan tujuan yaitu melestarikan ajaran Islam Ahlussunnah wal jama’ah yang
merupakan materi pokok pengajaran agama di Pondok Pesantren.

2. Nahdlatul Ulama didirikan sebagai wadah bagi usaha mempersatukan langkah para ulama
pondok pesantren di dalam pengembangan tugas pengabdiannya dalam masyarakat, baik
bidang agama, pendidikan ekonomi, maupun persoalan-persoalan kemasyarakatan yang
lainnya.

3. Pola kepemimpinan dalam Nahdlatul Ulama sama dengan pola kepemimpinan memiliki
kedudukan sangat menentukan, maka didalam Nahdlatul Ulama dikenal pengurus Syuriyah
yang tediri dari para ulama selaku pimpinan tertinggi.

4. Pengaruh yang dimiliki oleh para kiai pengasuh pondok pesantren di lingkungan
masyarakatnya juga menjadi kekuatan pendukung bagi Nahdlatul Ulama. Basis massa
(anggota) yang dikenal dengan sebutan ”kaum santri” menjadi salah satu pilar penyangga
kekuatan Nadhlatul Ulama, bahkan menjadi salah satu ciri khas yang membedakannya
dengan organisasi-organiasi Islam lainnya. Tujuan Nahdlatul Ulama didirikan adalah
berlakunya ajaran Islam

yang menganut paham Ahlussunnah Wal Jama’ah dan menurut salah satu dari Madzab empat
untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan demi kemaslahatan
dan kesejahteraan umat dengan melaksanakan dakwah Islamiyah dan amar
ma’ruf nahi munkar.

TANTANGAN ASWAJA ERA TRANSFORMASI GLOBAL

Sebelum kelompok-kelompok teologis dalam Islam lahir, Ahlussunnah Wal


Jamaah (selanjutnya disebut Aswaja) adalah umat Islam itu sendiri. Namun setelah
kelompok-kelompok teologis muncul, Aswaja berarti para pengikut Abu Hasan al-
Asy’ari dan Abu Manshur al-Maturidi. Dalam pengertian terakhir ini, Aswaja sepadan
dengan kelompok-kelompok teologis semisal Mu’tazilah, Syiah, Khawarij dan lain-
lain. Dalam sejarahnya, kemunculan kelompok-kelompok ini dipicu oleh masalah
politik tentang siapakah yang berhak menjadi pemimpin umat Islam (khalifah) setelah
kewafatan Rasulullah, Muhammad SAW. Setelah perdebatan antara kelompok sahabat
Muhajirin dan Anshor dituntaskan dengan kesepakatan memilih Abu Bakar sebagai
khalifah pertama, kesatuan pemahaman keagamaan umat Islam bisa dijaga. Namun
menyusul huru-hara politik yang mengakibatkan wafatnya khalifah ketiga, Utsman
Bin Affan, yang disusul dengan perang antara pengikut Ali dan Muawiyah, umat
Islam terpecah menjadi kelompok-kelompok Syiah, Khawarij, Ahlussunnah dan disusul
belakangan, terutama ketika di menjadi semakin teologis oleh—Mu'tazilah dan lain-
lain.Aswaja melihat bahwa pemimpin tertinggi umat Islam ditentukan
secaramusyawarah, bukan turun-temurun pada keturuan Rasulullah SAW
sebagaimanapandangan Syiah.Aswaja memandang keseimbangan fungsi nalar dan wahyu,
tidakmemposisikan wahyu di atas nalar sebagaimana pandangan Mu'tazilah.
Aswajamelihat manusia memiliki kekuatan terbatas (kasb) dalam penentu perbuatan-
perbuatannya, bukan semata disetir oleh kekuatan absolut di luar
dirinya(sebagaimana pandangan Jabariyah) atau bebas absolut penentu
perbuatannya(sebagaimana pandangan Qadariyah dan Mu'tazilah).Pada wilayah pemuda
hukum fikih, Aswaja (sebagaimana diwakili olehImam yang empati: Hanafi, Maliki,
Syafi'i dan Hanbali) bersepakat menggunakanempati sumber hukum: Al-Qur'sebuah,
sunnah, Ijma', Qiyas; dan tidak bersepakatandalam menggunakan sumber-sumber yang
lain semisal: istihsan, maslahah mursalah,amal ahlul madinah dan lain-lain.Setelah melalui
evolusi sejarah panjang, Aswaja sekarang ini menjadimayoritasumatIslam
yangtersebar mulaidari Jakarta(Indonesia) hinggaCasablanca(Maroko), disusul olehSyi'ah
diIran, Bahrain,Lebanon Selatan; dansedikit Zaidiyah(pecahan Mu'tazilahh) di sejumlah
tempat di Yseorang pria. Dengan mengacu pada ajaranMuhammad Tempat sampah
Abdulwahhab, rezim Saudi Arab berafiliasi kepada apa yangdisebut Wahabi.
Sementara di Asia Selatan (Afganistan dan sekitarnya) reinkarnasiKhawarij menemukan
tanah pijaknya dengan sikap-sikap keras dalammempertahankan dan menyebarkan
keyakinan.Di Indonesia, Aswaja kurang lebih sama dengan nahdliyin (sebutan untukjamaah
Nahdlatul Ulama), meskipun jamaah Muhammadiyah adalah juga Aswajadengan sedikit
perbedaan pada praktik hukum-hukum fikih.Artinya, arus besar umatIslam di Indonesia
adalahAswaja.Yang sobating ditekankan dalaminternalisasi ajaranAswajadi Indonesiaadalah
sikap keberagamaan yang toleran (tasamuh), seimbang (tawazun), sedang(tawassuth) dan
konsisten pada sikap adil (i'tidal). Ciri khas sikap beragama macaminilah yang menjadi
kekayaan arus besar umat Islam Indonesia yang menjaminkesinambungan hidup
Indonesia sebagai bangsa yangjamakdengan agama, suku danKebudayaan yang berbeda-
beda.Ada dua kekuatan besar yang menjadi tantangan Aswaja di Indonesia sekaranginidan
dimasadepan: kekuatanliberal disatupihakdan kekuatan Islam politik garis keras di pihak
yang lain. Kekuatan liberal lahir dari sejarah panjang pemberontakan masyarakat Eropa(dan
kemudian pindahAmerika)terhadap lembaga-lembagaagamasejak masa penczaman
(Renaisans) yang dimulai pada buruk ke-16 masehi; satupemberontakan yang melahirkan
bangunan filsafat pemikiran yang bermusuhan dengan ajaran (dan terutama
lembaga) agama; satu bangunan pepemikiran yangmelahirkan modernitas; satu
struktur masyarakat kapital yang dengan globalisasi
menjadi seolah-olah banjir bandang yang siap menyapu masyarakat di negara-
negaraberkembang, termasuk di Indonesia.Sebagai reaksinya, sejak zaman perang dingin
berakhir dengan keruntuhan UniSoviet, Islam ini sebagai “musuh” terutama oleh
kekuatan adikuasa:Amerika Serikat dan sekutunya. Tentu saja bukan umat Islam secara
umum, namunsekelompok kecil umat Islam yang aliran garis keras dan secara membabi-
butamemusuhi non Muslim. Peristiwa penyerangan gedung kembar pusat perdagangan
diBaru York, Amerika, 11 September 2001, menjadikan doa kekuatan ini menghadapi-
hadapan secara keras. Akibatnya, apa yang disebut 'orang terhadap
terorisme'dilancarkanAmerika dan sekutunya dimana-mana di muka bumi ini.Yang patut
digaris bawahi: doa kekuatan ini, yang liberal dan yang Islampolitik garis keras, bersifat
lintas negara, lintas negara. Kedua-duanya menjadiancaman serius bagi kesinambungan
praktik keagamaan Aswaja di Indonesia yangmoderat, toleran, seimbang dan adil
itu.Gempuran kekuatan liberal menghantam kirim-sendi pertahanan nilai yangditanamkan
Aswaja selama abad-abad dari aspeknya yang sapu bersih danmeniscayakan nilai-
nilai kebebasan dalam hal apapun dengan manusia (perangkatnalarnya) sebagai pusat,
dengan tanpa perlu bimbingan wahyu. Gempuran Islampolitikgaris keras
menghilangkanwatak dasarIslam (Aswajalebihkhusus lagi)yangramah dan menyebarkan
rahmat bagi seluruh alam semestaDua ancaman riil inilah yang melibatkan Aswaja di
Indonesia untukmengkonsolidasi diri, merapatkan baris, memvitalkan kembali modal
nilai-nilailuhur yang diturunkan dari ajarannya dan pengalaman sejarahnya. Karena sifat
doatantanganiniyangmondial,makareaksinyapermainan kata-
kataharusmondial.Sejauhini,ikhtiarituada. Nahdlatul Ulama melalui forum ICIS
(Internasional Pertemuan dari Islamsarjana) sudah tiga kali menggelar pertemuan para
ulama-intelektual dunia Adalahlam diJakarta untuk tujuan dimaksud: tujuan luhur
mengembalikan Islam sebagai rahmatbagi semua. Ke dalam, penggairahan mesjid sebagai
pusat peradaban dan institusiperawatan nilai-nilai juga disadari semakin penting
dilakukan. Manakala mesjidberfungsi merawat Aswaja, maka serbuan doa ancaman
tadi bisa dilawanpengaruhnya.Tentu saja, penyikapan yang komprehensif harus
diupayakan secara terus menerus.Nilai dilawan nilai. Instrumen dilawan instrumen.
Sudah kali, pada tingkatinstrumen, organisasi penyangga Aswaja di Indonesia memiliki
misalnya, stasiuntelevisi, rumah produksi untuk membuat film berbasis nilai-nilaiAswaja,
perusahaanpenjagakemandirianekonomi umatdan segalainstitusi barulainnyaagar
penyikapankomprehensif dan efektif dapat dilakukan secara maksimal.WAllahu'lam

Anda mungkin juga menyukai