Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu
Disusun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan
rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Metode Imu Sosial/Humaniora” ini dengan baik. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang yakni agama Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Keislaman UNIRA Malang.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak
yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan menggunakan makalah ini
semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah
sumber-sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum
bisa dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu
kami butuhkan. Mohon maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipankutipan
yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.Amiiiin.
Wassalamualaikum wr wb
PENULIS
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................ 1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................4
....................................................................................................................................
Rumusan Masalah...................................................................................................8
Tujuan.....................................................................................................................8
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................9
Metode Hermeneutika............................................................................................16
Kesimpulan............................................................................................................22
Saran......................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Humaniora adalah ilmu yang mengkaji tentang hakikat manusia dengan
Tentunya, fokus utama pada bidang keilmuan ini adalah manusia itu sendiri. Ilmu
martabat dan idealisme tinggi. Berdasarkan fokus atau objeknya, maka dapat
diketahui bahwa ilmu humaniora memiliki konsep dan kajian yang sangat berbeda
dengan ilmu sains. Konsep ilmu humaniora cenderung bersifat hasil abstraksi dari
suatu objek kajian, sebagaimana dikutip dari buku Pendekatan Kualitatif dalam
filsafat, ilmu hukum, ilmu sejarah, filologi, ilmu Bahasa, kesastraan dan ilmu
4
kemanusiaan yang kakiki akan menghasilkan interpretasi yang memungkinkan
adanya suatu orientasi bagi tindakan manusia dalam kehidupan bersama. Ilmu-
politik bahkan sejarah. Istilah ilmu sosial tidak begitu saja dapat diterima di
sempit. Ironisnya, ilmu sosial yang dimaksud sering hanya untuk mendefinisikan
sosiologi, atau hanya teori sosial sintetis. Kenyataan seperti itu pada tahun 1982,
itu disebut Economic and Sosial Research Council. Seiring dengan berjalannya
diterimanya konsep itu. Ilmu-ilmu sosial tumbuh dari filsafat moral, sebagaimana
ilmu- ilmu alam tumbuh dari filsafat alam. Di kalangan filsuf moral Skotlandia,
kajian ekonomi politik selalu diikuti oleh kajian isu-isu sosial yang lebih luas,
meski tidak disebut sebagai ilmu sosial. Unggulnya positivisme pada awal abad
ke-19 terutama di Perancis, mengambil alih filsafat moral. Sementara teori yang
ditawarkan oleh Dilthey adalah sebuah dikotomi antara erklaren yang berasal dari
pengetahuan alam untuk menentukan kadar ilmiah atau validitas ilmiah dari ilmu
5
pengetahuan. Selanjutnya, sikap ini melahirkan metode yang matematis dan
liberal (septem artes liberales) dan diajarkan dalam dua tingkatan (gradus), yaitu
trivium dan quadrivium. Pada tiga ilmu yang pertama, yang ditekankan adalah
Selanjutnya, ada tingkatan kedua yang menekankan pada keahlian berhitung, yang
orang yang mampu bernalar dan berhitung adalah orang-orang bebas karena ia
orang yang mampu bernalar dan berhitung bukan orang-orang yang berbakat
pengajaran humaniora lalu diberi predikat studium generalis. Adopsi atas ilmu-
masyarakat dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal bagi proses
berdasarkan nilai-nilai etika, meliputi aspek kognitif, emosional dan perilaku dari
6
sumbangan besar terhadap pembentukan karakter bangsa yang bermartabat dan
terhadap kegiatan pendidikan agar dapat berjalan sesuai dengan rencana untuk
mengetahui metode dalam suatu ilmu tertentu, dalam makalah ini, penulis akan
dalam disiplin ilmu humaniora, hingga akhirnya muncul dan berkembang sebuah
metode yang diciptakan oleh Wilhelm Dilthey yaitu metode hermeneutika bagi
hermeneutika pada salah satu ilmu humaniora yaitu ilmu sejarah. Meskipun
7
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan Ilmu Sosial di Indonesia.
2. Untuk mengetahui Sejarah dan perkembangan Ilmu Humaniora.
3. Untuk mengetahui pengertian Humaniora sebagai Ilmu.
4. Untuk mengetahui dinamika metode untuk Ilmu Humaniora.
5. Untuk mengetahui Metode Hermeneutika.
8
BAB II PEMBAHASAN
9
sebagai sesuatu yang terpisah dari manusia. Koento Wibisono berpendapat bahwa
Positivisme Auguste Comte mengemukakan tiga tahap perkembangan peradaban
dan pemikiran manusia ke dalam tahap theologis, metafisik, dan positivistik. Pada
tahap theologis pemikiran manusia dikuasai oleh dogma agama, pada tahap
metafisik pemikiran manusia dikuasai oleh filsafat, sedangkan pada tahap
positivistik manusia sudah dikuasai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada
tahap ketiga itulah aspek humaniora disusutkan ke dalam pemahaman positivistik
yang bercorak eksak, terukur, dan berguna. Ilmu-ilmu humaniora baru dapat
dikatakan sejajar dengan ilmu-ilmu eksak manakala menerapkan metode
positivistik. Pada abad ke-20 dnia ilmiah nyaris dikuasai ilmu-ilmu eksak –
meminjam istilah Dilthey natuurwissenschaft, sedangkan Geisteswissenschaft
harus mengekor pada metode ilmiah yang bercorak positivistik.
10
Pengertian humanitas kemudian berkembang ke dalam dua makna khusus,
yaitu pertama mengacu pada perasaan humaniora dan tingkah laku yang mengarah
pada hal-hal seperti: kelemahlembutan, penuh pertimbangan, kebajikan. Kedua,
tujuan pendidikan liberal sebagaimana yang diformulasikan John Henry Newman
dalam gagasan tentang sebuah universitas. Humanitas juga mengacu pada
pengembangan intelektual dan pelatihan intelektual atau proses dan tujuan utama
pendidikan liberal.. Pendidikan humaniora dianggap mempunyai fungsi
pengembangan “humanitas” dalam diri manusia. Meskipun pada zaman
Aufklarung humaniora banyak dikritik, tetapi program itu tetap menjadi dasar
pendidikan pada abad 18 dan 19. Pada awal abad 19, ditekankan perbedaan antara
ilmu-ilmu humaniora dan ilmu-ilmu alam. Dilthey membagi ilmu menjadi dua
kelompok yakni Natuurwissenschaft dan Geisteswissenschaft. Setelah itu
humaniora tidak lagi dipandang sebagai dasar dari program pendidikan, tetapi
lebih-lebih dilihat sebagai dimensi fundamental dari dunia pengetahuan manusia.
11
ilmuilmu pengetahuan alam pada abad keduapuluh: perkembangan ilmu
pengetahuan menuntut adanya spesialisasi dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan: perkembangan ilmu-ilmu perilaku (behavioral sciences) dan ilmu-
ilmu sosial yang berbeda dari humaniora atau ilmu-ilmu humaniora.
Bagi Ignas Kleden yang merujuk pendapat J. Habermas menunjukkan lima ciri
ilmu humaniora yang diletakkan dalam kategori hitoris-hermeneutis sebagai
berikut. Pertama, jalan untuk mendekati kenyataan melalui pemahaman arti.
Kedua, ujian terhadap salah benarnya pemahaman tersebut dilakukan melalui
interpretasi, interpretasi yang benar akan meningkatkan intersubjektivitas.. Ketiga,
pemahaman hermeneutis selalu merupakan pemahaman berdasarkan
prapengertian. Pemahaman terjadi apabila tercipta komunikasi antara kedua situasi
tersebut. Keempat, komunikasi tersebut akan menjadi semakin intensif apabila
situasi yang hendak dipahami oleh pihak yang hendak memahaminya
diaplikasikan kepada dirinya sendiri. Kelima, kepentingan yang ada disini adalah
kepentingan untuk mempertahankan dan memperluas intersubjektivitas dalam
komunikasi yang dijamin dan diawasi oleh pengakuan umum tentang kewajiban
yang harus ditaati. Kesimpulannya ilmu humaniora akan menghasilkan
interpretrasi-interpretasi yang memungkinkan adanya suatu orientasi bagi tindakan
manusia dalam kehidupan bersama.
12
estetika, etika, hukum, bahasa, pengalaman hidup, dan adat-istiadat. Ilmu
humaniora terdiri dari kata ilmu dan humaniora, ilmu berarti semua pengetahuan
yang tersususun melalui metode-metode keilmuan atau pengetahuan yang
diperoleh sedangkan humaniora diartikan sebagai seperangkat sikap dan perilaku
moral yang dilakukan manusia dengan sesamanya. llmu dan humaniora keduanya
sangat terkait antara satu dengan yang lainnya, karena ilmu membicarakan
manusia sedangkan konsep tentang manusia ialah ingin mewujudkan cita-cita itu
harus tercapai, jadi untuk mewujudkan cita-cita itu harus dengan pendidikan, dan
dengan pendidikan itu baru dapat memanusiakan manusia. Di zaman modern saat
ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin tumbuh dengan pesat, seiring dengan
perkembangan zaman pula perilaku dalam kehidupan sosial beragam mengarah
pada perilaku positif dan negatif, dewasa ini cukup banyak berita yang menyajikan
tindakan anarkis dan pelanggaran nilai kemanusiaan bahkan sudah menjadi
kebiasaan, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan belum mencapai hasil
maksimal dalam membangun kepribadian bangsa dan sesuai dengan kelima sila
serta norma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh sebab itu penting mempelajari
ilmu humaniora sebagai upaya mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan yang
semakin dilupakan tentunya ilmu humaniora ini berorientasi kepada manusia,
sehingga dengan mempelajari dan menerapkan ilmu kemanusiaan ini dapat
menjalankan kehidupan yang lebih baik sesuai norma yang berlaku antar manusia
itu sendiri. Tentunya hal ini juga memerlukan peran guru. Guru sebagai entitas
strategis dalam upaya membentuk karakter bangsa yang memiliki jati diri dan
bermartabat ditengah bangsa lainnya sangat diperlukan peranannya.
13
lain, setelah zaman teologi dan metafisis tibalah zaman ilmu-ilmu positif (empiris)
yang definitif. Pada tahap pengetahuan positif menurut Comte dimulai dari yang
paling abstrak : matematika, ilmu falak, fisika, kimia, ilmu hayat, fisika sosial
(sosiologi). Semua ilmu dalam keadaan “jadi”-nya seolah-olah ingin mendekatan
ciri deduktif dan kepastian matematika, namun semuanya tak pernah berhasil.
Yang paling berhasil mendekat adalah ialah ilmu falam, dan yang paling jauh
adalah fisika sosial, kendati ilmu ini pun bagan deduktif.
14
kealaman). Bagi Dilthey dua bidang ini menuntut pendekatan dan metode yang
berbeda, karena keduanya memiliki objek pembahasan yang berbeda. Ilmu
kealaman berurusan dengan benda-benda fisik, sementara ilmu humaniora ata
humaniora berurusan dengan hidup manusia.
Perbedaan ilmu alam dan dan ilmu humaniora secara nyata terletak dalam dua
hal. Pertama, pada objek dan kedua, pada posisi subjek dan objek. Objek
pengetahuan ilmu humaniora adalah manusia berikut kompleksitas jaringan
15
pikiran, kehendak dan tindakannya. Sedangkan posisi subjek dan objek berada
dalam situasi yang saling mempengaruhi. Hal ini sedikit agak berbeda dengan
ilmu alam di mana benda sebagai objek pengetahuan memiliki karakter yang
relatif pasti dan bisa diduga. Posisi objek dalam banyak hal tidak mempengaruhi
subjek dan begitu pula sebaliknya.
Jika Dilthey membicarakan ilmu humaniora maka yang dimaksud adalah ilmu
sejarah, ekonomi, ilmu hukum dan politik, ilmu kesusasteraan, psikologi dan
lainlain. Dilthey membedakan secara tajam antara Naturwissenschaften dan
Geisteswissenschaften. Semua ilmu yang termasuk dalam kategori ilmu alam
seperti biologi, kimia, fisika dan lainnya mempergunakan metode induksi dan
eksperimen. Metode ini lebih bersifat erkleren atau menjelaskan dari pada
verstehen atau memahami. Sedangkan ilmu-ilmu humaniora menuntut pendekatan
yang mampu menembus jantung pengalaman yang hidup dalam setiap objeknya.
Dalam kerangka inilah Dilthey menawarkan hermeneutika sebagai metode bagi
ilmu humaniora.
5. Metode Hermeneutika
Seperti yang telah diungkapkan, metode hermeneutika menurut sejarahnya
telah digunakan di dalam penelitian teks-teks kuno yang otoritatif misalnya kitab
suci, kemudian diterapkan di dalam teologi dan direfleksikan secara filosofis,
sampai akhirnya menjadi metode dalam ilmu-ilmu sosial. Kemudian, sejauh
hermeneutika merupakan penafsiran teks, maka dia juga digunakan di dalam
bidang yang lain, seperti ilmu sejarah, hukum, sastra, dan sebagainya. Hal tersebut
juga berhubungan dengan kenyataan bahwa ekspresi manusia yang memiliki unsur
penuh makna yang perlu disadari oleh subyek dan yang diubah menjadi sistem
nilai dan maknanya sendiri telah melahirkan “permasalahan hermeneutis” yakni
sebagai proses itu dapat dilakukan, dan bagaimana mengubah makna subjektif
menjadi makna objektif yang ditempuh melalui subjektivitas penafsir (interpreter).
16
Dengan kata lain, pembaca harus mampu mengungkapkan fenomenologi
eksistensi dirinya sendiri. Fenomenologi eksistensi manusia akan selalu
berhubungan dengan makna kehidupan dari semua bentuk sinyal dan simbol,
praktek sosial, kejadian sejarah dan karya seni. Dengan dasar perolehan makna
dari semua sinyal, simbol, praktek sosial, kejadian sejarah dan karya seni, maka
manusia dapat menyusun kembali objective meaning. Teori hermeneutika
berperan penting dalam membantu membongkar suatu ruang lingkup pemikiran
yang tidak terpikirkan menjadi terpikirkan di tengah-tengah upaya memahami
objective meaning.
17
Ausdruck atau ekspresi adalah ungkapan kegiatan jiwa. Ekspresi muncul
dalam berbagai bentuk tindakan. Ada beberapa bentuk ekspresi; Pertama, ekspresi
yang isinya telah tetap dan identik, seperti, rambu-rambu lalu lintas. Kedua,
ekspresi tingkah laku manusia. Tingkah laku ini bisa individual atau serangkaian
tindakan yang panjang. Ketiga, ekspresi spontan, seperti tersenyum, tertawa,
kagum dan seterusnya. Ekspresi ini merupakan ungkapan perasaan yang kadang
dangkal, dan kadang sangat dalam.
Perbuatan atau tindakan merupakan ekspresi jiwa manusia, ide dan arti yang
diharapkan oleh individu maupun masyarakat, yang berupa kata, sikap, karya seni
dan juga lembaga-lembaga sosial. Kita akan memahami ekspresi (ausdruck)
dengan menghayati kembali dalam kesadaran kita sendiri, penghayatan yang
menimbulkan ekspresi tadi.
Peneliti ilmu humaniora harus berusaha seperti hidup dalam objeknya, atau
membuat objek hidup dalam dirinya. Dengan penghayatan tersebut akan
memudahkan munculnya verstehen atau pemahaman. Dalam konteks ilmu sejarah,
18
dengan menghayati kembali masa lampau, sejarawan akan memperluas dan
membuat berkembang kepribadiannya, menggabungkan pengalaman pada masa
lalu ke dalam pengalaman masa kini.
19
bahasa yang bersangkutan. Syarat ini berkaitan erat dengan syarat kedua. Studi
tentang satu pemikiran menghendaki konteks karya-karya yang lain, dan studi
tentang karya menghendaki konteks sosial-historis yang lebih luas.
Pada satu sisi tidak bisa dihindari bahwa interpretasi terhadap ekspresi untuk
menemukan kebertautannya dengan erlebnis senantiasa melibatkan apa yang
disebut lingkar hermeneutik. Terlalu sulit dideskripsikan secara logis ketat kapan
suatu pemahaman tercapai. Suatu bagian hanya dapat dipahami melalui
keseluruhan, sementara suatu keseluruhan hanya dapat dipahami melalui bagian.
Seorang peneliti hanya dapat memahami pikiran-pikiran hanya dengan menunjuk
situasi yang membangkitkan pikiran itu. Sedang situasi yang membangkitkan
pikiran tersebut hanya dapat dipahami berdasarkan apa yang sudah dipikirkan.
20
Hanya pengalaman yang bisa memberi ‘kedekatan batin’ terhadap masa lalu dan
masa depan saja yang bisa disebut sebagai ‘pengalaman yang hidup’. Untuk
memperoleh interpretasi dan pemahaman dalam ilmu humaniora, khususnya
sejarah, setidaknya ada tiga langkah dalam pengopresian hermeneutika. Pertama,
memahami sudut pandang atau gagasan asli pelaku. Kedua, memahami arti atau
makna kegiatan-kegiatan mereka pada hal-hal yang secara langsung berhubungan
dengan peristiwa sejarah. Ketiga, menilai peristiwa tersebut berdasarkan gagasan
yang berlaku pada saat peneliti masih hidup.
21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Seperti yang telah kita ketahui, bahwa ilmu humaniora merupakan studi
yang memusatkan perhartiannya pada kehidupan manusia, menekankan unsur
kreativitas, kebaharuan, orisinalitas, keunikan. Humaniora berusaha mencari
makna dan nilai, sehingga bersifat normatif. Dalam bidang humaniora rasionalitas
tidak hanya dipahami sebagai pemikiran tentang suatu objek atas dasar dalili-dalil
akal, tetapi juga hal-hal yang bersifat imajinatif.
22
B. Saran
Demikianlah makalah yang telah kami buat. Kritik dan saran sangat kami
harapkan, demi perbaikan makalah kami. Jika ada kesalahan harap dimaklumi dan
kami harapkan masukan dari pembaca, karena kesempurnaan hanya milik Allah.
23
DAFTAR PUSTAKA
24