Anda di halaman 1dari 26

Tugas Khusus Kelompok 1

Praktik Kerja Profesi Apoteker di Industri Farmasi


Lafial Drs. Mochamad Kamal

Proses dan Penerapan Cara Produksi Obat Yang Baik


Pada Sediaan Salep Kulit Gentamisin

Disusun Oleh :

Waode Cahaya Widya Putri 2143700356

FAKULTAS FARMASI
PROFESI APOTEKER ANGKATAN XLVI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2022
CARA PRODUKSI OBAT YANG BAIK SEDIAAN SALEP

A. Pengertian Sediaan Salep


Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir (DepKes RI, 1995). Salep merupakan bentuk
sediaan dengan konsistensi semisolida yang berminyak dan pada umumnya
tidak mengandung air dan mengandung bahan aktif yang dilarutkan atau
didispersikan dalam suatu pembawa. Pembawa atau basis salep digolongkan
dalam 4 tipe yaitu basis hidrokarbon, basis serap, basis yang dapat dicuci
dengan air, dan basis larut air.
Persyaratan Salep Menurut FI III
a. Pemerian tidak boleh berbau tengik.
b. Kadar, kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung
obatkeras atau narkotik, kadar bahan obat adalah 10 %.
c. Dasar salep
d. Homogenitas, Jika salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.
e. Penandaan,pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2005).
Salepyang baik memiliki sifat – sifat sebagai berikut :
1) Stabil : baik selama distribusi, penyimpanan, maupun pemakaian.
2) Stabilitas terkait dengan kadaluarsa, baik secara fisik (bentuk, warna, bau,
dll) maupun secara kimia ( kadar/kandungan zat aktif yang tersisa).
Stabilitas dipengaruhi oleh banyak factor, seperti suhu, kelembaban,
cahaya, udara, dan lain sebagainya.
3) Lunak : walaupun salep pada umumnya digunakan pada daerah/wilayah
kulit yang terbatas, namun salep harus cukup lunak sehingga mudah
untuk dioleskan.
4) Mudah digunakan: supaya mudah dipakai, salep harus memiliki
konsistensi yang tidak terlalu kental atau terlalu encer. Bila terlalu kental,
salep akan sulit dioleskan, bila terlalu encer maka salep akan mudah
mengalir/meleleh ke bagian lain dari kulit.
5) Protektif : salap – salep tertentu yang diperuntukkan untuk protektif,
maka harus memiliki kemampuan melindungi kulit dari pengaruh luar
misal dari pengaruh debu, basa, asam, dan sinar matahari.
6) Memiliki basis yang sesuai : basis yang digunakan harus tidak
menghambat pelepasan obat dari basis, basis harus tidak mengiritasi, atau
menyebabkan efek samping lain yang tidak dikehendaki.
7) Homogen : kadar zat aktif dalam sediaan salep cukup kecil, sehingga
diperlukan upaya/usaha agar zat aktif tersebut dapat terdispersi/tercampur
merata dalam basis. Hal ini akan terkait dengan efek terapi yang akan
terjadi setelah salep diaplikasikan.

B. Aspek CPOB

1. Manajemen Mutu
Unsur dasar manajemen mutu:
a. suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
b. tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
(Pemastian Mutu)
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu = CPOB (produksi
& pengawasan mutu) ditambah faktor lain (desain & pengembangan
produk).

2. Personalia
SDM sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yg memuaskan dan pembuatan obat yg benar. Industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yg terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yg
berkaitan dengan pekerjaannya.

3. Bangunan Dan Fasilitas


Memiliki desain, konstruksi dan letak yang memadai, serta
disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan
pelaksanaan operasi yang benar.
Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan
lain dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif
untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran,
dandampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.

4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain
dankonstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan
dan dikualifikasi dengan tepat, agar:
1. mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets
2. memudahkan pembersihan serta perawatan shg dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal
yangumumnya berdampak buruk pada mutu produk .

5. Sanitasi Dan Higiene


Ruang lingkup: personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan,
bahan produksi serta wadahnya, bahan pembersih dan desinfeksi, dan
segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber
pencemaran potensial hendaklah dihilangkan melalui suatu program
sanitasidan higiene yang menyeluruh dan terpadu.

6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan. Memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar
7. Pengawasan Mutu
Bagian esensial dari CPOB dimana memberikan kepastian
bahwaproduk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.
Pengawasan Mutu mencakup:
a. pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya
telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
b. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal
yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan

8. Inspeksi Diri, Audit Mutu Dan Audit & PersetujuanPemasok


Mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan
perbaikan yang diperlukan. Dilakukan secara independen dan rinci oleh
petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi
penerapan CPOB secara obyektif
Audit mutu dimana sebagai pelengkap inspeksi diri. Pemeriksaan
dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan
tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Audit dan Persetujuan Pemasok. Kepala Bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang
terkait untuk memberi persetujuan pemasok yang dapat diandalkan
memasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi
yangtelah ditentukan.

9. Penanganan Keluhan Terhadap Produk Dan PenarikanKembali Produk


Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai
dengan prosedur tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak,
hendaklah disusun suatu sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali
produk yang diketahui atau diduga cacat dari peredaran secara cepat dan
efektif.

10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Macam-macam dokumen antara lain :
a. Spesifikasi
Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk
antaradan produk ruahan
b. Dokumen Produksi
Dokumen Produksi
Induk
Prosedur Produksi Induk (Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk)
Catatan Produksi Bets (Catatan Pengolahan Bets dan
CatatanPengemasan Bets)
c. Prosedur dan Catatan

11. Pembuatan Dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
harus dibuat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban
masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab
penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).

12. Kualifikasi Dan Validasi

CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi


validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek
kritis dari kegiatan yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap
fasilitas, peralatan dan proses yang dapat memengaruhi mutu produk
hendaklah divalidasi. Kegiatan validasi meliputi kualifikasi (personil,
peralatan, sistem dan instrumen), kalibrasi alat ukur dan validasi (prosedur
dan proses). Kualifikasi terdiri atas :
a. Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam melakukan
validasiterhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
b. Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap fasilitas,
sistemdan peralatan baru atau yang dimodifikasi
c. Kualifikasi Operasional (KO)
d. Kualifikasi Kinerja (KK) Misal, kualifikasi kinerja mesin cetak tablet
dilakukan untuk membuktikan kinerja mesin cetak tablet antara lain
kekerasan dan keseragaman bobot tablet.

C. Produksi Sediaan Salep Berdasarkan Cpob


Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan; dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi).
1. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
2. Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan,
pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai
denganprosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat.
3. Seluruh bahan yang diterima hendaklah diperiksa untuk memastikan
kesesuaiannya dengan pemesanan. Wadah hendaklah dibersihkan dan
bilamana perlu diberi penandaan dengan data yang sesuai. Kerusakan
wadah dan masalah lain yang dapat berdampak merugikan terhadap mutu
bahan hendaklah diselidiki, dicatat dan dilaporkan kepada Bagian
Pengawasan Mutu.
4. Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik
atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan
lulus untuk pemakaian atau distribusi.
5. Produk antara dan produk ruahan yang diterima hendaklah ditangani
seperti penerimaan bahan awal.
6. Semua bahan dan produk jadi hendaklah disimpan secara teratur
pada kondisi yang disarankan oleh pabrik pembuatnya dan diatur
sedemikian agar ada pemisahan antar bets dan memudahkan rotasi stok.
7. Pemeriksaan jumlah hasil nyata dan rekonsiliasinya hendaklah dilakukan
sedemikian untuk memastikan tidak ada penyimpangan dari batas yang
telah ditetapkan.
8. Pengolahan produk yang berbeda hendaklah tidak dilakukan secara
bersamaan atau bergantian dalam ruang kerja yang sama kecuali tidak
ada risiko terjadinya campur baur ataupun kontaminasi silang.
9. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan hendaklah dilindungi terhadap
pencemaran mikroba atau pencemaran lain.
10. Bila bekerja dengan bahan atau produk kering, hendaklah dilakukan
tindakan khusus untuk mencegah debu timbul serta penyebarannya. Hal
ini terutama dilakukan pada penanganan bahan yang sangat aktif atau
menyebabkan sensitisasi.
11. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah
diberi label atau penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah,
kekuatan (bila ada) dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini
hendaklah juga menyebutkan tahapan proses produksi.
12. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti
ganda dan dengan format yang telah ditetapkan. Label yang berwarna
seringkali sangat membantu untuk menunjukkan status (misalnya:
karantina,diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
13. Pemeriksaan perlu dilakukan untuk memastikan pipa penyalur dan alat
lain untuk transfer produk dari satu ke tempat lain yang telah terhubung
dengan benar.
14. Penyimpangan terhadap instruksi atau prosedur sedapat mungkin
dihindarkan. Bila terjadi penyimpangan maka hendaklah ada
persetujuan tertulis dari kepala bagian Pemastian Mutu dan bila perlu
melibatkan bagian Pengawasan Mutu.
15. Akses ke bangunan dan fasilitas produksi hendaklah dibatasi hanya
untukpersonil yang berwenang.
FORMULASI SEDIAAN SEMISOLID SALEP GENTAMISIN

A. Sediaan Salep
Salep adalah sediaan yang berbentuk setengah padat, terutama untuk
pemakaian lokal. Sediaan setengah padat ini diformulasikan dengan konsistensi
sedemikian rupa, sehingga diperoleh produk yang halus dan lembek yang mudah
dioleskan pada permukaan kulit. Bagian kulit yang paling berpengaruh untuk absorpsi
obat adalah : bagian epidermis, kelenjar rambut, kelenjar keringat serta kelenjar
minyak.
Epidermis adalah lapisan kulit paling luar di mana salep/cream tersebut
dioleskan. Tebal epidermis tersebut berlain-lainan tergantung dari letak kulit, sehingga
sangat berpengaruh pada daya penyerapan obat. Bagian epidermis ini dilapisi oleh
suatu lapisan film yang terdiri dari lemak-lemak, yang mempunyai pH sekitar 4,5-6,5
dengan akibat diperoleh absorpsi yang berbeda pula. Telah terbukti bahwa absorpsi
obat ke dalam kulit selain melalui lapisan epidermis tadi, juga melalui saluran-saluran
di dalam kulit, seperti kelenjar rambut dan kelenjar keringat.
Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam proses absorpsi melalui kulit antara
lain adalah:
1. Koefisien partisi dari pada obat.
2. Kelembaban dan suhu kulit.
3. Jenis penyakit yang terdapat pada kulit.
4. Konsentrasi bahan berkhasiat.
5. Dasar salep/cream yang dipakai.

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lender (Anonim, 1979).
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar saleop serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan
dasar salep yang dapat larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar
salep tersebut (Anonim, 1995).

B. Formulasi
Rancangan Formulasi
(FORNAS hal 136-137)
Tiap 10 g mengandung :
Gentamycini Sulfas setara dengan
Gentamycinum 10.000 UI
Methylis Parabenum 500 μg
Buthylis Parabenum 100 μg
Paraffinum Liquidum 1g
Vaselinum Album hingga 10 g

Perhitungan Pengambilan Bahan

Gentamisin
2UI/10g x 20g = 4UI

Metil paraben
1000 μg/10g x 20g = 2000 μg

Butil paraben
200μg/ 10g x 20g = 400 μg

Parafinum liquidum
2g/ 10g x 20g = 4g

Vaselinum album ad. 20g


C. Monografi
1. Gentamycini sulfas
Gentamisin sulfat
• Pemerian : Serbuk, putih sampai kekuning-kuningan
• Kelarutan : Larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam aseton,
dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzena
• Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari
panas yang berlebihan. (FI IV : 406)
• Khasiat : Antibiotikum (FI III : 267)
2. Methylis parabenum
Metilparaben
Nipagin M
• Pemerian : hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih; tidak
berbau atau berbau khas lemah; mempunyai sedikit rasa terbakar.
• Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
• Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. (FI IV : 551)
• Khasiat : zat tambahan; zat pengawet (FI III: 378)
3. Buthylis parabenum
Butilparaben
• Pemerian : hablur halus tidak berwarna atau serbuk putih.
• Kelarutan : sangat sukar larut dalam air dan dalam gliserin; mudah larut
dalam aseton, dalam etanol, dalam eter dan dalam propilen glikol.
• Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik. (FI IV : 158)
• Khasiat : zat pengawet
4. Parrafinum Liquidum
Parafin Cair
• Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak
berwarna; hampir tidak berbau; hampir tidak mempunyai rasa.
• Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
• Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari
cahaya.
• Khasiat : laksativum (FI III : 474)

5. Vaselinum Album ( FI IV hal 822)


• Nama lain : vaselin album. Vaselin putih
• Pemerian : putih atau kekuningan pucat, massa berminyak trasparan dalam
lapisan tipis, setelah di dingikan pada suhu 0o .
• Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin atau panas
dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut dalam benzena,dalam karbon
disulfida,dalam kloroform,larut dalam heksana, dan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
• Khasiat : basis salep

D. Metode Pembuatan Salep Dalam Skala Industri


Dalam pembuatan salep dibuat dengan dua metode umum yaitu :
1. Metode pencampuran dalam meyode pencampuuran, komponen dari salep dicampur
dengan menggunakan alat homogenizer sampai sediaan mencapai titik homogen.

2. Metode peleburan. Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan di dinginka dengana pengadukan
yang konstan sampai menegntal. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada cairan yang sedang mengertal setelah didinginkan. Bahan yang
mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature dari campuan 13 telah cukup
rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapam dari komponen (Ansel, 1998).
Secara umum, peralatan yang umumnya dibutuhkan dalam produksi sediaan semi
padat dibagi menjadi 3:

1. Peralatan untuk memperkecil ukuran partikel. Pengecilakn ukuran partikel


dibutuhkan untuk meningkatkan kelarutan, meningkatkan homogenitas dan
memudahkan dalam pencampuran serta kenyamanan dalam penggunaan.
Mekanisme pengecilan ukuran partikel dapat dilakukakn dengan cara :

• Impact : pengecilan ukuran partikel akibat tenaga tumbukan yang tibatiba


tegak lurus pada permukaan partikel/ aglomerat.

• Attrition : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan tenaga parallel


pada permukaan partikel.

• Compression : pengecilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan tenaga secara


perlahan (lebih kecil dibandingkan impact) pada permukaan partikel (pada bagian
pusat dari partikel).

• Cutting : pengeilan ukuran partikel dengan mengaplikasikan


pembagian/sharing partikel (memotong partikel) penggunaan peralatan dalam
pencampuran emulsi akan memberikan pengaruh terhadap stabilitasnya.

2. Peralatan untuk pencampuran.

3. Peralatan untuk pengemasan


E. Alur Produksi Sediaan Salep Berdasarkan Cpob

Untuk alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada proses
pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC dengan
mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC
meliputi pemerian, kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dari
hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut
memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB atau tidak. Lalu petugas yang
bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang
akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim dan salep. Penimbangan
bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini
dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi
produk antara. Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang
telah ditimbang dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen
CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.
Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini,
awalnya air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang
digunakan dalam proses produksi menggunakan air Aquadem
(Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang
telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah melewati
serangkaian proses pernyaringan. Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot,
tangki ini berfungsi untuk melebur fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan
proses pencampuran bahan dengan menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer.

Pada alat ini proses pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga
membentuk masa krim/salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian
di tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di
lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas,
koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan lulus maka produk
tersebut dimasukkan ke dalam wadah. selama proses pengisian sediaan
krim/salep operator melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali,
proses ini bertujuan untuk memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang
diinginkan dari kemasan. kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di
ruang karantina produk ruahan untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan
oleh QC, pemeriksaan itu meliputi pemerian, identifikasi, pH, kadar zat
berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi dan keseragaman sediaan,. Waktu
yang dibutuhkan untuk menuggu hasil pemeriksaan ini yaitu 1-2 hari.
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik, produksi Sediaan salep terdapat
beberapa aspek, diantaranya :
• Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah
system tertutup. Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk
hampir tidak terpapar ke lingkungan selama proses dan sedikit sekali
melibatkan operator. Produk cair disaring dan ditransfer ke holding tank
melalui pipa sebelum produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya
(misal botol dan tube) dan ditutup.

• Untuk mencegah ada “sambungan mati” (deadlegs), sambungan


hendaklah tidak lebih panjang dari 1,5 kali diameter pipa sampai katup.
Hendaklah menggunakan jenis katup diafragma atau katup kupu-
kupudan bukan katup bola.
• Air yang digunakan untuk produksi hendaklah memenuhi persyaratan
minimal kualitas Air Murni (Purified Water). Parameter kimia dan
mikrobiologi hendaklah dipantau secara teratur, minimal seminggu
sekali, sedangkan pH dan konduktivitas hendaklah dipantau tiap hari.
Terhadap data hasil pemantauan hendaklah dilakukan analisis
kecenderungan (trend analysis). Sanitasi Sistem Pengolahan Air dapat
dilakukan dengan cara: Pemanasan atau Kimiawi.
• Pemeriksaan mutu bahan yang diterima sebelum dipindahkan ke dalam
tangki penyimpanan adalah untuk mencegah agar bahan yang masih
tersisa di dalam tangki penyimpanan (yang sudah memenuhi
persyaratan mutu) tidak tercampur dengan bahan yang sama dari tangki
pemasok yang belum diketahui mutunya.
• Tiap pipa transfer hendaklah diberi penandaan yang jelas dengan
mencantumkan identitas produk.
• Homogenitas hendaklah dipertahankan selama pengisian dengan
pengadukan terus-menerus sejak awal sampai akhir proses pengisian.

• Kondisi penyimpanan produk antara dan produk ruahan hendaklah


disesuaikan untuk menghindarkan perubahan mutu produk. Jangka
waktu dan kondisi penyimpanan produk antara hendaklah divalidasi.

F. In Process Control
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal
yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan
keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan
pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama
proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang
telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan
hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab
variasikarakteristik produk selama proses berjalan.
Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi.
Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus
diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.
Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi
tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:
• Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan;
dan

Kemasan akhir hendaklah diperiksa selama proses pengemasan dengan selang


waktu yang teratur untuk memastikan kesesuaiannya dengan spesifikasi dan
memastikan semua komponen sesuai dengan yang ditetapkan dalam Prosedur
Pengemasan Induk.

Kemasan
Alur Pembuatan Sediaan Salep
DENAH PABRIK PRODUKSI SEDIAAN SALEP

A. Sketsa Pabrik
B. Kegunaan Ruang

1. Koridor personel area produksi steril


Untuk produksi steril, area kerja di mana produk atau wadah kemungkinan terpapar
hendaklah memenuhi persyaratan lingkungan sesuai Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.
Sebelum memulai produksi, perakitan peralatan steril dan penunjang (selang, saringan
steril dan vial steril yang sudah tertutup dan tersegel ke jalur pengisian yang tertutup
rapat) harus dilakukan dalam kondisi aseptis.

2. Personil airlock
Pembuatan produk steril (airlock) hendaklah dilakukan di area bersih, memasuki
area ini hendaklah melalui ruang penyangga udara untuk personil dan/atau peralatan dan
bahan. Area bersih hendaklah dijaga tingkat kebersihannya sesuai standard kebersihan
yang ditetapkan dan dipasok dengan udara yang telah melewati filter dengan efisiensi
yang sesuai. Pintu-pintu ruang penyangga udara (airlock) hendaklah tidak dibuka secara
bersamaan. Sistem interlock atau sistem peringatan visual dan/atau audio hendaklah
dioperasikan untuk mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang bersamaan.

3. Personil airlock steril


Ruang tertutup berpintu dua atau lebih yang dihubungkan ke dua atau lebih ruang
lain yang berbeda kelas kebersihan dan dimaksudkan untuk mengendalikan aliran udara
saat pintu dari ruang lain terbuka. Suatu ruang penyangga udara dapat digunakan
sebagai tempat lewat personil atau bahan yang akan digunakan produksi, dalam hal
terakhir ini, ruang penyangga udara disebut juga “kotak penyangga”. Ruang penyangga
udara dapat juga berfungsi sebagai “ruang antara” menuju ruang bersih tempat
penanganan barang steril.

4. Ruang ganti
Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personil dan tidak
digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan. Ruang ganti pakaian hendaklah
berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah
5. Ruang ganti steril
Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti ruang penyangga udara dan
digunakan sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap penggantian pakaian dan
memperkecil cemaran mikroba dan partikulat terhadap pakaian pelindung. Ruang ganti
tersebut hendaklah dibilas secara efektif dengan udara yang telah tersaring. Tahap
terakhir dari ruang ganti hendaklah, pada kondisi “nonoperasional”, mempunyai tingkat
kebersihan yang sama dengan ruang berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah untuk
memasuki dan meninggalkan daerah bersih kadang-kadang diperlukan. Pada umumnya
hendaklah fasilitas pencucian tangan disediakan hanya pada tahap awal ruang ganti
pakaian.

6. Ruang cuci alat


Penggantian dan pencucian hendaklah mengikuti prosedur tertulis yang didesain
untuk meminimalkan kontaminasi pada pakaian area bersih atau membawa masuk
kontaminan ke area bersih. Ruang cuci dan drainase hendaklah dilarang di area kelas A
dan B, bisa di lakukan di kelas C . Di area lain, penyekat udara hendaklah dipasang di
antara mesin atau bak cuci dan drainase

7. Penyimpanan alat bersih


Tempat penyimpanan yang cukup luas untuk menyimpan dengan rapi berbagai
kategori bahan dan produk: bahan baku dan bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, produk jadi, produk dalam karantina, dan produk yang dikeluarkan, ditolak atau
dikembalikan. Area penyimpanan hendaklah dirancang atau diadaptasi untuk
memastikan kondisi penyimpanan yang baik. Secara khusus, tempat penyimpanan harus
bersih, kering, dan dirawat dalam batas suhu yang dapat diterima. Jika label
membutuhkan kondisi penyimpanan khusus (suhu, kelembaban relatif, dll), ini harus
ditentukan, diperiksa, dipantau dan dicatat. Bahan dan produk farmasi harus disimpan di
luar lantai dan pada jarak yang sesuai untuk memungkinkan pembersihan dan
pemeriksaan. Palet harus disimpan dalam kondisi bersih dan dapat diservis.

8. Ruang antara produk jadi steril


Suatu ruang penyangga udara dapat digunakan sebagai tempat lewatnya personil
atau bahan yang akan digunakan produksi, dalam hal terakhir ini ruang penyangga
udara disebut juga “kotak penyangga”. Ruang penyangga udara dapat juga berfungsi
sebagai “ruang antara” menuju ruang bersih tempat penanganan barang steril.

9. Produk ditolak
Bahan dan produk yang ditolak harus diberi penandaan yang jelas dan disimpan
terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut dapat
dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau
dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil , terlebih dulu harus disetujui olehkepala
bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan dicatat.

10. Ruang pengemasan sekunder


Kemasan sekunder yang melindungi kemasan primer. Jika kemasan primer
langsung menyentuh/mengontak produk, kemasan sekunder berfungsi untuk
memberikan perlindungan tambahan dari kemasan primer. Kemasan sekunder juga
sering disebut sebagai secondary packaging. Sebagai kemasan pelindung tambahan,
kemasan sekunder tetap menjadi kemasan yang perlu untuk produk-produk tertentu

11. Ruang inspeksi visual


Inspeksi Visual industri merupakan salah satu teknik untuk memeriksa kembali
produk yang akan diproses maupun produk jadi untuk menghindari hal-hal yang tidak
sesuai dengan standar.

12. Ruang capping dan crimping dengan Hepa


Ruang capping dan crimping dengan Hepa merupakan kelas yang berada di kelas D
Yang merupakan tahap selanjutnya dari passbox.

13. Oven sterilisasi dan depirogenisasi


Sterilisasi cara panas kering cocok untuk cairan nonair atau serbuk kering. Proses ini
hendaklah dilakukan dengan menyirkulasikan udara dalam chamber dan menjaga
tekanan positif untuk mencegah udara nonsteril masuk. Udara yang masuk hendaklah
melalui filter HEPA. Bila proses ini juga digunakan untuk menghilangkan pirogen, uji
tantang menggunakan endotoksin hendaklah dilakukan sebagai bagian dari validasi.
14. Ruang sterilisasi alat dan bahan
produk dengan sterilisasi akhir hendaklah dipasang dalam lingkungan minimal
Kelas D untuk mengurangi risiko cemaran mikroba dan partikulat dan Kelas E adalah
kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk non steril. Dengan tekanan udara 30pa
yang lebih besar dari tekanan udara pada ruang steril bertujuan agar kotoran dari
ruangan lain tidak masuk kedalam ruangan produksi steril.

15. Ruang autoklaf


Ruangan autoklaf terdapat pada ruangan kelas D/E. Menurut CPOB 2018 Kelas D
untuk mengurangi risiko cemaran mikroba dan partikulat dan Kelas E adalah kelas
kebersihan ruang untuk pembuatan produk non steril.

16. Ruang timbang steril


Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus
untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area
produksi.

17. Ruang antara bahan baku dan pengemas steril


Penyimpanan bahan baku hendaklah berada pada ruangan steril dengan kelas B
sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara produk obat atau komponen
obat yang berbeda, mencegah pencemaran silang dan memperkecil risiko terlewat atau
salah melaksanakan tahapan proses produksi atau pengawasan. Tekanan ruangan 70pa
dikarenakan pada ruangan steril harus memiliki tekanan yang lebih tinggi agar kotoran
dari ruangan lain tidak masuk kedalam ruangan produksi steril.

18. Ruang passbox


Pass Box di dalam produksi digunakan untuk transfer material pencampuran,
granulasi atau sterilisasi dalam area produksi. Dalam laboratorium juga digunakan
untuk memindahkan sampel atau hasil inkubasi dari satu ruangan ke ruangan lain.
Peralatan atau sparepart kadang juga dipindahkan melalui pass box dalam area steril
19. Ruang formulasi produk tanpa filtrasi
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A. Pada zona Kelas A dan B, pemantauan jumlah partikel
ukuran > 5,0 μm menjadi penting karena merupakan sarana untuk deteksi dini
kegagalan. dikarenakan pada ruangan formulasi harus memiliki tekanan yang lebih
tinggi agar kotoran dari ruangan lain tidak masuk kedalam ruangan produksi steril.

20. Ruang formulasi produk dengan filtrasi


Filtrasi dapat dilakukan di kelas C, namun bila tidak dilakukan filtrasi harus di kelas
A dengan latar belakang kelas B

21. Material airlock


Ruang antara gudang dan ruang produksi untuk menyalurkan bahan baku dari
gudang untuk diproduksi

22. Ruang filling


Area ini disebut juga area kelas C, B dan A, Ruangan yang masuk dalam area ini
adalah ruangan yang digunakan untuk penimbangan bahan baku produksi steril, ruang
mixing untuk produksi steril ,background ruang filling, laboratorium mikrobiologi
(ruang uji sterilitas).

23. Koridor personil area produksi non steril


Area ini disebut juga area kelas D, area yang masuk dalam kelas ini adalah area
produksi non steril , setiap karyawan yang masuk ke area ini wajib mengenakan
gowning (pakaian dan sepatu grey), antara black area dan grey area dibatasi ruang ganti
pakaian grey dan airlock

24. Ruang ber AC


Mengendalikan temperatur udara ruang dan kelembapan udara ruang, dalam AC
terdapat bagian chilling yang merupakan alat untuk mendinginkan udara sebelum masuk
ke dalam ruang produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI-Press; 1998
Anonim, 1978, Formularium Nasional II, Depkes RI, Jakarta
BPOM, 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan:1995.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan:1979.

Anda mungkin juga menyukai