Disusun Oleh :
FAKULTAS FARMASI
PROFESI APOTEKER ANGKATAN XLVI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2022
CARA PRODUKSI OBAT YANG BAIK SEDIAAN SALEP
B. Aspek CPOB
1. Manajemen Mutu
Unsur dasar manajemen mutu:
a. suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya
b. tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian
dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
(Pemastian Mutu)
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Pemastian Mutu = CPOB (produksi
& pengawasan mutu) ditambah faktor lain (desain & pengembangan
produk).
2. Personalia
SDM sangat penting dalam pembentukan dan penerapan sistem
pemastian mutu yg memuaskan dan pembuatan obat yg benar. Industri
farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yg terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan
awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yg
berkaitan dengan pekerjaannya.
4. Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain
dankonstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan
dan dikualifikasi dengan tepat, agar:
1. mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets
2. memudahkan pembersihan serta perawatan shg dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal
yangumumnya berdampak buruk pada mutu produk .
6. Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan. Memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar
7. Pengawasan Mutu
Bagian esensial dari CPOB dimana memberikan kepastian
bahwaproduk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.
Pengawasan Mutu mencakup:
a. pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta termasuk pengaturan,
dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa semua
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya
telah dibuktikan memenuhi persyaratan.
b. Ketidaktergantungan Pengawasan Mutu dari Produksi dianggap hal
yang fundamental agar Pengawasan Mutu dapat melakukan kegiatan
dengan memuaskan
10. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan
bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan
rinci sehingga memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.
Macam-macam dokumen antara lain :
a. Spesifikasi
Spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi, produk
antaradan produk ruahan
b. Dokumen Produksi
Dokumen Produksi
Induk
Prosedur Produksi Induk (Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur
Pengemasan Induk)
Catatan Produksi Bets (Catatan Pengolahan Bets dan
CatatanPengemasan Bets)
c. Prosedur dan Catatan
A. Sediaan Salep
Salep adalah sediaan yang berbentuk setengah padat, terutama untuk
pemakaian lokal. Sediaan setengah padat ini diformulasikan dengan konsistensi
sedemikian rupa, sehingga diperoleh produk yang halus dan lembek yang mudah
dioleskan pada permukaan kulit. Bagian kulit yang paling berpengaruh untuk absorpsi
obat adalah : bagian epidermis, kelenjar rambut, kelenjar keringat serta kelenjar
minyak.
Epidermis adalah lapisan kulit paling luar di mana salep/cream tersebut
dioleskan. Tebal epidermis tersebut berlain-lainan tergantung dari letak kulit, sehingga
sangat berpengaruh pada daya penyerapan obat. Bagian epidermis ini dilapisi oleh
suatu lapisan film yang terdiri dari lemak-lemak, yang mempunyai pH sekitar 4,5-6,5
dengan akibat diperoleh absorpsi yang berbeda pula. Telah terbukti bahwa absorpsi
obat ke dalam kulit selain melalui lapisan epidermis tadi, juga melalui saluran-saluran
di dalam kulit, seperti kelenjar rambut dan kelenjar keringat.
Faktor-faktor yang memegang peranan di dalam proses absorpsi melalui kulit antara
lain adalah:
1. Koefisien partisi dari pada obat.
2. Kelembaban dan suhu kulit.
3. Jenis penyakit yang terdapat pada kulit.
4. Konsentrasi bahan berkhasiat.
5. Dasar salep/cream yang dipakai.
Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai
obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau
selaput lender (Anonim, 1979).
Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok: dasar salep
senyawa hidrokarbon, dasar saleop serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air dan
dasar salep yang dapat larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar
salep tersebut (Anonim, 1995).
B. Formulasi
Rancangan Formulasi
(FORNAS hal 136-137)
Tiap 10 g mengandung :
Gentamycini Sulfas setara dengan
Gentamycinum 10.000 UI
Methylis Parabenum 500 μg
Buthylis Parabenum 100 μg
Paraffinum Liquidum 1g
Vaselinum Album hingga 10 g
Gentamisin
2UI/10g x 20g = 4UI
Metil paraben
1000 μg/10g x 20g = 2000 μg
Butil paraben
200μg/ 10g x 20g = 400 μg
Parafinum liquidum
2g/ 10g x 20g = 4g
2. Metode peleburan. Pada metode peleburan, semua atau beberapa komponen dari salep
dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan di dinginka dengana pengadukan
yang konstan sampai menegntal. Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada cairan yang sedang mengertal setelah didinginkan. Bahan yang
mudah menguap ditambahkan terakhir bila temperature dari campuan 13 telah cukup
rendah tidak menyebabkan penguraian atau penguapam dari komponen (Ansel, 1998).
Secara umum, peralatan yang umumnya dibutuhkan dalam produksi sediaan semi
padat dibagi menjadi 3:
Untuk alur proses produksi salep diawali pada ruang bahan baku. Pada proses
pembuatannya, setiap bahan baku diperiksa terlebih dahulu oleh tim QC dengan
mengambil sampel di ruang sampling, pemeriksaan yang dilakukan oleh tim QC
meliputi pemerian, kelarutan, bilangan asam, dan bilangan penyabunan, dari
hasil uji tersebut tim QC dapat memutuskan apakah bahan baku tersebut
memenuhi kriteria yang berstandarkan CPOB atau tidak. Lalu petugas yang
bertanggung jawab terhadap bahan baku menimbang bahan-bahan apa saja yang
akan dibutuhkan dalam proses produksi sediaan krim dan salep. Penimbangan
bahan dilakukan untuk produksi sediaan per satu bets. Setelah bahan baku ini
dinyatakan lulus uji kriteria, bahan baku tersebut dicampur dan diolah menjadi
produk antara. Kemudian petugas bagian produksi mengambil bahan baku yang
telah ditimbang dengan melakukan serah terima yang disertai dengan dokumen
CPB (Catatan Pengolahan Bets) yang telah melampirkan tanda tangan petugas.
Proses produksi dilanjutkan di ruang pencampuran. Pada ruang ini,
awalnya air ditampung di dalam alat pemanas (Double Jacket). Air yang
digunakan dalam proses produksi menggunakan air Aquadem
(Aquademineralisasi). Air yang dipakai adalah air yang diambil dari pipa yang
telah diatur penyalurannya, yang mana sebelumnya air ini telah melewati
serangkaian proses pernyaringan. Kemudian proses dilanjutkan di tangki Oil Pot,
tangki ini berfungsi untuk melebur fase minyak dari sediaan, lalu dilanjutkan
proses pencampuran bahan dengan menggunakan alat Vacum emulsifier Mixer.
Pada alat ini proses pencampuran dimulai dari pembuatan basis hingga
membentuk masa krim/salep.
Selanjutnya masa yang telah jadi disimpan dalam wadah kemudian
di tempatkan di ruang Ruang karantina produk antara. Produk yang telah jadi di
lakukan kembali proses IPC oleh QC, pemeriksaan pemerian, pH, homogenitas,
koefisien variasi, dan stabilitas krim jika dinyatatakan lulus maka produk
tersebut dimasukkan ke dalam wadah. selama proses pengisian sediaan
krim/salep operator melakukan proses penimbangan setiap 15 menit sekali,
proses ini bertujuan untuk memastikan bobot per tube sesuai dengan bobot yang
diinginkan dari kemasan. kemudian produk yang telah diisi ditempatkan di
ruang karantina produk ruahan untuk selanjutnya melewati tahap pemeriksaan
oleh QC, pemeriksaan itu meliputi pemerian, identifikasi, pH, kadar zat
berkhasiat, homogenitas, koefisien variasi dan keseragaman sediaan,. Waktu
yang dibutuhkan untuk menuggu hasil pemeriksaan ini yaitu 1-2 hari.
Menurut Cara Pembuatan Obat yang Baik, produksi Sediaan salep terdapat
beberapa aspek, diantaranya :
• Sistem yang digunakan untuk membuat sediaan salep dan krim adalah
system tertutup. Sistem tertutup adalah suatu sistem di mana produk
hampir tidak terpapar ke lingkungan selama proses dan sedikit sekali
melibatkan operator. Produk cair disaring dan ditransfer ke holding tank
melalui pipa sebelum produk tersebut diisikan ke dalam wadah akhirnya
(misal botol dan tube) dan ditutup.
F. In Process Control
Pengawasan selama proses produksi (in process control) merupakan hal
yang yang penting dalam pemastian mutu produk. Untuk memastikan
keseragaman bets dan keutuhan obat, prosedur tertulis yang menjelaskan
pengambilan sampel, pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama
proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan metode yang
telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) dan
hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut dimaksudkan untuk memantau hasil dan
memvalidasi kinerja dari proses produksi yang mungkin menjadi penyebab
variasikarakteristik produk selama proses berjalan.
Prosedur tertulis untuk pengawasan-selama-proses hendaklah dipatuhi.
Prosedur tersebut hendaklah menjelaskan titik pengambilan sampel, frekuensi
pengambilan sampel, jumlah sampel yang diambil, spesifikasi yang harus
diperiksa dan batas penerimaan untuk tiap spesifikasi.
Di samping itu, pengawasan-selama proses hendaklah mencakup, tapi
tidak terbatas pada prosedur umum sebagai berikut:
• Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk hendaklah
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan;
dan
Kemasan
Alur Pembuatan Sediaan Salep
DENAH PABRIK PRODUKSI SEDIAAN SALEP
A. Sketsa Pabrik
B. Kegunaan Ruang
2. Personil airlock
Pembuatan produk steril (airlock) hendaklah dilakukan di area bersih, memasuki
area ini hendaklah melalui ruang penyangga udara untuk personil dan/atau peralatan dan
bahan. Area bersih hendaklah dijaga tingkat kebersihannya sesuai standard kebersihan
yang ditetapkan dan dipasok dengan udara yang telah melewati filter dengan efisiensi
yang sesuai. Pintu-pintu ruang penyangga udara (airlock) hendaklah tidak dibuka secara
bersamaan. Sistem interlock atau sistem peringatan visual dan/atau audio hendaklah
dioperasikan untuk mencegah lebih dari satu pintu terbuka pada saat yang bersamaan.
4. Ruang ganti
Ruang ganti pakaian hendaklah hanya digunakan untuk personil dan tidak
digunakan untuk lalu lintas bahan, wadah dan peralatan. Ruang ganti pakaian hendaklah
berhubungan langsung dengan area produksi namun letaknya terpisah
5. Ruang ganti steril
Ruang ganti pakaian hendaklah didesain seperti ruang penyangga udara dan
digunakan sebagai pembatas fisik untuk berbagai tahap penggantian pakaian dan
memperkecil cemaran mikroba dan partikulat terhadap pakaian pelindung. Ruang ganti
tersebut hendaklah dibilas secara efektif dengan udara yang telah tersaring. Tahap
terakhir dari ruang ganti hendaklah, pada kondisi “nonoperasional”, mempunyai tingkat
kebersihan yang sama dengan ruang berikutnya. Penggunaan ruang ganti terpisah untuk
memasuki dan meninggalkan daerah bersih kadang-kadang diperlukan. Pada umumnya
hendaklah fasilitas pencucian tangan disediakan hanya pada tahap awal ruang ganti
pakaian.
9. Produk ditolak
Bahan dan produk yang ditolak harus diberi penandaan yang jelas dan disimpan
terpisah di “area terlarang” (restricted area). Bahan atau produk tersebut dapat
dikembalikan kepada pemasoknya atau, bila dianggap perlu, diolah ulang atau
dimusnahkan. Langkah apa pun yang diambil , terlebih dulu harus disetujui olehkepala
bagian manajemen mutu (pemastian mutu) dan dicatat.
Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI-Press; 1998
Anonim, 1978, Formularium Nasional II, Depkes RI, Jakarta
BPOM, 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jakarta: Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan:1995.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan:1979.