Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH PERANCANGAN ANTENA

Perancangan Antena LPDA sebagai Penerima


Gelombang Televisi dalam Frekuensi 400-880 MHz

Disusun oleh:
Abidzar Khalid (1316030095)
Firdania Nuri Anandita (1316030031)
TT-3A

Dosen Pembimbing:
Yenniwarti Rafsyam, SST.
MT.

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI
JAKARTA 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah antena yang berjudul,
“Perancangan Antena LPDA sebagai Penerima Gelombang Televisi dalam frekuensi 400-880
MHz". Dalam makalah ini kami membahas tentang antena Log Periodik Dipole Array.
Makalah ini kami susun dengan menggabungkan beberapa sumber yang menurut
kami bagus untuk di publikasikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami meminta pembaca memberi saran atau kritik yang dapat membangun kami
setelah membaca makalah ini. Kritik pembaca sangat kamiharapkan untuk kelanjutan
makalah selanjutnya. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Depok, Desember 2017

Penulis
ABSTRAK

Antena merupakan perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektro
magnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Sebagai
sarana per antara gelombang, antena harus mempunyai sifat yang sesuai dengan impedansi
input kabelnya. Ada banyak jenis antena yang banyak digunakan saat ini, Log Periodik
Dipole Array (LPDA) adalah salah satu dari jenis antena yang ada dan memiliki keunggulan
tersendiri yaitu bentuknya yang sederhana dan dapat bekerja pada frekuensi yang tinggi.
Pembuatan antena LPDA membutuhkan ketelitian perhitungan data daritiap-tiaplengan
dengan menggunakan persamaan-persamaan yang ada. Perancangan antena LPDA akan lebih
mudah jika dilakukan menggunakan computer dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Pembuatan antena LPDA dapat menggunakan bahan seperti alumunium. Perancangan antena
LPDA ini bekerja pada frekuensi 400 MHz sampai 880 MHz digunakan sebagai penerima
sinyal televisi dengan menggunakan software CST Studio Suite. Gain yang diharapkan
adalah 8 dB serta VSWR antena dibawah 2.0 (< 2.0).

Kata Kunci : Log Periodik Dipole Array, VSWR.


DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2
1.4. Sistematika Penyusunan 2
BAB II. LANDASAN TEORI 3
2.1. Pengertian Antena 3
2.2. Gelombang Elektromagnetik 3
2.3. Parameter Antena 3
2.4. Antena Log Periodik Dipole Array 3
2.5. Karakteristik Antena Log Periodik 9
2.6. Jenis Antena Log Periodik 9
2.7. Dasar Log Periodik Dipole Array (LPDA) 10
2.8. Fungsi dan Kegunaan Antena Log Periodik 10
2.9. Langkah – Langkah Merancang Antena LPDA 11
BAB III. PERANCANGAN ANTENA 13
3.1. Perhitungan Ukuran-Ukuran Antena LPDA 13
3.2. Simulasi Antena di CST STUDIO SUITE 2014 17
BAB IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA 37
4.1. Hasil Simulasi 37
4.2. Analisa 40
BAB V. KESIMPULAN 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dasar Log Periodik Dipole Array 10


Gambar 2.2. Kontur Gain Antena LPDA 11
Gambar 3.1. Gain Antena LPDA 8 dB 14
Gambar 3.2. Desain Antena LPDA 7 Elemen 16
Gambar 3.3. Create Project 17
Gambar 3.4. Menu Select Template Anntenas 17
Gambar 3.5. Menu Select Template Wire 18
Gambar 3.6. Menu Solvers 18
Gambar 3.7. Menu Set Units 19
Gambar 3.8. Menu Settings 19
Gambar 3.9. Review 20
Gambar 3.10. Local WCS 20
Gambar 3.11. Parameter List 21
Gambar 3.12. Membuat Boom 1 21
Gambar 3.13. Memindahkan WCS 22
Gambar 3.14. Menggeser WCS 22
Gambar 3.15. Membuat Elemen L1 23
Gambar 3.16. Membuat Spasi d1 23
Gambar 3.17. Membuat Elemen L2 24
Gambar 3.18. Membuat Spasi d2 24
Gambar 3.19. Membuat Elemen L3 25
Gambar 3.20. Membuat Spasi d3 25
Gambar 3.21. Membuat Elemen L4 26
Gambar 3.22. Membuat Spasi d4 26
Gambar 3.23. Membuat Elemen L5 27
Gambar 3.24. Membuat Spasi d5 27
Gambar 3.25. Membuat Elemen L6 28
Gambar 3.26. Membuat Spasi d6 28
Gambar 3.27. Membuat Elemen L7 29
Gambar 3.28. Menggabungkan Semua Elemen 29
Gambar 3.29. Memindahkan WCS pada Sisi Kanan Boom1 30
Gambar 3.30. Menggeser WCS ke Bagian Tengah Boom1 30
Gambar 3.31. Membuat Boom 2 31
Gambar 3.32. Mengubah Nama menjadi Boom2 31
Gambar 3.33. Menggeser Boom2 32
Gambar 3.34. Memindahkan WCS ke Sisi Atas 32
Gambar 3.35. Menggeser WCS untuk Membuat Port 33
Gambar 3.36. Membuat Port 33
Gambar 3.37. Mengisi Range Frekuensi 34
Gambar 3.38. Mengatur Field Monitor 34
Gambar 3.39. Memulai Simulasi 35
Gambar 3.40. Simulasi sedang berjalan 35
Gambar 3.41. VSWR 36
Gambar 3.42. S-Parameter 36
Gambar 4.1. Optimasi Manual 37
Gambar 4.2. VSWR minimum di Frekuensi Kerja 38
Gambar 4.3. S-Parameter minimum di Frekuensi Kerja 38
Gambar 4.4. Farfield 3D 39
Gambar 4.5. Polar 39
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi saat ini memicu setiap
orang untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal dari seluruh dunia secara
cepat dan mudah. Salah satu media yang memenuhi kriteria tersebut adalah televisi.
Televisi merupakan media informasi yang paling umum saat ini. Melalui televisi,
masyarakat mengetahui beragam informasi, baik dari program berita maupun program
hiburan. Televisi sudah menjadi barang pokok bagi setiap masyarakat. Televisi adalah
salah satu media komunikasi yang prosesnya dibantu oleh suatu perangkat yang
disebut antena.
Antena adalah salah satu alat atau media penunjang proses komunikasi yang
berguna dan penting bagi berjalannya proses komunikasi. Makin tinggi kualitas
antena maka makin baik pula kualitas komunikasi tersebut. Saat ini banyak beredar
berbagai macam model antena untuk pesawat penerima TV kanal Ultra High
Frequency (UHF).
Pada proses pembelajaran mata kuliah Antena dan Propagasi, terdapat suatu
tugas untuk merancang sebuah antena. Hal inilah yang melatar belakangi proses
perancangan antenna ini, dan antena yang akan dibuat adalah antena Log Periodik
Dipole Array (LPDA).

1.2. Perumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Merancang antena LPDA pada software CST Studio Suite 2015
2. Merancang antena LPDA dengan menggunakan bahan aluminium yang
berdiameter 1 mm
3. Melakukan pengukuran yang meliputi parameter antena yaitu VSWR, Return
Loss, Bandwith, dan PolaRadiasi
4. Menganalisa hasil pengukuran dan perancangan antena LPDA.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini antara lain:
1. Mengetahui cara merancang sebuah antena yang berfungsi untuk menangkap
sinyal yang baik pada televisi.
2. Mendesain dan merealisasikan antena LPDA pada frekuensi 500 MHz – 790 MHz.
3. Menambah pengetahuan tentang antena Log Periodik Dipole Array.
4. Menambah keterampilan tentang antena yang akan dirancang.
5. Mampu menggunakan software CST Studio Suite 2015 untuk melakukan
perancangan antena.

1.4. Sistematika Penyusunan


Sistematika penyusunan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
 Bab ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan
sistematika penyusunan dari makalah antena yang dibuat.

BAB II. LANDASAN TEORI


 Bab ini berisi tentang landasan teori yang menunjang pembuatan antena, baik
mengenai teori antena secara umum dan teori antena yang dirancang yang berasal
dari refrensi-refrensi lain dan jurnal yang didapat.
BAB III. PERANCANGAN ANTENA
 Bab ini berisi tentang perancangan antena baik melalui rumus dan perancangan
menggunakan software CST Studio Suite 2015.

BAB IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA


 Bab ini membahas tentang hasil perancangan antena yang disimulasikan melalui
software CST Studio Suite 2015 serta analisanya.

BAB V. KESIMPULAN
 Bab ini berisi kesimpulan dari proses dan hasil yang didapatkan dari perancangan
antena yang telah dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Antena


Di bidang elektronika, definisi antena adalah transformator atau struktur
transmisi antara gelombang terbimbing (saluran transmisi) dengan gelombang ruang
bebas atau sebaliknya. Antena adalah salah satu elemen penting yang harus ada pada
sebuah teleskop radio, TV, radar, dan semua alat komunikasi nirkabel lainnya. Sebuah
antena adalah bagian vital dari suatu pemancar atau penerima yang berfungsi untuk
menyalurkan sinyal radio ke udara. Bentuk antena bermacam macam sesuai
dengan desain, pola penyebaran dan frekuensi dan gain. Panjang antena secara efektif
adalah panjang gelombang frekuensi radio yang dipancarkannya. Antena dipol
setengah gelombang adalah sangat populer karena mudah dibuat dan mampu
memancarkan gelombang radio secara efektif.

2.2. Gelombang Elektromagnetik


Gelombang elektromagnet adalah gelombang yang mempunyai sifat listrik dan
sifat magnet secara bersamaan. Gelombang radio merupakan bagian dari gelombang
elektromagnetik pada spectrum frekuensi radio. Gelombang dikarakteristikkan oleh
panjang gelombang dan frekuensi. Panjang gelombang (λ) memiliki hubungan dengan
frekuensi (ƒ) dan kecepatan (ν) yang ditunjukan oleh persamaan :
𝑣
λ=
𝑓
Kecepatan (ν) bergantung pada medium. Ketika medium rambat adalah hampa
udara (free space), maka :
v = c = 3 x 108 m/s

2.3. Parameter Antena


Antena memiliki parameter yang bisa mempengaruhi kualitas antena yaitu
polaradiasi atau pancaran, polarisasi antenna, resiprositas antena, Front to Back Ratio
(FBR), daya teradiasi, Return Loss (RL), impedansi input, Voltage Standing Wave
Ratio (VSWR), koefisien refleksi, direktivitas, effisiensi antenna, gain, bandwith,
tahanan radiasi antenna, distribusi arus dan tegangan pada antenna.
1. Polaradiasi atau Pancaran merupakan gambaran kekuatan pancaran atau
penerimaan sinyal suatu antena dalam fungsi sudut atau sebagai besaran yang
menetukan ke arah sudut sebuah antena memancarkan atau mendistribusikan
energinya.

2. Polarisasi Antena merupakan polarisasi gelombang yang diradiasikan oleh antena


pada arah yang diberikan atau menyatakan arah dan orientasi dari medan listrik
dalam perambatannya dari antena

3. Resiprositas Antena menunjukkan bahwa suatu antena bisa berfungsi sebagai


pengirim dan antena yang sama juga bisa sebagai penerima.

4. Front to Back Ratio (FBR) merupakan perbandingan kuat pancaran antena pada
arah depan dan belakang antena.

5. Daya Teradiasi

𝑃𝑟 = 𝐼2 × 𝑅𝑟
Dengan :
I = Arus Antena (A)
Rr = Resistansi Radiasi (Ω)

6. Return Loss merupakan koefisien refleksi dalam bentuk logaritmik yang


menunjukkan daya yang hilang karena antena dan saluran transmisi tidak
matching. Sehingga tidak semua daya diradiasikan melainkan ada yang
dipantulkan kembali. Return Loss dapat dirumuskan sebagai berikut :

𝑠−1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝐿𝑜𝑠𝑠 (dB) = 20 log ( )
𝑠+1

Jika daya dari tegangan input dipancarkan semua, maka besar nilai koefisien
refleksi adalah nol. Sebaliknya, jika semua daya dari tegangan input direfleksikan
(dipantulkan), maka besar nilai koefisien refleksi adalah 1.
7. Impedansi input (masukan) didefinisikan sebagai impedansi yang diberikan
kepada rangkaian di luar oleh antena pada suatu titik acuan teretntu. Impedansi
masukan antena harus mendekati nilai impedansi gelombang saluran transmisi
supaya tidak terjadi refleksi. Impedansi antena penting untuk pemindahan daya
dari antena ke penerima. Jiak Return Loss diketahui, impedansi input dinyatakan
dalam persamaan:

𝑍𝑖𝑛 = 𝑅𝑖𝑛 + 𝑗𝑋𝑖𝑛 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑍𝑖𝑛 = 𝑉


𝐼

Dengan:
Zin = Impedansi Input (Ω)
Rin = Resistansi Input (Ω)
I = Arus Input (A)
V = Tegangan Input (Volt)

8. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah ketidaksesuaian antara beban dan
saluran transmisi pada antenna.
Jika impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka sebagian
energi pad gelombang datang akan dipantulkan kembali oleh beban.
Harga VSWR anatra 1 sampai dengan ∞. Bernilai 1 jika tidak ada pantulan di
dalam antena. Jika VSWR dinyatakan dalam desibel disebut standing wave rasio
(SWR).

1 + | 𝑟|
𝑉𝑆𝑊𝑅 =
1 − | 𝑟|

9. Koefisien Refleksi berfungsi ntuk memaksimumkan perpindahan daya dari antena


ke penerima, maka impedansi antena haruslah conjugate match (besarnya
resistansi dan reaktansi sama tetapi berlawanan tanda). Jika hal ini tidak
dipengaruhi maka akan terjadi pemantulah energi yang dipancarkan atau diterima,
sesuai dengan persamaan berikut:

𝑟 = 𝑍𝐿 − 𝑍0
𝑍𝐿 + 𝑍0

Dimana:
ZL = Impedansi Beban (Ω)
Z0 = Impedansi Masukan (Ω)
10. Direktivitas suatu antena didefinisikan sebagai perbandingan antara harga
maksimum intensitas radiasi (Im) dengan intensitas radiasi rata-rata yang
dipancarkan (Iev). Directivity (keterarahan) merupakan suatu karakteristik yang
menggambarkan seberapa besar energi dikonsentrasikan pada arah tertentu.

𝐷 = 𝐼𝑚 𝑃 4𝜋𝑈𝑚𝑎𝑥
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷 =
𝐼𝑒𝑣 𝑃𝑟𝑒𝑓 𝑃𝑟𝑎𝑑

Dengan :
D = Directivity
P = Daya pada antena yang diukur
Pref = Daya pada antena refrensi
Umax = Intensitas radiasi max

11. Effisiensi Antena


Efesiensi antena disini merupakan efisiensi total yang diperoleh sebagai akibat
adanya rugi-rugi (losses), rugi-rugi tersebut antara lain:
 Karena mismatch antara saluran transmisi dengan antena.
 Rugi-rugi pada konduktor.
 Rugi-rugi pada bahan dielektrik.

Efisiensi penting bagi antena pemancar, kurang penting bagi antena penerima. Ini
menjelaskan mengapa sebuah kabel dengan sembarang panjang dapat dibuat
menjadi antena penerima yang baik tetapi bukan sebuah antena pemancar yang
baik.

Apabila suatu antena dipakai sebagai antena pemancar, pada umumnya daya yang
diradiasikan sedikit kurang jika dibandingkan dengan daya yang diberikan oleh
transmitter diterminal catunya, hal ini disebabkan adanya faktor efisiensi ( ) pada
setiap antena, yang dinyatakan dengan:

𝑃𝑟𝑎𝑑 𝐼2𝑅𝑟 𝑅𝑟 𝑃𝑟𝑎𝑑


𝜂= × 100% 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜂 = = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝜂 = × 100%
𝑃𝑖𝑛 𝐼(𝑅𝑟 + 𝑅𝑒) 𝑅𝑟 + 𝑅𝑒 𝑃𝑟𝑎𝑑 + 𝑃𝑙𝑜𝑠𝑠

Dengan :
Prad = Daya Radiasi (W)
Pin = Daya Input (W)
Ploss = Daya yang teradiasi ketika resistansi DC muncul
I = Arus Antena (A)
Rr = Tahanan Radiasi (Ω)
Re = Ro = Tahanan Efektif Antena (Ω)

12. Gain antena merupakan perbandingan daya pancar suatu antena terhadap daya
pancar antena referensi. Gain menentukan seberapa besar sebuah antena
memfokuskan energy pancarnya. Gain antena mempunyai hubungan erat dengan
directivity dan faktor efisiensi ini, dimana pada gain efisiensi antena ikut
diperhitungkan. Pada praktisnya besaran gain antena merupakan besaran relatif
terhadap acuan gain antena yang mudah dihitung.
Karena daya yang dipancarkan sama dengan perkalian antara efisiensi dengan
daya yang masuk ke antena, maka hubungan antara gain dan directivity adalah
sebagai berikut:
G = .D

Dimana:
 = Efisiensi antena
D = Directivity

13. Suatu range frekuensi dimana antena dapat beroperasi dengan baik dinamakan
Bandwith. Bandwith dinyatakan sebagai pembanding antara frekuensi atas
terhadap frekuensi bawah dalam level yang dapat diterima. Bandwith antena dapat
diukur berdasarkan hubungan antara VSWR terhadap frekuensi atau
menggunakan hubungan gain terhadap frekuensi. Karakteristik gain frekuensi ini
sangat penting karena antena yang tinggi akan memiliki bandwith yang sempit.

𝐵𝑊 = 𝑓ℎ 𝑓ℎ −
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵𝑊 = 𝑓𝑙 × 100%
𝑓𝑙
𝑓𝑐
𝑓ℎ + 𝑓𝑙
𝑓𝑐 =
2
Dengan :
fh = Frekuensi Tinggi (Hz)
fl = Frekuensi Rendah
(Hz) fc = Frekuensi Kerja
(Hz)
14. Tahanan Radiasi Antena
Tahanan Radiasi adalah tahanan fiktif yang mendisipasikan daya yang akan
diradiasikan jika antena tersebut dialiri gelombang elektromagnetik. Ro atau
tahanan sebenarnya akan menghasilkan kerugian (losses) berupa panas dan
diharapkan bernilai sekecil mungkin. Sedangkan tahanan radiasi Rr akan
menimbulkan disipasi berupa radiasi dan diusahakan mempunyai nilai sebesar-
besarnya.
Antena dengan L = ½ λ mempunyai nilai Ro <<< Rr, yang berarti hampir seluruh
energi dipancarkan atau antena dengan l = ½ λ merupakan radiator yang baik.

15. Distribusi Arus Tegangan pada Antena


Antena kawat dengan ukuran ½ λ mempunyai distribusi arus dan tegangan seperti
gambar dibawah ini.

 Distribusi arus akan maksimum pada titik tengah antena (titik catu) dan
minimum pada bagian ujung-ujung antena.
 Sedangkan distribusi tegangan pada antena akan maksimum pada kedua ujung
antena dan minimum pada titik tengah atau catuan antena.
 Jadi dapat dibayangkan bahwa antena mempunyai impedansi Z yang semakin
maksimun pada kedua ujungnya dan minimum pada bagian tengah antena.
2.4. Antena Log Periodik
Dalam telekomunikasi, antena log-periodik (LP, juga dikenal sebagai log-periodik
array atau log periodik balok antena/udara) adalah broadband, multi-elemen,
unidirectional. beamwidth antena yang memiliki impedansi dan radiasi karakteristik
yang secara teratur berulang-ulang sebagai fungsi logaritma dari frekuensi eksitasi.
Salah satu komponen dipole, seperti log-periodik dipole array (LPDA). Log-periodik
antena dirancang untuk menjadi diri yang sama dan juga fractal antena array. Antena
log periodik diciptakan oleh Dwight E. Isbell, Raymond Duhamel dan varian oleh
Paul Mayes. University of Illinois di Urbana-Champaign telah dipatenkan Isbell dan
Mayes- Carrel antena dan berlisensi desain sebagai sebuah paket eksklusif untuk
elektronik JFD di New York. Tuntutan hukum mengenai paten antena yang hilang UI
Foundation, berkembang menjadi doktrin Blonder-Lidah. Preseden ini mengatur
litigasi paten. Merupakan hal yang normal untuk mendorong elemen bergantian
dengan 180 ° (π radian) pergeseran fasa dari satu sama lain. Hal ini biasanya
dilakukan dengan menghubungkan elemen-elemen individu untuk kabel saluran
transmisi seimbang.Panjang dan jarak dari elemen antena log-periodik meningkatkan
logaritmis dari satu ujung ke ujung. Sebuah plot impedansi masukan sebagai fungsi
dari logaritma dari frekuensi eksitasi menunjukkan variasi periodik. Desain antena ini
digunakan di berbagai frekuensi. Hal ini kadang-kadang digunakan untuk antena
televisi (VHF atau UHF).

2.5. Karakteristik Antena Log Periodik Dipole Array


Adapun karakteristik pada antenna Log Periodik Dipole Array yaitu:
 Bekerja pada frekuensi 3 MHz s/d 18 GHz.
 Bandwidth = 163% atau ratio 1: 10.
 Typical Gain-nya 6-8 dB.
 Mempunyai polarisasi linier.
 Typical half power beamwidth = 60deg × 80deg.
 Pola radiasinya adalah unidirectional.
2.6. Jenis Antena Log Periodik
Ada beberapa format di mana antena log periodik dapat direalisasikan. Jenis yang
tepat yang paling berlaku untuk setiap aplikasi yang diberikan akanbergantung pada
persyaratan. Jenis utama dari antena Log Periodik Dipole Array adalah :
 Log Periodik Dipole Array (LPDA)
 Zig-zag log periodic array
 Slot log periodic
 V log periodic

2.7. Dasar Log Periodik Dipole Array (LPDA)


Log periodic dipole array (LPDA pada dasarnya terdiri dari sejumlah elemen dipole.
Ini mengurangi ukuran dari belakang ke arah depan. Sinar utama dari antena RF yang
datang dari depan lebih kecil. Elemen pada bagian belakang dari array dimana elemen
yang terbesar adalah setengah panjang gelombang pada frekuensi terendah operasi.
Jarak elemen juga menurunkan ke arah depan dari array di mana elemen-elemen
terkecil berada. Dalam operasi, karena perubahan frekuensi ada transisi mulus
sepanjang array dari elemen-elemen yang membentuk daerah aktif. Untuk
memastikan bahwa pentahapan dari unsur-unsur yang berbeda adalah benar, fase
terbalik dari satu elemen ke yang berikutnya.Antena Log-Periodic Dipole Array
(LPDA) adalah antena undirectional yangmempunyai pola radiasi satu arah.

Gambar 2.1. Dasar Log Periodik Dipole Array

2.8. Fungsi dan Kegunaan Antena Log Periodik


 Dapat digunakan pada frekuensi HF (3–30 MHz), VHF (30–300 MHz) dan UHF
(300–3000MHz) untuk berbagai aplikasi termasuk digunakan sebagai antena
televisi dan Radio amatir (3,5-7 MHz).
 Antena Log Periodik juga digunakan untuk keperluan militer terutama untuk
keperluan komunikasi, biasanya antena log periodik yang digunakan untuk
keperluan militer adalah log periodik yang bekerja pada gelombang HF.
Gelombang radio HF biasanya digunakan untuk hubungan jarak jauh antar pulau.
Dengan sistem ini satu saluran dapat digunakan untuk banyak percakapan tanpa
saling mengganggu. Sistem ini memiliki jangkauan yang luas hanya saja
memerlukan daya yang tinggi dan geometri yang cukup besar.
 Antena Log Periodik juga digunakan untuk keperluan wireless network. Log
Periodik dapat bekerja pada 700MHz sampai 11000MHz, dalam interval ini
termasuk frekuensi yang digunakan untuk wireless networking pada 2.4 GHz
(802.11b/g) dan 5.8GHz (802.11a) serta dapat juga digunakan untuk cellular, PCS,
Wimax.

2.9. Langkah – Langkah Merancang Antena LPDA


Dalam perancangan antena LPDA, panjang elemen antena akan ditentukan
oleh nilai τ (factor skala), sedangkan spasi antar elemen ditentukan oleh nilai σ (factor
spasi). Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1) Menentukan frekuensi kerja
𝑓ℎ+𝑓𝑙
𝑓𝑐 =
2
2) Menentukan gain antena
(dB)

3) Menentukan faktor skala (τ) dan faktor spasi (σ)


Penentuan nilai τ dan σ dapat menggunakan bantuan diagram kontur gain antena
LPDA berikut sesuai dengan gain antena yang diharapkan.

Gambar 2.2. Kontur Gain Antena LPDA


4) Menghitung nilai 𝘢

𝘢 adalah sudut yang dibentuk dari perpanjangan garis yang menyinggung masing-
masing ujung tiap elemen.
1−𝑐
𝘢 = 2 tan−1( )
4𝜎

5) Menentukan ukuran panjang dari setiap elemen


a. Menentukan ukuran dipole LPDA terpanjang berdasarkan frekuensi lower (𝑓𝐿)
dengan :
𝑳𝑳 = 𝟎. 𝟓 × 𝝀𝑳 dimana 𝜆𝐿 = 𝑐
𝑓𝐿

b. Menentukan ukuran dipole LPDA terpendek berdasarkan frekuensi upper (𝑓𝑈)


dengan : 𝑳𝑼
= 𝟎. 𝟓 × 𝝀𝑼 dimana 𝜆𝑈 = 𝑐
𝑓𝑈

c. Menentukan ukuran panjang dipole antena yang lain


𝐿𝑛 = 𝐿𝑛−1 × 𝑟
d. Menentukan ukuran spasi antar elemen
𝑑𝑛 = 2. 𝜎. 𝐿𝑛
BAB III
PERANCANGAN ANTENA

3.1. Perhitungan Ukuran-ukuran Antena LPDA


Dalam perancangan antena LPDA 6 elemen yang akan digunakan sebagai
Penerima Gelombang Televisi dalam frekuensi 400 – 880 MHz, perhitungannya
adalah sebagai berikut:
a. Menentukan frekuensi kerja
𝑓𝐿 = 400 Mhz
𝑓𝑢 = 880 MHz
𝑓ℎ+𝑓𝑙
𝑓𝑐 =
2
400 𝑀𝐻𝑧 +880 𝑀𝐻𝑧
=
2
= 640 MHz

b. Menentukan gain antena


Gain = 8 dB

c. Menentukan faktor skala (τ) dan faktor spasi (σ)


Penentuan nilai τ dan σ dapat menggunakan bantuan diagram kontur gain antena
LPDA berikut sesuai dengan gain antena yang diharapkan.
Gambar 3.1. Gain Antena LPDA 8 dB
τ = 0,865
σ = 0,16

d. Menghitung nilai 𝘢

𝘢 adalah sudut yang dibentuk dari perpanjangan garis yang menyinggung masing-
masing ujung tiap elemen.
1−𝑐
𝘢 = 2 tan−1( )
4𝜎
−1 1−0,865
𝘢 = 2 tan ( )
4×0,16
−1 0,135
𝘢 = 2 tan ( )
0,64

𝘢 = 23.82°
e. Menentukan ukuran panjang dari setiap elemen
1) Menentukan ukuran dipole LPDA terpanjang berdasarkan frekuensi lower (𝑓𝐿)
dengan : 𝑳𝑳 = 𝟎. 𝟓 × 𝝀𝑳
𝜆𝐿 3×108𝑚/𝑠
=
𝑐
= 400×106𝐻𝑧
= 0.75 𝑚 = 750 𝑚𝑚
𝑓𝐿

Maka, panjang dipole terpanjang :

𝐿𝐿 = 0.5 × 𝜆𝐿 = 0.5 × 0.75 𝑚 = 0.375 𝑚 = 375 𝑚𝑚

2) Menentukan ukuran dipole LPDA terpendek berdasarkan frekuensi upper (𝑓𝑈)


dengan : 𝑳𝑼 = 𝟎. 𝟓 × 𝝀𝑼

𝜆𝑈 = 𝑐 3 × 108𝑚/𝑠
=
𝑓𝑈 880 × 106𝐻𝑧 = 0.340 𝑚 = 340 𝑚𝑚

Maka, panjang dipole terpendek :

𝐿𝑈 = 0.5 × 𝜆𝑈 = 0.5 × 0.34 𝑚 = 0.17 𝑚 = 170 𝑚𝑚

3) Menentukan ukuran panjang dipole antena yang lain


𝑳𝒏 = 𝑳𝒏−𝟏 × 𝑟
 𝐿1 = 𝐿𝐿 = 0.375 𝑚 = 375 𝑚𝑚
 𝐿2 = 𝐿1 × 𝑟 = 0.375𝑚 × 0.865 = 0.324 𝑚 = 324 𝑚𝑚
 𝐿3 = 𝐿2 × 𝑟 = 0.324 𝑚 × 0.865 = 0.280 𝑚 = 280 𝑚𝑚
 𝐿4 = 𝐿3 × 𝑟 = 0.280 𝑚 × 0.865 = 0.242 𝑚 = 242 𝑚𝑚
 𝐿5 = 𝐿4 × 𝑟 = 0.242 𝑚 × 0.865 = 0.209 𝑚 = 209 𝑚𝑚
 𝐿6 = 𝐿5 × 𝑟 = 0.209 𝑚 × 0.865 = 0.180 𝑚 = 180 𝑚𝑚
 𝐿7 = 𝐿6 × 𝑟 = 0.180 𝑚 × 0.865 = 0.155 𝑚 = 155 𝑚𝑚
Array berakhir pada elemen ke-7 karena L7= 155 mm lebih kecil dari
dipole terpendek yaitu Lu = 170 mm.

4) Menentukan ukuran spasi antar elemen


𝒅𝒏 = 𝟐. 𝝈. 𝑳𝒏
 𝑑1 = 2. 𝜎. 𝐿1 = 2 × 0.16 × 0.375 𝑚 = 0.120 𝑚 = 120 𝑚𝑚
 𝑑2 = 2. 𝜎. 𝐿2 = 2 × 0.16 × 0.324 𝑚 = 0.103 𝑚 = 103 𝑚𝑚
 𝑑3 = 2. 𝜎. 𝐿3 = 2 × 0.16 × 0.280 𝑚 = 0.089 𝑚 = 89 𝑚𝑚
 𝑑4 = 2. 𝜎. 𝐿4 = 2 × 0.16 × 0.242 𝑚 = 0.077 𝑚 = 77 𝑚𝑚
 𝑑5 = 2. 𝜎. 𝐿5 = 2 × 0.16 × 0.209 𝑚 = 0.066 𝑚 = 66 𝑚𝑚
 𝑑6 = 2. 𝜎. 𝐿5 = 2 × 0.16 × 0.180 𝑚 = 0.057 𝑚 = 57 𝑚𝑚
Diperoleh total spasi seluruh elemen sebesar 512 mm.
f. Gambar desain antenna

512 mm
324 mm

280 mm

242 mm

209 mm
375 mm

180 mm

155 mm
57mm
66 mm
77mm
89 mm
120 mm 108 mm

Gambar 3.2. Desain Antena LPDA


3.2. Simulasi Antena di CST STUDIO SUITE 2015
Dalam merancang antena LPDA 7 elemen, kita dapat mensimulasikan terlebih dahulu
antena yang akan dibuat menggunakan software CST Studio Suite 2015. Berikut
adalah langkah-langkah perancangan antena menggunakan CST Studio Suite 2015 :
1. Membuka CST Studio Suite 2014 dan pilih Create Project, seperti Gambar 3.3.

Gambar 3.3. Create Project

2. Memilih MW & RF & OPTICAL, kemudian pilih Antenas, seperti Gambar 3.4.

Gambar 3.4. Menu Select Template Anntenas


3. Memilih template Waveguide, seperti Gambar 3.5.

Gambar 3.5. Menu Select Template Wire

4. Memilih Time Domain, seperti Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Menu Solvers


5. Mengatur dimensi satuan menjadi mm dan mengatur frekuensi menjadi MHz,
seperti Gambar 3.7.

Gambar 3.7. Menu Set Units

6. Memasukkan nilai frekuensi minimum dan frekuensi maksimum, dan mencentang


hasil yang ingin dilihat, yaitu E-Field, H-Field, dan Farfield, seperti Gambar 3.8.

Gambar 3.8. Menu Settings


7. Setelah mengatur Antenas, Wire, Solvers, Units, Settings maka akan muncul
tampilan hasil pengaturan yang telah dilakukan, jika sudah sesuai klik finish
seperti Gambar 3.9.

Gambar 3.9. Review

8. Muncul tampilan Workspace dalam 3 dimensi pada layar. Untuk memulai simulasi
dapat mengatur titik koordinatnya pada menu Modelling, dengan fitur WCS lalu
pilih Local WCS, seperti Gambar 3.10.

Gambar 3.10. Local WCS


9. Memaasukkan nilai parameter yang telah dihitung sebelumnya pada kolom
Parameter List untuk memudahkan dalam membuat komponen antena, seperti
Gambar 3.11.

Gambar 3.11. Parameter List

10. Membuat Boom pertama. Pada menu Modelling, pilih icon Cylinder kemudian
menekan esc pada keyboard untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih
orientasi menjadi V, Outer Radius diisi RB dan Inner Radius diisi RB/2 , Vmin
diisi dengan -PB, dan memilih material menjadi Aluminum, seperti Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Membuat Boom 1


11. Memindahkan WCS dengan Align WCS. Mengarahkan kursor pada sisi paling
pinggir boom dan mengklik mouse dua kali, seperti Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Memindahkan WCS

12. Menggeser WCS dengan Transform WCS. Pilih move, dan mengisi DV dengan -
RL, seperti gambar 3.14.

Gambar 3.14. Menggeser WCS


13. Membuat elemen antena dimulai dari L1. Pilih icon Cylinder kemudian menekan
esc pada keyboard untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi
menjadi U, Outer Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umax diisi dengan
L1/2 dan memilih material menjadi Aluminum, seperti Gambar 3.15.

Gambar 3.15. Membuat Elemen L1

14. Memberikan spasi antara L1 dengan L2. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar –(2*RB), dan DV sebesar -d1,
seperti Gambar 3.16.

Gambar 3.16. Membuat Spasi d1


15. Membuat elemen L2. Pilih icon Cylinder kemudian menekan esc pada keyboard
untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi menjadi U, Outer
Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umin diisi dengan –(L2/2) dan
memilih material menjadi Aluminum seperti Gambar 3.17.

Gambar 3.17. Membuat Elemen L2

16. Memberikan spasi antara L2 dengan L3. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar 2*RB, dan DV sebesar –d2, seperti
Gambar 3.18.

Gambar 3.18. Membuat Spasi d2


17. Membuat elemen L3. Pilih icon Cylinder kemudian menekan esc pada keyboard
untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi menjadi U, Outer
Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umax diisi dengan L3/2 dan memilih
material menjadi Aluminum, seperti Gambar 3.19.

Gambar 3.19. Membuat Elemen L3

18. Memberikan spasi antara L3 dengan L4. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar –(2*RB), dan DV sebesar –d3,
seperti Gambar 3.20.

Gambar 3.20. Membuat Spasi d3


19. Membuat elemen L4. Pilih icon Cylinder kemudian menekan esc pada keyboard
untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi menjadi U, Outer
Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umin diisi dengan –(L4/2) dan
memilih material menjadi Aluminum seperti Gambar 3.21.

Gambar 3.21. Membuat Elemen L4

20. Memberikan spasi antara L4 dengan L5. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar RB*2, dan DV sebesar –d4, seperti
Gambar 3.22.

Gambar 3.22. Membuat Spasi d4


21. Membuat elemen L5. Pilih icon Cylinder kemudian menekan esc pada keyboard
untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi menjadi U, Outer
Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umax diisi dengan L5/2 dan memilih
material menjadi Aluminum, seperti Gambar 3.23.

Gambar 3.23. Membuat Elemen L5

22. Memberikan spasi antara L5 dengan L6. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar –(2*RB), dan DV sebesar –d5,
seperti Gambar 3.24.

Gambar 3.24. Membuat Spasi d5


23. Membuat elemen L6. Pilih icon Cylinder kemudian menekan esc pada keyboard
untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi menjadi U, Outer
Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umin diisi dengan –(L6/2) dan
memilih material menjadi Aluminum seperti Gambar 3.25.

Gambar 3.25. Membuat Elemen L6

24. Memberikan spasi antara L6 dengan L7. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar RB*2, dan DV sebesar –d6, seperti
Gambar 3.26.

Gambar 3.26. Membuat Spasi d6


25. Membuat elemen L7. Pilih icon Cylinder kemudian menekan esc pada keyboard
untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih orientasi menjadi U, Outer
Radius diisi RL dan Inner Radius diisi RL/2, Umin diisi dengan L7/2 dan memilih
material menjadi Aluminum seperti Gambar 3.27.

Gambar 3.27. Membuat Elemen L7

26. Menggabungkan semua elemen dengan Boom 1. Tekan ctrl pada keyboard,
kemudian klik Boom 1 sampai L7 kemudian pilih menu add pada Boolean, seperti
Gambar 3.28.

Gambar 3.28. Menggabungkan Semua Elemen


27. Memindahkan WCS untuk membuat Boom 2. Melihat bentuk antena dari posisi
atas, dengan memilih Top pada menu Perspective, kemudian memindahkan WCS
ke posisi seperti Gambar 3.29. menggunakan Align WCS.

Gambar 3.29. Memindahkan WCS pada Sisi Kanan Boom1

28. Menggeser WCS ke tengah Boom1 menggunakan menu Transform WCS, seperti
Gambar 3.30.

Gambar 3.30. Menggeser WCS ke Bagian Tengah Boom1


29. Membuat Boom 2 dengan menu Transform. Klik Boom 1 pada bagian
Components. Pada menu Transform, Pilih Rotate, centang Copy, kemudian pada
bagian Rotation Angles isikan 180 pada sumbu V, seperti Gambar 3.31.

Gambar 3.31. Membuat Boom 2

30. Mengubah nama Boom yang telah digandakan menjadi Boom 2. Klik kanan pada
nama komponen, kemudian pilih Rename, seperti Gambar 3.32.

Gambar 3.32. Mengubah Nama menjadi Boom2


31. Menggeser Boom 2 menggunakan menu Transform. Pilih Translate, pada bagian
Translation Vector, isikan JB+X pada sumbu W, seperti Gambar 3.33.

Gambar 3.33. Menggeser Boom2

32. Memindahkan WCS untuk membuat Port. Melihat bentuk antena dari posisi
bawah, dengan memilih Bottom pada menu Perspective, kemudian memindahkan
WCS ke posisi seperti Gambar 3.34. menggunakan Transform WCS.

Gambar 3.34. Memindahkan WCS ke Sisi Atas


33. Membuat Port menggunakan Discrete Ports pada menu Simulation. Pilih S-
Parameter kemudian isi jarak port ke arah sumbu W sebesar JB, seperti Gambar
3.36.

Gambar 3.36. Membuat Port

34. Mengatur Range Frekuensi yang akan digunakan. Memilih menu Frequency pada
Simulation, kemudian mengisi Frekuensi sesuai dengan perhitungan, seperti
Gambar 3.37.

Gambar 3.37. Mengisi Range Frekuensi


35. Mengatur Field Monitor. Untuk menampilkan Farfield yaitu jarak pancaran
terjauh antena yang masih bekerja dengan baik dan untuk menampilkan frekuensi
tengah, pilih Field Monitor dan pilih Farfield/RCS, seperti Gambar 3.38.

Gambar 3.38. Mengatur Field Monitor

36. Memulai Simulasi. Setelah selesai merancang bentuk antena, maka dapat dilakukan
simulasi. Pilih Setup Solver dan Start, seperti Gambar 3.39.

Gambar 3.39. Memulai Simulasi


37. Aplikasi sedang mensimulasikan hasil dari antena yang dirancang, seperti Gambar
3.40.

Gambar 3.40. Simulasi sedang berjalan

38. Melihat S-Parameter dan VSWR dari antena yang telah dibuat dengan memilih
menu pada sebelah kiri

Gambar 3.41. VSWR


Gambar 3.42. S-Parameter
BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISA

4.1. HASIL SIMULASI


Setelah beberapa kali melakukan optimasi, maka didapat hasil S-Parameter dan VSWR
minimum berada pada frekuensi kerja, yaitu dengan mengubah spasi pertama menjadi
82.5 mm.

ANTENA YANG TELAH DI OPTIMASI (TAMPAK DEPAN)


ANTENA YANG TELAH DI OPTIMASI (TAMPAK SAMPING)
Gambar 4.1. Optimasi Manual

Gambar 4.2. VSWR minimum di Frekuensi Kerja

Gambar 4.3. S-Parameter minimum di Frekuensi Kerja


Gambar 4.4. Farfield 3D

Gambar 4.5. Polar


4.2. ANALISA
 Pada tugas ini dilakukan perancangan sebuah antenna, antenna yang dirancang
yaitu antenna Log Periodik Dipole Array (LPDA) 7 elemen dengan menggunakan
software CST Studio Suite 2015.
 Dalam merancang sebuah antenna LPDA ada beberapa langkah. Langkah pertama
yang harus dilakukan yaitu menentukan frekuensi kerja, dan gain. Pada
perancangan ini digunakan frekuensi kerja sebesar 400 MHz hingga 880 MHz dan
gain sebesar 8 dB. Setelah menentukan frekuensi kerja dan gain, hitunglah untuk
menentukan panjang elemen yang lain dan spasi antar elemen yang diperlukan
untuk mengisi parameter-parameter yang akan dimasukkan ke dalam software
CST yang telah didapatkan dari perhitungan dengan rumus antena LPDA. Setelah
mendapatkan semua nilai parameter dari perhitungan, sesuaikan nilai satuan yang
akan digunakan.
 Dalam perancangan ini digunakan 2 buah boom yang saling berhadapan dan saling
terhubung. Pada tiap boom terdapat 7 buah elemen dipole yang tiap elemen
berbeda-beda panjangnya.
 Dalam perancangan ini boom dan elemen terbuat dari bahan alumunium karena
memiliki sifat penghantar listrik dan panas yang baik bagi antena. Dalam
perancangan ini ukuran boom berbentuk silinder dengan diameter berukuran
sebesar 8 mm, dan diameter elemen dipole dibuat sebesar 1 mm dan jarak antar
boom diatur sebesar 1 mm. Nilai parameter tersebut adalah nilai parameter terbaik
yang ditemukan setelah optimasi beberapa kali.
 Dalam prosesnya, jika diameter boom semakin besar maka akan berpengaruh
terhadap nilai VSWR yang didapatkan yaitu akan semakin besar dan jika diameter
boom semakin kecil maka VSWR yang didapatkan akan semakin kecil.
 Jika diameter elemen semakin besar maka akan berpengaruh terhadap nilai VSWR
yang didapatkan yaitu akan semakin besar dan jika diameter elemen semakin kecil
maka VSWR yang didapatkan akan semakin kecil.
 Jika jarak antar boom semakin jauh maka akan berpengaruh terhadap nilai VSWR
yang didapatkan yaitu akan semakin besar dan jika jarak antar boom semakin
dekat, maka VSWR yang didapatkan akan semakin kecil.
 Jika ukuran panjang elemen semakin panjang maka akan berpengaruh terhadap
nilai VSWR dan besarnya gain, dimana nilai VSWR yang didapatkan akan
semakin besar dan besarnya gain akan semakin besar juga, dan jika ukuran
panjang elemen
semakin pendek maka akan didapatkan nilai VSWR yang semakin besar dan
besarnya gain akan semakin kecil juga.
 Jika spasi antara elemen pertama dengan elemen kedua dibuat semakin dekat
maka akan berpengaruh terhadap nilai VSWR, dimana nilai VSWRnya akan
mudah jatuh di frekuensi kerja dengan nilai VSWR dibawah 2.
 Penempatan port juga berpengaruh terhadap nilai VSWR, jika penempatan port
diletakkan pada elemen terpanjang maka nilai VSWR akan besar. Penempatan
port harus diletakkan pada elemen terpendek, jika port diletakkan pada elemen
terpendek maka nilai VSWR akan baik.
 Jumlah dari elemen akan berpengaruh terhadap besarnya gain dari antenna LPDA,
karena semakin banyak jumlah elemen maka besarnya gain dari antenna tersebut
akan semakin baik.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil perancangan antena LPDA (Low Periodic Dipole Array) yang bekerja pada
frekuensi 400 – 880 MHz sebagai Receiver Gelombang UHF TV, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Antenna LPDA dapat dioperasikan pada sinyal UHF dan VHF serta distimulasikan
menggunakan program CST Studio Suite yang menyediakan kebutuhan antenna
broadband.
2. Parameter antena yang dihitung sesuai rumus belum tentu ukuran terbaik untuk membuat
suatu antena, maka dari itu dapat dilakukan optimasi, baik dilakukan secara otomatis
maupun manual.
3. Diameter boom, diameter elemen, panjang elemen, jarak antar boom, spasi anter elemen
merupakan parameter yang mempengaruhi nilai VSWR dan return loss dari sebuah
antenna LPDA.
4. S-Parameter (Return Loss) yang baik paling minimum bernilai -10 dB sedangkan antenna
yang idela memiliki VSWR = 1.
5. Pola radiasi antenna LPDA adalah Unidirectional, jadi sebisa mungkin untuk
memperkecil minorlobe dan meniadakan sidelobe.
6. Semakin banyak elemen antena, semakin besar pula gain yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA

1. Hermawan, Ilham Setya. (2014). Antena Log Periodik.


http://ilhamsetyahermawan.blogspot.co.id/2012/06/antena-log-periodik.html
2. Wikipedia. Log-periodic antenna https://en.wikipedia.0rg/.../log-periode-antenna
3. Log periodic dipole Array Antenna – Antenna Theory www.antenna-theory.com
4. http://www.radio-electronics.com/info/antennas/log_p/log_periodic.php

Anda mungkin juga menyukai