CST Lpda Firda Dan Abi
CST Lpda Firda Dan Abi
Disusun oleh:
Abidzar Khalid (1316030095)
Firdania Nuri Anandita (1316030031)
TT-3A
Dosen Pembimbing:
Yenniwarti Rafsyam, SST.
MT.
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah antena yang berjudul,
“Perancangan Antena LPDA sebagai Penerima Gelombang Televisi dalam frekuensi 400-880
MHz". Dalam makalah ini kami membahas tentang antena Log Periodik Dipole Array.
Makalah ini kami susun dengan menggabungkan beberapa sumber yang menurut
kami bagus untuk di publikasikan kepada para mahasiswa dan mahasiswi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami meminta pembaca memberi saran atau kritik yang dapat membangun kami
setelah membaca makalah ini. Kritik pembaca sangat kamiharapkan untuk kelanjutan
makalah selanjutnya. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
ABSTRAK
Antena merupakan perangkat yang berfungsi untuk memindahkan energi gelombang elektro
magnetik dari media kabel ke udara atau sebaliknya dari udara ke media kabel. Sebagai
sarana per antara gelombang, antena harus mempunyai sifat yang sesuai dengan impedansi
input kabelnya. Ada banyak jenis antena yang banyak digunakan saat ini, Log Periodik
Dipole Array (LPDA) adalah salah satu dari jenis antena yang ada dan memiliki keunggulan
tersendiri yaitu bentuknya yang sederhana dan dapat bekerja pada frekuensi yang tinggi.
Pembuatan antena LPDA membutuhkan ketelitian perhitungan data daritiap-tiaplengan
dengan menggunakan persamaan-persamaan yang ada. Perancangan antena LPDA akan lebih
mudah jika dilakukan menggunakan computer dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
Pembuatan antena LPDA dapat menggunakan bahan seperti alumunium. Perancangan antena
LPDA ini bekerja pada frekuensi 400 MHz sampai 880 MHz digunakan sebagai penerima
sinyal televisi dengan menggunakan software CST Studio Suite. Gain yang diharapkan
adalah 8 dB serta VSWR antena dibawah 2.0 (< 2.0).
JUDUL
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah 1
1.3. Tujuan 2
1.4. Sistematika Penyusunan 2
BAB II. LANDASAN TEORI 3
2.1. Pengertian Antena 3
2.2. Gelombang Elektromagnetik 3
2.3. Parameter Antena 3
2.4. Antena Log Periodik Dipole Array 3
2.5. Karakteristik Antena Log Periodik 9
2.6. Jenis Antena Log Periodik 9
2.7. Dasar Log Periodik Dipole Array (LPDA) 10
2.8. Fungsi dan Kegunaan Antena Log Periodik 10
2.9. Langkah – Langkah Merancang Antena LPDA 11
BAB III. PERANCANGAN ANTENA 13
3.1. Perhitungan Ukuran-Ukuran Antena LPDA 13
3.2. Simulasi Antena di CST STUDIO SUITE 2014 17
BAB IV. HASIL SIMULASI DAN ANALISA 37
4.1. Hasil Simulasi 37
4.2. Analisa 40
BAB V. KESIMPULAN 42
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
BAB V. KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dari proses dan hasil yang didapatkan dari perancangan
antena yang telah dilakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
4. Front to Back Ratio (FBR) merupakan perbandingan kuat pancaran antena pada
arah depan dan belakang antena.
5. Daya Teradiasi
𝑃𝑟 = 𝐼2 × 𝑅𝑟
Dengan :
I = Arus Antena (A)
Rr = Resistansi Radiasi (Ω)
𝑠−1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝐿𝑜𝑠𝑠 (dB) = 20 log ( )
𝑠+1
Jika daya dari tegangan input dipancarkan semua, maka besar nilai koefisien
refleksi adalah nol. Sebaliknya, jika semua daya dari tegangan input direfleksikan
(dipantulkan), maka besar nilai koefisien refleksi adalah 1.
7. Impedansi input (masukan) didefinisikan sebagai impedansi yang diberikan
kepada rangkaian di luar oleh antena pada suatu titik acuan teretntu. Impedansi
masukan antena harus mendekati nilai impedansi gelombang saluran transmisi
supaya tidak terjadi refleksi. Impedansi antena penting untuk pemindahan daya
dari antena ke penerima. Jiak Return Loss diketahui, impedansi input dinyatakan
dalam persamaan:
Dengan:
Zin = Impedansi Input (Ω)
Rin = Resistansi Input (Ω)
I = Arus Input (A)
V = Tegangan Input (Volt)
8. Voltage Standing Wave Ratio (VSWR) adalah ketidaksesuaian antara beban dan
saluran transmisi pada antenna.
Jika impedansi beban tidak sesuai dengan impedansi saluran, maka sebagian
energi pad gelombang datang akan dipantulkan kembali oleh beban.
Harga VSWR anatra 1 sampai dengan ∞. Bernilai 1 jika tidak ada pantulan di
dalam antena. Jika VSWR dinyatakan dalam desibel disebut standing wave rasio
(SWR).
1 + | 𝑟|
𝑉𝑆𝑊𝑅 =
1 − | 𝑟|
𝑟 = 𝑍𝐿 − 𝑍0
𝑍𝐿 + 𝑍0
Dimana:
ZL = Impedansi Beban (Ω)
Z0 = Impedansi Masukan (Ω)
10. Direktivitas suatu antena didefinisikan sebagai perbandingan antara harga
maksimum intensitas radiasi (Im) dengan intensitas radiasi rata-rata yang
dipancarkan (Iev). Directivity (keterarahan) merupakan suatu karakteristik yang
menggambarkan seberapa besar energi dikonsentrasikan pada arah tertentu.
𝐷 = 𝐼𝑚 𝑃 4𝜋𝑈𝑚𝑎𝑥
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐷 =
𝐼𝑒𝑣 𝑃𝑟𝑒𝑓 𝑃𝑟𝑎𝑑
Dengan :
D = Directivity
P = Daya pada antena yang diukur
Pref = Daya pada antena refrensi
Umax = Intensitas radiasi max
Efisiensi penting bagi antena pemancar, kurang penting bagi antena penerima. Ini
menjelaskan mengapa sebuah kabel dengan sembarang panjang dapat dibuat
menjadi antena penerima yang baik tetapi bukan sebuah antena pemancar yang
baik.
Apabila suatu antena dipakai sebagai antena pemancar, pada umumnya daya yang
diradiasikan sedikit kurang jika dibandingkan dengan daya yang diberikan oleh
transmitter diterminal catunya, hal ini disebabkan adanya faktor efisiensi ( ) pada
setiap antena, yang dinyatakan dengan:
Dengan :
Prad = Daya Radiasi (W)
Pin = Daya Input (W)
Ploss = Daya yang teradiasi ketika resistansi DC muncul
I = Arus Antena (A)
Rr = Tahanan Radiasi (Ω)
Re = Ro = Tahanan Efektif Antena (Ω)
12. Gain antena merupakan perbandingan daya pancar suatu antena terhadap daya
pancar antena referensi. Gain menentukan seberapa besar sebuah antena
memfokuskan energy pancarnya. Gain antena mempunyai hubungan erat dengan
directivity dan faktor efisiensi ini, dimana pada gain efisiensi antena ikut
diperhitungkan. Pada praktisnya besaran gain antena merupakan besaran relatif
terhadap acuan gain antena yang mudah dihitung.
Karena daya yang dipancarkan sama dengan perkalian antara efisiensi dengan
daya yang masuk ke antena, maka hubungan antara gain dan directivity adalah
sebagai berikut:
G = .D
Dimana:
= Efisiensi antena
D = Directivity
13. Suatu range frekuensi dimana antena dapat beroperasi dengan baik dinamakan
Bandwith. Bandwith dinyatakan sebagai pembanding antara frekuensi atas
terhadap frekuensi bawah dalam level yang dapat diterima. Bandwith antena dapat
diukur berdasarkan hubungan antara VSWR terhadap frekuensi atau
menggunakan hubungan gain terhadap frekuensi. Karakteristik gain frekuensi ini
sangat penting karena antena yang tinggi akan memiliki bandwith yang sempit.
𝐵𝑊 = 𝑓ℎ 𝑓ℎ −
𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵𝑊 = 𝑓𝑙 × 100%
𝑓𝑙
𝑓𝑐
𝑓ℎ + 𝑓𝑙
𝑓𝑐 =
2
Dengan :
fh = Frekuensi Tinggi (Hz)
fl = Frekuensi Rendah
(Hz) fc = Frekuensi Kerja
(Hz)
14. Tahanan Radiasi Antena
Tahanan Radiasi adalah tahanan fiktif yang mendisipasikan daya yang akan
diradiasikan jika antena tersebut dialiri gelombang elektromagnetik. Ro atau
tahanan sebenarnya akan menghasilkan kerugian (losses) berupa panas dan
diharapkan bernilai sekecil mungkin. Sedangkan tahanan radiasi Rr akan
menimbulkan disipasi berupa radiasi dan diusahakan mempunyai nilai sebesar-
besarnya.
Antena dengan L = ½ λ mempunyai nilai Ro <<< Rr, yang berarti hampir seluruh
energi dipancarkan atau antena dengan l = ½ λ merupakan radiator yang baik.
Distribusi arus akan maksimum pada titik tengah antena (titik catu) dan
minimum pada bagian ujung-ujung antena.
Sedangkan distribusi tegangan pada antena akan maksimum pada kedua ujung
antena dan minimum pada titik tengah atau catuan antena.
Jadi dapat dibayangkan bahwa antena mempunyai impedansi Z yang semakin
maksimun pada kedua ujungnya dan minimum pada bagian tengah antena.
2.4. Antena Log Periodik
Dalam telekomunikasi, antena log-periodik (LP, juga dikenal sebagai log-periodik
array atau log periodik balok antena/udara) adalah broadband, multi-elemen,
unidirectional. beamwidth antena yang memiliki impedansi dan radiasi karakteristik
yang secara teratur berulang-ulang sebagai fungsi logaritma dari frekuensi eksitasi.
Salah satu komponen dipole, seperti log-periodik dipole array (LPDA). Log-periodik
antena dirancang untuk menjadi diri yang sama dan juga fractal antena array. Antena
log periodik diciptakan oleh Dwight E. Isbell, Raymond Duhamel dan varian oleh
Paul Mayes. University of Illinois di Urbana-Champaign telah dipatenkan Isbell dan
Mayes- Carrel antena dan berlisensi desain sebagai sebuah paket eksklusif untuk
elektronik JFD di New York. Tuntutan hukum mengenai paten antena yang hilang UI
Foundation, berkembang menjadi doktrin Blonder-Lidah. Preseden ini mengatur
litigasi paten. Merupakan hal yang normal untuk mendorong elemen bergantian
dengan 180 ° (π radian) pergeseran fasa dari satu sama lain. Hal ini biasanya
dilakukan dengan menghubungkan elemen-elemen individu untuk kabel saluran
transmisi seimbang.Panjang dan jarak dari elemen antena log-periodik meningkatkan
logaritmis dari satu ujung ke ujung. Sebuah plot impedansi masukan sebagai fungsi
dari logaritma dari frekuensi eksitasi menunjukkan variasi periodik. Desain antena ini
digunakan di berbagai frekuensi. Hal ini kadang-kadang digunakan untuk antena
televisi (VHF atau UHF).
𝘢 adalah sudut yang dibentuk dari perpanjangan garis yang menyinggung masing-
masing ujung tiap elemen.
1−𝑐
𝘢 = 2 tan−1( )
4𝜎
d. Menghitung nilai 𝘢
𝘢 adalah sudut yang dibentuk dari perpanjangan garis yang menyinggung masing-
masing ujung tiap elemen.
1−𝑐
𝘢 = 2 tan−1( )
4𝜎
−1 1−0,865
𝘢 = 2 tan ( )
4×0,16
−1 0,135
𝘢 = 2 tan ( )
0,64
𝘢 = 23.82°
e. Menentukan ukuran panjang dari setiap elemen
1) Menentukan ukuran dipole LPDA terpanjang berdasarkan frekuensi lower (𝑓𝐿)
dengan : 𝑳𝑳 = 𝟎. 𝟓 × 𝝀𝑳
𝜆𝐿 3×108𝑚/𝑠
=
𝑐
= 400×106𝐻𝑧
= 0.75 𝑚 = 750 𝑚𝑚
𝑓𝐿
𝜆𝑈 = 𝑐 3 × 108𝑚/𝑠
=
𝑓𝑈 880 × 106𝐻𝑧 = 0.340 𝑚 = 340 𝑚𝑚
512 mm
324 mm
280 mm
242 mm
209 mm
375 mm
180 mm
155 mm
57mm
66 mm
77mm
89 mm
120 mm 108 mm
2. Memilih MW & RF & OPTICAL, kemudian pilih Antenas, seperti Gambar 3.4.
8. Muncul tampilan Workspace dalam 3 dimensi pada layar. Untuk memulai simulasi
dapat mengatur titik koordinatnya pada menu Modelling, dengan fitur WCS lalu
pilih Local WCS, seperti Gambar 3.10.
10. Membuat Boom pertama. Pada menu Modelling, pilih icon Cylinder kemudian
menekan esc pada keyboard untuk memunculkan Dialog Box Cylinder, memilih
orientasi menjadi V, Outer Radius diisi RB dan Inner Radius diisi RB/2 , Vmin
diisi dengan -PB, dan memilih material menjadi Aluminum, seperti Gambar 3.12.
12. Menggeser WCS dengan Transform WCS. Pilih move, dan mengisi DV dengan -
RL, seperti gambar 3.14.
14. Memberikan spasi antara L1 dengan L2. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar –(2*RB), dan DV sebesar -d1,
seperti Gambar 3.16.
16. Memberikan spasi antara L2 dengan L3. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar 2*RB, dan DV sebesar –d2, seperti
Gambar 3.18.
18. Memberikan spasi antara L3 dengan L4. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar –(2*RB), dan DV sebesar –d3,
seperti Gambar 3.20.
20. Memberikan spasi antara L4 dengan L5. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar RB*2, dan DV sebesar –d4, seperti
Gambar 3.22.
22. Memberikan spasi antara L5 dengan L6. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar –(2*RB), dan DV sebesar –d5,
seperti Gambar 3.24.
24. Memberikan spasi antara L6 dengan L7. WCS harus dipindahkan dengan memilih
menu Transform WCS lalu mengisi DU sebesar RB*2, dan DV sebesar –d6, seperti
Gambar 3.26.
26. Menggabungkan semua elemen dengan Boom 1. Tekan ctrl pada keyboard,
kemudian klik Boom 1 sampai L7 kemudian pilih menu add pada Boolean, seperti
Gambar 3.28.
28. Menggeser WCS ke tengah Boom1 menggunakan menu Transform WCS, seperti
Gambar 3.30.
30. Mengubah nama Boom yang telah digandakan menjadi Boom 2. Klik kanan pada
nama komponen, kemudian pilih Rename, seperti Gambar 3.32.
32. Memindahkan WCS untuk membuat Port. Melihat bentuk antena dari posisi
bawah, dengan memilih Bottom pada menu Perspective, kemudian memindahkan
WCS ke posisi seperti Gambar 3.34. menggunakan Transform WCS.
34. Mengatur Range Frekuensi yang akan digunakan. Memilih menu Frequency pada
Simulation, kemudian mengisi Frekuensi sesuai dengan perhitungan, seperti
Gambar 3.37.
36. Memulai Simulasi. Setelah selesai merancang bentuk antena, maka dapat dilakukan
simulasi. Pilih Setup Solver dan Start, seperti Gambar 3.39.
38. Melihat S-Parameter dan VSWR dari antena yang telah dibuat dengan memilih
menu pada sebelah kiri
Dari hasil perancangan antena LPDA (Low Periodic Dipole Array) yang bekerja pada
frekuensi 400 – 880 MHz sebagai Receiver Gelombang UHF TV, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Antenna LPDA dapat dioperasikan pada sinyal UHF dan VHF serta distimulasikan
menggunakan program CST Studio Suite yang menyediakan kebutuhan antenna
broadband.
2. Parameter antena yang dihitung sesuai rumus belum tentu ukuran terbaik untuk membuat
suatu antena, maka dari itu dapat dilakukan optimasi, baik dilakukan secara otomatis
maupun manual.
3. Diameter boom, diameter elemen, panjang elemen, jarak antar boom, spasi anter elemen
merupakan parameter yang mempengaruhi nilai VSWR dan return loss dari sebuah
antenna LPDA.
4. S-Parameter (Return Loss) yang baik paling minimum bernilai -10 dB sedangkan antenna
yang idela memiliki VSWR = 1.
5. Pola radiasi antenna LPDA adalah Unidirectional, jadi sebisa mungkin untuk
memperkecil minorlobe dan meniadakan sidelobe.
6. Semakin banyak elemen antena, semakin besar pula gain yang dihasilkan
DAFTAR PUSTAKA