Anda di halaman 1dari 17

PENERAPAN MODEL ALTMAN Z-SCORE DALAM MENGUKUR

POTENSI KEBANGKRUTAN
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN BUMN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2014 & 2015)

Rofinus Leki
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pancasetia Banjarmasin
Jl. Ahmad Yani Km 5,5 Banjarmasin, Kalimantan Selatan
e-mail: yohanrl976@gmail.com

Abstrak: Perbankan merupakan lembaga yang dapat dipergunakan sebagai tempat


sumber dana, penyimpanan dana dan mitra bagi perusahaan yang go public.
Penelitian ini dengan menggunakan model Altman Z-Score non manufaktur ingin
mengungkapkan prediksi potensi kebangkrutan perusahaan perbankan BUMN
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 sampai tahun 2015, dan rasio
apa saja yang membuat Perusahaan Perbankan BUMN dikategorikan sehat atau
berpotensi bangkrut. Populasi dalam penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan
BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel dalam
penelitian ini sama dengan populasi yakni seluruh Perusahaan Perbankan BUMN
yang terdaftar di bursa Indonesia tahun 2014 dan tahun 2015. Analisis dilakukan
dengan Altman Z-Score. Hasil analisis deteksi potensi kebangkrutan dengan
menggunakan formula Altman Z Score non manufaktur, memprediksi potensi
kebangkrutan pada perusahaan perbankan BUMN tahun 2014 sampai 2015, ada
pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.

Kata Kunci : perbankan, Altman Z-Score, potensi kebangkrutan

Latar Belakang Masalah Jenis-jenis Perbankan di Indonesia


Bank sebagai lembaga intermediasi diatur dalam Pasal 5 UU No. 7 Tahun
keuangan umumnya, didirikan dengan 1992.Dalam Pasal 5 ayat (1), berbunyi:Bank
kewenangan untuk menerima simpanan uang, Umum, adalah bank yang dapat memberikan
meminjamkan uang, dan menerbitkan promes jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran.Bank
atau yang dikenal sebagai banknote. Kata Perkreditan Rakyat, adalah bank yang
bank berasal dari bahasa Italia banca berarti menerima simpanan dalam bentuk deposito
tempat penukaran uang. Perbankan berjangka dan bentuk lainnya yang
merupakan lembaga yang dapat dipersamakan dengan itu.Perbankan di
dipergunakan sebagai tempat sumber dana, Indonesia apabila ditinjau dari segi
penyimpanan dana dan mitra bagi perusahaan kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank
yang go public. Menurut Undang-Undang milik pemerintah, bank milik swasta
Perbankan No 10 Tahun 1998, perbankan nasional, dan bank milik swasta asing. Bank
adalah segala sesuatu yang menyangkut pemerintah adalah bank di mana baik akta
tentang bank, mencakup kelembagaan, pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
kegiatan usaha serta cara dan proses dalam pemerintah, sehingga seluruh keuntungan
melaksanakan kegiatan usahanya. Masih bank dimiliki oleh pemerintah pula.
dalam UU No 10 Tahun 1998, bank adalah Contohnya Bank Rakyat Indonesia (BRI),
badan usaha yang menghimpun dana dari Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik
masyarakat dalam bentuk simpanan dan pemerintah daerah yang terdapat di daerah
menyalurkannya kepada masyarakat dalam tingkat I dan tingkat II masing-masing
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya provinsi. Contoh Bank DKI, Bank Jateng,
dalam rangka meningkatkan taraf hidup dan sebagainya. Di Indonesia sendiri bank
orang banyak. milik pemerintah yang sudah go public ada

84
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 85

empat perbankan yaitu BANK NEGARA berdasarkan rasio CAMEL (Capital, Asset
INDONESIA (PERSERO) TBK PT, BANK Quality, Management, Earning, Liquidity)
RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK Selain menggunkan Peraturan Bank
PT, BANK TABUNGAN NEGARA Indonesia (PBI) Nomor 13/1/PBI/2011
(PERSERO) TBK PT, BANK MANDIRI tanggal 5 Januari 2011, untuk mengetahui
(PERSERO) TBK PT. tingkat kesehatan bank juga dapat dilakukan
Perbankan milik pemerintah di juga dengan menggunakan metode multiple
Indonesia juga memiliki penaran dan fungsi discriminan analysis (MDA) yang antara lain
yang sangat berpengaruh terhadap dikemukakan oleh Altman (1968).
perekonomian Indonesia. Karena Perbankan Dalam metode Multiple Discriminant
di Indonesia memiliki fungsi sebagai Analysis (MDA), Altman menggunakan
penghimpun dana. Untuk menjalankan menggunakan empat jenis ratio keuangan
fungsinya sebagai penghimpun dana maka untuk menilai kesehatan keuangan
bank memiliki beberapa sumber yang secara perusahaan non manufaktur, keempat ratio
garis besar ada tiga sumber yaitu Dana yang tersebut adalah, working capital to total
bersumber dari bank sendiri yang berupa asset, retained earning to total asset, earning
setoran modal waktu pendirian. Dana yang before interest and taxes to total asset, market
berasal dari masyarakat luas yang value of equity to book value of total debts.
dikumpulkan melalui usaha perbankan Rasio-rasio tersebut merupakan rasio yang
seperti usaha simpanan giro, deposito dan dapat mendeteksi kondisi keuangan
tabanas. Dana yang bersumber dari Lembaga perusahaan yang berkaitan dengan likuiditas,
Keuangan yang diperoleh dari pinjaman dana profitabilitas dan aktivitas perusahaan.
yang berupa Kredit Likuiditas dan Call Dengan adanya kombinasi rasio-rasio
Money (dana yang sewaktu-waktu dapat tersebut model Altman Z-Score akan sangat
ditarik oleh bank yang meminjam) dan membantu manajemen dalam memprediksi
memenuhi persyaratan. potensi kebangkrutan yang mungkin akan
Mengingat pentingnya sector perbankan dialami oleh perusahaan.
dalam perekonomian, informasi mengenai Penelitian ini dengan menggunakan
kejadian atau peristiwa ekonomi yang model Altman Z-Score non manufaktur ingin
berkaitan dengan kondisi sector perbankan di mengungkapkan prediksi potensi
Indonesia sangat perlu diketahui, khususnya kebangkrutan perusahaan perbankan BUMN
mengenai informasi potensi kebangkrutan. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
Dengan adanya informasi tersebut akan 2014 sampai tahun 2015, dan rasio apa saja
membantu banyak pihak yang yang membuat Perusahaan Perbankan
berkepentingan untuk mengevaluasi dan BUMN dikategorikan sehat atau berpotensi
memperbaiki kinerja perusahaan perbankan bangkrut.
tersebut serta mengambil tindakan yang perlu
dilakukan berkaitan dengan hal tersebut. Studi Literatur
Dasar hukum untuk penilaian Menurut Hery (2012) Laporan
kesehatan bank umum adalah Peraturan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari
Bank Indonesia (PBI) Nomor 13/1/PBI/2011 proses akuntansi yang dapat digunakan
tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
Tingkat Kesehatan Bank Umum. PBI keuanangan atau aktivitas perusahaan kepada
tersebut menggantikan PBI sebelumnya pihak-pihak yang berkepentingan.
Nomor No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (2011:5) Laporan Keuangan merupakan
yang telah berlaku selama hampir tujuh suatu penyajian terstruktur dari posisi
tahun. Petunjuk teknis pelaksanaanya keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
mengacu ke Surat Edaran Bank Indonesia Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari
No.13/ 24 /DPNP tanggal 25 Oktober komponen-komponen berikut ini:
2011.Untuk melihat indeks kesehatan bank - Laporan posisi keuangan pada akhir
periode
86 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

- Laporan laba rugi komprehensif selama Menurut Rizki (2014) Kebangkrutan


periode merupakan kegagalan perusahaan dalam
- Laporan perubahan ekuitas selama periode menjalankan operasi perusahaan untuk
- Laporan arus kas selama periode menghasilkan laba. Managemen cukup sering
- Catatan atas laporan keuangan mengalami kegagalan dalam membesarkan
perusahaan, akibatnya prospek perusahaan
Sedangkan Menurut Zaki Baridwan tidak terlihat jelas. Perusahaan menjadi tidak
(2010 :17) Laporan keuangan merupakan: sehat. Bahkan berkelanjutan mengalami
”Ringkasan dari suatu proses pencatatan , krisis yang berkepanjangan akhirnya akan
merupakan suatu ringkasan – ringkasan dari mengarah pada kebangkrutan. Kebangkrutan
transaksi keuangan yang terjadi tahun buku biasanya diartikan sebagai kegagalan
yang bersangkutan” perusahaan dalam menjalankan oprerasi
Dari definisi-definisi di atas, dapat perusahaan untuk menghasikan laba.
diketahui bahwa laporan keuangan adalah Analisis kebangkrutan usaha sangat
laporan yang menyajikan informasi yang membantu pembuat keputusan untuk
akan digunakan oleh pihak-pihak yang menentukan sikap terhadap perusahaan yang
berkepentingan mengenai posisi keuangan mengalami kebangkrutan usaha tersebut.
dan kinerja perusahaan yang merupakan hasil Secara umum faktor-faktor penyebab
dari proses akuntansi selama periode kebangkrutan terdapat pada faktor ekonomi,
akuntansi dari suatu entitas. keuangan, pengalaman, bencana dan
Laporan keuangan bertujuan untuk kecurangan. Sedangkan faktor-faktor
menyediakan informasi yang menyangkut penyebab kebangkrutan dapat dibagi menjadi
posisi keuangan, kinerja, serta perubahan tiga yaitu:
posisi keuangan suatu perusahaan yang 1. Faktor Umum
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai Sektor ekonomi, berasal dari gejala inflasi
dalam pengambilan keputusan ekonomi dan deflasi dalam harga barang dan jasa,
(Baridwan 2010 : 3). kebijakan keuangan, suku bungs dan
Analisa laporan keuangan penting devaluasi atau revaluasi dengan mata uang
dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan asing.
kelemahan suatu perusahaan. Informasi ini a. Sektor sosial, dimana yang sangat
diperlukan untuk mengevaluasi kinerja yang berpengaruh adalah adanya perubahan
dicapai manajemen perusahaan di masa yang gaya hidup masyarakat yang
lalu, dan juga untuk bahan pertimbangan mempengaruhi permintaan terhadap
dalam menyusun rencana perusahaan produk atau jasa ataupun yang
kedepan. Salah satu cara memperoleh berhubungan dengan karyawan.
informasi yang bermanfaat dari laporan b. Sektor tekhnologi, dimana pengguna
keuangan perusahaan adalah dengan teknologi memerlukan biaya yang
melakukan analisis rasio keuangan (Sudana ditanggung perushaan terutama untuk
2011:20). pemelihraan dan implementasi
Analisis Raditya (rasio keuangan yang c. Sektor pemerintah, dimana kebijakan
dihasilkan oleh akuntansi keuangan pemerintah terhadap pencabutan
bermanfaat untuk melakukan klasifikasi atau subsidi pada perusahaan dan industri,
prediksi terhadap kebangkrutan. Analisis penggunaan tarif ekspor dan impor
kebangkrutan ini dilakukan untuk barang berubah, kebijakan undang-
memperoleh peringatan awal kebangkrutan undang baru bagi perbankan atau
(tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin tenaga kerja dan lain-lain.
awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut
ditemukan, semakin baik bagi pihak 2. Faktor Eksternal
manajemen, karena dapat melakukan a. Sektor pelanggan atau nasabah.,
perbaikan sejak awal (Hanafi, 2003 : 263 dimana untuk menghindari kehilangan
dalam Jurnal akuntansi Yoseph tahun 2011). nasabah, bang harus melakukan
identifikasi terhadap sifat konsumen
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 87

atau nasabah, dan juga menciptakan 2. Indikator Internal


peluang untuk mendapatkan nasabah Sinyal kegagalan yang dapat ditemukan
baru. pada variable internal dapat dijumpai pada
b. Sektor kreditor, dimana kekuatannya setiap tahapan daur kehidupan organisasi,
terletak pada pemberiaan pinjaman dan awal pertumbuhan, pertengahan dan
menetapkan jangka waktu kedewasaan. Untuk disebut sebagai
pengembalian hutang piutang yang perusahaan yang sakit, manajement tidak
tergntung pada kepercayaan kreditor perlu menunggu munculnya semua
terhadap kelikuiditan suatu bank. indikator. Adanya beberapa indikator
c. Sektor pesaing, dimana merupakan hal sudah cukup menjadi tanda tidak sehatnya
yang harus diperhatikan karena suatu perusahaa/n.
menyangkut perbedaan pemberian 3. Indikator Kombinasi
pelayanan kepada nasabah. Seringkali perusahaan sakit diseabkan
oleh interaksi atau kombinsi antara
3. Faktor Internal Perusahaan ancaman yang datang dari lingkungan
Terlalu besarnya kredit yang diberikan bisnis dan kelemahan yang berasal dari
kepada nasabah sehingga menyebabkan variable internal yang mengakibatkan
adanya penunggakan dalam pembayaran, perusahaan berkemungkinan mengalami
dan sampai akhirnya tidak dapat kebangkrutan.
membayar. Manajement yang tidak
efisien, disebabkan karena kurang adanya Menurut Kasmir (2011 : 4) Bank
kemampuan, pengalaman, ketermpilan, merupakan perusahaan keuangan yang
sikap adaptif dan inisiatif dari manajemen. bergerak dalam memberikan layanan
Penyalahgunaan wewenang dan keuangan yang mengandalkan kepercayaan
kecurangan-kecurangan yang sering dari masyarakat dalam mengelola dananya.
dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer Bank merupakan tempat perusahaan
puncak sekalipun sangat merugikan menyimpan uang atau menitipkan uangnya
apalagi yang berhubungan dengan dalam bentuk simpanan. Undang-Undang
keuangan perusahaan. Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998
tentang ”Perbankan” menyebutkan bank
Indikator atau tanda-tanda pada adalah badan usaha yang menghimpun dana
perusahaan yang akan mengalami dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
kebangkrutan dari sisi menajerial dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
operasional sebagai berikut: bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya
1. Indikator dari lingkungan bisnis. dalam rangka meningkatkan taraf hidup
Pertumbuhan ekonomi dan aktifitas rakyat banyak.
ekonomi pembentuknya memberikan Dari pengertian di atas dapat dijelaskan
indikasi bagi manajemen dalam secara lebih luas bahwa bank merupakan
melakukan pengambilan keputusan perusahaan yang bergerak dalam bidang
ekspansi usaha. Pertumbuhan ekonomi keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu
yang rendah menjadi indikator yang berkaitan dalam bidang keuangan.
cukup penting pada lemahnya peluang 1. Penilaian Kesehatan Bank
bisnis. Tersedianya kredit dan aktifitas Berdasarkan Undang-undang Nomor 10
pasar modal dapat digunakan sebagai tahun 1998 tentang Perbankan atas
indikator mudah atau sulitnya, mahal atau Undang-undang Nomor 7 tahun 1992
murahnya dana yang diperlukan. tentang Perbankan, Bank wajib
Meningkatnya populasi bisnis dapat memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
digunakan sebagai indikator dengan ketentuan kecukupan modal,
meningkatnya persaingan dan semakin kualitas aset, kualitas manajemen,
berkurangnnya laba potensi yang likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
dijanjikan karena adanya perubahan aspek lain yang berhubungan dengan
struktur pasar. usaha bank, dan wajib melakukan
88 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

kegiatan usaha sesuai dengan prinsip


kehati-hatian. Dasar hukum penilaian Bila Z > 2,9 = zona “aman”
kesehatan bank tertera pada Peraturan Bila 1,22 < Z < 2,9 = zona “abu-abu”
Bank Indonesia (PBI) Nomor Bila Z < 1,22 = zona “distress”
13/1/PB/2011 tanggal 5 Januari 2011
tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum. Keterangan:
Indikator penilai tingkat kesehatan bank X1 = Working Capital to Total Asset
tersebut tertera pada Surat Edaran Bank X2 = Retained Earning to Total Assets
Indonesia Nomor 13/24/DPNP Tanggal 25 X3 = Earning Before Interest and Taxes
Oktober 2011. Penilaian tingkat kesehatan (EBIT) to Total Assets
bank menggunakan struktur atau X4 = Market Value of Equity to Book
komponen CAMELS (Capital, Asset Value of Total Liabilities
Quality, Management, Earning Power,
Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk). Ratio-ratio Altman sebagaimana
Penilaian bank tersebut tertuang dalam digunakan dalam penelitian ini adalah :
Peraturan Bank Indonesia Nomor 1. Working Capital Assets/Total Assets
6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 serta (X1)
Surat Edaran bank Indonesia Merupakan rasio yang mendeteksi
No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 likuiditas dalam mengukur kemampuan
perusahaan unutk memenuhi kewajiban
2. Metode Risk Based Bank Rating jangka pendeknya dari total aktiva dan
Menurut Amelia Suciati (2012) Dalam posisi modal kerja. Dimana modal
kamus Perbankan (Institut Bankir kerja (working capital) diperoleh dari
Indonesia), edisi kedua tahun 1999: selisih antara aktiva lancar dengan
CAMELS (Capital, Asset Quality, utang lancar. Jika dikaitkan dengan
Management, Earning Powers, Liquidity, indikator-indikator kebangkrutan
dan Sensivity to Risk) adalah aspek yang seperti yang disebutkan diatas, maka
paling banyak berpengaruh terhadap indikator yang dapat digunakan untuk
kondisi keuangan bank, yang mendeteksi adanya masalah pada
mempengaruhi pula tingkat kesehatan tingkat likuiditas perusahaan adalah
bank, CAMELS merupakan tolok yang indikator-indikator internal seperti
menjadi obyek pemeriksaan bank yang ketidakcukupan kas, utang dagang
dilakukan oleh pengawas bank. CAMELS membengkak, utilisasi modal (harta
terdiri atas lima criteria yaitu modal, kekayaan) menurun, penambahan utang
aktiva, manajemen, pendapatan dan yang tidak terkendali dan beberapa
likuiditas. indikator lainnya.

3. Model Prediksi Kebangkrutan Altman Z-


Score non manufaktur
Menurut Abu Kholid (2012) Z-Score
adalah skor yang ditentukan dari hitungan 2. Retained Earning/Total Assets (X2)
standar kali nisbah-nisbah keuangan yang Rasio ini merupakan rasio profitabilitas
menunjukkan tingkat kemungkinan yang mendeteksi atau mengukur
kebangkrutan perusahaan. Formula kemampuan perusahaan dalam
Altman Z-Score untuk memprediksi menghasilkan keuntungan dalam
kebangkrutan dari perusahaan non periode tertentu. Ditinjau dari
manufaktur seperti perbankan adalah kemampuan perusahaan yang
sebagai berikut : bersangkutan dalam memproleh laba
dibandingkan dengan kecepatan
Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4 perputaran operating assets sebagai
ukuran efisiensi usaha. Manajemen
Dengan zona diskriminan sebagai berikut: bank sangat berkepentingan untuk
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 89

dapat melihat rasio ini, karena dari bank lain, efek, kewajiban
sekaligus akan terlihat tingkat efisiensi deriveratif dan akseptasi, hutang pajak.
usaha dan kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba dari hasil
penjualannya.

Keempat rasio inilah yang akan digunakan


untuk menganalisis laporan keuangan
sebuah perusahaan untuk kemudian
3. Earning Before Interest and mendeteksi kemungkinan terjadinya
Taxes/Total Assets (X3) kebangkrutan pada perusahaan tersebut.
Rasio ini mengukur kemampuan Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio
perusahaan dalam memperoleh laba yang digunakan dalam metode Altman ini
dari aktiva yang digunakan atau untuk dapat dikategorikan dalam tiga kelompok
mengukur kemampuan dari modal yang besar yaitu: Rasio Likuiditas terdapat pada
diinvestasikan dalam keseluruhan X1, Rasio Profitabilitas terdapat pada X2
aktiva untuk memperoleh keuntungan dan X3, sedangkan Rasio Aktivitas
bagi semua investor termasuk terdapat pada X4.
pemegang saham dan obligasi.
Beberapa indikator yang dapat Terdapat beberapa penelitian terdahulu
digunakan dalam mendeteksi adanya yang menjadi fondasi dari dilakukannya
masalah pada kemampuan profitabilitas penelitian ini. Yoseph, ”Analisis
perusahaan diantaranya adalah piutang Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score
dagang meningkat, rugi terus menerus Altman, Springgate dan Zmijewski Pada
dalam beberapa kwartal, persediaan Perusahaan PT Indofood Sukses Makmur
meningkat, penjualan menurun, Tbk Periode 2005-2009” Tahun 2011.
terlambatnya hasil penagihan piutang, perusahaan kurang dapat memanfaatkan aset-
kredibilitas perusahaan berkurang serta aset dan ekuitas yang dimilikinya sehingga
kesediaan memberi kredit pada perusahaan tersebut kurang efektif.
konsumen yang tak dapat membayar Perusahaan harus dapat lebih mengontrol
pada waktu yang ditetapkan. akan kewajibannya agar tidak terjadi
peurunan pada nilai variabel kebangkrutan,
penurunan pada veriabel-veriabel
kebangkrutan yang terjadi pada periode
2007-2008 dikarenakan peningkaran
4. Market Value Of Equity/Book Value Of kewajiban yang tidak diiringi dengan
Total Debt (X4) peningkatan pada kinerja keuangan.
Rasio ini merupakan rasio yang Rismawaty, ”Analisis Perbandingan
mengukur aktivitas perusahaan. Sering Model Prediksi Financial Distress Altman,
juga digunakan dalam bentuk Net Springate, ohlson dan Zmijewsi (Studi
Worth/TotalDebt. Rasio ini mengukur Empiris pada perusahaan Manufaktur yang
kemampuan perusahaan dalam ada di Bursa Efek Indonesia)” Tahun 2011.
memberikanjaminan kepada setiap Memilih sampel secara matched-paired
utangnya melalui modalnya sendiri. seluruh sampel berjumlah 48 perusahaan,
Untuk mendapatkan Market Value Of terdiri dari 24 perusahaan yang mengalami
Equity dapat diketahui dengan financial distress dan 24 yang tidak
mengalikan jumlah lembar saham yang mengalami financial distress. Model
beredar dengan harga saham (Close). Zmijewski adalah model yang paling sesuai
Current liabilities di perbankan yang diterapkan untuk perusahaan manufaktur di
digunakan terdiri dari kewajiban Indonesia, karena tingkat keakuratannya
segera, simpanan nasabah, simpanan paling tinggi dibandingkan model prediksi
lainnya. Setelah dilakukan prediksi terhadap
90 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

18 perusahaan diluar sampel menggunakan dan tahun 2015. Perusahaan Perbankan


model Zmijewski, diketahui bahwa ada 5 BUMN dimaksud adalah sebagai berikut :
perusahaan yang diprediksi akan mengalami  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
financial distress di masa depan, yaitu PT  PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Alam Karya Unggul Tbk, PT Gajah Tunggal  PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk
Tbk, PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia  PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
Tbk, PT Apac Citra Centertex Tbk, dan PT
Primarindo Asia Infrastructure Tbk Sedangakan teknik analisa dan Pengolahan
Siregar, “Penilaian Tingkat Data dengan menggunakan metode Altman Z
Kebangkrutan Perusahaan Dengan Metode – Score Untuk Non Manufaktur, dengan
Altman Z-Score pada Perusahaan Konstruksi formuasi sebagai berikut :
Bangunan Yang Ada Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2007-2009” Tahun 2011. Z-Score = 6,56WC/TA + 3,26RE/TA +
Penilaian terhadap 6 (enam) perusahaan 6,72EBIT/TA+ 1,05MVE/BVD
kontruksi bangunan dengan menggunakan
model Altman menunjukkan 16.66 % atau 1
perusahaan dikategori bangkrut pada tahun Keterangan:
2007,2008 dan 2009. Sedangkan yang masuk WC : Working Capital
kategori rawan bangkrut sebanyak 66.66 % TA : Total Assets
atau 4 perusahaan pada tahun 2007,2008 dan RE : Retained Earning
2009, serta 16.66% atau 1 perusahaan pada EBIT : Earning Before Interst and Taxes
tahun 2007,2008 dan 2009 dikategori MVE : Market Value Equity
perusahaan tidak bangkrut. Laporan BVD : Book Value of Total Dept
keuangan perusahaan dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kemungkinan Dari hasil analisa dengan model
kebangkrutan perusahaan yang bersangkutan Altman akan diperoleh nilai Z-Score yang
dengan menggunakan model Altman pada akan menjelaskan kondisi perusahaan yang
perusahaan kontruksi bangunan di Bursa dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu :
Efek Indonesia tahun 2007, 2008 dan 2009.  Apabila nilai Z-Score diatas 2,90 (Z-Score
> 2,90) diklasifikasikan sebagai
Metode Penelitian perusahaan yang sehat
Jenis data yang digunakan adalah data  Apabila nilai Z-Score antara 1,20 sampai
kuantitatif, yang berbentuk laporan 2,90 (1,20 < Z-Score < 2,90) perusahaan
keuangan perusahaan Perbankan selama berada dalam daerah kelabu (grey area)
tahun 2014 sampai dengan 2015. Sedangakan  Apabila nilai Z-Score dibawah 1,20 (Z-
sumber data diperoleh dari Bursa Efek Score < 1,20) diklasifikasikan sebagai
Indonesia (Idx), yakni Laporan keuangan dan perusahaan yang berpotensi bangkrut.
informasi pendukung lainnya dari 4
perusahaan Perbankan BUMN yang sudah Ratio yang digunakan adalah :
dipublikasikan di Bursa, dapat diakses 1. Working Capital / Total Assets (X1)
melalui webside BEI www.idx.co.id. Merupakan rasio yang mendeteksi
Sedangkan teknik pengumpulan data dengan likuiditas yang mengukur yang
metode dokumentasi, yakni dengan mencari kemampuan perusahaan dalam memenuhi
data mengenai variabel yang berupa laporan kewajiban jangka pendeknya dari total
keuangan serta buku-buku yang menunjang aktiva dan posisi modal kerja. Working
penelitian. capital disini merupakan total ekuitas. dan
Populasi dalam penelitian ini adalah current liabilities disini terdiri dari
Perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar demand deposit, time deposit, dan saving
di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan sampel deposit.Sedangkan total assest adalah
dalam penelitian ini sama dengan populasi semua assets yang ada di dalam
yakni seluruh Perusahaan Perbankan BUMN perusahaan tersebut.
yang terdaftar di bursa Indonesia tahun 2014 2. Retained Earning / Total Assets (X2)
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 91

Rasio ini merupakan rasio profitabilitas Hasil Penelitian dan Pembahasan


yang mendeteksi atau mengukur Penelitian ini dilakukan pada empat
kemampuan perusahaan dalam perusahaan BUMN Perbankan yang terdaftar
menghasilkan keuntungan dalam periode di Bursa Efek Indonesia, dengan
tertentu. Retained earning adalah laba menggunakan data primer (laporan keuangan
ditahan dan total assest adalah semua dan informasi pendukung lainnya) tahun
assets yang ada di dalam perusahaan 2014 dan tahun 2015. Dengan menggunakan
tersebut. model Altman Z-Score data dan informasi
3. Earrning Before Interest and Tax / Total pendukung lainnya tersebut dapat diolah
Assets (X3) untuk mengetaui kecenderungan kesehatan
Rasio ini mengukur kemampuan keuangan masing-masing ke empat
perusahaan dalam memperoleh laba dari perusahaan perbankan tersebut, membaik
aktiva yang digunakan atau untuk atau cenderung memburuk pada saat itu.
mengukur kemampuan dari modal yang Adapun nama ke empat perusahaan tersebut
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
untuk memperoleh keuntungan bagi Tbk, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero)
semua investor termasuk pemegang saham Tbk, PT. Bank Tabungan Negara (Persero)
dano bligasi. EBIT (Earning Before Tbk, dan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Interest and Tax) adalah operating income
yang diperoleh perusahaan tersebut. Berikut merupakan rincian perhitungan
Sedangkan total assest adalah semua dari rasio Altman Z-Score pada Perusahaan
assets yang ada di dalam perusahaan Perbankan BUMN yang terdaftar di Bursa
tersebut. Efek Indonesia tahun 2014 dan tahun 2015 :
4. Market Value of Equity / Book Value of 1. Working Capital Assets toTotal Assets
Debt (X4) (X1)
Rasio ini mengukur kemampuan Merupakan rasio yang mendeteksi
perusahaan dalam memberikan jaminan likuiditas yang mengukur kemampuan
kepada setiap utangnya melalui modalnya perusahaan dalam memenuhi kewajiban
sendiri. Market Value of Equity disini lancar atau jangka pendeknya dari total
adalah closing price tahunan dikali dengan aktiva dan posisi modal kerja. Dimana
total share tahunan dan Book Value of modal kerja (working capital) diperoleh
Total Debt adalah keseluruhan utang dari selisih antara aktiva lancar dengan
lancer. utang lancar atau ini disebut sebagai
modal kerja bersih. Sedangkan total aset
adalah semua aset yang dimiliki oleh
perusahaan.

Tabel 1. Total Asset Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
(dalam jutaan Rupiah)
NAMA BANK TOTAL ASSET TH 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 416.600.600
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 801.900.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 144.600.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 855.000.000
NAMA BANK TOTAL ASSET TH 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 508.600.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 878.400.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 172.000.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 910.063.000
Sumber : www.idx.co.id
92 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

Tabel 2. Working Capital Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun
2015 (dalam jutaan Rupiah)
NAMA BANK WORKING CAPITAL
TH 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 84.947.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 119.138.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, 12.531.000
PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 185.235.000
NAMA BANK WORKING CAPITAL
TH 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 144.185.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 124.874.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, 10.821.000
PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 193.838.000
Sumber : www.idx.co.id

Dari data pada tabel 1 dan 2 maka dapat


dihitung rasio X1 dengan cara Working
Capital dibagi Total Asset, dengan rumus
sebagai berikut: Hasil perhitungannya ditunjukkan secara
lengkap pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan X1 Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
NAMA BANK WORKING X1 TAHUN 2014
CAPITAL / TOTAL
ASSET
BANK NEGARA INDONESIA 0,20391
(PERSERO) TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA 0,14857
(PERSERO) TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA 0,08666
(PERSERO) TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) 0,21665
TBK, PT
NAMA BANK WORKING X1 TAHUN 2015
CAPITAL / TOTAL
ASSET
BANK NEGARA INDONESIA 0,22451
(PERSERO) TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA 0,14281
(PERSERO) TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA 0,06291
(PERSERO) TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) 0,21299
TBK, PT
Sumber : Data Diolah
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 93

2. Retained Earning/Total Assets (X2) usaha dan kemampuan perusahaan dalam


Rasio ini merupakan rasio profitabilitas memperoleh laba dari hasil penjualannya.
yang mendeteksi atau mengukur Dari data pada Tabel 4 maka dapat
kemampuan perusahaan dalam dihitung rasio X2 dengan cara Retained
menghasilkan keuntungan dalam periode Earning dibagi Total Asset, dengan
tertentu. Ditinjau dari kemampuan rumus sebagai berikut:
perusahaan yang bersangkutan dalam
memproleh laba dibandingkan dengan
kecepatan perputaran operating assets
sebagai ukuran efisiensi usaha.
Manajemen bank sangat berkepentingan Hasil perhitungannya digambarkan secara
untuk dapat melihat rasio ini, karena terperinci pada Tabel 5.
sekaligus akan terlihat tingkat efisiensi

Tabel 4. Retained Earning Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
(dalam jutaan Rupiah)
NAMA BANK Retained Earning 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 35.078.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 88.608.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 5.132.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 74.043.000
NAMA BANK Retained Earning 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 38.760.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 106.733.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 4.328.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 87.125.000
Sumber : www.idx.co.id

Tabel 5. Perhitungan X2 Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
NAMA BANK RETAINED EARNING / X2 TAHUN
TOTAL ASSET 2014
BANK NEGARA INDONESIA 0,08420
(PERSERO) TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA 0,11050
(PERSERO) TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA 0,03549
(PERSERO) TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 0,08660
NAMA BANK RETAINED EARNING / X2 TAHUN
TOTAL ASSET 2015
BANK NEGARA INDONESIA 0,07621
(PERSERO) TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA 0,12206
(PERSERO) TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA 0,02516
(PERSERO) TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 0,09574
Sumber : Data diolah
94 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

3. Earning Before Interest and Taxes toTotal


Assets(X3) 4. Market Value of Equity to Book Value of
Rasio ini menunjukkan kemampuan Total Liabilities (X4)
perusahaan untuk menghasilkan laba dari Rasio ini menunjukkan kemampuan
aktiva perusahaan, sebelum pembayaran perusahaan untuk memenuhi kewajiban-
bunga dan pajak. Melemahnya faktor ini kewajiban dari nilai pasar modal sendiri
merupakan indikator terbaik akan (saham biasa). Nilai pasar ekuitas sendiri
hadirnya kebangkrutan. Berikut ini adalah diperoleh dengan mengalikan jumlah
tabel 4.6 yang menunjukkan besarnya laba lembar saham biasa yang beredar dengan
sebelum bunga dan pajak yang dimiliki harga pasar per lembar saham biasa (close
masing-masing perusahaan perbankan review). Nilai buku hutang diperoleh
tersebut. dengan menjumlahkan kewajiban lancar
Dari data pada Tabel 6 dapat dihitung dengan kewajiban jangka panjang. Tabel 8
rasio X3 dengan cara EBIT dibagi Total memperlihatkan jumlah lembar saham dan
Asset, dengan rumus sebagai berikut: harga pasar saham per lembar saham biasa
(Close Preview).
Market Value of Equity = ( Jumlah
Lembar Saham) X (Harga Saham)

maka akan diperoleh hasil seperti


ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 6. EBIT Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015 (dalam
jutaan Rupiah)
NAMA BANK EBIT TAHUN 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 13.346.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 24.227.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 1.577.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 25.978.000
NAMA BANK EBIT TAHUN 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 11.412.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 25.411.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 2.534.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 26.339.000
Sumber : www.idx.co.id

Tabel 7. Perhitungan X3 Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
NAMA BANK X3 TAHUN 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 0,03204
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 0,03021
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 0,01091
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 0,03038
NAMA BANK X3 TAHUN 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 0,02244
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 0,02906
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 0,01473
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 0,02894
Sumber : Data Diolah
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 95

Tabel 8. Jumlah Saham yang berredar pada akhir tahun dan Close preview Tahun 2014
dan tahun 2015

NAMA BANK JUMLAH CLOSE Market Value of Equity


LEMBAR PREVIEW to Book Value 2014
SAHAM 2014 2014
BANK NEGARA INDONESIA
(PERSERO) TBK, PT 18.648.656.458 Rp 6.100 113.756.804.393.800
BANK RAKYAT INDONESIA
(PERSERO) TBK, PT 24.699.162.000 Rp 11.650 287.745.237.300.000
BANK TABUNGAN
NEGARA (PERSERO) TBK, 10.567.696.000 Rp 1.205 12.734.073.680.000
PT
BANK MANDIRI (PERSERO)
TBK, PT 23.333.333.333 Rp 10.100 235.666.666.663.300
NAMA BANK JUMLAH CLOSE Market Value of Equity
LEMBAR PREVIEW to Book Value 2015
SAHAM 2015 2015
BANK NEGARA INDONESIA 125.398.764.680.050
(PERSERO) TBK, PT 18.648.656.458 Rp 6.725
BANK RAKYAT INDONESIA 288.980.195.400.000
(PERSERO) TBK, PT 24.699.162.000 Rp 11.700
BANK TABUNGAN 10.829.125.000.000
NEGARA (PERSERO) TBK, 10.565.000.000 Rp 1.025
PT
BANK MANDIRI (PERSERO) 274.166.666.662.750
TBK, PT 23.333.333.333 Rp 11.750
Sumber : idx.co.id

Tabel 9 Total Liabities Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
(dalam jutaan Rupiah)
NAMA BANK Total liabilities 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 341.149.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 691.487.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 125.118.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 697.020.000
NAMA BANK Total Liabilities 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 412.728.000
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK, PT 750.330.000
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) TBK, PT 149.036.000
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 736.199.000
Sumber: www.idx.co.id

Dari data pada tabel 8 dan 9 maka akan


dapat di hitung rasio X4 dengan membagi
Market Value of Equity to Book dengan Total
Liabilites. Hasil perhitungan rasio x4 ditunjukkan pada
Tabel 10.
96 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

Tabel 10. Perhitungan Rasio X4 Perusahaan Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun
2015
NAMA BANK Market Value of Equity TOTAL X4 Tahun
to Book Value 2014 LIABILITIES 2014
2014
BANK NEGARA 113.757.000 341.149.000 0,33345
INDONESIA (PERSERO)
TBK, PT
BANK RAKYAT 287.746.000 691.487.000 0,41613
INDONESIA (PERSERO)
TBK, PT
BANK TABUNGAN 12.734.000 125.118.000 0,10178
NEGARA (PERSERO) TBK,
PT
BANK MANDIRI 235.667.000 697.020.000 0,33812
(PERSERO) TBK, PT
NAMA BANK Market Value of Equity TOTAL X4 Tahun
to Book Value 2015 LIABILITIES 2015
2015
BANK NEGARA 125.399.000 412.728.000 0,30383
INDONESIA (PERSERO)
TBK, PT
BANK RAKYAT 288.980.000 750.330.000 0,38514
INDONESIA (PERSERO)
TBK, PT
BANK TABUNGAN 10.829.000 149.036.000 0,07266
NEGARA (PERSERO) TBK,
PT
BANK MANDIRI 274.167.000 736.199.000 0,37241
(PERSERO) TBK, PT
Sumber : Data Diolah

Dari data pada tabel 10 maka dapat Hasil perhitungan Z-score dengan rumus
ditetukan rasio X1, X2, X3 dan X4 dan dapat tersebut ditunjukkan selengkapnya pada
dimasukan ke dalam formula Z-Score Non Tabel 11.
Manufaktur untuk Perbankan BUMN tahun
2014 dan tahun 2015 dengan rincian Setelah diproleh nilai dari Z-Score
perhitungan sebagai berikut: (pada Tabel 11), maka dapat dilakukan
analisis untuk masing-masing Bank seperti
Z-Score = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + ditunjukkan pada Tabel 12. Hasil analisis ini
1,05 X4 lah yang kemudian dipergunakan untuk
menilai kondisi kesehatan dari masing-
masing Bank yang dianalisis.
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 97

Tabel 11. Perhitungan Metode Altman Z-Score Non Manufaktur Perusahaan


Perbankan BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
NAMA BANK 6,56(X1) 3,26(X2) 6,72(X3) 1,05(X4) Z SCORE
TAHUN
2014
BANK NEGARA INDONESIA 1,33765 0,27449 0,21509 0,35013 2,17757
(PERSERO) TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA 0,97462 0,36023 0,20301 0,43694 1,97480
(PERSERO) TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA 0,56849 0,11570 0,07332 0,10687 0,86437
(PERSERO) TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) 1,42123 0,28232 0,20416 0,35503 2,26272
TBK, PT
NAMA BANK 6,56(X1) 3,26(X2) 6,72(X3) 1,05(X4) Z SCORE
TAHUN
2015
BANK NEGARA INDONESIA 1,47179 0,24845 0,15080 0,31902 2,19105
(PERSERO) TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA 0,93684 0,39792 0,19520 0,40440 1,93443
(PERSERO) TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA 0,41269 0,08202 0,09899 0,07630 0,66999
(PERSERO) TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) 0,39722 0,31211 0,19448 0,39103 2,29485
TBK, PT
Sumber: Data Diolah

Tabel 12. Hasil Metode Altman Z-Score Non Manufaktur pada Perusahaan Perbankan
BUMN tahun 2014 dan tahun 2015
NAMA BANK Z SCORE KETERANGAN
TAHUN 2014
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) 2,17 GREY AREA
TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) 1,97 GREY AREA
TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 0,86 DISTRESS
TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 2,26 GREY AREA
NAMA BANK Z SCORE KETERANGAN
TAHUN 2015
BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) 2,19 GREY AREA
TBK, PT
BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) 1,93 GREY AREA
TBK, PT
BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 0,67 DISTRESS AREA
TBK, PT
BANK MANDIRI (PERSERO) TBK, PT 2,29 GREY AREA
Sumber : Data diolah
98 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

Pembahasan adalah ratio X2, sedangkan ratio X1, X3,


Dalam model Altman Z-Score, dan X4 cenderung turun. Bank BRI harus
kesehatan keuangan suatu perusahaan non lebih bisa meningkatkan kinerja
manufactur seperti Perbankan dapat keuangannnya (terutama untuk ratio X1,
diklasifikasi menjadi tiga kondisi sebagai X3, dan X4) pada masa-masa mendatang
berikut; bahwa perusahaan yang memiliki Z- agar jauh dari area potensi kebangkrutan
Score > 2,9 maka diklasifikasikan sebagai dan dikategorikan sehat.
perusahaan yang sehat, perusahaan yang 3. PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk.
memiliki Z-Score 1,2 sampai 2,9 maka PT. Bank BTN memiliki nilai Z-score
perusahaan tersebut berada pada area abu- terendah dan cenderung melemah dari
abu (Grey, sedangkan perusahaan yang taun 2014 ke tahun 2015. Dibanding
memiliki) Z-Score < 1,2 maka perbankan BUMN lainnya, PT. Bank
diklasifikasikan sebagai perusahaan yang BTN dikategorikan sebagai perusahaan
berpotensi bangkrut. yang berpotensi bangkrut. Itu terbukti
Dari perhitungan Altman Z-Score dengan nilai z-score yang di bawah 1,2
berdasarkan laporan keuangan tahun 2014 yaitu 0,86 pada tahun 2014, melemah
dan 2015 maka diperoleh hasil sebanyak menjadi 0,67 pada tahun 2015, hanya ratio
75% Perusahaan Perbankan BUMN berada di X3 mengalami kenaikan dari 0,07 di tahun
posisi Grey Area (Z-Score 1,2 sampai 2,9), 2014 menjadi 0,09 di tahun 2015.
dan 25% di prediksi memiliki potensi Sedangkan ratio X1, X2 dan X4
kebangkrutan (Z-Score di bawah 1,2). cenderung menurun tajam. Kondisi ini
1. PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengharuskan pihak manajemen untuk
Menurut metode Altman Z-Score Bank segera memperbaiki dan meningkatkan
BNI termasuk dalam kategori Grey Area kinerja keuangannya dengan memperkuat
pada dua tahun berturut-turut, yaitu pada ratio-ratio penilaian, agar paling tidak
tahun 2014 dan 2015. Walaupun dalam masuk pada grey area pada masa-masa
posisi grey area nilai Z-Score pada rasio yang akan datang.
keuangan BNI termasuk bagus karena 4. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
terjadi peningkatan dari 2,18 pada tahun PT. Bank Mandiri memiliki nilai Z-score
2014 menjadi 2,19 pada tahun 2015. lebih tinggi dari ketiga perusahaan
Untuk rasio keuangan BNI mengalami perbankan BUMN yang masuk dalam
peningkatan pada rasio X1, sedangkan peenelitian ini, dan nilai z-scorenya
ratio X2, X3 hingga X4, cenderung menunjukan kecenderungan meningkat
menurun. Walau dalam posisi abu-abu dan dari 2,26 di tahun 2014 mnejadi 2,29 di
diprediksi tidak dalam posisi bangkrut tahun 2015. Namun demikian Altman Z-
Bank BNI harus lebih berhati-hati agar Score Bank Mandiri masih termasuk
tidak berada dalam posisi berpotensi dalam kategori Grey Area di dua tahun
bangkrut dan harus meningkatkan kinerja tersebut. Ada dua ratio yang mengalami
keuangannya agar mengalami peningkatan peningkatan yakni ratio X2 dan X4,
pada semua ratio yang di nilai sehingga sedangkan dua ratio lainnya cenderung
dikategorikan sehat. turun. Hal ini menunjukan bahwa
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. manajemen bank Mandiri masih harus
Hasil analisis Altman Z-Score kerja keras untuk membenahi dan
menunjukan bahwa bank BRI termasuk meningkatkan kinerja keuangan untuk
dalam grey area, karena nilai Z-score memasuki posisi sehat.
berada pada 1,2 – 2,9. Walau bank BRI
dikategorikan di kategori Abu-abu, namun Terlepas dari hasil penelitian ini,
posisi keuangan bank BRI cenderung penulis meyakini bahwa masih ada alat
agak menurun walau tidak besar, hal ini penilaian yang mungkin lebih efektif dan
ditunjukan dari nilai z-score tahun 2014 akurat, yang dapat dikembangkan dalam
sebesar 1,97 turun menjadi 1,93 di tahun penelitian-penelitian lanjutan.
2015. Ratio yang mengalami peningkatan
Leki, Penerapan Model Altman Z-Score Dalam Mengukur Potensi Kebangkrutan …. 99

Kesimpulan tingkat akurasi dari prediksi yang dilakukan


Hasil analisis deteksi potensi diharapkan dapat semakin mendekati
kebangkrutan dengan menggunakan formula kenyataan. Tentu saja prediksi ini dilakukan
Altman Z Score non manufaktur, hanya dengan pendekatan kuantitatif,
memprediksi potensi kebangkrutan pada sehingga tambahan informasi dari sisi
perusahaan perbankan BUMN tahun 2014 kualitatif juga diharapkan dapat semakin
sampai 2015, ada pada PT. Bank Tabungan memperkuat hasil dari prediksi yang
Negara (Persero) Tbk, karena bank ini dilakukan.
memiliki nilai Z-score di bawah 1,2, baik
pada tahun 2014 maupun pada tahun 2015. DAFTAR PUSTAKA
Sedangkan ketiga perbankan BUMN lainnya Baridwan, Zaki. 2010. Intermediate
berada dalam kategori grey area dengan nilai Accounting. Edisi 8. BPFE.
Z-score diatas 1,2 tetapi dibawah Z-score Yogyakarta.
2,9. Harahap, Sofyan Safri. 2009. Analisis Kritis
Rasio yang berpengaruh tehadap atas Laporan Keuangan. Jakarta : PT.
tingkat kesehatan Perbankan BUMN, seperti Raja Grafindo Persada.
untuk ratio Working Capital Assets toTotal Hery, 2012. Mengenal dan Memahami
Asset (X1)s, Retained Earning/Total Assets Laporan Keuangan, CAPS, Jogjkarta
(X2), Earrning Before Interest and Tax / Ikatan Akuntan Indonesia, 2011. Pernyataan
Total Assets (X3) dan Market Value of Standar Akuntansi Keuangan per
Equity to Book Value of Total Liabilities Januari 2011, Jakarta
(X4) harus di perkuat dengan fokus pada Kasmir, 2011. Analisis Laporan Keuangan.
pengendalian variabel utama yang Catatan Keempat, PT. Raja Grafindo
mempengaruhi ratio-ratio tersebut. Current Persada, Jakarta.
asset misalnya, sebaiknya diperkuat agar Kholid, Abu, 2012, Altman Z-score: Model
dapat menutupi current liabilities sehingga Untuk Memprediksi Kesulitan
working capital yang dimiliki tidak menjadi Keuangan Perusahaan,
negativ. Investasi pada piutang yang terlalu http://accounting.binus.ac.id (diakses
besar juga berbahaya sebab dapat tanggal 20 Mei 2015)
mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi Sudana, Made I, 2011. Manajemen
terganggu. Apabila terjadi gangguan terhadap Keuangan Perusahaan Teori &
piutang maka hal tersebut akan mengganggu Praktik. PT Gelora Aksara Pratama.
perusahaan karena secara tidak langsung itu Surabaya
akan berdampak pada penerimaan kas Rismawaty, 2011. Analisis Perbandingan
perusahaan di masa yang akan datang. Model Prediksi Financial Distress
Kemudian persediaan yang juga terlalu besar Altman, Springate, Ohlson dan
dapat menyebabkan perusahaan menjadi Zmijewski (Studi Empiris pada
kurang likuid. Biaya-biaya operasional Perusahaan Manufaktur yang
perusahaan juga perlu diperhatikan Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
penggunaannya agar lebih efisien. Universitas Hasanuddin, Makassar
Penelitian ini hanya menggunakan Rizki, 2014. ANALISIS PREDIKSI
metode Altman Z-Score untuk menganalisis KEBANGKRUTAN,
potensi kebangkrutan suatu bank. Untuk http://irmajhe.blogspot.com (diakses
menganalisa deteksi potensi kebangkrutan tanggal 19 Mei 2015)
Perbankan dengan lebih akurat, disarankan Siregar, 2011, Penilaian Tingkat
disamping menggunakan metode Altman Z- Kebangkrutan Perusahaan Dengan
score, juga dapat di lengkapi dengan metode Metode Atman Z-Score pada
lainnya seperti metode Springate dan metode Perusahaan Konstruksi Bangunan yang
analisis CAMELS, agar hasilnya lebih ada di Bursa Efek Indonesia Periode
mendekati fakta. Jika semua alat prediksi 2007 - 2009
digunakan secara bersama-sama dan hasilnya Suciati, Amelia, 2012, Camels Dalam
menunjukkan temuan yang serupa maka Perbankan,
100 KINDAI, Vol 13, Nomor 1, Januari 2017, halaman 83-100

http://melzdsnih.blogspot.com (diakses Yoseph, 2011. Analisis Kebangkrutan


tanggal 2 Agustus 2015) dengan Metode Z-Score Altman,
Ulfah, Resti Amalia, 2012. Analisis Springate dan Zmijewski Pada PT
Penggunaan Altman Z-Score untuk Indofood Sukses Makmur Tbk Periode
engetahui Potensi Kebangkrutan 2005 – 2009, Jurnal Akuntansi.
PT.Sumalindo Lestari Jaya Tbk, Universitas Kristen Maranatha.
Fakultas Ekonomi Universitas www.idx.co.id
Mulawarman: Samarinda

Anda mungkin juga menyukai