Anda di halaman 1dari 21

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. TRANSPORTASI
1. Pengertian Tranportasi
Pengertian sistem transportasi merupakan gabungan dari dua definisi, yaitu
sistem dan transportasi (Simanjuntak, 2009). Sistem transportasi adalah suatu
tatanan yang tersusun dari beberapa komponen fungsional yang memiliki tugas
masing – masing secara khusus, semua komponen tersebut saling berhubungan
dan secara bersama – sama berjalan untuk memenuhi suatu proses atau
pekerjaan tertentu (Kusrini, 2007), sedangkan transportasi adalah suatu usaha
memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang atau
barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut
lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan – tujuan tertentu (Miro, 2005).
Maka dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, sistem transportasi
adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai variable dalam
suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut,
atau mengalihkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain
secara terstruktur untuk tujuan tertentu.

Sistem transportasi didukung oleh alat pendukung untuk menjamin lancarnya


proses perpindahan sesuai dengan waktu yang diinginkan sehingga memberikan
optimalisasi proses kegiatan tersebut. Alat pendukung ini berupa sarana dan
prasarana yag meliputi ruang untuk bergerak (jalan raya, jalan rel), tempat
awal/akhir pergerakkan (terminal, stasiun, dll) yang bergerak (sarana angkut
dalam bentuk apapun), dan pengelolaan (yang mengkoordinasikan ketiga unsur
sebelumnya).
Adapun tujuan perencanaan sistem transportasi ini adalah :
a. Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada
masa yang akan datang (tindakan preventif).
b. Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada (problem solving)
c. Melayani kebutuhan transportasi (demand of transport) seoptimal dan
seseimbang mungkin.
d. Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk tanggapan pada keadaaan di masa
depan.
e. Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (sumber daya) yang ada.

2. Komponen Sistem Transportasi


Dalam pemenuhan kebutuhannya, transportasi sangat diperlukan manusia
karena sumber kebutuhan manusia tidak selalu berada pada satu tempat saja,
tetapi banyak tempat. Kesenjangan antara jarak dengan lokasi sumber
melahirkan adanya kebutuhan transportasinya. Dalam sistem transportasi
terdapat lima unsur pokok (Miro, 2005), yaitu :
a. Orang yang membutuhkan
b. Barang yang dibutuhkan
c. Kendaraan sebagai alat angkut
d. Jalan sebagai prasarana angkutan
e. Organisasi (pengelolaan angkutan)

Adapun beberapa komponen sistem transportasi yang sangat penting sebagai


elemen dasar dalam perencanan sistem transportasi adalah sebagai berikut :

a. Fasilitas fisik, meliputi jalan raya, jalan rel, stasiun, terminal dan lain lain;
b. Armada angkutan;
c. Fasilitas operasional, meliputi pemeliharaan angkutan dan ruang kantor;
d. Lembaga, terdiri dari 2 jenis, yaitu lembaga fasilitas orientasi dan lembaga
pengoperasian. Lembaga fasilitas orientasi adalah dasar utama dalam
perencanaan, perancangan, struktur, pemeliharaan, dan fasilitas
pengoperasian. Lembaga pengoperasian adalah keterkaitan dengan
pengoperasian armada dalam pelayanan transportasi yang meliputi
perusahaan bus, perusahaan kereta api, perusahaan truk dan perusahaan lain
– lain;
e. Strategi pengoperasian, meliputi rute kendaraan, jadwal, dan pengontrol lalu
lintas

3. Fungsi Transportasi
Transportasi memiliki peran penting dan strategi dalam pembagunan nasional
mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda
perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi
hampir seluruh aspek kehidupan. Transportasi harus digunakan seefisien
mungkin, karena ketidakefisienan sistem transportasi merupakan pemborosan
besar, dan akan ada banyak materi yang terbuang percuma.

Pentingnya transportasi sebagai urat nadi kehidupan ekonom, sosial, politik,


pertanahan dan keamanan memiliki 2 (dua) fungsi ganda yaitu sebagai unsur
penunjang dan sebagai unsur pendorong. Sebagai unsur penunjang, transportasi
berfungsi menyediakan jasa transpotasi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan
sector dan menggerakkan pembangunan nasional. Sebagai unsur pendorong,
transportasi berfungsi sebagai penyedia jasa transportasi yang efektif untuk
membuka daerah – daerah yang terisolasi, melayani daerah terpencil dan
merangsang pertumbuhan daerah tertinggal. Jadi, transportasi memegang
peranan yang sangat penting karena melibatkan dan mempengaruhi banyak
aspek kehidupan manusia yang saling berkaitan. Semakin lancar transportasi
tersebut, maka semakin lancar pula perkembangan pembangunan daerah
maupun nasional

B. ANGKUTAN KERETA API


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, dalam
pasal (1) menjelaskan bahwa pekeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia serta norma, kriteria, persyaratan,
dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Kereta api adalah
sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun
dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang
bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
Fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi
penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan,
kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna jasa kereta api dan Angkutan kereta
api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari suatu tempat ke tempat
lain dengan menggunakan kereta api.

Sedangkan pada Pasal (2) dijelaskan bahwa, Perkeretaapian sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari sistem transportasi nasional diselenggarakan berdasarkan :

1. Asas Manfaat
Yang dimaksud asas manfaat yaitu bahwa perkeretaapian harus dapat
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan
kemakmuran rakyat, kesejahteraan rakyat, dan pengembangan kehidupan yang
berkesinambungan bagi warga negara.

2. Asas Keadilan
Yang dimaksud asas keadilan yaitu, bahwa perkeretaapian harus dapat
memberikan pelayanan kepada segenap lapisan masyarakat dengan biaya
terjangkau serta memberi kesempatan berusaha dan perlindungan yang sama
kepada semua pihak yang terlibat dalam perkeretaapian.

3. Asas Keseimbangan
Yang dimaksud asas keseimbangan adalah, bahwa perkeretaapian harus
diselenggarakan atas dasar keseimbangan antara sarana dan prasarana,
kepentingan pengguna jasa dan penyelenggara, kebutuhan dan ketersediaan,
kepentingan individu dan masyarakat, antar daerah dan antar wilayah, serta
antar kepentingan nasional dan internasional.

4. Asas Kepentingan Umum


Yang dimaksud asas kepentingan umum adalah, bahwa perkeretaapian harus
lebih mengutamakan kepentingan masyarakat luas daripada kepentingan
perseorangan atau kelompok dengan memperhatikan keselamatan, keamanan,
kenyamanan, dan ketertiban.
5. Asas Keterpaduan
Yang dimaksud asas keterpaduan adalah, bahwa perkeretaapian harus
merupakan satu kesatuan sistem dan perencanaan yang utuh, terpadu, dan
terintegrasi, serta saling menunjang, baik antar hierarki maupun antarmoda
transportasi.

Pengangkutan orang dengan kereta api dilakukan dengan menggunakan kereta


disebutkan pada pasal 130, sedangkan pelayanan angkutan orang itu harus
memenuhi standar pelayanan minimum meliputi pelayanan di stasiun
keberangkatan, dalam perjalanan dan di stasiun yang di jelaskan pada pasal 137
ayat (1) dan (2).

Jadi, angkutan kereta api dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya,
banyak memiliki keunggulan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan karena
semakin relevan dengan kemajuan teknologi saat ini. Keunggulan kereta api
tersebut antara lain :

a. Mampu mengangkut barang dan penumpang secara massal


b. Tingkat keselamatan tinggi, hal ini dimungkinkan karena kereta api mempunyai
jalan tersendiri
c. Sangat efektif untuk transportasi darat yang memiliki jarak tempuh menengah
dan jauh

C. STASIUN KERETA API


Stasiun kereta api untuk keperluan naik turun penumpang sebagaimana dimaksud
dalam Undang – Undang No. 23 Tahun 2007 Pasal 35 ayat (3) huruf a paling
rendah dilengkapi dengan fasilitas; Keselamatan, Keamanan, Kenyamanan, Naik
turun penumpang, Penyandang cacat, Kesehatan, dan Fasilitas umum. Stasiun
kereta api untuk keperluan bongkar muat barang sebagaimana dimaksud dalam
pasal 35 ayat (3) huruf b dilengkapi dengan fasilitas; Keselamatan, Keamanan,
Bongkar muat barang, dan Fasilitas umum. Dan stasiun kereta api untuk keperluan
pengoperasian kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c
harus dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan kepentingan pengoperasian
kereta api.

Stasiun Kereta api dikelompokkan menjadi 3 yaitu stasiun kelas besar, stasiun kelas
sedang, dan stasiun kelas kecil berdasarakan Undang – Undang No. 23 Tahun 2007
tentang Perkeretaapian. Dan dijelaskan juga pada PM No. 33 tahun 2011 tentang
Jenis, Kelas dan Kegiatan di Stasiun Kereta Api menjelaskan bahwa stasiun kereta
api merupakan sebagai prasarana kereta api sebagai tempat pemberangkatan dan
pemberhentian kereta api dicantumkan pada pasal 2.

1. Stasiun kereta api adalah tempat pemberangkatan dan pemberhentian kereta api.
Stasiun merupakan bagian terpenting yang terdapat dalam prasarana
perkeretaapian dimana bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat kereta api
berangkat atau berhenti untuk melayani naik turun penumpang, keperluan
bongkar muat barang, dan/atau keperluan operasi kereta api. Menurut para ahli,
definisi stasiun adalah :
a. Menurut Shanani, B dalam Astuti (2013), Stasiun adalah tempat dimana
kereta api berhenti untuk memberi kesempatan penumpang naik dan turun,
juga barang–barang yang akan dimuat atau dibongkar bersamaan pula
dengan penghantaran surat. Stasiun adalah tempat perpindahan kereta api
yang diatur dan diawasi.
b. Menurut Paul H. Wright & Norman J. Ashford dalam Astuti (2013) Stasiun
kereta api meliputi jalan stasiun, peron, hubungan gedung (untuk
penumpang, tangga dan lain–lain) dan bangunan terminal.

Jadi, stasiun yaitu tempat untuk naik turun penumpang atau bongkar muat
barang.

D. TINGKAT PELAYANAN KERETA API


Pada Undang – Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menjelaskan
pada pasal 1 ayat (1) bahwa Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan
perundang - undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik. Sedangkan untuk pasal 1 ayat (7) menjelaskan Standar pelayanan publik
adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan
dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara
kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah,
terjangkau, dan terukur.

Pada Peraturan Menteri PM. No. 48 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api pada pasal 2 ayat (1) Pengoperasian
kereta api harus memenuhi standar pelayanan minimum, ayat

Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), merupakan


acuan bagi Penyelenggara Prasarana perkeretaapian yang mengoperasikan stasiun
kereta dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa stasiun kereta api dan
Penyelenggara Sarana perkeretaapian yang melakukan kegiatan angkutan orang
dengan kereta api dan pada ayat
Standar pelayanan minimum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi; Standar
pelayanan minimum di stasiun kereta api, dan Standar pelayanan minimum dalam
perjalanan.

1. Menurut Stanton dalam purba (2013), service adalah kegiatan yang dapat
diidentifikasikan dan tidak berwujud dan merupakan tujuan penting dari suatu
rencana transaksi, guna memberikan kepuasan kepada konsumen. Menurut Kotler
dalam Laksana (2008) mengemukakan pelayanan atau service adalah setiap
kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan pada
dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat kepemilikian sesuatu dan
produksinya dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan suatu produk fisik. Pelayanan
hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena ia merupakan proses. Sebagai
proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh
kehidupan organisasi dalam masyarakat (Moenir, 2002 : 27). Berdasarkan beberapa
definisi di atas layanan atau service adalah serangkaian kegiatan yang diberikan
oleh satu pihak kepada pihak lain yang tidak berwujud dan bertujuan memberikan
kepuasan.

2. Menurut Panggabean (2014) yang mengutip Tjiptono (2012:143) menyatakan


terdapat lima perspektif mengenai kualitas, salah satunya yaitu bahwa kualitas di
lihat tergantung pada orang yang menilainya, sehingga produk yang paling
memuaskan preferensi seseorang merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

3. Menurut Fandy Tjiptono, Kualitas Pelayanan (2005) Definisi kualitas pelayanan


diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta
ketepatan penyampaian dalam mengimbangi harapan konsumen. Kualitas pelayanan
(service quality) dapat diketahui dengan cara membandingkan presepsi para
konsumen atas pelayanan yang nyata mereka terima/peroleh dengan pelayanan yang
sesungguhnya mereka harapkan terhadapt atribut-atribut pelayanan sasuatu
perusahaan.

Kualitas pelayanan terbagi menjadi lima dimensi yang merupakan penyederhanaan dari
sepuluh dimensi kualitas pelayanan yaitu sebagai berikut :

a. Keandalan (Reliability)
Memiliki dua aspek utama yaitu kensistensi kinerja (perfomance) dan sifat dapat
dipercaya (dependability). Reliability berkaitan dengan kemampuan suatu
perusahaan memberikan pelayanan yang akurat sejak pertama kali tanpa melakukan
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang telah
disepakati.
b. Ketanggapan (Responsiveness)
Berkenaan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para
pelanggan dan merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa
akan diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
c. Jaminan (Assurance)
Jaminan (assurance) yaitu perilaku para karyawan mampu menimbulkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan tersebut dapat
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti bahwa
karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk menangani pertanyaan atau masalah pelanggan.
d. Empati (Empathy)
Berarti perusahaan memahami masalah para pelanggannya dan bertindak demi
keinginan pelanggan, serta memberikan perhatian personal kepada para pelanggan
dan memiliki jam operasi yang nyaman.
e. Berwujud (Tangible)
Berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik, perlengkapan, dan material yang
digunakan perusahaan, serta penampilan karyawan.

E. PARKIR
Parkir merupakan salah satu bagian dari sistem transportasi dan juga merupakan
suatu kebutuhan. Oleh karena itu perlu suatu penataan parkir yang baik, agar area
parkir dapat digunakan secara efisien dan tidak menimbulkan masalah bagi kegiatan
yang lain. Yang diinginkan adalah memperbaiki masalah-masalah yang telah ada
pada sistem transportasi. Untuk melakukan penataan yang baik tentu saja
merencanakan kebutuhan ruang parkir terlebih dahulu dengan suatu analisis.
Disamping merencanakan kebutuhan ruang parkir juga perlu dilihat kondisi yang
ada.

1. Akumulasi Parkir
Merupakan banyaknya kendaraan yang parkir di suatu lokasi parkir pada selang
waktu tertentu (Warpani, 2002), diperoleh dengan :

Akumulasi Parkir = Parkir + Masuk …….. Rumus III. 1

Dimana :
Parkir : Jumlah Kendaraan yang telah parkir

Masuk : Jumlah kendaraan yang masuk pada selang waktu (t)

Keluar : Jumlah kendaraan yang keluar lahan parkir

2. Volume Parkir
Merupakan total jumlah kendaraan yang telah menggunakan ruang parkir pada
suatu lokasi pada suatu lokasi parkir dalam satu satuan waktu tertentu (hari).

3. Kapasitas Statis

Penediaan kapsitas parkir yang akan di sediakan atau yang akan ditawarkan
(Ahmad, 2009).

KS = L / V Rumus III. 2

Dimana :

KS : Kapasitas statis atau jumlah ruang parkir yang ada


L : Panjang jalan efektif yang dipergunakan untuk
parkir X : Panjang dan lebar ruang parkir yang dipergunakan

4. Kapasitas Dinamis

Kapasitas parkir yang tersedia (kosong selama waktu survey yang diakibatkan
oleh kendaraan) (Ahmad, 2009).

Rumus :
KD = KS / D

Dimana :

KD : Kapasitas parkir dalam kendaraan/ jam


survei KS : Jumlah ruang parkir yang ada
P : Lamanya survei
D : Rata – Rata durasi (jam)

5. Durasi parkir
Perhitungan Durasi Parkir tergantung pada rata – rata lamanya kendaraan yang
parkir (Ahmad, 2009).

𝑫 = 𝑲𝒆𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂𝒂𝒏 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓 𝒙 𝑳𝒂𝒎𝒂𝒏𝒚𝒂 𝑷𝒂𝒓𝒌𝒊𝒓


𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒆𝒏𝒅𝒂𝒓𝒂𝒂𝒏 …….Rumus III. 4
Dimana :
Kendala parkir adalah jumlah yang diparkir pada satuan waktu tertentu.

6. Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP) dibagi atas 3 (tiga) jenis kendaraan
dengan berdasarkan luas (lebar dikali panjang) adalah sebagaimana terlihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel III. 1 Penentuan Satuan Ruang Parkir (SRP)

Jenis Kendaraan Satuan Ruang Parkir (SRP)


1. a. Mobil penumpang golongan I 2,30 x 5,00 meter
b. Mobil penumpang golongan II 2,50 x 5,00 meter
c. Mobil penumpang golongan III 3,00 x 5,00 meter
2. Bus/Truk 3,40 x 12,50 meter
3. Sepeda Motor 0,75 x 2,00 meter

Sumber : Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir Untuk


melakukan suatu kebijaksanaan yang berkaitan dengan parkir, terlebih
dahulu perlu dipikirkan pola parkir yang diimplementasikan. Pola parkir
tersebut akan dinilai baik apabila sesuai dengan kondisi tempat parkir
tersebut. Ada beberapa pola parkir yang telah berkembang baik antara lain
sebagai berikut :
a. Parkir Sudut 00 / Paralel

Tabel III. 2 Kterangan Parkir Sudut 0o/ Paralel

A B C D E
2,3 m 6,0 m - 2,3 m 5,3 m
Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir
Gambar III. 1 Pola Parkir Sudut 00 / Paralel
Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

b. Parkir Sudut 300

Tabel III. 3 Keterangan Parkir Sudut 300

Golongan A B C D E
I 2,3 m 4,6 m 3,45 m 4,70 m 7,6 m
II 2,5 m 5,0 m 4,3 m 4,85 m 7,75 m
III 3,0 m 6,0 m 5,35 m 5,0 m 7,9 m

Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

Gambar III. 2 Pola Parkir Sudut 300


Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

c. Parkir Sudut 450


Tabel III. 4 KeterangaParkir Sudut 450

Golongan A B C D E
I 2,3 m 3,5 m 2,5 m 5,6 m 9,3 m
II 2,5 m 3,7 m 2,6 m 5,65 m 9,35 m
III 3,0 m 4,5 m 3,2 m 5,75 m 9,45 m
Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

d. Parkir Sudut 600

Tabel III. 5 Keterangan Parkir Sudut 600

Golongan A B C D E
I 2,3 m 2,9 m 1,45 m 5,95 m 10,55 m
II 2,5 m 3,0 m 1,5 m 5,95 m 10,55 m
III 3,0 m 3,7 m 1,85 m 6,0 m 10,6 m

Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir


Gambar III. 4 Pola Parkir Sudut 600

Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

e. Parkir Sudut 900


Tabel III. 6 Keterangan Parkir Sudut 900

Golongan A B C D E
I 2,3 m 2,3 m - 5,4 m 11,2 m
II 2,5 m 2,5 m - 5,4 m 11,2 m
III 3,0 m 3,0 m - 5,4 m 11,2 m

Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir

Gambar III. 5 Pola Parkir Sudut 900

Sumber :Pedoman Perencanaan dan Pengoperasian Fasilitas Parkir


Keterangan :
A :lebar ruang parkir (m)
B : lebar kaki ruang parkir (m)
C : selisih panjang ruang parkir (m)
D : ruang parkir efektif (m)
M : ruang manuver (m)
E : ruang parkir efektif ditambah ruang manuver (m)
F. POPULASI DAN SAMPEL

1. Penentuan populasi dan sampel


Populasi merupakan sekumpulan data atau subyek penelitian. Sedangkan
sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti, yang sudah
tentu mampu secara representatif dapat mewakili populasinya. Berdasarkan
jumlah volume penumpang di Stasiun Binjai pada tahun 2018,maka
diambillah populasinya sebanyak 1.000.904 penumpang. Untuk mengetahui
berapa banyak sampel yang akan dilakukan maka dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus (Harinaldi) :
𝑵
𝒏=
𝟏+𝑵 (𝒆)𝟐 ………… Rumus III. 5

Keterangan:
N : Jumlah sampel yang dibutuhkan
e : Standar error, yaitu standar kesalahan dari kemampuan
sampel dalam mewakili populasi (10%)
N : Banyaknya jumlah populasi
Maka pada perhitungan tersebut didapatkan hasil untuk sampel yang
akan digunakan sebanyak :

1000904
𝑛=
1 + 976802 (10%)²

𝑛 = 99,99 = 100

Dari hasil tersebut menunjukkan 99,99, oleh karena itu hasil tersebut
dibulatkan menjadi 100. Dan sampel yang digunakan ada 100 responden.

2. Indikator Pelayanan
Terdapat 19 (sembilan belas) indikator pelayanan untuk mengetahui kinerja dan
kepentingan penumpang berdasarkan PM No.48 Tahun 2015 terdapat pada
Tabel II.1 dibawah ini :
Variabel Penentu
No Indikator Pelayanan Kualitas
1 Akses menuju stasiun Keandalan (Realibility)
2 Ketersediaan informasi di stasiun Keandalan (Realibility)
3 Ketepatan waktu perjalanan kereta api Keandalan (Realibility)
4 Kemudahan dalam pembelian tiket Keandalan (Realibility)
Ketanggapan
5 Kecepatan dalam memberikan informasi (Responsiveness)
Ketanggapan
6 Kecepatan dalam merespon kondisi darurat (Responsiveness)
7 Keramahan dan kesopanan petugas Jaminan(Assurance)
8 Keamanan dan kenyamanan di stasiun Jaminan(Assurance)
9 Ketersediaan petugas untuk melayani pengguna Jaminan (Assurance)
jasa
10 Adanya ruang tunggu Fisik (Tangible)
11 Adanya ruang boarding Fisik (Tangible)
12 Adanya fasilitas penyandang cacat Fisik (Tangible)
13 Adanya fasilitas kesehatan Fisik (Tangible)
14 Adanya ruang ibu menyusui Jaminan (Assurance)
15 Adanya toilet Fisik (Tangible)
16 Adanya tempat ibadah Fisik (Tangible)
17 Ketersediaan lahan parker Fisik (Tangible)
18 Ketersediaan bancik untuk naik/turun penumpang Fisik (Tangible)
19 Sirkulasi udara di ruang tunggu Fisik (Tangible)
Sumber : PM No. 48 Tahun 2015

3. Uji Validitas
Menurut Siregar (2013) validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh
mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (a valid
measure if it succesfully measure the phenomenon). Sedangkan menurut
Berhanudin (2013), yang mengutip Gronlund dan Lin (1990) validitas
merupakan ketepatan interpertasi yang dibuat dari hasil pengukuran atau
evaluasi. Sedangkan kutipan yang lain dari sumber yang sama dikutip
menurut Arikunto (1995), validitas adalah keadaan yang menggambarkan
tingkat instrumen bersangkutan yang mampu mengukur apa yang akan
diukur. Pada penelitian ini terdapat atribut-atribut pertanyaan yang
dinyatakan sebagai instrument penelitian harus dilakukan uji terlebih dahulu.
Uji tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah sudah cocok (valid) belum.
Uji validitas tersebut digunakan Bivariate Pearson (Korelasi Produk Momen
Pearson) dengan menggunakan alat bantu Microsoft excel 2013 dan SPSS
20. berikut ini merupakan rumus menggunakan korelasi product moment
(Sofyan Siregar, 2013) :

𝒓𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 𝒏 (Σ𝑿𝒀)− (Σ𝒀)


√[𝒏(Σ𝑿𝟐)− (Σ𝑿)𝟐][ (Σ𝒀𝟐)− (Σ𝒀)𝟐] ………..Rumus III. 6
Keterangan :
n : jumlah responden
x : skor variable (jawaban variable)
y : skor total dari variable (jawaban responden)

4. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap
konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala
yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula.

Uji reabilitas dengan menggunakan metode Internal Consistency dengan teknik


Alpha Cronbach digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang tidak
mempunyai pilihan ‘benar’ atau ‘salah’ maupun ‘ya’ atau ‘tidak’, melainkan
digunakan untuk menghitung reabilitas suatu tes yang mengukur sikap perilaku.
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan
teknik ini, bila koefisien reabilitas (r11) > 0,197. Rumus untuk menentukan
reabilitas instrument (Sofyan Siregar, 2013) :

…… Rumus III. 7
Keterangan :

r11 : koefisien reabilitas instrumen


k :Jumlah butir pertanyaan
Σσ²ь : Jumlah varians butir
σ²ṭ : varians total
5. Importance Performance Analysis (IPA)
Metode Importance and Performance Analysis (IPA) digunakan untuk
mendapatkan informasi tentang tingkat kepuasan pelanggan terhadap suatu
pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat
pelaksanaannya. Tingkat kepentingan dari kualitas pelayanan adalah seberapa
penting suatu peubah pelayanan bagi pelanggan terhadap kinerja pelayanan.

6. Skala likert
Ada 5 tingkat digunakan untuk mengukur tingkat kepentingan yaitu sangat
penting, penting, cukup penting, kurang penting dan tidak penting. Kelima
tingkat tersebut diberi skor sebagai berikut

Tabel III. 8 Skala Penilaian

Kategori
No Bobot Nilai
Kinerja Kepentingan
1 Sangat Baik Sangat Penting 5
2 Baik Penting 4
3 Cukup Baik Cukup Penting 3
4 Kurang Baik Kurang Penting 2
5 Tidak Baik Tidak Penting 1
Sumber : Metode Penelitian Kuantitatif dilengkapi Dengan Perhitungan
Manual &SPSS,Siregar

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepentingan dan kinerja maka akan dihasilkan
suatu perhitungan mengenai tingkat kepentingan antara kinerja fasilitas pelayanan
penumpang di Stasiun Binjai. Hasil skor dari nilai kepentingan dan kinerja di
jabarkan pada diagram kartesius dan dapat dilihat pada Gambar III.6 berikut ini :
Gambar III. 6 Diagram Cartecius Important Performance Analysis Sumber : J.
Supranto, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan, 2001
Selanjutnya hasil perhitungan tersebut diletakkan dalam kuadran yang ada di dalam
diagram kartesius tersebut, yaitu:
a. Kuadran I (Prioritas Tinggi/ Lebih Penting, Kurang Puas) Menujukkan atribut-
atribut pelayanan yang dianggap penting / sangat penting mempengaruhi
kepuasan pelanggan, namun pihak manajemen perusahaan belum dapat
memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan pengguna jasa. Sehingga
pelanggan merasa kurang puas / tidak puas serta pihak manajemen atau
penyedia jasa harus meningkatkan tingkat pelayanan agar dapat memenuhi
kebutuhan pengguna jasa.
b. Kuadran II (Pertahankan/ Lebih Penting, Lebih Puas) Menunjukkan tingkat
kepuasan/ kinerja dari kualitas pelayanan yang telah berhasil dilaksanakan oleh
perusahaan, oleh karena itu wajib dipertahankan. Atribut ini dianggap penting /
sangat penting oleh pelanggan, dan dalam pelaksanaannya pelanggan telah
merasa puas / sangat puas.
c. Kuadran III (Prioritas Rendah / Kurang Penting, Kurang Puas) Menunjukkan
atribut yang kurang penting pengaruhnyabagi pelanggan, pelaksanaanya oleh
perusahaan dilakukan biasa-biasa saja, dianggap kurang penting/ tidak penting
oleh pelanggan dan kinerjanya pun dinilai kurang memuaskan / tidak
memuaskan pelanggan.
d. Kuadran IV (Berlebihan/ Kurang Penting, Lebih Puas) Menunjukkan atribut
yang kurang penting pengaruhnya bagi pelanggan, akan tetapi dalam
pelaksanaannya berlebihan, dianggap kurang penting/ tidak penting oleh
pelanggan tetapi kinerjanya memuaskan/ sangat memuaskan.

7. Customer Satisfaction Index (CSI)

Customer Satisfaction Index (CSI) ini digunakan untuk mengetahui tingkat


kepuasan konsumen pengguna jasa secara menyeluruh dengan melihat tingkat
kepentingan dari atribut – atribut produk/jasa. Menurut Aritonang (2005) untuk
mengetahui besarnya CSI ini langkah – langkah yang dilakukan adalah sebgai
berikut:

1. Menentukan Mean Importance Score (MIS)


Mean Importance Score (MIS) atau rata – rata skor pentingnya. Nilai ini
berasal dari rata – rata kepentingan tiap konsumen.

…….. Rumus III. 8


Dimana :
N : Jumlah Konsumen
Yi : Nilai kepentingan atribut Y ke-i

2. Membuat Weight Factors (WF) atau factor pendorong tertimbang. Bobot ini
merupakan presentase nilai MIS per-atribut terhadap total MIS seluruh
atribut

Rumus III. 9

Dimana :

P : atribut kepentingan ke – p

3. Membuat Weight Score (WS) atau skor tertimbang


Bobot ini merupakan perkalian antara WF denga rata – rata tingkat kepuasan
atau Mean Satisfaction Score (MSS).

…… Rumus III. 10
WSi = WFi x MSS

4. Menentukan Costumer Satisfaction Index

......Rumus 11

Dimana :
P : atribut kepentingan ke-p
HS : Highest Scale skala maksimum yang digunakan

Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat
kepuasan pelanggan atau konsumen, dengan kriteria sebagai berikut:

a. 0,81 – 1,00 : Sangat Puas

b. 0,66 – 0,80 : Puas

c. 0,51 – 0,65 : Cukup Puas

d. 0,35 – 0,50 : Kurang Puas


e. 0,00 – 0,34 : Tidak Puas

8. Peramalan penumpang
Untuk mendapatkan jumlah peramalan penumpang di Stasiun Binjai dapat
menggunakan Metode Least Square dengan rumus berikut:

Y = a + bX …….. Rumus III. 12

Keterangan:
Y : nilai variable berdasarkan garis regresi

X : variable independen;
A : konstanta
b : koefisien arah regresi linear

9. Perhitungan untuk fasilitas peron Stasiun Binjai

........Rumus III. 13

Keterangan:
B : lebar peron (meter)
V : jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 th.

Lf : load factor (80%)


L : panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang kereta api

Anda mungkin juga menyukai