Anda di halaman 1dari 15

Makalah Desain Penelitian Kualititaif

Metodologi Penelitian

Ahmad Taufik
Moh Fadel Laminullah
Moh Zulkifli Djeppu

MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS ICHSAN GORONTALO
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
 Latar Belakang

Dalam penelitian kuantitatif, salah satu hal penting yang harus dilakukan oleh peneliti ialah
membuat desain penelitian karena desain penelitian seperti petunjuk jalan bagi peneliti yang
menuntun dan menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar, sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar  dalam penelitian kuantitatif, seorang
peneliti tidak dapat melakukan penelitian dengan baik karena peneliti tidak mempunyai pedoman
arah yang jelas. Peneliti perlu menghindari sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian
secara keseluruhan, agar tercapai pembuatan desain yang benar.
Mengingat pentingnya desain dalam menyusun sebuah penelitian, maka kami coba
merangkumnya dalam makalah ini untuk memudahkan proses belajar mendesain penelitian
dimasa mendatang.
 Rumusan Masalah

1. Kesalahan apa saja yang biasa timbul dalam mendesain penelitian kuantitatif?
2. Sebutkan dan jelaskan jenis desain penelitian dalam metode penelitian kuantitatif!

 Tujuan

1. Mengetahui kesalahan yang biasa timbul dalam mendesain penelitian


2. Mengetahui secara rinci jenis desain penelitian dan mengaplikasikan dalam
kehidupan
3. sehari-hari
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kesalahan dalam Mendesain Penelitian
Dalam menyusun sebuah penelitian, pasti ada kendala atau kesalahan yang timbul. Penulis akan
menjabarkan beberapa kesalahan dan cara untuk meminimalisir timbulnya kesalahan tersebut,
diantaranya:
1. Kesalahan terjadi saat desain penelitian dibuat : Kesalahan dalam perencanaan
dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam menyusun desain yan akan
digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini dapat terjadi jika peneliti
salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam merumuskan masalah akan
menghasilkan informasi yang tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah
yang sedang diteliti. Cara untuk mengatasi kesalahan ini ialah mengembangkan
proposal yang baik dan benar, secara jelas menentukan metode tertentu yang akan
digunakan dalam penelitian, dan menemukan nilai tambah pada penelitian yang
akan dijalankan.
2. Kesalahan terjadi saat pengumpulan data dilaksanakan : Kesalahan dalam
pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam proses
pengumpulan data dilapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat kesalahan
yang sudah terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Data yang
dikoleksi harus mewakili populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan
datanya harus dapat menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini
ialah kehati-hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah
dirancang dalam proposal.
3. Kesalahan saat analisis dilakukan : Kesalahan dalam melakukan analisis dapat
terjadi pada saat peneliti salah dalam memilih prosedur analisis data. Cara
mengatasi masalah ini ialah buatlah justifikasi prosedur analisis, yang digunakan
untuk melakukan inferensi terhadap data yang ada.
4. Kesalahan saat membuat laporan : Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika
peneliti membuat kesalahan dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Kesalahan
seperti ini terjadi pada saat memberikan makna hubungan dan angka yang
diidentifikasi dari tahap analisis data. Cara mengatasi kesalahan ini ialah hasil
analisis data diperiksa oleh orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah
hasil penelitian tersebut.

2.2. Jenis Desain Penelitian dalam Metode Penelitian Kuantitatif


Sebelum membicarakan desain penelitian dalam aliran kuantitatif, di bawah ini diberikan
gambaran umum mengenai desain penelitian yang ada yaitu :
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, terdapat dua desain utama, yaitu
desain penelitian eksploratori dan desain penelitian konklusif. Dalam desain penelitian konklusif
terdapat dua subdesain, yaitu desain untuk penelitian deskriptif dan penelitian kausal.
1. Desain penelitian eksploratori digunakan untuk penelitian awal yang berfungsi
untuk menjelaskan dan mendefinisikan suatu masalah. Penelitian bersifat awal dan
tidak untuk mencari kesimpulan akhir. Hal yang termasuk dalam kategori ini ialah
survei yang dilakukan oleh ahli, studi kasus, analisis data sekunder, dan penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif.
2. Desain penelitian konklusif digunakan untuk penelitian deskriptif dan penelitian
eksperimental. Penelitian deskriptif berfungsi untuk menggambarkan karakteristik /
gejala / fungsi suatu populasi. Metode yang digunakan biasanya survei dan
obsevarsi.
3. Penelitian deskriptif mempunyai karakteristik menggunakan hipotesis, desain
terstruktur dan tidak fleksibel, mengutamakan akurasi dan pemahaman masalah
sebelumnya.
4. Penelitian kausal digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara
variabel, yaitu variabel yang berfungsi sebagai penyebab (variabel bebas) dan
variabel yang berfungsi sebagai variabel akibat (variabel tergantung).

Dalam penelitian kuantitatif, yang bersifat konklusif ada dua macam tipe desain, yaitu
desain ex post facto dan desain eksperimental
Faktor-faktor yang membedakan kedua desain ini ialah pada desain ex post facto tidak terjadi
manipulasi variabel bebas, sedangkan pada desain eksperimental terdapat adanya manipulasi
variabel bebas. Tujuan utama pengguna desain ex post facto ialah bersifat eksplorasi dan
deskriptif, sedangkan desain eksperimental bersifat eksplanatori (sebab-akibat). Jika dilihat dari
tingkat pemahaman permasalahan yang diteliti, desain ex post facto menghasilkan tingkat
pemahaman persoalan yang  dikaji pada tataran permukaan, sedangkan desain eksperimental
dapat menghasilkan tingkat pemahaman yang lebih mendalam (inferensi). Kedua desain utama
tersebut mempunyai subdesain yang lebih khusus. Studi lapangan dan survei termasuk dalam
kategori pertama. Percobaan di lapangan (field experiment) dan percobaan di laboratorium
(laboratory experiment) termasuk dalam ketegori kedua. Dibawah ini akan dijelaskan secara
rinci mengenai subdesain ex post facto, subdesain eksperimental, desain spesifik ex post
facto dan eksperimental, dan desain eksperimental tingkat lanjut.
1. Subdesain Ex Post Facto
2. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan desain penelitian yang mengombinasikan antara pencarian literatur
(literature study), survei berdasarkan pengalaman dan studi kasus saat peneliti berusaha
mengidentifikasi variabel penting dan hubungan antarvariabel tersebut dalam suatu situasi
permasalahan tertentu. Studi lapangan umumnya digunakan sebagai sarana penelitian lebih lanjut
dan mendalam.
1. Survei

Desain survei tergantung pada penggunaan jenis kuesioner yang akan digunakan dalam
mengambil data. Survei memerlukan populasi yang besar jika peneliti menginginkan hasilnya
mencerminkan kondisi nyata. Semakin sampelnya besar, survei semakin memberikan hasil yang
lebih akurat. Melalui survei seorang peneliti dapat mengungkap masalah yang banyak, meski
hanya sebatas dipermukaan. Meskipun demikian, survei bermanfaat jika peneliti menginginkan
informasi yang banyak dan beraneka ragam. Metode survei sangat populer karena banyak
digunakan dalam penelitian bisnis.  Keunggulan survei yang lain ialah mudah melaksanakan dan
dapat dilakukan secara cepat.
2. Subdesain Eksperimental

2. Eksperimen Lapangan

Desain eksperimen lapangan merupakan penelitian yang dilakukan dengan menggunakan latar
yang realistis, penelitian melakukan campur tangan dan melakukan manipulasi terhadap variabel
bebas dengan tujuan untuk melihat efeknya pada variabel tergantung.
1. Eksperimen Laboratorium

Desain eksperimen laboratorium menggunakan latar tiruan dalam melakukan penelitiannya.


Melalui desain ini, peneliti melakukan campur tangan dan maniupulasi variabel bebas, serta
memungkinkan peneliti untuk melakukan kontrol terhadap aspek kesalahan utama.
3. Desain Spesifik Ex Post Facto dan Eksperimental

Sebelum membicarakan desain spesifik  ex post facto dan eksperimental, sistem notasi yang
digunakan perlu diketahui terlebih dahulu. Sistem notasi tersebut adalah sebagai berikut :
X : Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji terhadap suatu
perlakuan eksperimental pada variabel bebas, kemudian efek pada variabel tergantungnya akan
diukur.
O : Menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variabel tergantung yang
sedang diteliti pada individu, kelompok atau objek tertentu.
R : Menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan
secara random untuk tujuan studi.
1. Ex Post Facto

Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa desain ex post facto tidak ada manipulasi perlakuan
terhadap variabel bebasnya, maka sistem notasinya, baik studi lapangan atau survei hanya ditulis
dengan O atau O lebih dari satu.
 
Contoh 1 : Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua populasi, yaitu perusahaan A dan
perusahaan B, maka notasinya :
O1
O2
Dimana O1 merupakan kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan A dan O2 merupakan
kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan B.
 
Contoh 2 : Secara random kita meneliti 200 perusahaan dari populasi 1000 perusahaan mengenai
sistem penggajiannya. Survei dilakukan dengan cara mengirim kuesioner pada 200 manajer,
maka konfigurasi desainnya akan seperti dibawah ini :
(R) O1
Dimana O1 mewakili survei di 200 perusahaan dengan memberikan kuesioner kepada 200
manajer yang dipilih secara random (R),
Apabila sampel yang sama kita teliti secara berulang, misalnya selama tiga kali dalam tiga bulan
berturut-turut, maka notasinya adalah :
1. R) O3

Dimana O1 merupakan observasi yang pertama, O2 merupakan observasi yang kedua, dan
O1 merupakan observasi yang ketiga.
1. Desain-desain Eksperimental

Desain eksperimental dibagi menjadi dua, yaitu : pre-eksperimental (quasi-experimental) dan


desain eksperimental sebenarnya (true-experimental). Perbedaan kedua tipe desain ini terletak
pada konsep kontrol. Pada quasi-eksperimental tidak terdapat kelompok pengontrol, sedangkan
pada kelompok eksperimental sebenarnya terdapat satu kelompok yang diteliti dan satu
kelompok lain yang berfungsi sebagai pengontrol.
1. One Shot Case Study
Desain eksperimental yang paling sederhana disebut One Shot Case Study. Desain ini digunakan
untuk meneliti pada satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan pengukurannya
dilakukan satu kali. Desainnya adalah sebagai berikut :
XO
Contoh : Satu kelompok pegawai diberi pelatihan berbicara bahasa Inggris, kemudian dilakukan
tes untuk menguji kemampuan berbahasa Inggris karyawan tersebut.
 
 
2. One Group Pre-test – Post test Design

Desain kedua disebut One Group Pre-test – Post test Design yang merupakan perkembangan


dari desain diatas. Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran di
depan (pre-test), sebelum adanya perlakuan (treatment), setelah itu dilakukan pengukuran
lagi (post-test). Desainnya adalah sebagai berikut:
O1  XO2
Pada desain ini, peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu objek yang diteliti, kemudian
peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu, pengukuran dilakukan lagi  untuk kedua
kalinya.
Contoh : Satu kelompok pegawai dites kemampuan berbahasa Inggris mereka dan diberikan
pelatihan bahasa Inggris. Setelah selesai pelatihan, dilakukan tes untuk menguji kemampuan
berbahasa Inggris karyawan tersebut lagi.
Desain tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk lainnya yaitu, desain time series. Jika
pengukuran dilakukan secara berulang dalam kurun waktu tertentu, maka desainnya menjadi
seperti bawah ini :
O1 O2 O3 XO4 O5 O6
Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3 kali berturut-turut,
kemudian dia memberikan perlakuan pada objek yang di teliti. Selanjutnya, peneliti melakukan
pengukuran selama 3 kali lagi setelah  perlakuan dilakukan.
3. Static Group Comparison

Desain ketiga adalah Static Group Comparison yang merupakan modifikasi dari desain 2. Dalam
desain ini terdapat  dua kelompok yang dipilih sebagai  objek penelitian. Kelompok pertama
mendapatkan perlakuan, sedangkan kelompok kedua tidak mendapatkan perlakuan. Kelompok
kedua ini berfungsi sebagai kelompok pembanding / pengontrol. Desainnya adalah sebagai
berikut:
XO1
O2
Contoh : Terdapat dua kelompok pegawai yang akan diteliti. Kelompok pertama diberi pelakuan,
misalnya pelatihan administrasi dan di lakukan pengujian akan kemampuan administrasi 
mereka. Namun, kelompok kedua tanpa diberi pelakuan dan langsung diuji kemampuan
adminitrasi mereka.
4. Post-test Only Control Group Design

Desain ini merupakan desain yang paling sederhana dari desain eksperimental sebenarnya (true
experimental design), karena responden benar-benar dipilih secara random dan diberi perlakuan,
serta ada kelompok pengontrolnya. Desain ini sudah memenuhi kriteria eksperimen sebenarnya,
yaitu dengan adanya manipulasi variabel, pemilihan kelompok yang teiliti secara random, dan
seleksi perlakuan. Desainnya adalah sebagai berikut :
( R )       XO1
( R ) O2
Contoh : Terdapat dua kelompok pegawai yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi
perlakuan, misalnya diberi intruksi tertulis dan lisan, sedangkan kelompok kedua tidak.
Kelompok pertama diberi perlakuan oleh peneliti, kemudian dilakuakan pengukuran. Kelompok
kedua yang digunakan sebagai  kelompok pengontrol tidak diberi perlakuan, tetapi  hanya
dilakukan pengukuran saja. Bagaimana hasil pemahaman kedua kelompok tersebut terhadap
kedua jenis intruksi yang digunakan sebagai perlakuan tersebut ?
5. Pre-test – Post-test Control Group Design

Desain ini merupakan pengembangan desain Post-test Only Control Group Design. Perbedaanya
teletak pada baik kelompok  pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran di
depan (pre-test). Desainnya adalah sebagai berikut:
( R )    O1 XO2
( R ) O3 O4
Contoh : Terdapat dua kelompok pegawai yang dipilih secara random. Kelompok pertama diberi
perlakuan, misalnya diberi intruksi tertulis dan lisan, sedangkan kelompok kedua tidak.
Kelompok pertama diberikan  tes terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan oleh peneliti 
dan dilakukan pengetesan kembali. Kelompok kedua yang digunakan sebagai kelompok
pengontrol tidak diberi perlakuan, tetapi hanya dilakukan pengukuran saja, yaitu sebanyak dua
kali pengujian. Bagaimana hasil pemahaman kedua kelompok tersebut terhadap kedua jenis
intruksi  yang digunakan sebagai perlakuan tersebut?
 
6. Soloman Four Group Design

Desain ini merupakan kombinasi Post Test Only Control Group Design dan Pre-test – Post-test
Control Group Design  yang merupakan model desain  ideal untuk  melakukan penelitian
eksperimen terkontrol. Peneliti dapat melakukan sekecil mungkin sumber kesalahan karena
adanya empat kelompok yang berbeda dengan enam format pengukuran. Desainnya adalah
sebagai berikut :
( R )     O1  XO2
( R ) O3 O4
( R )     XO5
( R ) O6
Contoh : Peneliti memilih empat kelompok pegawai secara random. Kelompok pertama yang
merupakan kelompok inti diberi perlakuan dan dua kali pengukuran, yaitu di depan (pre-test) dan
sesudah perlakuan (post-test). Kelompok kedua sebagai kelompok pengontrol tidak diberi
perlakuan, tetapi dilakukan pengukuran seperti di atas, yaitu pengukuran di depan (pre-test) dan
pengukuran sesudah perlakuan (post-test). Kelompok ketiga diberi perlakuan, hanya dilakukan
satu kali pengukuran sesudah dilakukan perlakuan (post-test). Kelompok keempat sebagai
kelompok pengontrol, kelompok ketiga hanya diukur satu kali saja.
 
4. Desain Eksperimental Tingkat Lanjut

4. Desain Random Sempurna (Completely Randomised Design)

Desain ini digunakan untuk mengukur pengaruh suatu variabel bebas yang  dimanipulasi
terhadap variabel tergantung. Pemilihan kelompok secara random dilakukan untuk mendapatkan
kelompok yang ekuivalen.
 
Contoh Kasus:
Pihak direksi suatu perusahaan ingin mengetahui pengaruh tiga jenis yang berbeda dalam
memberikan instruksi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan. Dalam tujuan penelitian ini
dipilih secara random tiga kelompok, masing-masing beranggotakan 25 orang. Instruksi untuk
kelompok pertama diberikan secara lisan, untuk kelompok kedua secara tertulis, dan untuk
kelompok ketiga instruksinya tidak spesifik. Ketiga kelompok diberi waktu sekitar 15 menit
untuk memikirkan situasinya. Selanjutnya, ketiganya diberi tes objektif untuk mengetahui tingkat
pemahaman mereka mengenai pekerjaan yang akan dilakukan.
 
Formulasi masalah kasus ini ialah : Apakah manipulasi variabel bebas mempengaruhi
pemahaman para pegawai bawahan dalam melaksanakan pekerjaan mereka? Tujuan studi ini,
yaitu menentukan jenis instruksi yang dapat menciptakan pemahaman yang lebih baik terhadap
pekerjaan yang diperintahkan oleh atasan. Contoh desain penelitiannya sebagai berikut :

Kelompok Eksperimental Kelompok Pengontrol


Instruksi
A1. (Lisan) A2. (Tertulis) A3. (Tidak Spesifik)
X1.1 X1.2 X1.3

X2.1 X2.2 X2.3

X3.1 X3.2 X3.3

X25.1 X25.2 X25.3

Perlakuan X.1 X.2 X.3

1. Desain Blok Random (Randomised Block Design)

Desain ini merupakan penyempurnaaan desain random sempurna diatas. Pada desain


sebelumnya, perbedaan yang terdapat pada masing-masing individu tidak diperhatikan, sehingga
menghasilkan kelompok yang mempunyai anggota yang berbeda karakteristiknya. Perlu memilih
anggota kelompok (responden) yang berasal dari populasi yang mempunyai karakteristik sama
agar desain yang kita buat dapat menghasilkan keluaran yang baik. Oleh karena itu, peneliti
harus dapat mengidentifikasi beberapa sumber utama perbedaan yang dimaksud secara dini.
Contoh desainnya sebagai berikut:

Kelompok
Kelompok Eksperimental
Pengontrol
Instruksi

A1. (Lisan) A2. (Tertulis) A3. (Tidak Spesifik)


Blok
B1 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X1

B2 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X2

B3 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X3

B4 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X4

B5 5 (pekerja) 5 (pekerja) 5 (pekerja) X5

Rata-Rata
X.1 X.2 X.3
Perlakuan

 
Desain di atas dapat diterangkan sebagai berikut : Pada saat studi dilakukan dengan
menggunakan desain sebelumnya, para anggota dari tiga kelompok berasal dari berbagai latar
belakang anggota yang berbeda dalam sebuah perusahaan. Perbedaan latar belakang anggota
merupakan suatu gangguan atau yang disebut sebagai variabel pengganggu. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penyamaan para anggota dari masing-masing kelompok. Caranya ialah dengan
menciptakan blok yang berfungsi untuk mendapatkan anggota kelompok yang sama. Dalam
kasus ini, blok ditentukan berdasarkan pada departemen (bagian) dari para anggota kelompok
berasal. Misalnya, blok 1 adalan bagian keuangan, blok 2 adalah pemasaran, blok 3 adalah
bagian teknik, blok 4 adalah bagian operasional, blok 5 adalah bagian SDM.
 
Selanjutnya pekerja yang berasal dari bagian yang sama dibagi menjadi lima, berdasarkan
departemen masing-masing. Selanjutnya, setiap kelompok mendapatkan perlakuan yang sama,
kelompok pertama mendapatkan intruksi lisan, kelompok kedua mendapatkan intruksi tertulis,
dan kelompok ketiga mendapatkan intruksi tidak spesifik. Peneliti dapat melihat dampak yang
disebabkan oleh sistem blok per departemen dan interaksi dari instruksi atas ketiga kelompok
tersebut, dengan menggunakan desain ini.
 
1. Desain Latin Square (The Latin Square Design)

Desain ini digunakan untuk mengontrol dua variabel pengganggu sekaligus. Berkaitan dengan
kasus diatas, masih terdapat satu variabel pengganggu lainnya, yaitu “kemampuan para pekerja”.
Variabel kemampuan para pekerja, kita bagi menjadi tiga tingkatan, yaitu kemampuan tinggi,
kemampuan menengah, dan kemampuan rendah. Ketiga tingkatan variabel kemampuan tersebut
kita tempatkan pada baris dan kolom model Latin Square. Desain ini terdiri dari tiga baris dan
tiga kolom dan secara random diambil 3 pegawai dari masing-masing departemen. Desainnya
adalah seperti dibawah ini:
Kemampuan Para Pekerja

Blok C1 C2 C3 Rata-rata

B1 (a1)x1 (a2)x1 (a3)x1 X1…

B2 (a2)x2 (a3)x2 (a1)x2 X2…

B3 (a3)x3 (a1)x3 (a2)x3 X3…

 
1. Desain Faktorial

Desain faktorial digunakan untuk mengevaluasi dampak kombinasi dari dua atau lebih perlakuan
terhadap variabel tergantung. Pada kasus dibawah ini, analisis faktorial diaplikasikan dengan
menggunakan desain random sempurna dengan format 3 baris dan 3 kolom.
 
Kasus penelitiaanya : Peneliti ingin melihat dua variabel bebas, yaitu tingkat kontras dan panjang
baris sebuah iklan. Tingkat kontras dimanipulasi menjadi rendah, medium, dan tinggi, sedangkan
panjang baris dimanipulasi menjadi 5 inci, 7 inci, dan 12 inci. Desainnya adalah sebagai berikut :
Tingkat Kontras
Panjang B1. B2. B3. Rata-rata

Baris Rendah Medium Tinggi Perlakuan

A1. 5 inci X1 x.1

A2. 7 inci X2 x.2

A3. 12 inci X3 x.3

Rata-rata
x.1. x.2. x.3.
Perlakuan

 
Pada tabel desain diatas, X1 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca
iklan dengan panjang baris 5 inci dan tingkat kontras warna rendah, X2 mempunyai arti
responden yang mendapat perlakuan membaca iklan dengan panjang baris 7 inci dan tingkat
kontras warna medium, dan X3 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca
iklan dengan panjang baris 12 inci dan tingkat kontras warna tinggi. Dari format diatas, kita akan
mendapatkan 9 kombinasi yang berbeda.
 
 
 
 
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Desain penelitian sangat penting dipelajari karena desain penelitian seperti petunjuk jalan bagi
peneliti yang menuntun dan menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar,
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tanpa desain yang benar  dalam penelitian
kuantitatif, seorang peneliti tidak dapat melakukan penelitian dengan baik karena peneliti tidak
mempunyai pedoman arah yang jelas.
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, terdapat dua desain utama, yaitu
desain penelitian eksploratori dan desain penelitian konklusif. Dalam desain penelitian konklusif
terdapat dua subdesain, yaitu desain untuk penelitian deskriptif dan penelitian kausal.
 
DAFTAR PUSTAKA
Mikkelsen, Britha. (2011). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya Pemberdayaan. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Sarwono, Jonathan. (2013). Strategi Melakukan Riset Kuantitatif, Kualitatuf, dan Gabungan.
Yogyakarta: Andi.

Anda mungkin juga menyukai