Anda di halaman 1dari 8

• Abstrak maksimal 200 kata dalam Bahasa Indonesia

• BAB I : Pendahuluan

Upaya perbaikan gizi merupakan salah satu amanat dalam UU no 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan. Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat yang dilakukan pada seluruh siklus kehidupan dengan
prioritas kelompok rawan bayi dan balita, remaja perempuan, dan ibu hamil dan menyusui.
Oleh karena itu penting untuk mempersiapkan calon pengantin (catin) yang sehat untuk
mempersiapkan kehamilan. Menurut kemenkes 3 dari 10 remaja putri mengalami anemia
dikarenakan gaya hidup yang kurang sehat. Remaja putri yang menderita anemia berisiko
menjadi wanita usia subur yang anemia selanjutnya menjadi ibu hamil anemia, bahkan
juga mengalami kurang energi protein. Ini meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi
berat badan lahir rendah (BBLR) dan stunting. Menurut kemenkes catin adalah WUS yang
disiapkan mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar dapat melahirkan bayi yang normal dan
sehat. Salah satu faktor penting dalam tercapainya ibu hamil yang sehat adalah dengan
mempersiapkan masa pra konsepsi yang sehat diantaranya catin yang bebas anemia. Anemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang
berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin yaitu: Anak balita : <11 gram /dl, Anak
usia sekolah : <12 gram / dl dan Wanita dewasa : <12 gram / dl.

Pentingnya mempersiapkan catin yang sehat dan bebas anemia diantaranya untuk mencegah
terjadinya stunting. Karena anemia merupakan salah satu penyebab stunitng. Ditandai dengan
kurangnya tinggi/panjang badan menurut umur anak (TB/U). Panjang badan digunakan untuk
anak berumur kurang dari 24 bulan dan tingga badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke
atas. Balita pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka ciri masalah gizi
yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronis.

Latar Belakang

Tujuan

1. Tujuan Umum

2. Tujuan Khusus

• BAB II : Kerangka Pikir, Tinjauan Pustaka

Pada tinjauan pustaka ini, penulis akan mengemukakan teori-teori yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang dihadapi dan akan dijadikan landasan teoritis dalam
melaksanakan penelitian. Dimulai pengertian secara umum, sampai pada pengertian yang
berhubungan dengan permasalahan yang diteliti

Anemia dan KEK merupakan masalah yang sering terjadi pada kelompok usia dewasa
terutama pada wanita hamil. Berdasarkan dari data World Health Organization (WHO) pada
tahun 2008, prevalensi anemia ibu hamil di Negara berkembang meningkat dari 35%
menjadi 75%. Keadaan anemia ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin (Hb)

Berdasarkan hasil penelitian

• BAB III : Kegiatan

Pelaksaan Cafe Canting dilakukan oleh tenaga gizi yang berkolaborasi dengan lintas
program. Program yang terlibat diataranya program KIA, farmasi dan Laboratorium.
Pelaksanaan dimulai dengan catin diperiksa kesehatan umum meliputi palpasi abdomen,
pemeriksaan tekanan darah, imunisasi TT 1 dan penimbangan Berat badan. Lalu diberikan
rujukan ke laporatorium untuk pemeriksaan lab, Hb, test pack dan triple eliminasi. Setelah
mendapatkan hasil catin di rujuk kembali ke poli KIA diberikan edukasi kesehatan pra nikah
untuk persiapan kehamilan. Berdasarkan hasil pemeriksaan jika catin mengalami anemia
(peperiksaan Hb <12 mg/dl) diberikan tablet tambah darah sebanyak 60 tablet yang
dikonsumsi sebayak 2 kali sehari. Pemeriksaan ulang dilakukan pada saat mendapatkan
vaksin TT 2. Bagi catin yang dengan kadar Hb > 12 mg/dl diberikan TTD sebanyak 10 tablet
yang diminum 1 kali seminggu pada hari yang sama sebagai tindakan pencegahan
terjadinya anemia.

• BAB IV : Pembahasan

Kegiatan ini dicanangkan pada awal bulan Juni 2022 dengan harapan dapat menurunkan
angka stunting di wilayah kerja Puskesmas Panglayungan. Pada saat ini telah dilaksanakan
pertemuan dengan PMB (Praktik Mandiri Bidan) untuk sama-sama memberikan edukasi
terkait kegiatan ini.

• BAB V : Kesimpulan dan Saran • Daftar Pustaka

• Lampiran – lampiran (Dokumentasi berupa foto kegiatan)

1265 jml bumil anemia thn 2020 opendata.jabarprov.go.id


 

USER
Username
Password

 Remember me
Log In

ABOUT THE AUTHORS

Sudikno Sudikno
Pusat Penelitian dan Pengembangan Upaya Kesehatan Masyarakat, Balitbangkes,
Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
Indonesia

Sandjaja Sandjaja

Indonesia

ARTICLE TOOLS

 Print this article

 Indexing metadata

 How to cite item

 Review policy

 Email this article (Login required)

 Email the author (Login required)


NOTIFICATIONS

 View
 Subscribe / Unsubscribe

J O U R N A L C O N T E N T Search

      
Search

Browse

 By Issue
 By Author
 By Title
 Other Journals

 Home
 
 About
 
 Log In
 
 Search
 
 Current
 
 Archives
 
 Announcements
 
 Online Submission
 
 Editorial Team
 
 Editorial Board
Home > Vol 7, No 2 (2016) > Sudikno
PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO ANEMIA
PADA WANITA USIA SUBUR DI RUMAH TANGGA
MISKIN DI KABUPATEN TASIKMALAYA DAN
CIAMIS, PROVINSI JAWA BARAT
Sudikno Sudikno, Sandjaja Sandjaja

DOI : 10.22435/kespro.v7i2.4909.71-82

Abstract

Abstract

Background: Anemia in women of reproductive age remains a nutritional problem in


developing countries, especially among poor households. Objective: This study aimed
to determine the prevalence and risk factors for anemia among women of
reproductive age (WRA) in poor households. Methods: The study design was cross-
sectional. The research was conducted in June-July 2011 in two selected districts,
namely Tasikmalaya and Ciamis, West Java Province. A sample was 146 WRA of poor
households in 24 villages selected peri-urban. The inclusion criteria include healthy
WRA age 15-35 years, did not suffer serious illness (chronic or acute), severe anemia
(<7 g / dl), and had been wiling to participate in research by signing an informed
consent. While, the exclusion criteria were WRA who were still breastfeeding, and
WRA are pregnant Results: The prevalence of anemia among women of reproductive
age (hemoglobin level <12 g / dl) in this study was 9.6 percent. The women of
reproductive age with low ferritin status were 4.01 times likely to become anemic
(95% CI: 1.03-15.48) compared with those with sufficient ferritin status after being
controlled by vitamin A status and age. Conclusion: This study showed that there
was a relationship between serum ferritin with anemia in women of reproductive age
in poor households.

Keywords: risk factors, anemia, women of reproductive age, poor household


 

Abstrak

Latar belakang: Anemia pada wanita usia subur masih merupakan masalah gizi di
negara berkembang

, terutama pada rumahtangga miskin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk


mengetahui prevalensi dan faktor risiko anemia pada wanita usia subur (WUS) di
rumahtangga miskin. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross-
sectional. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Tasikmalaya dan Ciamis. Sampel
sebanyak 146 WUS dari rumahtangga miskin di 24 desa peri-urban yang terpilih.
Kriteria inklusi meliputi WUS yang sehat, usia 15-35 tahun, tidak menderita penyakit
serius (kronis atau akut), dan tidak mengalami anemia yang serius (<7 g/dl), dan
bersedia ikut dalam penelitian. Hasil: Prevalensi anemia WUS (kadar hemoglobin <12
g/dl) pada peneltian ini sebesar 9,6 persen. Pada WUS dengan status feritin yang
kurang berisiko untuk menjadi anemia sebesar 4,01 kali (95% CI: 1,03-15,48)
dibandingkan dengan WUS dengan status feritin yang cukup setelah dikontrol oleh
variabel status vitamin A dan umur. Kesimpulan: Adanya hubungan antara serum
feritin dengan anemia pada wanita usia subur di rumah tangga miskin setelah
dikontrol oleh status vitamin A dan umur.

Kata kunci: faktor risiko, anemia, wanita usia subur, rumah tangga miskin

http://ejournal.litbang.kemkes.go.id/

Calon pengantin merupakan pasangan laki-laki dan perempuan yang akan segera hidup
bersama dalam mahligai rumah tangga dan membentuk keluarga dalam ikatan pernikahan
(Kemenag, 2009). Masalah pra nikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah akan segera menjalani proses konsepsi. Kualitas seorang generasi penerus
akan ditentukan oleh kondisi sejak sebelum hamil dan selama kehamilan. Kesehatan
prakonsepsi menjadi sangat penting untuk diperhatikan termasuk status gizinya, terutama
dalam upaya mempersiapkan kehamilan karena akan berkaitan erat dengan outcome
kehamilan (Paratmanitya & Hadi, 2012). Kehamilan merupakan impian bagi pasangan suami
istri dengan memiliki seorang anak, salah satu tujuan dari pernikahan telah terpenuhi. Bagi
beberapa wanita, hamil adalah hal yang sangat mudah didapatkan. Namun, ada beberapa
wanita yang harus melakukan banyak usaha untuk dapat hamil. Pengetahuan gizi sangat
diperlukan bagi pasangan suami istri dalam mempersiapkan kehamilan terutama bagi
pasangan yang akan menikah (Nuryani, 2012). Kehamilan yang sehat membutuhkan
persiapan fisik dan mental, oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan
sebelum masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik akan
berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik, serta psikologis ibu pada kehamilan
menjadi lebih baik. Pengaturan gizi yang baik juga sangat berperan dalam proses
pembentukan sperma dan sel telur yang sehat. Status gizi yang baik dapat mencegah
masalah gizi pada saat kehamilan seperti anemia, KEK, pencegahan infeksi dan komplikasi
kehamilan ( Oktaria dan Juli , 2016). Anemia dan KEK merupakan masalah yang sering
terjadi pada kelompok usia dewasa terutama pada wanita hamil. Berdasarkan dari data
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, prevalensi anemia ibu hamil di Negara
berkembang meningkat dari 35% menjadi 75%. Keadaan anemia ditandai dengan
penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematokrit dan jumlah eritrosit dibawah nilai 2 normal
yaitu 25 kg/m2. Hasil analisis bivariat dengan odds ratio (OR) terhadap obesitas didapatkan
OR sebesar 2.695 sehingga obesitas merupakan faktor risiko terhadap kejadian
keterlambatan konsepsi (Infertilitas) pasangan suami istri pada laki-laki. Faktor lain yang
berhubungan dengan masalah gizi pra hamil adalah rendahnya pengetahuan gizi.
Rendahnya pengetahuan gizi dapat menyebabkan rendahnya pemilihan makanan dan
memiliki peran dalam masalah gizi. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan menentukan
mudah tidaknya seseorang memahami manfaat kandungan gizi dari makanan yang
dikonsumsi. Pengetahuan gizi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam
pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pendidikan gizi suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan pesan gizi kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan agar
bisa memperoleh pengetahuan tentang gizi yang lebih baik sehingga dapat berpengaruh
pada sikap dan prilaku (Notoatmojo, 2010). Salah satu upaya menanggulangi masalah gizi
melalui peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang dengan melakukan
penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi merupakan suatu prinsip pemasaran yang bersifat edukatif
untuk memperbaiki kesadaran gizi yang bertujuan sebagai salah satu cara dalam
peningkatan pengetahuan seseorang dalam masalah gizi pra kehamilan. Edukasi gizi
merupakan bagian dari kegiatan pendidikan kesehatan, didefinisikan sebagai upaya
terencana untuk mengubah prilaku individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
bidang kesehatan (Chacigo, 2010). Hasil penelitian yang telah dilakukan di KUA kebon Jeruk
Jakarta Barat di dapatkan tingkat pengetahuan masalah gizi pada calon pengantin wanita
yang 3 memiliki pengetahuan kurang 61,5% sedangkan yang memiliki pengetahuan yang
baik yaitu 38,5% (Yulisawati, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan masalah gizi pada calon pengantin sebelum menikah. Oleh karena itu
berdasarkan data dan teori di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap gizi pra kehamilan pada calon
pengantin di Jakarta Barat. B. Identifikasi Masalah Masalah gizi yang terjadi sebelum
kehamilan seharusnya dapat diatasi sebelum kehamilan terjadi, yaitu melalui penyuluhan
kesehatan. Penyuluhan kesehatan mendorong seseorang memiliki kemampuan optimal
yang berupa pengetahuan, perubahan sikap, dan tindakan. Beberapa peneliti telah
menyatakan pendidikan kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan.
Data kondisi di dunia menunjukkan, tujuh juta wanita mengalami kekurangan gizi akibat
gangguan pola makan. Kekurangan gizi yang dialami oleh wanita di Indonesia juga telah
mengakibatkan wanita yang berusia 20-40 tahun sebesar 17,2% nya memiliki berat badan
kurang, dan indeks massa tubuh 18,5 kg/m2. Wanita ini beresiko tinggi untuk melahirkan
berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematur. Namun masalah gizi pra hamil bukan hanya
pada wanita saja, menurut penelitian (Ahsan et al., 2010) laki-laki yang obesitas dapat
mempengaruhi kejadian infertilitas pada laki-laki, selain obesitas keterbiasaan konsumsi
alkohol pada laki-laki juga dapat berpengaruh buruk terhadap janin yang dilahirkan.
Pendidikan kesehatan tentang masalah gizi di Indonesia dalam beberapa program gizi
belum memprioritaskan calon pengantin menjelang pernikahan. Beberapa sasaran
pendidikan kesehatan program gizi di Indonesia banyak dituju pada balita, ibu hamil, ibu
menyusui, remaja serta pencegahan penyakit tertentu. Sedangkan pendidikan kesehatan
pada kelompok pranikah belum menjadi perhatian yang serius (Ulvie et al., 2012). 4 C.
Pembatasan Masalah Masing-masing individu pasti memiliki sikap positif terhadap
kesehatan dirinya serta mempunyai kemampuan dalam melaksanakan upaya peningkatan
derajat kesehatan secara mandiri. Masalah kesehatan bisa disebabkan karena beberapa
faktor, salah satunya karena kurangnya asupan atau kelebihan asupan makanan. Oleh
karena itu, pengetahuan mengenai makanan dan zat gizi perlu ditingkatkan untuk merubah
sikap masyarakat akan kesadaran kesehatan. Mengajak masyarakat menjaga kesehatan dan
asupan makannya memerlukan upaya yang tidak hanya bisa dilakukan dalam waktu singkat,
namun perlu perjalanan waktu yang merubahnya, terutama pada calon pengantin pra
nikah, dalam mengajak dan mensosialisasikan kepada mereka membutuhkan waktu dan
media yang tepat. Upaya yang dapat dilakukan yaitu memberikan pengetahuan gizi pra
nikah untuk mempersiapkan diri menjadi seorang ibu dan ayah dimasa yang akan datang. D.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan dan sikap gizi pra kehamilan pada
calon pengantin di Jakarta Barat. 2. Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi karakteristik
responden (Umur,Pendidikan, Pekerjaan, pendapatan ). b) Mengidentifikasi tingkat
pengetahuan gizi pra kehamilan pada responden sebelum dan sesudah memberikan
penyuluhan c) Mengidentifikasi tentang sikap responden sebelum dan sesudah
memberikan penyuluhan. d) Menganalisis pengaruh penyuluhan terhadap tingkat
pengetahuan dan sikap responden sebelum dan setelah intervensi. E. Manfaat penelitian 1.
Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengalaman dan dapat
menambah wawasan serta pengetahuan tentang pengaruh penyuluhan terhadap 5 tingkat
pengetahuan dan sikap gizi pra kehamilan pada calon pengantin di Jakarta Barat. 2. Bagi
fakultas Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam pengembangan
ilmu pengetahuan mengenai masalah gizi pra kehamilan. 3. Bagi mahasiswa Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya.

http://repository.unimus.ac.id/

Adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal, yang
berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin yaitu:

Anak balita : <11 gram /dl

Anak usia sekolah : <12 gram / dl

Wanita dewasa : <12 gram / dl

Ditandai dengan kurangnya tinggi/panjang badan menurut umur anak (TB/U). Panjang badan
digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tingga badan digunakan untuk anak
berumur 24 bulan ke atas. Balita pendek diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka
ciri masalah gizi yang ditunjukkan oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronis.

Istilah yang digunakan pada WUS yang disiapkan mempunyai kondisi sehat sebelum hamil agar
dapat melahirkan bayi yang normal dan sehat

https://www.kemkes.go.id/

Anda mungkin juga menyukai