Anda di halaman 1dari 14

MATERI INTI Ml-7

ERGONOMI KERJA

I. DESKRIPSI SINGKAT (ABSTRAKSI)


Sampai dengan saat ini, Kementerian Kesehatan secara berkesinambungan
telah berupaya merencanakan serta mengimplementasikan
program/kegiatan kesehatan kerja di masyarakat, yang intinya membantu
dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Program/kegiatan
kesehatan kerja yang telah dikembangkan tidak hanya ditujukan terhadap
sasaran institusi seperti sarana kesehatan, industri kecil-menengah dan
besar, tetapi juga terhadap sasaran langsung kepada para pekerja beserta
lingkungan kerjanya pada waktu bekerja.
Pengembangan program/kegiatan kesehatan kerja tersebut tidak hanya
ditujukan untuk pengembangan institusi dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan kerja, akan tetapi juga yang bersifat terapan langsung, antara lain
seperti penerapan program/kegiatan ergonomi di tempat kerja khususnya
penerapan ergonomi di unit-unit pelayanan kesehatan yang memiliki nilai
strategis dalam hal meningkatkan upaya kesehatan kerja.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu memahami ergonomi kerja.

Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu :
1. Menjelaskan latar belakang ergonomi kerja;
2. Menjelaskan tujuan dan manfaat ergonomi kerja;
3. Menjelaskan dasar-dasar ergonomi kerja;
4. Menjelaskan faktor risiko ergonomi kerja;
5. Menjelaskan penerapan ergonomi kerja;
6. Menjelaskan pembinaan dan evaluasi penerapan program/kegiatan
ergonomi kerja.
III. POKOK BAHASAN & SUB POKOK BAHASAN
1. Latar belakang ergonomi kerja;
2. Tujuan dan manfaat ergonomi kerja;
3. Dasar-dasar ergonomi kerja;
4. Faktor risiko ergonomi kerja;
5. Penerapan ergonomi kerja :
a.Pendekatan penerapan ergonomi kerja;
b.Identifikasi masalah ergonomi kerja;
c.Penanggulangan faktor risiko ergonomi;
6. Pembinaan dan evaluasi penerapan program/kegiatan ergonomi kerja:
a.Pembinaan penerapan program/kegiatan ergonomi kerja;
b.Evaluasi penerapan program/kegiatan ergonomi kerja.

IV. LANGKAH/PROSES
1. Fasilitator memperkenalkan diri (5 menit);
2. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang tujuan pembelajaran dan
pokok bahasan (10 menit);
3. Fasilitator menggali wawasan peserta dengan Brainstorming tentang
Ergonomi Kerja (5 menit);
4. Fasilitator menyampaikan materi pembelajaran dengan bahan tayang
power poin (15 menit);
5. Fasilitator menfasilitasi tanya jawab (10 menit);
6. Fasilitator menfasilitasi pembagian kelompok peserta menjadi 4 kelompok,
dan masing-masing kelompok diberikan tugas studi kasus ergonomi kerja
yang telah disediakan (45 menit);
7. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil
tugas dan disertai diskusi/tanya jawab (35 menit);
8. Tutup acara dengan memberikan apresiasi terhadap peserta (10 menit).
VII. URAIAN MATERI

1. Latar Belakang
Masyarakat pekerja adalah bagian dari komunitas yang ada di tengah-tengah
masyarakat. Dengan meningkatnya status kesehatan masyarakat pekerja
tentu akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja mereka dalam
bekerja, sehingga secara tidak langsung akan berkontribusi atas pencapaian
pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mencoba untuk,


merencanakan serta mengimplementasikan program kesehatan kerja, yang
intinya membantu dalam meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Program
kesehatan kerja yang telah dikembangkan ditujukan terhadap sarana kesehatan,
industri kecil dan menengah maupun terhadap pekerja beserta lingkungan
kerja pada waktu bekerja.

Selain sasaran seperti yang disebutkan diatas, maka telah dikembangkan


juga program-program kesehatan kerja yang bersifat terapan, seperti
penerapan Program/kegiatan ergonomi di tempat kerja khususnya penerapan
program/kegiatan ergonomi di unit-unit pelayanan kesehatan yang memiliki
nilai strategis dalam hal upaya kesehatan kerja misalnya Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas).

Data kajian ergonomik ILO menunjukkan bahwa di industri kecil didapatkan


60-80% gangguan akibatfaktorergonomi, seperti sakit pinggang, kaku leher,
serta keluhan pada anggota gerak atas dan bawah. Penelitian Depkes pada
berbagai penyakit memperlihatkan adanya kelainan atau gangguan kesehatan
para pekerja antara lain; berupa perubahan bentuktulang punggung para perajin
gerabah, myalgia dan nyeri pinggul pada pekerja perempuan di tempat pemilihan
tembakau dan lain-lainnya. Penelitian yang lain oleh Tresnaningsih (2000)
didapatkan bahwa dari 600 pekerja pabrik tekstil di Jawa Barat yang diperiksa
kesehatannya, maka sebanyak205 pekerja (34%) mengeluh sakit pada anggota
gerak bagian atas dan ditemukan sebanyak 132 pekerja (22%) menderita
berbagai otot rangka lainnya.
Hasil kajian yang dilakukan Depkes di 8 (delapan) propinsi tahun 2004
menunjukkan75,8% perajin batu bata mengalami gangguan otot rangka
(sendi tulang belakang); 41 % perajin kulit dan petani kelapa sawit, 22%
nelayan mengalami gangguan visus akibat tidak terlindung pajanan sinar UV;
23,2% perajin batu onix mengalami dermatitis kontak/alergi; 80% nelayan,
79% penambang emas dan perajin onix, 56% perajin alas kaki mengalami
anemia.

Pada kajian profil pekerja yang dilakukan Depkes di 10 (sepuluh) propinsi


tahun 2005 menunjukkan bahwa 40,5% pekerja mengeluh sakit, dan keluhan
yang terbanyak adalah gangguan otot rangka sebesar 16% dari pekerja yang
disurvey. Selain itu, hasil lokakarya tentang ergonomik pertengahan tahun
2006 di Bali teridentifikasi masalah-masalah ergonomik, khususnya berkaitan
dengan penerapan ergonomik di Puskesmas, diantaranya adalah banyak
kasus dengan keluhan muskuloskeletal, masih kurangnya buku pedoman
program, tenaga penyuluh dan informasi tentang ergonomi kerja. Salah satu
hal untuk mengatasi beberapa persoalan diatas adalah dibutuhkannya
pedoman/acuan/standard ergonomi kerja bagi petugas kesehatan di
Puskesmas.

2. Tujuan dan Manfaat Ergonomi Kerja.


A. Tujuan :
Tujuan ergonomi kerja adalah tercapainya keserasian antara pekerja
dengan pekerjaannya dan sebaliknya sehingga terhindar dari penyakit
akibat kerja dan atau kecelakaan akibat kerja serta menciptakan
kenyamanan dalam bekerja.

B. Manfaat :
a. Bagi Petugas Puskesmas :
 Sebagai acuan untuk melaksanakan penerapan program/kegiatan
ergonomi kerja baik di lingkungan Puskesmasnya (Indoor)
maupun di wilayah kerjanya (Outdoor);
b. Bagi Pekerja:
 Status kesehatan meningkat;
 Kinerja dan produktivitas kerja meningkat;
c. Bagi tempat kerja :
 Meningkatnya citra/image tempat kerja;
 Terciptanya lingkungan tempat kerja yang sehat, aman,
nyaman, efektif dan efisien.

3. Dasar-Dasar Ergonomi Kerja


Ergonomi kerja adalah ilmu tentang kemampuan, keterbatasan dan sifat
manusia dalam sistem kerjanya serta memanfaatkan pengetahuan ini
untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang efektif, aman, sehat, nyaman
dan efisien. Bidang-bidang kajian ergonomi meliputi elemen-elemen
sistem kerja, sebagai berikut :
A. Elemen “ Manusia”
a. Antropometri:
llmu tentang dimensi tubuh manusia (ukuran-ukuran tubuh).
Contohnya: tinggi badan, berat badan, panjang lengan, panjang
tungkai dan Iain-lain.
b. Fisiologi/Faal kerja :
llmu tentang tubuh, lingkungan mikro dan metabolismenya untuk
menghasilkan energi kerja.
c. Biomekanika:
llmu tentang mekanika tubuh atau bagian tubuh dalam beraktivitas
kerja
d. Psikososial kerja:
Mempelajari segi-segi kejiwaan manusia dalam bekerja,
diantaranya kejenuhan, beban kerja berlebihan, kerja bergilir,
stress kerja, pemahaman cara kerja/proses kerja, tuntutan
pekerjaan yang terlalu tinggi, hubungan atasan dengan bawahan
dan antarrekan sekerja.
B. Elemen "mesin/peralatan":
Mesin atau peralatan yang dipergunakan dalam proses kerja dan
penunjang kerja, diantaranya tangga, pintu, jendela, lantai, lemari, rak,
meja, kursi, poster petunjuk, kipas angin, lampu, speaker, toilet dan
tempat sampah.
C. Elemen "bahan":
Bahan baku dalam proses produksi, misalnya tanah liat, rotan, kulit dan
kayu.
D. Elemen "lingkungan kerja":
Diantaranya mengenai perancangan tempat kerja, pengaruh lingkungan
kerja terhadap pekerjaan, misalnya suhu, kelembaban, pencahayaan,
kebisingan, getaran, tekanan udara, bau-bauan dan warna.
Contoh beberapa pertanyaan berkaitan dengan elemen-elemen
ergonomi kerja di atas, antara lain :
 Apakah aspek fasilitas/mesin/peralatan yang sudah ada sudah
sesuai dengan para penggunanya?
 Apakah tata letak ruangan sudah memperhitungan fungsi antar
ruang?
 Apakah penerangan, ventilasi dan suhu ruang sudah mencukupi?
 Apakah ruang kerja perlu wewangian?
 Apakah papan petunjuk mudah dimengerti?
 Apakah lantai licin?
 Dan Iain-Iain

4. Faktor Risiko Ergonomi Kerja


Beberapa faktor risiko ergonomi kerja adalah sebagai berikut:
1. Gerakan berulang (repetitive movement), yaitu menjalankan gerakan
berulang pada waktu melakukan pekerjaan.
2. Beban berat, yaitu beban fisik berlebihan yang diperiukan untuk
melakukan pekerjaan, seperti menarik, memikul, mendorong dan
sebagainya). Semakin banyak daya yang harus dikeluarkan, semakin
berat beban bagi tubuh.
3. Postur yang kaku, yaitu sikap tubuh yang janggal dalam melakukan
pekerjaan
4. Beban statis, yaitu diam lama dalam satu posisi sehingga
menyebabkan kontraksi otot
5. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia misalnya tekanan
langsung (tubuh tertekan pada suatu permukaan atau tepian).
6. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh.
7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin).
8. Organisasi kerja yang tidak sesuai termasuk istirahat dan pengaturan
waktu kerja yang tidak cukup, kerja yang monoton, beberapa pekerjaan
yang harus dikerjakan dalam satu waktu sehingga melebihi beban kerja,
prosedur kerja yang tidak standar dan cara kerja yang tidak aman.
9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai, misalnya tata letak
lingkungan kerja yang tidak aman dan nyaman, anatomi tubuh yang tidak
serasi dengan desain pekerjaan
Adapun gejala akibat masalah ergonomi, antara lain:
1. Gangguan otot rangka akibat kerja (Work-relatedMusculoskeletal
Disorders) atau penyakit sehubungan dengan alat gerak seperti
gangguan gerak/kaku otot, gangguan pada persendian, jaringan otot,
syaraf atau pembuluh darah dan nyeri punggung bawah (low back pain).
2. Keluhan mata lelah akibat penerangan yang kurang, silau dan terlalu
lama di depan VDU (Video Display Unit).

5. Penerapan Ergonomi Kerja


A. Pendekatan Penerapan Ergonomi Kerja
Penerapan ergonomi kerja dapat dilakukan melalui dua pendekatan,
yaitu:

1. Pendekatan konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan
sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila
berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih
tehnologi, prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama
sama dengan kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis,
ekonomi, sosial budaya,hemat energi dan pelestarian lingkungan.
2. Pendekatan Korektif
Pendekatan dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/modifikasi dari
proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah
kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya hams
melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang
berlangsung.
B. Identifikasi Masalah

Langkah awal dalam penerapan ergonomik adalah identifikasi masalah.


Identifikasi masalah dimulai dari Poliklinik/Puskesmas. Petugas
Puskesmas menganalisis angka kesakitan, misalnya membedakan
mana gangguan otot rangka (MSDs) atau penyakit karena akibat kerja.
Gangguan otot rangka bisa disebabkan oleh masalah ergonomi.
Dengan demikian, dari data kesakitan yang ada dapat diketahui
pemetaan masalah.
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam mengenali masalah
ergonomi adalah dengan melihat lingkungan psikososial dan lingkungan
kerja.
Langkah berikutnya yang dapat dilakukan dalam mengenali masalah
ergonomi adalah dengan melihat lingkungan psikososial dan lingkungan
kerja.
Pada perinsipnya untuk mengetahui masalah ergonomi, perlu diketahui
tiga hal:
1. Data umum tenaga kerja :
a.Kesehatan fisik
b. Keadaan mental
c. Kemampuan jasmani, yaitu tentang dimensi antropometri dan
pemanfaatan tenaga otot.
2. Data lingkungan :
Yaitu semua hal yang ada di tempat kerja, di luar tenaga kerja dan
peralatan kerja. Lingkungan kerja harus memberi ruang gerak
secukupnya bagi tubuh dan anggota anggota badan sehingga dapat
bergerak leluasa dan efisien. Penempatan tempat duduk dan
peralatan kerja diatur sedemikian rupa hingga memungkinkan
proses kerja berjalan dengan efisien dan efektif. Iklim tempat kerja
diatur supaya nyaman, sesuai dengan sifat pekerjaan, ventilasi
alamiah. Penerangan harus mendapatkan perhatian juga, supaya
nyaman. Untuk al&san teknis harus diciptakan satu kondisi dan
situasi dimana pekerja dapat melakukan tugasnya dengan nyaman
dan leluasa.
3. Data proses kerja
a. Jam kerja dan waktu istirahat, kerja bergilir (shift work) dan
pengaturannya.
b. Penggunaan poster tentang Alat Pelindung Diri (APD dan
pengawasan.
Untuk mengidentifikasi masalah dalam ergonomi perlu dilakukan hal sebagai
berikut:
1. Mengamati tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara
fisik maupun psikologik
2. Mengamati cara kerja manusia dalam berinteraksi dengan peralatan
kerja
3. Mengamati lingkungan kerja

C. Penanggulangan Faktor Resiko Ergonomi


1. Gerakan berulang (repetitive movement)
Merancang kembali cara kerja untuk mengurangi jumlah
pengulangan gerakan atau meningkatkan waktu jeda antara
ulangan atau menggilirnya dengan pekerjaan lain.
2. Beban berat
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban
yakni, dengan kepala, bahu, tangan,
punggung, dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot,
dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
Penanggulangan dilakukan dengan cara mengurangi
gaya yang diperlukan untuk melakukan kerja,
merancang kembali cara kerja, menambah jumlah
pekerja pada pekerjaan tersebut, menggunakan peralatan mekanik.

Dalam hal menjinjing beban, beban yang diangkat tidak melebihi


aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
 Laki-laki dewasa : 40 kg
 Wanita dewasa : 15-20 kg
 Laki-laki (16-18 th) : 15-20 kg
 Wanita (16-18 th) : 12-15 kg
Untuk mengangkat beban perlu diperhatikan cara mengangkat yang
benar dengan didasarkan pada prinsip :
 Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
dengan memanfaatkan berat badan.
 Posisi kaki yang benar
 Punggung kuat dan kekar
 Posisi lengan dekat dengan tubuh
 Mengangkat dengan benar
 Menggunakan berat badan

3. Postur Kaku
Merancang cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga
posturtubuh selama kerja lebih alami atau netral. Posisi kerja
terdiri dari posisi dudukdan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi
stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki (lihat gambar di samping).

4. Beban statis
Merancang cara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada
satu postur, memberi kesempatan untuk mengubah posisi
5. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia
Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan atau
memberikan bantalan
6. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh
Menyerasikan postur tubuh waktu bekerja dengan peralatan kerja
7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin)
Lindungi badan dan kontrol temperatur
8. Organisasi kerja yang tidak sesuai
Beban kerja yang layak, istirahat yang cukup, pekerjaan yang
bervariasi, otonomi individu, selain itu pekerjaan harus di atur dengan
berbagai cara:
 Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
 Frekuensi pergerakan diminimalisasi
 Jarak mengangkat beban dikurangi
 Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
 Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai
 Tata letak alat kerja yang aman dan nyaman, display harus jelas
terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara intemasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.
 Salah satu contoh risiko potensial ergonomi di tempat kerja dan
penanggulangannya adalah dalam perencanaan tangga. Menaiki
anak tangga merupakan aktivitas fisikyang berisiko. Untuk menaiki
tangga diperlukan sejumlah energi. Risiko potensialnya diantaranya
kelelahan, kecelakaann kerja seperti terpeleset dan terjatuh.
Kebutuhan energi akan paling efisien bila sudut kemiringaan anak
tangga antara 25 - 30 derajat dengan ukuran tinggi anak tangga 17
cm dan kedalaman anak tangga 29 cm. Secara umum formula tadi
dapat disederhanakan dengan 2 x tinggi + kedalaman = 63 cm
10. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya. Harus dibedakan
ukuran antropometri barat dan timur. Contoh dalam proses kerja adalah
mengangkat/menggotong pasien. Risiko potensial diantaranya akut (cidera
punggung dan leher, HNP) dan khronis (gangguan otot rangka seperti
pengapuran dan peradangan).

Berkaitan dengan proses kerja di atas terdapat prinsip-prinsip sebagai berikut:


 Beban jangan terlalu berat.
 Suatu rumus yang mudah diingat "Bila anda merasa tidak mampu untuk
mengangkatnya sendiri, jangan diteruskan pekerjaan itu, cari bantuan"
 Jangan berdiri terlalu jauh dari pasien
 Jangan mengangkat pasien dengan posisi membungkuk tapi
pergunakanlah tungkai bawah sambil berjongkok
 Pakaian penggotong jangan terlalu ketat sehingga pergerakan paha
terhambat baik oleh celana atau gerakan yang tidak bebas

D. Pembinaan Program/Kegiatan Ergonomi Kerja


Pembinaan dapat dilakukan secara langsung kepada pekerja dan tidak
langsung kepada pengusaha, dilaksanakan secara terintegrasi dengan
lintas program, dan lintas sektor terkait lainnya.
Cara-cara pembinaan dapat dilakukan dengan :
1. Contohnya dengan mengamati secara langsung, apakah ergonomic
kerja telah diterapkan dengan benar, ada kendala atau hambatan, dan
kendala itu sudah teratasi atau belum
2. Secara tidak langsung melalui pendekatan terhadap
pengusaha/manajemen tempat kerja dengan memberi rekomendasi
yang diperlukan bagi pekerja dalam memperbaiki kondisi dan cara
kerja yang ergonomi
3. Penyuluhan misalnya dengan menggunakan poster, leaflet, film,
video, alat peraga, poster, ceramah dan sarasehan
4. Pelatihan, bisa dilakukan terhadap kader kesehatan kerja, kelompok
sebaya (peer leader)
5. Bimbingan teknis, misalnya melalui kalakarya (on the job training),
kunjungan ke tempat kerja lain
6. Pemberian penghargaan kepada tempat kerja yang menerapkan
ergonomik secara berkesinambungan. Contohnya lomba Pos UKK,
lomba bengkel sehat

E. Evaluasi Program/Kegiatan Ergonomi Kerja


Evaluasi program ergonomi dapat dilakukan dengan komponen input,
prosesdan output atau terhadap kegiatan ergonomi (telaah dokumen dan
survey langsung), pada pekerja dan lingkungan kerja.
Evaluasi dapat untuk menilai efektifitas suatu intervensi yang diberikan
guna memperbaiki program ergonomi. Beberapa indikator untuk
mengevaluasi pengaruh intervensi program ergonomi adalah:
 Berkurangnya keluhan-keluhan otot rangka (muskuloskeletal) pada
para pekerja
 Meningkatnya kemampuan produksi yang dihasilkan persatuan
waktu
 Meningkatnya perbaikan sikap kerja dan lingkungan kerja sehingga
pekerja lebih aman dan nyaman
 Penurunan angka absensi

Penilaian terhadap faktor resiko ergonomi untuk evaluasi program atau


kegiatan dapat dilakukan dengan:
 Survey ergonomi
 Survey pencatatan medis
LAMPIRAN STUDI KASUS

1.Di sebuah kantor, ada beberapa karyawan, yang sejak 1 bulan terkahir mengeluhkan pada
tengkuk leher terasa pegal-pegal dan kadang-kadang panas hingga sakit. Keluhan
matapun seperti perih sering terjadi saat mengetik di depan komputer. Beberapa karyawan
tersebut sudah ada yang berobat ke dokter/klinik perusahaan, tetapi hanya diberikan obat-
obatan saja, dan keluhan tetap saja terjadi.
Pertanyaan :
a.Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b.Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c.Bagaimana solusinya?

2.Beberapa perawat di bagian perawatan mengeluhkan sakit pinggang sudah beberapa


bulan terakhir. Rata-rata mereka bekerja sudah diatas lebih dari 7 tahun, dan pekerjaan
utama mereka adalah salahsatunya memindahkan pasien rawat inap.
Pertanyaan :
a.Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b.Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c.Bagaimana solusinya?

3.Seorang pasien laki-laki berumur 48 tahun, datang ke Puskesmas A, dengan :


Keluhan utama : nyeri pada pinggang bagian belakang sejak 5 bulan yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang : nyeri lebih dirasakan bila dalam keadaan posisi
membungkuk.
Riwayat penyakit dahulu : nyeri pernah dirasakan 1 tahun yang lalu, tetapi sembuh setelah
berobat, dan kambuh kembali.
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat pekerjaan : Os seorang buruh pabrik minuman kaleng, bagian pengangkatan
barang.
a.Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b.Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c.Bagaimana solusinya?

Anda mungkin juga menyukai