Mi 7 - Ergonomi Kerja
Mi 7 - Ergonomi Kerja
ERGONOMI KERJA
IV. LANGKAH/PROSES
1. Fasilitator memperkenalkan diri (5 menit);
2. Fasilitator menjelaskan secara singkat tentang tujuan pembelajaran dan
pokok bahasan (10 menit);
3. Fasilitator menggali wawasan peserta dengan Brainstorming tentang
Ergonomi Kerja (5 menit);
4. Fasilitator menyampaikan materi pembelajaran dengan bahan tayang
power poin (15 menit);
5. Fasilitator menfasilitasi tanya jawab (10 menit);
6. Fasilitator menfasilitasi pembagian kelompok peserta menjadi 4 kelompok,
dan masing-masing kelompok diberikan tugas studi kasus ergonomi kerja
yang telah disediakan (45 menit);
7. Masing-masing kelompok diberikan waktu untuk mempresentasikan hasil
tugas dan disertai diskusi/tanya jawab (35 menit);
8. Tutup acara dengan memberikan apresiasi terhadap peserta (10 menit).
VII. URAIAN MATERI
1. Latar Belakang
Masyarakat pekerja adalah bagian dari komunitas yang ada di tengah-tengah
masyarakat. Dengan meningkatnya status kesehatan masyarakat pekerja
tentu akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja mereka dalam
bekerja, sehingga secara tidak langsung akan berkontribusi atas pencapaian
pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.
B. Manfaat :
a. Bagi Petugas Puskesmas :
Sebagai acuan untuk melaksanakan penerapan program/kegiatan
ergonomi kerja baik di lingkungan Puskesmasnya (Indoor)
maupun di wilayah kerjanya (Outdoor);
b. Bagi Pekerja:
Status kesehatan meningkat;
Kinerja dan produktivitas kerja meningkat;
c. Bagi tempat kerja :
Meningkatnya citra/image tempat kerja;
Terciptanya lingkungan tempat kerja yang sehat, aman,
nyaman, efektif dan efisien.
1. Pendekatan konseptual
Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan sistem dan hal ini akan
sangat efektif dan efisien bila dilakukan pada saat perencanaan. Bila
berkaitan dengan teknologi, maka sejak proses pemilihan dan alih
tehnologi, prinsip ergonomi sudah seyogyanya dimanfaatkan bersama
sama dengan kajian lain yang juga diperlukan, seperti kajian teknis,
ekonomi, sosial budaya,hemat energi dan pelestarian lingkungan.
2. Pendekatan Korektif
Pendekatan dilakukan pada suatu proses yang sudah atau sedang
berlangsung. Kegiatannya berupa intervensi/perbaikan/modifikasi dari
proses yang sedang/sudah berjalan. Sasaran kegiatan ini adalah
kondisi kerja dan lingkungan kerja dan dalam pelaksanaannya hams
melibatkan pekerja yang terkait dengan proses kerja yang sedang
berlangsung.
B. Identifikasi Masalah
3. Postur Kaku
Merancang cara kerja dan peralatan yang dipakai hingga
posturtubuh selama kerja lebih alami atau netral. Posisi kerja
terdiri dari posisi dudukdan posisi berdiri, posisi duduk
dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi
stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi
tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki (lihat gambar di samping).
4. Beban statis
Merancang cara kerja untuk menghindari terlalu lama bertahan pada
satu postur, memberi kesempatan untuk mengubah posisi
5. Kondisi-kondisi yang dapat menciderai tubuh manusia
Memperbaiki peralatan yang ada untuk menghilangkan tekanan atau
memberikan bantalan
6. Peralatan kerja yang tidak sesuai dengan kondisi tubuh
Menyerasikan postur tubuh waktu bekerja dengan peralatan kerja
7. Suhu yang ekstrim (terlalu panas atau terlalu dingin)
Lindungi badan dan kontrol temperatur
8. Organisasi kerja yang tidak sesuai
Beban kerja yang layak, istirahat yang cukup, pekerjaan yang
bervariasi, otonomi individu, selain itu pekerjaan harus di atur dengan
berbagai cara:
Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
Frekuensi pergerakan diminimalisasi
Jarak mengangkat beban dikurangi
Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkat tidak terlalu tinggi.
Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
9. Rancangan tempat kerja yang tidak memadai
Tata letak alat kerja yang aman dan nyaman, display harus jelas
terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara intemasional lebih banyak digunakan
daripada kata-kata.
Salah satu contoh risiko potensial ergonomi di tempat kerja dan
penanggulangannya adalah dalam perencanaan tangga. Menaiki
anak tangga merupakan aktivitas fisikyang berisiko. Untuk menaiki
tangga diperlukan sejumlah energi. Risiko potensialnya diantaranya
kelelahan, kecelakaann kerja seperti terpeleset dan terjatuh.
Kebutuhan energi akan paling efisien bila sudut kemiringaan anak
tangga antara 25 - 30 derajat dengan ukuran tinggi anak tangga 17
cm dan kedalaman anak tangga 29 cm. Secara umum formula tadi
dapat disederhanakan dengan 2 x tinggi + kedalaman = 63 cm
10. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu
bekerja dan sesuai dengan ukuran antropometrinya. Harus dibedakan
ukuran antropometri barat dan timur. Contoh dalam proses kerja adalah
mengangkat/menggotong pasien. Risiko potensial diantaranya akut (cidera
punggung dan leher, HNP) dan khronis (gangguan otot rangka seperti
pengapuran dan peradangan).
1.Di sebuah kantor, ada beberapa karyawan, yang sejak 1 bulan terkahir mengeluhkan pada
tengkuk leher terasa pegal-pegal dan kadang-kadang panas hingga sakit. Keluhan
matapun seperti perih sering terjadi saat mengetik di depan komputer. Beberapa karyawan
tersebut sudah ada yang berobat ke dokter/klinik perusahaan, tetapi hanya diberikan obat-
obatan saja, dan keluhan tetap saja terjadi.
Pertanyaan :
a.Apa masalah kesehatan kerja diatas?
b.Mengapa masalah itu bisa terjadi?
c.Bagaimana solusinya?