Anda di halaman 1dari 3

Kasus Danyliuk vs Henderson

Bagi banyak pasangan, binatang peliharaan diperlakukan sebagai anak mereka. Hal ini yang
menyebabkan bahwa di dunia banyak sekali terjadi perceraian yang dipicu oleh kepengurusan
terhadap hewan peliharaan mereka. Richard Danyliuk dan Michelle Henderson (WN Swedia,
berdomisili di Denmark) adalah sepasang suami istri yang sejak awal pernikahan (terjadi di
Denmark) sudah sepakat untuk tidak memiliki keturunan. Mereka kemudian memutuskan
mengadopsi beberapa ekor kucing dan anjing. Mereka tinggal bersama pasangan tersebut di
Denmark sebagai satu kumpulan bersama yang gembira dan saling bergantung satu sama lain.
Setelah pasangan tersebut menikah selama lima tahun, akhirnya pernikahan tersebut kandas
melalui perceraian (diajukan oleh Danyliuk melalui Pengadilan Swedia). Dalam gugatan
tersebut, Danyliuk juga meminta agar dia mendapatkan hak asuh atas anjing- anjing yang
mereka adopsi, namun ia tidak bersedia dan menghendaki Henderson mengasuh kucing-
kucingnya. Permintaan tersebut dianggapnya lebih realistis, mengingat Danyliuk sekarang
tinggal di rumah yang lebih kecil daripada tempat tinggalnya bersama Henderson, yang tidak
memungkinkan untuk menampung semua anjing-anjing dan kucing-kucing tersebut secara
bersama-sama. Rumah perkawinan mereka saat ini ditempati oleh Henderson, karena rumah
tersebut adalah rumah bawaan Henderson. Danyliuk mendasarkan gugatannya pada peraturan
tentang ‘hak asuh anak’, karena sejak awal pernikahan mereka, pasangan ini telah
memperlakukan anjing dan kucing itu sebagai anak mereka. Gugatan Danyliuk itu ditolak oleh
Henderson, karena ia merasa bahwa Danyliuk telah memperlakukan anjing-anjing dan kucing-
kucing mereka secara diskriminatif. Ia juga menganggap bahwa memisahkan anjing-anjing dan
kucing-kucing mereka di tempat yang terpisah melanggar hak atas perlindungan terhadap
kesejahteraan dan kebahagiaan hewan.
Hakim menyadari bahwa ia harus melindungi kesejahteraan dan kebahagiaan hewan, namun ia
juga menyadari bahwa menerapkan peraturan tentang hak asuh anak untuk mengatur
perlindungan kesejahteraan hewan akan merendahkan hakikat dari perlindungan anak dalam
keluarga. Hal ini yang melandasi pertimbangan hakim dalam memilih hukum yang akan
diterapkan untuk menyelesaikan perkara.

Fakta Hukum:
Hukum Swedia:

 Perceraian dan hak-hak yang muncul karena perceraian tersebut harus diatur
berdasarkan hukum dari tempat perkawinan terjadi (lex loci celebrationis).  Kaidah
HPI
 Hewan memiliki hak untuk tinggal di tempat yang cukup luas, yang memungkinkan
mereka untuk dapat melakukan mobilitas yang cukup; dan bila mereka hidup dalam
kelompok, tempat tersebut memungkinkan untuk hewan tersebut berinteraksi dengan
anggota kelompoknya.

 Pemeliharaan hewan harus dilakukan oleh pihak yang memiliki kemampuan untuk
memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi hewan peliharaan tersebut.
Hukum Denmark:

 Perceraian dan hak-hak yang muncul karena perceraian tersebut harus diatur
berdasarkan hukum dari tempat berkewarganegaraan tergugat yang harus memenuhi
hak-hak yang digugat untuk dilaksanakan (lex patriae tergugat).  Kaidah HPI

 Di Denmark tidak terdapat peraturan tentang hak asuh hewan peliharaan. Bila hak
asuh tersebut akan diberikan, maka harus dilakukan konstruksi hukum menggunakan
hukum tentang hak asuh anak.

 Seorang ayah atau ibu berhak untuk melaksanakan kekuasaan orang tua, bila ayah
atau ibu tersebut dapat menyediakan fasilitas fisik maupun kesejahteraan mental dari
anak yang akan dipeliharanya.

---------------------------------------------------------- JAWABAN
------------------------------------------------------

TEORI DAN PERTIMBANGAN


Dalam penyelesaian perkara HPI tradisional, pada umumnya hakim akan menggunakan hukum
substantif dari lex causae dalam memutus suatu perkara. Namun, dalam kasus Danyliuk vs
Henderson, Hakim Swedia memiliki pertimbangan bahwa ia harus melindungi kesejahteraan
dan kebahagiaan hewan, namun ia juga menyadari bahwa menerapkan peraturan tentang hak
asuh anak untuk mengatur perlindungan kesejahteraan hewan akan merendahkan hakikat dari
perlindungan anak dalam keluarga. Maka dari itu, apabila Hakim Swedia menggunakan
konstruksi berpikir HPI Tradisional, hakim harus menggunakan hukum intern Denmark sebagai
lex causae. Dengan pertimbangan ini, maka Hakim Swedia dapat merekayasa penetapan lex
causae ke arah sistem hukum yang menurut pandangan hakim, dianggap akan memberikan
putusan terbaik. Putusan dalam kasus ini akan dianggap tepat dan sesuai dengan tujuan hakim
apabila hakim menggunakan menerapkan single renvoi dalam arti remission, yaitu menunjuk
kembali kepada kaidah intern forumnya untuk digunakan sebagai dasar putusan.
LANGKAH PENYELESAIAN PERKARA
Danyliuk mengajukan gugatan di Pengadilan Swedia, maka dari itu Pengadilan Swedia
merupakan Forum  Forum harus melakukan Kualifikasi, yaitu perkara terkait Perceraian dan
hak-hak akibat perceraian  Hakim Swedia menerapkan Kaidah HPI Swedia yang menggunakan
asas Lex loci celebrationis, yaitu tempat dimana perkawinan antara Danyliuk dan Henderson
terjadi, dalam hal ini perkawinan terjadi di Denmark  Hukum Denmark (yang dalam HPI
Tradisional harusnya sebagai lex causae, namun kaidah intern hukum Denmark dianggap tidak
tepat oleh Hakim, oleh karena itu Hakim dapat menganggap penunjukkan kepada Hukum
Denmark sebagai gesamtverweisung. Maka dari itu, yang digunakan adalah kaidah HPI dari
Denmark untuk melakukan penunjukkan kembali). Kaidah HPI Denmark menggunakan asas Lex
Patriae, yaitu kewarganegaraan tergugat, dalam hal ini Henderson merupakan warga negara
Swedia  Pada akhirnya Hukum Swedia yang ditetapkan sebagai Lex Causae  Hukum
substantif dari Swedia yang akan digunakan dalam memutus perkara: 1) Hewan memiliki hak
untuk tinggal di tempat yang cukup luas, yang memungkinkan mereka untuk dapat melakukan
mobilitas yang cukup; dan bila mereka hidup dalam kelompok, tempat tersebut memungkinkan
untuk hewan tersebut berinteraksi dengan anggota kelompoknya; 2) Pemeliharaan hewan
harus dilakukan oleh pihak yang memiliki kemampuan untuk memberikan kesejahteraan dan
kebahagiaan bagi hewan peliharaan tersebut.

PUTUSAN
Dengan menggunakan hukum substantive dari Swedia sebagai lex causae, maka dari itu Hakim
Swedia dapat memutuskan untuk menolak gugatan Danyliuk terkait hak asuh atas hewan
peliharaan anjing dan kucing. Hal ini karena hukum positif Swedia menghendaki bahwa hewan
peliharaan memiliki hak untuk tinggal di tempat yang luas untuk dapat melakukan mobilitas dan
memungkinkan untuk berinteraksi dengan kelompoknya. Apabila dilihat dalam fakta yang ada,
Danyliuk tinggal di rumah yang lebih sempit dibandingkan rumah yang ditinggali oleh
Henderson, yang tidak memungkinkan untuk menampung semua anjing-anjing dan kucing-
kucing tersebut secara bersama-sama. Dengan demikian, hak asuh atas hewan peliharaan
tersebut akan jatuh ke tangan Henderson selaku pihak yang memiliki fasilitas berupa rumah
yang cukup luas untuk dapat menampung semua anjing dan kucing serta dapat menunjang
kebahagiaan dan kesejahteraan bagi hewan peliharaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai