2
3
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit dan Anak Puri Bunda
Nomor : 018/PER/DIR/PB/IV/2019
Tentang
PEDOMAN PELAYANAN REKAM MEDIS (EDISI KEDUA)
BAB I
PENDAHULUAN
4
c. Aspek Hukum
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
d. Aspek Keuangan
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat
dijadikan sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah
sakit. Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran
pelayanan di rumah sakit tidak dapat dipertanggungjawabkan.
e. Aspek Penelitian
Suatu dokumen rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya
mengandung data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
f. Aspek Pendidikan
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya
menyangkut data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan
pelayanan medik yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai bahan/referensi di bidang profesi si pemakai.
g. Aspek Dokumentasi
Suatu dokumen rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis mempunyai
kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi
pelayanan saja. Kegunaan rekam medis yang dimaksud adalah sebagai berikut;
a) Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
b) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien.
c) Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, dan
pengobatan selama pasienberkunjung/dirawat di RS .
5
d) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan
tenaga kesehatan lainnya.
f) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan
pendidikan.
g) Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.
h) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan.
1.2 Maksud dan Tujuan
a. Maksud
Pedoman pelayanan rekam medis digunakan sebagai acuan rumah sakit RSIA Puri
Bunda dalam penyelenggaraan pengelolaan rekam medis.
b. Tujuan
Tujuan penyelenggaraan rekam medis di RSIA Puri Bunda adalah
a) Adanya keseragaman dalam bentuk pengelolaan Rekam Medis di RSIA Puri
Bunda
b) Meningkatkan mutu pelayanan Rekam Medis guna menghasilkan data yang
lengkap, teliti, relevan, dapat dipercaya dan up to date.
c) Menyajikan data yang mudah dan cepat untuk rumah sakit.
6
diberikan kepada pasien, pengobatan di rawat inap, rawat jalan maupun pelayanan
gawat darurat.
c. Tempat Pendaftaran Pasien (TPP)
Tempat penerimaan dan pendaftaran pasien rawat inap, rawat jalan dan Instalasi gawat
darurat (IGD)
d.Tracer
Sebuah pengganti rekam medis di rak penyimpanan saat rekam medis dipinjam atau
digunakan untuk pelayanan.
e. International Classification of Disease Ten Revision (ICD X)
ICD X digunakan untuk mengode diagnosa penyakit pasien rawat jalan, rawat inap dan
IGD
f. International Statistical Classification of Diseases and Related Health problems
(ICD 9 – CM)
Digunakan untuk memberi kode tindakan pada pasien rawat Inap, Rawat Jalan dan
IGD.
g. Kartu Berobat Pasien (KBP)
Kartu Berobat Pasien adalah kartu yang diberikan petugas kepada pasien saat pasien
tersebut pertama kali mendaftar. KBP tersebut berfungsi untuk mempermudah petugas
dalam mengidentifikasi nomor rekam medis pasien serta nama pasien sehingga
pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Selain itu, KBP digunakan untuk mengurangi kesalahan pengambilan dokumen rekam
medis pasien lama. KBP berisi logo rumah sakit dan alamat, nomor rekam medis,
nama pasien, tanggal lahir, alamat pasien, dan catatan untuk selalu membawa kartu
setiap kali berobat ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda.
h. Kartu kontrol
Kartu kontrol adalah kartu yang diberikan oleh asisten perawat yang telah diisi oleh
dokter setelah pasien menerima pelayanan. Kartu ini diberikan untuk pasien yang
disarankan untuk melakukan kontrol dengan beberapa jenis pelayanan sebagai berikut
a) Pemeriksaan kehamilan, USG dan pertolongan
b) Pemeriksaan infertilitas (infertility)
c) Deteksi dini kanker rahim, laboratorium
d) Pelayanan Keluarga Berencana (KB), imunisasi dan pasien umum
e) Tindakan bedah ringan, khitan/sunat
7
f) Konsultan bidan praktek swasta
Kartu kontrol ini digunakan untuk kontrol pelayanan berikutnya, sehingga dokter akan
mudah melihat riwayat pemeriksaan sebelumnya. Kartu kontrol ini berisi logo rumah
sakit, nomor rekam medis, nama pasien, umur, pekerjaan, alamat dan catatan untuk
membawa kartu setiap kali kontrol.
i. Kartu Infertil
Kartu infertil berupa kartu yang diberikan kepada pasien yang akan dan telah
melakukan program hamil. Kartu ini berisi logo rumah sakit, nomor registrasi, nama
pasien, umur pasien, pekerjaan pasien, alamat, dan nomor HP/ nomor telepon yang
bisa dihubungi, catatan untuk membawa kartu setiap kali kontrol, dan didalam kartu
tersebut berisi hari/tanggal, haid hari ke-, terapi, kemudian lama menikah, kontrasepsi,
frekuensi coitus, kemudian data medis istri dan data medis suami. Sebelum pasien
diberikan kartu infertil, pasien akan diberikan slip kalender menstruasi untuk program
hamil. Slip kalender menstruasi ini diberikan setelah pasien diperiksa oleh dokter. Saat
pasien datang untuk kedua kalinya pasien akan mendapatkan kartu infertil untuk
mengetahui terapi yang sudah dilakukan, sedang dilakukan, maupun yang akan
dilakukan.
1.6 Kebijakan
a. Kebijakan Instalasi Rekam Medis adalah sebagai berikut ;
(a) Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap disertai tanggal dan jam, dapat
dibaca, serta membubuhkan nama dan tanda tangan staf klinis yang menulis di
8
rekam medis.
(b) Setiap pasien hanya memiliki satu nomor rekam medis.
(c) Asesmen awal medis rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi:
a. riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan
riwayat penyakit;
b. riwayat alergi;
c. pemeriksaan fisik;
d. diagnosis;
e. rencana asuhan
(d) Asesmen awal keperawatan rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi:
a. bio-psiko-spiritual;
b. ekonomi
c. skrining dan asesmen nyeri
d. status fungsional
e. risiko jatuh
f. risiko nutrisional
g. masalah keperawatan
h. rencana asuhan
(e) Asesmen awal medis rawat inap sekurang-kurangnya meliputi:
a. Riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan
riwayat penyakit
b. riwayat alergi;
c. pemeriksaan fisik;
d. pemeriksaan penunjang
e. diagnosis;
f. masalah medis dan keperawatan;
g. rencana asuhan
(f) Asesmen awal keperawatan rawat inap sekurang-kurangnya meliputi:
a. Bio-Psiko-Spiritual;
b. Ekonomi;
c. Skrining Dan Asesmen Nyeri;
d. Status Fungsional;
e. Risiko Jatuh;
9
f. Risiko Nutrisional;
g. Masalah Keperawatan;
h. Rencana Asuhan
i. Identifikasi Pemulangan Pasien yang Kompleks
(g) Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi:
riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan utama dan
riwayat penyakit;
riwayat alergi;
pemeriksaan fisik;
diagnosis;
rencana asuhan
kondisi pasien sebelum meninggalkan instalasi gawat darurat dan rencana
tindak lanjut;
(h) Asesmen awal keperawatan gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi:
bio-psiko-spiritual;
skrining dan asesmen nyeri
status fungsional
risiko jatuh
risiko nutrisional
masalah keperawatan
rencana asuhan
(a) Asesmen awal medis dan keperawatan dilaksanakan oleh profesional pemberi asuhan
yang kompeten dan berwenang sesuai rincian kewenang klinis yang ditetapkan.
(b) Asesmen awal harus diselesaikan selambat- lambatnya dalam waktu :
24 jam untuk pasien rawat inap
1 jam untuk pasien rawat jalan
2 jam untuk pasien gawat darurat
11. Isi rekam medis untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sebagai asesmen tambahan.
12. Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan masal dicatat dalam
rekam medis dan disimpan sesuai ketentuan yang berlaku.
13. Asesmen ulang medis dan keperawatan dilaksanakan oleh profesional pemberi
10
asuhan yang kompeten dan berwenang sesuai rincian kewenang klinis yang
ditetapkan;
14 Asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari, termasuk akhir
minggu / libur untuk pasien akut;
15. Asesmen ulang perawat minimal satu kali per shift atau sesuai dengan perubahan
kondisi pasien;
16. Asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan lainnya dilaksanakan sesuai
kondisi pasien.
17. Pelayanan sedasi :
a) Sebelum pemberian sedasi dan anestesi harus mendapatkan persetujuan,
setelah diberikan penjelasan.
b) Identitas pemberi penjelasan harus tercantum dalam rekam medis.
c) Catatan yang harus dilakukan untuk sedasi dan anestesi meliputi tapi
tidak terbatas pada:
asesmen pra sedasi/anestesi
asesmen pra induksi
monitoring status fisiologis
monitoring pemulihan sedasi/anestesi
evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal/regional
ke general
18. Asesmen pra sedasi/anestesi meliputi:
a) mengidentifikasi setiap permasalahan saluran pernapasan yang dapat
memengaruhi jenis sedasi/anestesi;
b) evaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi/anestesi;
c) merencanakan jenis sedasi/anestesi dan tingkat kedalaman sedasi/anestesi
yang diperlukan pasien berdasar atas sedasi/anestesi yang diterapkan
12
22. Dokumen rujukan juga memuat nama fasilitas pelayanan kesehatan yang dituju,
nama staf yang menyetujui menerima pasien di fasilitas pelayanan kesehatan yang
dituju, kondisi pasien, termasuk saat dalam proses rujukan.
23. Ringkasan Pulang
a) Ringkasan pulang harus dibuat oleh dokter penanggung jawab pelayanan
sebelum pasien pulang;
b) Ringkasan pulang diberikan kepada pasien, disimpan dalam rekam medis pasien,
dan dapat diberikan kepada tenaga kesehatan yang akan melanjutkan asuhan
pasien;
c) Isi ringkasan pulang sebagaimana sekurang-kurangnya memuat:
identitas pasien;
riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik;
diagnosis masuk dan indikasi pasien dirawat;
prosedur terapi dan tindakan yang telah dikerjakan;
obat yang diberikan termasuk obat setelah keluar rumah sakit;
kondisi kesehatan pasien saat akan dipulangkan
instruksi tindak lanjut.
24. Tata cara penyelenggaraan rekam medis
a) Tenaga kesehatan yang mempunyai akses ke rekam medis adalah:
Profesional pemberi asuhan yang telah mendapat kewenangan terhadap
pasien terkait.
Staf klinis pemberi asuhan terhadap pasien terkait;
Staf rekam medis sesuai penugasannya;
Direktur dan atau jajaran manajemen sesuai kebutuhan;
Komite Medis/Subkomite terkait sesuai kebutuhan;
Komite Keperawatan/Subkomite terkait sesuai kebutuhan;
Tim review rekam medis;
Tenaga kesehatan atau peserta didik yang telah mendapat ijin
Direktur/Kepala Rumah Sakit.
b) Tenaga kesehatan yang mempunyai akses ke rekam medis dan berhak
menulis/mengisi rekam medis adalah staf klinis terhadap pasien terkait.
c) Dalam hal terjadi kesalahan dalam melakukan pencatatan pada rekam medis
13
dapat dilakukan pembetulan.
d) Pembetulan pada rekam medis hanya dapat dilakukan dengan cara pencoretan
tanpa menghilangkan catatan yang dibetulkan dan dibubuhi paraf dokter, dokter
gigi, atau tenaga kesehatan tertentu yang bersangkutan.
25. Penyimpanan, Pemusnahan dan Kerahasiaan
a) Instalasi rekam medis menetapkan pengaturan urutan penyimpanan lembar-
lembar rekam medis agar mudah dicari kembali profesional pemberi asuhan
dan staf klinis yang terkait.
b) Rekam medis pasien rawat inap di rumah sakit wajib disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung dari tanggal terakhir
pasien berobat atau dipulangkan.
c) Setelah batas waktu 5 (lima) tahun dilampaui, rekam medis dapat
dimusnahkan, kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik.
d) Ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medic harus disimpan untuk jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut
e) Penyimpanan rekam medis dan ringkasan pulang dilaksanakan oleh petugas
yang ditunjuk oleh pimpinan sarana pelayanan kesehatan. Informasi tentang
identitas diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat
pengobatan pasien harus dijaga kerahasiaannya oleh dokter, dokter gigi, tenaga
kesehatan tertentu, petugas pengelola dan pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
f) Informasi tentang identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan,
dan riwayat pengobatan dapat dibuka dalam hal:
untuk kepentingan kesehatan pasien;
memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan
hukum atas perintah pengadilan;
permintaan dan/atau persetujuan pasien sendiri;
permintaan institusi/lembaga berdasarkan ketentuan perundang-undangan;
untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan audit medis, sepanjang
tidak menyebutkan identitas pasien;
g) Permintaan rekam medis untuk tujuan sebagaimana dimaksud pada poin
diatas harus dilakukan secara tertulis kepada pimpinan sarana pelayanan
kesehatan.
14
25. Kepemilikan
a) Berkas rekam medis milik rumah sakit.
b) Isi rekam medis merupakan milik pasien.
c) Pasien mempunyai akses Isi rekam medis dalam bentuk ringkasan rekam medis.
d) Ringkasan rekam medis dapat diberikan, dicatat, atau dicopy oleh pasien atau
orang yang diberi kuasa atau atas persetujuan tertulis pasien atau keluarga
pasien yang berhak untuk itu.
26. Pengorganisasian
a) Pengelolaan rekam medis dilaksanakan instalasi rekam medis.
b) Instalasi rekam medis wajib menjaga agar hanya tenaga kesehatan yang
berwenang yang memiliki akses ke rekam medis.
c) Instalasi rekam medis wajib menjaga kerahasiaan rekam medis dan menjaga dari
kehilangan.
d) Instalasi rekam medis bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan, dan/atau
penggunaan oleh orang atau badan yang tidak berhak terhadap rekam medis.
15
4) Tenaga para medis perawatan dan non perawatan yang terlibat langsung dalam
pelayanan antara lain ; Perawat, Perawat Gigi, Bidan, Tenaga Laboratorium
Klinik, Gizi, Anastesi, Penata Rontgen, Rehabilitasi Medis, Rekam Medis,
Rekam Medis dan lain sebagainya.
5) Dalam hal dokter ke luar negeri maka yang melakukan tindakan/konsultasi
kepada pasien yang mengisi rekam medis adalah dokter yang ditunjuk oleh
Direktur RSIA Puri Bunda
16
rekam medis, ruang rekam medis juga perlu untuk dijaga keamanannya dengan
menggunakan peringatan bahwa ruangan rekam medis hanya boleh dimasuki oleh
petugas rekam medis dan orang yang berwenang, ruang dokumen rekam medis juga
diamankan dengan menggunakan Finger Print, setiap orang atau petugas yang akan
memasuki ruang rekam medis wajib melakukan Finger Print guna menjaga
penyalahgunaan dokumen rekam medis terhadap orang yang tidak bertanggungjawab.
Akses ruang rekam medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda memang sangat
dibatasi guna menjaga kerahasiaan semua data pasien baik medis maupun non medis
yang sudah tercatat di dalam dokumen rekam medis. Ruang rekam medis di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda selain digunakan untuk proses pengolahan data rekam
medis pasien juga digunakan untuk pengadaan semua formulir dan penyimpanan
sementara dokumen rekam medis 2 bulan terakhir sebelum diletakkan di ruang filing.
Setiap petugas medis maupun non medis yang membutuhkan formulir akan datang ke
ruang rekam medis untuk melengkapi formulir yang kurang. Petugas yang meminta
formulir harus atas ijin petugas rekam medis dan harus didampingi petugas rekam
medis karena akses didalam ruang rekam medis sangat dibatasi. Bila saat meminta
formulir tidak ada petugas rekam medis yang bertugas, petugas medis maupun non
medis boleh meminta ijin kepada petugas TPP karena petugas TPP juga termasuk
dalam unit rekam medis. Bila keduanya tidak ada (petugas ruang rekam medis dan
petugas TPP) maka petugas yang membutuhkan formulir tersebut boleh mengajak
salah satu security untuk mendampingi mengambil formulir yang ada di dalam ruang
rekam medis.
c. Prosedur Permohonan Informasi Pasien
Prosedur permohonan informasi apabila pasien ingin meminta data pasien sendiri,
maka pasien harus datang ke resepsionis untuk mengisi formulir permohonan
informasi maupun formulir resume medis (apabila pasien meminta resume medis),
setelah itu petugas resepsionis akan mengedukasi pasien bahwa ringkasan informasi
yang diminta akan diberikan dalam kurun waktu 3 x 24 jam. Petugas resepsionis akan
menghubungi pihak rekam medis untuk mengambil formulir tersebut. Setelah itu,
petugas rekam medis akan mencari dokumen rekam medis pasien yang telah dicatat di
formulir. Petugas rekam medis akan membuat ringkasan informasi yang diminta atau
memberikan salinan resume medis setelah kurun waktu 3 x 24 jam. Apabila pihak
ketiga yang meminta informasi pasien, maka pihak ketiga harus menunjukkan surat
17
kuasa bermaterai yang ditanda tangani oleh pasien dan pihak yang ditunjuk oleh
pasien, mengisi formulir permohonan informasi maupun formulir resume medis, serta
melampirkan salinan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pihak ketiga, KTP pasien, Kartu
Keluarga ( apabila pasien anak – anak), dan memastikan bahwa pihak ketiga benar –
benar pihak yang ditunjuk pasien untuk mendapatkan informasi pasien. Bagi
pemohon dari Kepolisian Republik Indonesia atau Peghawai Pemerintahan seperti
Dinas Kesehatan harus menyertakan surat tugas dan berita acara yang didalamnya
tertera maksud dan tujuan permintaan informasi. Namun, apabila permintaan data
berasal dari mahasiswa yang akan melakukan penelitian, maka mahasiswa tersebut
harus melampirkan surat permohonan penelitian yang ditujukan kepada direktur.
Apabila direktur mengijinkan mahasiswa tersebut harus mengisi register permohonan
informasi data rekam medis dan menandatangani surat menjaga rahasia kedokteran.
18
Pada dasarnya terdapat dua kategori informasi yang bersumber dari rekam medis:
a) Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan :
Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam dokumen rekam medis
sebagi hasil pemriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien.
Informasi ini tidak boleh disebarluaskan kepada pihak – pihak yang tidak
berwenang karena menyangkut informasi pribadi individu pasien.
Pemberitahuan/informasi mengenai kondisi kesehatan/penyakit yang diderita
pasien serta resiko atau kemungkinan – kemungkinan yang akan terjadi terhadap
diri pasien menjadi tanggungjawab dokter yang merawat pasien tersebut.
b) Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasian :
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama, alamat, dan
lain – lain) serta infromasi lain yang tidak mengandung nilai medis. Biasanya
informasi ini terdapat dalam lembaran paling depan dokumen rekam medis
rawat jalan maupun rawat inap (ringkasan riwayat klinik ataupun Ringkasan
Pulang).
Tetapi perlu diperhatikan bahwa diagnosa akhir pasien mengandung nilai
medis maka lembaran tersebut tetap tidak boleh disebarluaskan kepada pihak
lain yang tidak berwenang. Walau demikian perlu diingatkan kepada para
petugas medis maupun non medis di rumah sakit, harus berhati – hati karena ada
kalanya identitas pasien pun dianggap perlu disembunyikan dari pemberitaan,
misalnya apabila pasien tersebut adalah seorang tanggungan polisi (buronan).
Hal ini dilakukan demi ketenangan pasien dan demi tertibnya keamanan di
rumah sakit dari pihak – pihak yang tidak berwenang.
Oleh karena itu dimanapun petugas kesehatan itu bertugas tetap memiliki
keawaspadaan yang tinggi agar terhindar dari kemungkinan tuntutan ke
pengadilan.
Sumber hukum yang dapat dijadikan acuan di dalam masalah kerahasiaan
suatu informasi medis yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada
pasal 48 UU RI No. 29 tentang Praktik Kedokteran yaitu mengenal “Rahasia
Kedokteran” pada ayat (1) bahwa “Setiap dokter atau dokter gigi dalam
melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan rahasia kedokteran”.
Sedangkan pada ayat (2) menyatakan bahwa “rahasia kedokteran dapat dibuka
19
hanya untuk kepentingan kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur
penegak hukum dalam rangka penegakkan hukum, permintaan pasien sendiri,
atau berdasarkan perundang – undangan”.
Dengan adanya undang – undang yang mengatur mengenal hal tersebut
maka siapapun yang bekerja di rumah sakit, khususnya bagi mereka yang
berhubungan dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut.
20
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Staf Registrasi Rawat Inap dan DIII Rekam Medis / SLTA Plus (Pelatihan 10
Rawat Jalan Customer Service)
Staf Statistik dan Pelaporan Rumah DIII Rekam Medis / SLTA Plus 1
Sakit
(Pelatihan Pelaporan RS)
Staf Assembling DIII Rekam Medis / SLTA Plus
2
(Pelatihan ICD 10)
Staf Pengentryan dokumen RM DIII Rekam Medis / SLTA Plus
2
(Pelatihan Rekam Medis)
21
2.2 Distribusi Ketenagaan
SDM instalasi rekam medis RSIA PURI BUNDA berjumlah 19 orang dan sesuai
dengan struktur organisasi instalasi rekam medis terbagi menjadi 2 bagian yaitu Staf
Pengolahan Rekam Medis dan Staf Registrasi Rawat Inap dan Rawat Jalan.
Instalasi rekam medis RSIA PURI BUNDA dikepalai oleh seorang kepala instalasi
dengan pendidikan minimal D3 Rekam Medis yang sudah berpengalaman minimal 2 tahun,
dan bersertifikat.
Jumlah 9
22
2.2.2 Registrasi Rawat Jalan dan Rawat Inap
Tabel 3. Distribusi Sumber Daya Manusia Registrasi Rawat Inap dan Rawat Jalan
Jumlah 10
23
BAB III
STANDAR FASILITAS
PINTU JENDELA
RAK 1
PINTU 6
R R R R R R R
A A A A A A A
K K K K K K K
1 1 1 1 1 1 0
5 4 3 2 1 0 9
RAK 0 RAK 0
8 7
RAK 0 RAK 0
6 5
RAK 0 RAK 0
2 1 24
Gambar 1 : Denah ruang penyimpanan rekam medis
3.2 Standar Fasilitas Instalasi Rekam Medis
Tabel 4. Daftar Inventaris Peralatan di Pengolahan Rekam Medis
Jumlah Keterangan
ATK
26
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Tata cara penerimaan pasien yang akan berobat ke poliklinik ataupun yang akan
dirawat adalah sebagian dari sistem prosedur pelayanan RSIA Puri Bunda. Dapat dikatakan
bahwa disinilah pelayanan pertama kali yang diterima oleh seorang pasien saat tiba di rumah
sakit, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa di dalam tata cara penerimaan inilah
seorang pasien mendapatkan kesan baik ataupun tidak baik dari pelayanan rumah sakit. Tata
cara melayani pasien dapat dinilai baik bilamana dilaksanakan oleh petugas dengan sikap
yang ramah, sopan, tertib dan penuh tanggung jawab.
Dilihat dari segi pelayanan di rumah sakit, pasien yang datang dapat dibedakan menjadi :
1) Pasien yang dapat menunggu
2) Pasien berobat jalan yang datang dengan perjanjian.
3) Pasien yang datang tidak dalam keadaan gawat.
4) Pasien yang harus segera ditolong (pasien gawat darurat).
Sedang menurut jenis kedatangannya pasien dapat dibedakan menjadi :
1) Pasien baru : adalah pasien yang baru pertama kali datang ke RS untuk keperluan
berobat.
2) Pasien lama : adalah pasien yang pernah datang sebelumnya ke RS untuk keperluan
berobat ulang.
Kedatangan pasien ke rumah sakit dapat terjadi karena :
a. Dikirim oleh dokter praktek di luar RS
b. Dikirim oleh Rumah Sakit lain, Puskesmas, atau jenis pelayanan kesehatan lainnya.
c. Datang atas kemauan sendiri.
27
sudah dilakukan pemeriksaan oleh tim medis IGD, pasien atau keluarga pasien akan
diminta mendaftar di tempat pendaftaran pasien.
b. Pasien mendaftar via telepon
Selain pendaftaran dengan kategori pasien datang langsung, RSIA Puri Bunda
juga menyediakan pendaftaran via telepon. Pendaftaran ini berlaku untuk beberapa
kuota saja tergantung jumlah pasien dari pendaftaran langsung. Pendaftaran via
telepon dibuka dari pukul 07.00 wib sampai 20.00 wib. Waktu pendaftaran dapat
berubah sewaktu – waktu sesuai kebijakan dari rumah sakit. Setiap pasien yang
mendaftar via telepon, akan ditanya nomor rekam medis pasien, nama pasien dan
jenis pemeriksaan. Untuk pasien yang belum memiliki nomor rekam medis atau
pasien baru akan ditanya nama pasien, jenis pemeriksaan dan nomor telepon pasien.
Setiap pasien akan langsung mendapatkan nomor antrian kecuali dokter tertentu yang
tidak menggunakan nomor antrian via telepon.
c. Pasien mendaftar via online (SMS/Whatsapp)
Pendaftaran via online (SMS/Whatsapp) dapat dilakukan sehari sebelumnya
pada pukul 19.00 wib sehari sebelumnya sampai 05.00 wib pada hari itu. Pendaftaran
via online ini menggunakan sistem booking. Setiap pasien yang mendaftar via online
akan mendapatkan nomor booking yang digunakan untuk reservasi saat kedatangan.
Namun, nomor booking tidak menentukan nomor antrian karena nomor antrian sesuai
dengan kedangan pasien. Pendaftaran pasien via online hanya diperuntukkan untuk
pasien yang memiliki nomor rekam medis.
28
4.1.1 Pelayanan Pendaftaran Rawat Jalan (Registrasi Rawat Jalan)
a. Flowchart pendaftaran rawat jalan
Petugas
Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (Poliklinik)
Menanyakan poli
IGD? A
tujuan pasien
KBP
Lembar poli
poliklinik
B
Apotik/kasir
Pasien pulang
Gambar 2 : Alur Pasien rawat jalan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
29
petugas akan mengidentifikasi ulang dengan cara membacakan identitas
pasien yang telah diisi guna meyakinkan pasien dan petugas itu sendiri supaya
tidak ada kesalahan tulisan atau pengisian data dan tidak terjadi kesalahan
penginputan data.
Bila data yang telah diberikan pasien telah lengkap dan benar, petugas
akan mempersilahkan pasien atau keluarga pasien untuk menunggu pelayanan
atau pemeriksaan selanjutnya. Petugas akan menuliskan nama pasien, poli
yang dituju di kertas list antrian pasien rawat jalan. Saat pasien menunggu di
ruang tunggu, petugas akan menginput data pasien di bank nomor, dan
mencetak Kartu Berobat Pasien (KBP) dan lembar poliklinik. KBP dan
formulir tersebut akan dimasukkan kedalam map rawat jalan, dan petugas
akan mencatat identitas dan nomor rekam medis pasien baru pada sampul
map. Setelah semuanya selesai, petugas akan segera memberikan map
tersebut ke asisten perawat yang bertugas mendampingi dokter saat pelayanan
atau pemriksaan berlangsung.
b) Pasien lama
Bila pasien baru diberikan formulir identitas saat pertama kali
berkunjung, hal ini berbeda dengan pasien lama yang berkunjung ke Rumah
Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda. Pasien yang dinyatakan sebagai pasien lama
adalah saat pasien tersebut sudah pernah berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan
Anak Puri Bunda dan bukan pertama kalinya. Petugas akan menanyakan KBP
pasien. Bila pasien dapat menunjukkan KBP maka petugas akan dengan cepat
mencari data pasien tersebut dan segera mencari dokumen pasien dengan
nomor rekam medis yang sama dan identitas yang sama di ruang rekam
medis. Setelah dokumen rekam medis pasien dengan nama yang bersangkutan
ketemu, petugas akan memberikan dokumen tersebut kepada asisten perawat
untuk proses pelayanan selanjutnya. Namun, bila pasien tersebut tidak
membawa KBP atau KBP hilang, maka petugas akan memberikan formulir
identitas pasien baru untuk diisi data pasien. Formulir identitas tersebut tidak
digunakan untuk memberikan nomor rekam medis baru melainkan untuk
mencari data pasien yang telah tersimpan di bank nomor rumah sakit.
Sehingga memudahkan petugas untuk melacak dokumen rekam medis di
dalam ruang filing rekam medis. Namun, bila data masih saja belum
30
ditemukan, maka petugas akan memberikan nomor baru untuk pasien
tersebut. Apabila dokumen dan nomor lama telah ditemukan, maka petugas
akan menggabungkan dokumen tersebut dan menggunakan nomor rekam
medis yang paling banyak pelayanannya
4.1.2 Pelayanan Pendaftaran Darurat Gawat
a. Flowchart pendaftaran gawat darurat
A
Alur Pendaftaran Pasien Rawat Jalan (IGD)
ya
ya
Tulis nama pasien dan poli yang Tulis nomor RM, nama pasien dan poli yg dituju di
dituju di kertas list antrian list antrian pasien RJ
pasien rawat jalan
Gambar 2 : Alur Pasien rawat jalan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
31
dimaksud. Selain itu petugas akan mencetakkan lembar rawat jalan, dan persyaratan
asuransi (bila menggunakan asuransi). Petugas akan menyerahkan semua yang telah
dicetak kepada pasien/ keluarga pasien. Petugas pun akan mengedukasi pasien
tentang prosedur dan kebijakan di rumah sakit dan mengarahkan pasien/keluarga
pasien untuk kembali ke IGD. Setelah itu petugas akan mengambil rakam medis
pasien dan meletakkan di rak IGD yang ada di TPP.
Pasien rawat jalan yang datang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri
Bunda melalui IGD ada tiga kriteria yaitu:
a) Pasien dengan status gawat darurat
Pasien dengan status gawat darurat akan mendapatkan pelayanan terlebih
dahulu kemudian pasien/keluarga pasien/pendamping pasien akan disarankan
untuk melakukan pendaftaran di Tempat Pendaftaran Pasien (TPP) dan dengan
prosedur yang dijalankan di TPP.
b) Pasien tidak dengan status gawat darurat
Pasien tidak dengan status gawat darurat akan diminta untuk melakukan
pendaftaran di TPP terlebih dahulu dan akan diminta untuk melakukan
pemeriksaan dengan dokter yang sedang bertugas di poliklinik, namun bila
dokter poliklinik yang dibutuhkan sedang tidak bertugas, maka dokter IGD
yang akan melakukan pemeriksaan.
c) Pasien gawat darurat tanpa identitas
Pasien dengan status gawat darurat akan mendapatkan pelayanan terlebih
dahulu, kemudian dokter akan mengisi formulir IGD dengan menuliskan Mr.
X (laki – laki) dan Mrs. X (perempuan). kemudian pendamping pasien akan
disarankan untuk melakukan pendaftaran di Tempat Pendaftaran Pasien (TPP)
dan dengan prosedur yang dijalankan di TPP.
Pasien rawat inap juga ada dua kriteria yang sama namun dengan prosedur yang
berbeda yaitu :
a) Pasien dengan status gawat darurat
Pasien yang masuk kedalam kategori ini adalah pasien yang sudah tidak
mampu untuk melakukan pendaftaran dahulu dan harus dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu. Bila dokter IGD mampu melakukan pemeriksaan dengan alat –
alat yang memadai dan disarankan untuk rawat inap maka dokter akan
memberikan surat pengantar kepada pasien/ keluarga pasien/ pendamping
32
untuk melakukan pendaftaran di TPP. Namun bila Pasien ternyata tidak dapat
ditangani dengan alat – alat yang ada di Rumah Sakit Puri Bunda, maka pasien
akan segera dirujuk ke rumah sakit rujukan yang telah ditentukan oleh dokter.
b) Pasien tidak dengan status gawat darurat
Pasien yang masuk kedalam kategori ini adalah pasien yang tidak
mendapatkan pelayanan dengan dokter yang bersangkutan saat di poliklinik
dikarenakan tidak bertugas atau pasien memang langsung datang ke IGD.
Dokter IGD akan memeriksa pasien dan bila dari hasil pemeriksaan ternyata
pasien disarankan untuk rawat inap, maka dokter akan memberikan surat
pengantar rawat inap kemudia pasien/ keluarga pasien/ pendamping pasien
akan melakukan pendaftaran di TPP.
Tanyakan surat
pengantar RI dari
UGD
Tanyakan
status px
Edukasi fasilitas,
Baru? ya
harga, dan kelas
33
A
Hubungi ruangan,
Letakkan di rak “UGD” yg
tanya ketersediaan ya Setuju? tidak selesai
ada di TPP
ruangan yg diminta
Konfirmasi px/
keluarga px untuk
Ada? tidak
ruangan yg
tersedia Ambil berkas RM yg sudah
turun dari r. filing
ya
Booking ruangan
label
form
35
Petugas menyerahkan dokumen tersebut ke IGD atau Kaber.
Setiap pasien yang datang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
untuk berobat rawat inap akan mendapatkan dokumen baru namun dengan nomor
rekam medis dan nomor register yang sama. Setelah itu, dokumen baru tersebut
akan dijadikan satu dengan dokumen yang lama (bila pasien sudah pernah
menjalani rawat inap sebelumnya). Setelah dokumen pasien telah selesai, petugas
akan menyerahkan ke ruang tempat pasien tersebut akan dirawat.
c. Prosedur pasien pulang rawat inap
Setiap Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) akan selalu melakukan
pemeriksaan kepada pasien setiap hari dan selalu dicatat di formulir catatan pasien
terintegrasi. Bila DPJP sedang berhalangan sehingga menyebabkan dokter tidak
bisa melakukan pemeriksaan secara langsung, maka DPJP akan digantikan dengan
dokter yang memiliki kompetensi yang setara dengan DPJP untuk memeriksa.
Formulir catatan pasien terintegrasi tersebut digunakan untuk mengetahui
perkembangan pasien yang sedang dirawatnya. Kesehatan pasien juga dapat dilihat
dari hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya. Bila dilihat dari hasil
tersebut pasien yang sudah dinyatakan sembuh oleh dokter yang merawat dan
mendapatkan ijin untuk pulang maka pasien tersebut sudah diperbolehkan untuk
pulang.
d. Prosedur pasien keluar rumah sakit
Setelah pasien dinyatakan sembuh dan mendapatkan ijin oleh dokter yang
merawat untuk pulang, maka pasien akan diminta untuk melengkapi syarat –
syarat administrasi di kasir dan mengambil beberapa obat yang masih tersisa di
apotik. Namun, bila pasien tersebut dirawat karena melahirkan, maka pasien akan
diminta untuk datang ke kasir dan melengkapi beberapa administrasi tambahan
setelah itu pasien kembali ke ruangan untuk mengambil surat kontrol dan untuk
datang ke ruang bayi guna mengambil perlengkapan bayi yang ada di ruang bayi
perinatology. Bila semua alur telah terlaksana maka pasien diijinkan untuk keluar
rumah sakit.
e. Prosedur pasien konsul
Konsul pasien yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan pelimpahan
tanggungjawab terhadap pasien oleh antar dokter spesialis. Dokter spesialis
tersebut akan melakukan konsul atau diskusi tentang keadaan pasien yang sedang
36
dirawat. Setelah konsul, dokter yang menangani pasien tersebut akan melimpahkan
tanggungjawab kepada dokter spesialis yang diberi wewenang sementara.
f. Prosedur pasien pulang paksa
Pasien Pulang Atas Permintaan Sendiri adalah pasien yang mendapatkan
perawatan di Rumah Sakit tetapi belum diijinkan pulang atau belum dinyatakan
sembuh atau stabil oleh Dokter Penanggung Jawab Pelayanan akan tetapi pulang
atas kemauan sendiri. Perawat/bidan akan melakukan konfirmasi dan alasan
kepada pasien dan keluarga pasien yang mengajukan pulang atas permintaan
sendiri. Kemudian perawat/bidan akan melaporkan kepada DPJP bahwa pasien
tersebut (sebutkan identitas, diagnosis dan ruangan pasien) telah mengajukan
pulang atas permintaan sendiri. DPJP atau Dokter yang didelegasikan melakukan
pemeriksaan terhadap pasien yang mengajukan pulang atas permintaan sendiri.
Dokter yang didelegasikan melapor ke DPJP tentang hasil anamnesis dan
pemeriksaan pasien.
DPJP atau melalui Dokter yang didelegasikan memberikan penjelasan tentang
kondisi pasien, hasil pemeriksaan, diagnosis dan rencana tindakan atau perawatan
lanjutan serta alasan pasien belum boleh pulang dan konsekuensi atau
kemungkinan yang akan terjadi bila pasien pulang atas permintaan sendiri. Berikan
pasien dan keluarga pasien kesempatan untuk bertanya, berdiskusi dan mengambil
keputusan. Kemudian perawat/bidan akan meminta keluarga pasien dan pasien
untuk mengisi dan menandatangani formulir Pulang Atas Permintaan Sendiri.
DPJP menandatangani formulir Pulang Atas Permintaan Sendiri. DPJP atau
Dokter yang didelegasikan memeriksa kondisi pasien sebelum pulang dan
dicantumkan dalam status atau rekam medis pasien. DPJP atau Dokter yang
didelegasikan memberikan informasi dan edukasi tentang terapi, keadaan gawat
darurat dan hal – hal penting lainnya yang harus diketahui pasien dan keluarga
pasien. Lalu lembar tersebut akan didokumentasikan dalam status atau rekam
medis pasien. Kemudian perawat atau bidan akan memeriksa dan melengkapi
rekam medis pasien. Pasien dan keluarga pasien akan diminta untuk
menyelesaikan administrasi dan menunjukkan bukti penyelesaian administrasi.
37
4.2 Pencatatan Kegiatan Pelayanan Medis
4.2.1 Kartu Berobat Pasien (KBP)
Kartu Berobat Pasien adalah kartu yang diberikan petugas kepada pasien saat
pasien tersebut pertama kali mendaftar. KBP tersebut berfungsi untuk
mempermudah petugas dalam mengidentifikasi nomor rekam medis pasien serta
nama pasien sehingga pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat ditangani
dengan cepat dan tepat. Selain itu, KBP digunakan untuk mengurangi kesalahan
pengambilan dokumen rekam medis pasien lama. KBP berisi logo rumah sakit dan
alamat, nomor rekam medis, nama pasien, tanggal lahir, alamat pasien, dan catatan
untuk selalu membawa kartu setiap kali berobat ke Rumah Sakit Ibu dan Anak
Puri Bunda.
4.2.2 Kartu Kontrol
Kartu kontrol adalah kartu yang diberikan oleh asisten perawat yang telah diisi
oleh dokter setelah pasien menerima pelayanan. Kartu ini diberikan untuk pasien
yang disarankan untuk melakukan kontrol dengan beberapa jenis pelayanan
sebagai berikut :
g) Pemeriksaan kehamilan, USG dan pertolongan
h) Pemeriksaan infertilitas (infertility)
i) Deteksi dini kanker rahim, laboratorium
j) Pelayanan Keluarga Berencana (KB), imunisasi dan pasien umum
k) Tindakan bedah ringan, khitan/sunat
l) Konsultan bidan praktek swasta
Kartu kontrol ini digunakan untuk kontrol pelayanan berikutnya, sehingga dokter
akan mudah melihat riwayat pemeriksaan sebelumnya. Kartu kontrol ini berisi
logo rumah sakit, nomor rekam medis, nama pasien, umur, pekerjaan, alamat dan
catatan untuk membawa kartu setiap kali kontrol.
4.2.3 Kartu Infertil
Kartu infertil berupa kartu yang diberikan kepada pasien yang akan dan telah
melakukan program hamil. Kartu ini berisi logo rumah sakit, nomor registrasi,
nama pasien, umur pasien, pekerjaan pasien, alamat, dan nomor HP/ nomor
telepon yang bisa dihubungi, catatan untuk membawa kartu setiap kali kontrol, dan
didalam kartu tersebut berisi hari/tanggal, haid hari ke-, terapi, kemudian lama
menikah, kontrasepsi, frekuensi coitus, kemudian data medis istri dan data medis
38
suami. Sebelum pasien diberikan kartu infertil, pasien akan diberikan slip kalender
menstruasi untuk program hamil. Slip kalender menstruasi ini diberikan setelah
pasien diperiksa oleh dokter. Saat pasien datang untuk kedua kalinya pasien akan
mendapatkan kartu infertil untuk mengetahui terapi yang sudah dilakukan, sedang
dilakukan, maupun yang akan dilakukan.
4.2.4 Sistem Identifikasi Dan Penomoran
a. Sistem identifikasi pasien
Pemberian identitas pasien dilakukan di Tempat Pendaftaran Pasien (TPP).
Setiap pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda baik
pasien baru maupun pasien lama pasti memiliki identitas lengkap yang sudah
tersimpan di dokumen rekam medis dan data internal rumah sakit. Setiap
pasien baru akan diberikan formulir yang berisi data pasien pada saat pasien
tersebut pertama kali berkunjung baik rawat jalan maupun rawat inap.
Formulir tersebut berisi :
a) Nomor rekam medis (diisi oleh petugas TPP),
b) Data pasien
Nomor kartu tanda pengenal pasien
Nama pasien sesuai KTP atau kartu tanda pengenal lain
Tempat tanggal lahir
Alamat domisili
Alamat asli
Pendidikan terakhir
Kebangsaan dan Bahasa
Nama suami
Nama orang tua
Nomor hp/telp yang dapat dihubungi
Penanggung Asuransi (bila menggunakan asuransi)
Pekerjaan pasien
c) Data penanggung jawab
Nama penanggung jawab
Hubungan dengan pasien
Pekerjaan
39
Nomor HP/ telp yang dapat dihubungi
Formulir tersebut wajib diisi oleh pasien atau keluarga pasien guna
mempermudah petugas untuk mencari dokumen atau data pasien saat
kunjungan berikutnya, selain itu data tersebut digunakan untuk menghindari
dokumen rekam medis tertukar. Untuk pasien lama tidak akan diberikan
formulir tersebut karena pasien lama telah memiliki data yang telah tersimpan
di data internal rumah sakit. Setiap pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Ibu
dan Anak Puri Bunda akan ditanya tentang Kartu Berobat Pasien (KBP) karena
setiap pasien yang berkunjung untuk pertama kalinya akan diberikan KBP oleh
petugas sebagai kartu untuk berobat kembali. Namun, bila KBP pasien hilang,
maka petugas pendaftaran akan memberikan formulir tersebut untuk mencari
data pasien di komputer. Selain formulir identitas pasien baru, pasien juga akan
diberikan formulir Hak Pasien dan Keluarga (HPK). Petugas juga akan
menjelaskan beberapa hak – hak pasien dan keluarga.
b. Sistem Penamaan
Sistem penamaan digunakan untuk memberikan identitas kepada seorang pasien
serta untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien lainnya sehingga
mempermudah dalam memberikan pelayanan rekam medis kepada pasien yang
berobat ke rumah sakit. Prinsip utama yang harus ditaati oleh petugas rekam
medis adalah nama pasien harus lengkap. Dengan demikian nama pasien yang
tercantum dalam rekam medis akan menjadi satu di antara kemungkinan di
bawah ini:
Nama pasien sendiri, apabila sudah terdiri atas satu kata atau lebih
Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami, apabila pasien sudah
bersuami
Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama orang tua (biasanya nama
ayah)
Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga/marga maka nama
keluarga/marga didahulukan dan kemungkinan diikuti nama sendiri.
Kriteria sistem penamaan yang ada pada dasarnya memiliki kesamaan dengan
mendahulukan nama pasien, pencantuman Ny atau NN diletakkan sebelum
nama.
40
Tabel 6. Singkatan yang menunjukkan status :
No. Status Pasien Singkatan
3. Bayi By.
4. Bayi yang belum mempunyai By. Ny.
nama
5. Anak-anak An.
6. Perempuan yang belum menikah Nn.
8. Bayi By.
42
dengan tulisan yang jelas dan mudah dibaca, dapat dicetak atau ditulis
tangan menggunakan spidol jangan hanya menggunakan pulpen.
c. Tahun Kunjungan
Pada map rekam medis telah dicetak 5 tahun kunjungan. Petugas
registrasi rawat inap dan rawat jalan akan mencentang tahun pasien
datang berobat.
d. Warna Tahun Kunjungan
Warna tahun kunjungan pada map rekam medis bertujuan untuk
mempermudah petugas dalam melakukan retensi dikemudian hari.
e. Kolom Status Pasien
Kolom status pasien ini berisi 2 pilihan yaitu pasien umum dan pasien
asuransi (BPJS)
f. Tulisan Alergi
Diisi dengan alergi yang diderita oleh pasien.
g. Tulisan Rahasia
Tulisan Rahasia menunjukkan bahwa berkas rekam medis ini bersifat
rahasia dan harus selalu terjaga kerahasiaannya.
h. Tempat Menuliskan Nama pasien
Terdapat tempat untuk menuliskan nama pasien, tanggal lahir dan
alamat yang digunakan untuk mempermudah petugas mencari rekam
medis pasien yang dimaksud.
i. Tulisan Perhatian
Tulisan perhatian ini berisi bahwasannya rekam medis adalah milik
rumah sakit, rekam medis tidak diperbolehkan keluar dari wilayah
rumah sakit, rekam medis tidak boleh didokumentasikan dll.
4.2.6 Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri
hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang
dimulai pada saat diterimanya pasien di RSIA Puri Bunda kemudian diteruskan
kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu mendapatkan
43
pelayanan medis di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan penanganan dokumen
rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan serta pengeluaran
dokumen dari tempat penyimpanan serta pengeluaran dokumen dari tempat
penyimpanan untuk melayani permintaan/peminjaman apabila dari pasien atau
untuk keperluan lainnya.
Pencatatan disini dimaksudkan pendokumentasian segala informasi medis
seorang pasien ke dalam Rekam Medis. Pada dasarnya pendokumentasian
memuat data, yang akan menjadi bahan informasi. Data pasien dapat
dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu data sosial dan data medis. Data
sosial didapatkan pada saat pasien mendaftarkan diri ke tempat penerimaan
pasien. Data medis baru diperoleh dari pasien, apabila pasien telah memasuki
unit pelayanan kesehatan. Petugas di unit pelayanan adalah dokter dan ahli-
ahli profesi kesehatan lainnya (termasuk penunjangnya, seperti radiologi,
laboratorium, dan lain-lain) serta unit perawatan.
Untuk mendapatkan pencatatan data medis yang baik, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh dokter dan ahli-ahli di bidang kesehatan lainnya,
yaitu:
Mencatat secara tepat waktu;
Up to date;
Cermat dan lengkap
Dapat dipercaya dan menurut kenyataan
Berkaitan dengan masalah dan pokok perihalnya, sehingga tidak
bertele-tele;
Bersifat obyektif sehingga menimbulkan kesan jelas.
Kegiatan pencatatan ini melibatkan semua unit pelayanan di rumah sakit yang
memberika pelayanan ataupun tindakan kepada pasien. Bentuk catatan dapat
dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu catatan yang bersifat kolektif dan catatan
yang bersifat individual.
a. Catatan yang Bersifat Kolektif
Merupakan kumpulan catatan pasien-pasien yang datang ke unit pelayanan.
Catatan ini dalam bentuk buku yang sering disebut “Buku Register”. Buku
Register ini merupakan sumber utama data kegiatan rumah sakit. Pemakaian
44
buku register ini perlu dipertimbangkan secermat mungkin dan tetap
memperhatikan efisiensi di bidang pengelolaan data medis.
Buku register yang biasa diperlukan, diantaranya:
Buku Register Penerimaan Pasien Rawat Jalan;
Buku Register Penerimaan Pasien Rawat inap;
Buku Register Persalinan/Abortus;
Buku Register Pembedahan;
Buku Register Tindakan/Terapi/Diagnostik;
Buku Register Pemeriksaan Laboratorium.
Buku-buku register tersebut dikerjakan oleh petugas-petugas di masing-masing
unit pelayanannya. Setiap hari petugas di unit pelayanan menyiapkan
rekapitulasi yang seiring disebut sensus harian. Sensus ini sangat berguna di
dalam pengolahan data medis selanjutnya yang digunakan sebagai bahan
laporan rumah sakit.
b. Catatan yang Bersifat Individual
Catatan ini mendokumentasikan segala tindakan medik yang diberikan kepada
seorang pasien. Bentuk catatan ini berupa lembaran-lembaran yang dinamakan
rekam medis. Pencatatan data medis ini dilakukan oleh petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan/tindakan kepada pasien, yaitu Dokter Perawat/Bidan,
Tenaga Kesehatan lainnya yang memberikan pelayanan medis kepada pasien,
serta petugas pencatatan medik sendiri. Formulir rekam medis ini meliputi
formulir untuk pasien rawat jalan dan formulir untuk pasien yang dirawat inap.
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 749a/MENKES/PER/XII/1989,
tentang rekam medis/medical record maka :
a) Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Jalan
Isi dokumen rekam medis untuk pasien rawat jalan memuat identitas
pasien, anamnese, diagnosis dan tindakan/pengobatan. Dokumen yang
digunakan dapat dalam bentuk kartu yaitu Kartu Pemeriksaan Pasien
dimana informasi mengenai identitas pasien, diagnosis dan tindakan yang
dilakukan terhadap pasien seperti anamnese, terapi dicatat didalam kartu.
Data-data tertentu harus ditulis pada saat penderita masuk yang akan
dientry di komputer, dimasukkan pada saat pasien registrasi. Penyimpanan
identitas pasien ini mutlak karena adalah salah satu cara untuk menunjang
45
kelancaran pelayanan terhadap pasien, karena apabila seorang pasien lupa
membawa kartu berobat maka dengan sistem komputerisasi akan
membantu untuk mencarikan data pasien yang diperlukan dengan cepat.
Karena identitas pasien ini merupakan sumber data yang selamanya harus
disimpan, maka harus dibuat selengkap dan sejelas mungkin. Data yang
disimpan harus dibuat secara terperinci dan lengkap, yaitu:
Nama lengkap pasien
Nomor rekam medis
Alamat
Agama
Jenis Kelamin
Umur
Status Perkawinan
Tempat/tanggal lahir
Pekerjaan
Orang yang dihubungi, bila terjadi sesuatu
Tanggal kunjungan poliklinik yang pertama
Bila setelah menikah pasien pindah alamat, maka alamat lama dicoret
dan dicantumkan alamat baru pada tempat yang kosong dan tanggal
perubahan didalam dokumen rekam medis tersebut untuk memudahkan
pencarian alamat terakhir.
Dokumen rekam medis rawat jalan berisi :
Tanggal Kunjungan
Poliklinik yang melayani/di tuju
Diagnosis
Tindakan yang diberikan
Dokter yang menangani
Asesmen awal medis rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi:
riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi keluhan
utama dan riwayat penyakit;
riwayat alergi;
pemeriksaan fisik;
46
diagnosis;
rencana asuhan
Asesmen awal keperawatan rawat jalan sekurang-kurangnya meliputi:
bio-psiko-spiritual;
ekonomi
skrining dan asesmen nyeri
status fungsional
risiko jatuh
risiko nutrisional
masalah keperawatan
rencana asuhan
b) Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat Inap
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap memuat identitas pasien,
anamnese, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan laboratorium, diagnosis,
persetujuan tindakan medis, tindakan/pengobatan, catatan perawat,
catatan observasi klinis dan hasil pengobatan, resume akhir dan evaluasi
pengobatan. Dokumen Rekam Medis pasien rawat inap terdiri dari
lembaran-lembaran umum dan lembaran-lembaran khusus, serta
lembaran-lembaran diagnostik/terapi.
Lembaran-lembaran Umum, misalnya:
(a) Identitas Pasien
a. Isi formulir identitas pasien :
Form identitas pasien selalu menjadi lembaran paling depan
pada suatu dokumen rekam medis. Lembaran ini berisi
informasi tentang identitas pasien, Nomor registrasi dan nomor
rekam medis ,tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
pendidikan, agama, alamat, pekerjaan
Nama Lengkap pasien
Nomor registrasi dan nomor rekam medis
Tanggal lahir
Jenis kelamin
Pendidikan
47
Agama
Alamat
Pekerjaan
Dll
b. Identitas Pasien digunakan :
Untuk keselamatan pasien dan menjamin kontinuitas
Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medik dengan
kualitas
yang tinggi dan bahan informasi apabila pasien di rawat
kembali
Untuk bahan penilaian pelayanan medis
Untuk memenuhi permintaan instansi luar (asuransi, dokter,
perusahaan), dengan persetujuan pasien
c. Cara pengisian Identitas Pasien
Informasi yang menyangkut identitas pasien dan prosedur pada
masuk dicatat oleh petugas ditempat penerimaan pasien rawat
jalan ,rawat inap maupun IGD.
Penjelasan cara pengisian :
Nama : diisi nama sesuai dengan kartu
tanda pengenal yang digunakan
(KTP/SIM/PASSPOR/KK)
Nomor Tanda Pengenal : diisi dengan nomor kartu tanda
pengenal yang digunakan
Jenis Kelamin : diisi jenis kelamin pasien
Tempat,Tanggal lahir : diisi dengan tempat dan tanggal
lahir yang sesuai dengan kartu
tanda pengenal yang digunakan
Umur : diisi dengan umur saat ini
Alamat asli : diisi dengan alamat yang asli
yang tertera di kartu tanda
pengenal yang digunakan bila
pasien merupakan orang luar kota
48
Alamat domisili : diisi dengan alamat tempat
pasien tinggal saat ini
Pekerjaan : diisi dengan pekerjaan yang
dijalani saat ini
Pendidikan :diisi dengan pendidikan terakhir
pasien
Dll
49
kelihatannya tidak perlu, ini untuk menentukan seberpa jauh dan
teliti pemeriksaan fisik harus dilakukan.
Pemeriksaan fisik mencakup 4 langkah dasar yaitu:
Inspeksi : melihat ke seluruh bagian tubuh.
Palpasi : meraba berbagai bagian tubuh.
Perkusi : mengetok daerah tertentu pada tubuh
dengan jari tangan/alat mendengar suaranya dan
meneliti tingkat resistensinya.
Auskultasi : mendengar bunyi yang terjadi karena proses
fisiologis atau patologis didalam tubuh
(c) Assesmen awal
a. Asesmen awal medis rawat inap sekurang-kurangnya meliputi:
Riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi
keluhan utama dan riwayat penyakit
riwayat alergi;
pemeriksaan fisik;
pemeriksaan penunjang
diagnosis;
masalah medis dan keperawatan;
rencana asuhan
b. Asesmen awal keperawatan rawat inap sekurang-kurangnya
meliputi:
Bio-Psiko-Spiritual;
Ekonomi;
Skrining Dan Asesmen Nyeri;
Status Fungsional;
Risiko Jatuh;
Risiko Nutrisional;
Masalah Keperawatan;
Rencana Asuhan
Identifikasi Pemulangan Pasien yang Kompleks
50
c. Asesmen awal medis gawat darurat sekurang-kurangnya meliputi:
riwayat kesehatan pasien, sekurang-kurangnya meliputi
keluhan utama dan riwayat penyakit;
riwayat alergi;
pemeriksaan fisik;
diagnosis;
rencana asuhan
kondisi pasien sebelum meninggalkan unit gawat darurat dan
rencana tindak lanjut;
d. Asesmen awal keperawatan gawat darurat sekurang-kurangnya
meliputi:
bio-psiko-spiritual;
skrining dan asesmen nyeri
status fungsional
risiko jatuh
risiko nutrisional
masalah keperawatan
rencana asuhan
e. Asesmen awal medis dan keperawatan dilaksanakan oleh profesional
pemberi asuhan yang kompeten dan berwenang sesuai rincian
kewenang klinis yang ditetapkan.
f. Asesmen awal harus diselesaikan selambat- lambatnya dalam waktu
24 jam untuk pasien rawat inap
1 jam untuk pasien rawat jalan
2 jam untuk pasien gawat darurat
(d) Lembar Bantu Kasir
(e) General Consent
(f) Hak-hak Pasien Selama Dirawat Inap
(g) Format Infromasi Sebelum Penatalaksanaan
(h) Lembaran Grafik/Partograf;
(i) Perjalanan Penyakit / Perkembangan Perintah Dokter dan
Pengobatan(SOAP);
51
(j) Asessmen ulang
a. Asesmen ulang medis dan keperawatan dilaksanakan oleh
profesional pemberi asuhan yang kompeten dan berwenang
sesuai rincian kewenang klinis yang ditetapkan;
b. Asesmen ulang medis dilaksanakan minimal satu kali sehari,
termasuk akhir minggu / libur untuk pasien akut;
c. Asesmen ulang perawat minimal satu kali per shift atau sesuai
dengan perubahan kondisi pasien;
d. Asesmen ulang oleh profesional pemberi asuhan lainnya
dilaksanakan sesuai kondisi pasien.
(k) Lembaran grafik atau patograf
memberikan gambaran kepada dokter tentang suhu, nadi, dan
pernafasan seorang pasien. Pengisiannya dilakukan oleh petugas
perawat, dimulai saat pasien mulai dirawat. Dalam lembaran grafik
ini juga dicatat data-data tekanan darah, pemasukan dan pengeluaran
cairan, defikasi. Dapat juga diisi informasi tentang kunjungan dokter,
spesimen untuk laboratorium, diet, dll
(l) Catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
Lembaran ini mencatat secara spesifik perkembangan penyakit
pasien yang ditulis dan ditandatangani oleh dokter. Catatan pertama
dimulai dengan catatan pada saat pasien masuk, yang seterusnya
ditambah selama pasien di dalam perawatan dan diakhiri pada saat
pasien keluar atau meninggal. Catatan yang kedua digunakan untuk
mencatat ringkasan keadaan umum pasien pada saat masuk, terutama
fakta-fakta penting yang belum tercatat pada anamnese dan
pemeriksaan fisik. Fakta tersebut mungkin didapat dari keluarga
pasien, dokter yang mengirim atau dari rumah sakit lain. Catatan
selama pasien dalam perawatan:memberikan perkembangan ini harus
dibuat setiap hari, setiap beberapa jam salama fase akutnya seorang
pasien, dan seterusnya sesuai dengan perkembangan pasien itu
sendiri. Semua tindakan yang dilakukan dicatat jam, tanggal dan
jenis tindakannya. Semua catatan harus ditandatangani oleh dokter
pemeriksa.
52
Kegunaan catatan perkembangan pasien terintegrasi :
mengetahui ringkasan keadaan umum pasien pada saat masuk
hingga keluar, termasuk informasi – informasi penting yang
belum tercatat pada anamnesa dan pemeriksaan fisik. Informasi
tersebut bisa didapat dari keluarga pasien, dokter yang
mengirim atau dari rumah sakit lain.
Waktu pengisian Catatan pasien perkembangan :
Dibuat setiap hari selama pasien dalam masa perawatan, setiap
beberapa jam selama fase akutnya seorang pasien, dan
seterusnya sesuai dengan perkembangan kesehatan pasien itu
sendiri. Semua tindakan yang dilakukan dicatat jam, tanggal
dan jenis tindakan yang diberikan serta harus di tanda tangani
oleh dokter (DPJP).
Isi dan cara pengisian catatan perkembangan terintegrasi
pasien
Sebelum mengisi keadaan dan tindakan pasien, dokter maupun
perawat wajib menuliskan tanggal, jam, serta identitas pasien.
Setelah itu dokter maupun perawat wajib menulis SOAP
maupun SBAR. SBAR merupakan teknik komunikasi verbal
yang memperhatikan situation, background assessment,
recommendation untuk mengurangi kesalahan dan
meningkatkan keselamatan pasien selama dalam perawatan di
Rumah Sakit melalui pemberian informasi yang tepat waktu,
akurat, lengkap, jelas dan dapat dipahami oleh penerima pesan.
SOAP terdiri dari :
- Subjective yang berisi keluhan pasien,
- Objective yang berisi pemeriksaan PPA (Para Pemberi
Asuhan),
- Assesmen berisi diagnosa pasien,
- Planing berisi perencanaan tindakan yang akan dilakukan,
Intervensi dan Evaluasi yang merupakan tambahan yang
jarang digunakan. Intervensi berisi tindakan atas
53
perencanaan tindakan, evaluasi berisi peninjauan ulang atas
tindakan yang telah dilakukan.
SBAR terdiri dari :
- Situation berisi situasi pasien saat ini, diisi oleh petugas
kesehatan yang meliputi nama, umur, lokasi pasien dirawat,
hari perawatan, masalah yang ingindisampaikan, tanda-
tanda vital, kekhawatiran petugas terhadap kondisi pasien
saat itu.
- Background yang berisi latarbelakang pasien dirawat dan
masalah pasien sebelumnya.
- Assessment berupa penilaian terhadap kondisi pasien dengan
menyampaikan masalah saat ini, hasil penunjang yang
sudah dilakukan.
- Recommendation berupa rekomendasi atau saran dari dokter
yang menangani.
Setelah mencatat SOAP atau SBAR perawat maupun dokter wajib
membubuhi tanda tangan. Khusus dokter wajib menggunakan
stempel sebagai bukti keabsahan.
(m) Catatan perkembangan kebidanan
Catatan bidan ,digunakan oleh petugas kebidanan untuk mencatat
pengamatan mereka terhadap pasien dan pertolongan perawatan
yang telah mereka berikan kepada pasien.Catatan ini memberikan
gambaran kronologis pertolongan, perawatan, pengobatan yang
diberikan dan reaksi pasien terhadap tindakan tersebut.
Ada empat kegunaan catatan kebidanan, yaitu :
- Mencatat keadaan pasien selama tidak dilihat oleh dokter.
Catatan ini berisi hal-hal yang penting dicatat oleh bidan yang
memberikan gambaran perspektif yang jelas tentang
perkembangan seorang pasien selama tidak dilihat oleh dokter.
Rencana pengobatan seorang pasien ditentukan oleh informasi
yang dicatat pada lembaran catatan kebidanan, dengan bantuan
catatan bidan yang dicatat secara seksama.Seorang dokter dapat
54
mengikuti perkembangan pasiennya,meskipun ia mengunjungi
pasien hanya sekali dalam satu hari.
- Menghemat waktu bagi dokter dan mencegah timbulnya
kekeliruan, dengan adanya catatan kebidanan tersebut dapat
terlihat gambaran pasien dari waktu ke waktu.Petugas yang
merawat pasien tersebut harus membuat penjelasan sendiri –
sendiri mengenai keadaan / kondisi seorang pasien.Hal ini
memungkinkan untuk memperkecil tingkat kesalahan dalam
pemberian medikasi dan pengobatan.
- Sebagai bukti pelaksanan pekerjaan bidan. Setiap bidan harus
mencatat apa – apa tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan
perintah dokter. Sehingga dokter dapat melihat hasilnya dan
menentukan tindakan pengobatan selanjutnya.Untuk pembuktian
secara hukum, catatan kebidanan berguna sebagai bukti
pertolongan yang diberikan maupun bukti reaksi pasien terhadap
pertolongan tersebut.
- Sebagai salah satu indikator kelengkapan dokumen rekam medis.
Isi dan cara pengisian catatan kebidanan :
Catatan kebidanan dimulai pada saat pasien masuk ruang perawatan
dan meliputi :
- Tanggal ,bulan, tahun dan jam.
- Catatan – catatan tentang keadaan pasien , serta gejala-
gejala yang tampak.
- Tindakan /pengobatan yang dilakukan
Cara pengisian catatan kebidanan sama dengan cara pengisian
catatan pasien terintegrasi. Hanya yang bertanggungjawab
pengisiannya yang berbeda. Catatan kebidanan hanya diisi oleh
bidan.
(n) Morse Fall
(o) Perjalanan Penyakit, Instruksi Dokter, Dan Pengobatan
Perintah medis tertulis adalah petunjuk dokter kepada bagian
perawatan dan staf medis /paramedis mengenai semua medikasi dan
pengobatan yang diberikan kepada pasien.
55
Petugas rekam medis dalam meneliti kelengkapan lembaran perintah
dokter, harus mengamati:
Semua perintah harus telah ditandatangani oleh pemberi perintah.
Perintah yang diberikan secara lisan atau lewat telepon harus
ditandatangani oleh si pemberi perintah pada kunjungan
berikutnya, yang menunjukkan dia benar-benar bertanggungjawab
atas perintah tersebut.Untuk menghindari kekeliruan, diusahakan
agar perintah lisan maupun telepon ini tidak sering terjadi.
Perintah keluar harus ditulis sebelum pasien meninggalkan rumah
sakit. Jika perintah keluar belum ditulis, petugas rekam medis
harus meneliti apakah ada pernyataan yang ditandatangani pasien
keluar atas tanggung jawab sendiri. Pernyataan ini harus disimpan
di dalam rekam medisnya. Dalam hal ini harus ada catatan dari
dokternya yang menyatakan bahwa pasien telah keluar tanpa
persetujuan.
Hasil-hasil pemeriksaan diagnosis yang diperintahkan/dimintakan
oleh dokter harus ada di dalam rekam medis. Petugas rekam
medis harus berusaha memperolehnya, untuk secepatnya
disatukan dengan dokumen rekam medis yang bersangkutan.
Catatan medik harus diisi laporan-laporan tindakan/pengobatan
yang diperintahkan kepada paramedis, seperti terapi
inhalasi,occupational therapy, physical therapy, dan sebagainya.
(p) Catatan Ringkasan Keperawatan/Kebidanan;
(q) Hasil Pemeriksaan Laboratorium/Rontgen;
Lembaran ini dipakai untuk meletakkan formulir-formulir hasil
pemeriksaan laboratorium maupun rontgen yang dilakukan kepada
pasien. Cara meletakkan formulir-formulir hasil pemeriksaan secara
kronologis berdasarkan waktu, dimulai dari bawah, terus ke atas.
(r) Skrining GIZI
(s) Kajian Awal Farmasi
(t) Resume Keluar
Ringkasan dapat ditulis pada lembaran tersendiri yaitu lembar
Ringkasan Perawatan Pasien. Pengecualian bagi resume ini, terutama
56
untuk pasien yang dirawat kurang 48 jam, cukup menggunakan
Resume singkat, misalnya untuk kasus-kasus tonsilectomy,
adnoidectomy, kecelakaan ringan, dan sebagainya.
Tujuan dibuatnya resume ini adalah :
Untuk menjamin kontinuitas pelayanan medis dengan kualitas
yang tinggi serta sebagai bahan yang berguna bagi dokter yang
menerima pasien apabila pasien tersebut dirawat kembali.
Sebagai bahan penilaian staf medis rumah sakit.
Untuk memenuhi permintaan dari badan-badan resmi atau
perorangan tentang perawatan seorang pasien, misalnya dari
Perusahaan Asuransi (dengan persetujuan pimpinan)
Sebagai bahan informasi bagi dokter yang bertugas dokter yang
mngirim dan konsultan. Hal ini menjadi semacam insentif bagi
semua dokter yang diharuskan menulis resume.
Untuk diberikan tembusannya kepada asisten ahli yang
memerlukan catatan tentang pasien yang pernah mereka rawat.
Resume ini harus disingkat dan hanya menjelaskan informasi penting
tentang penyakit, pemeriksaan yang dilakukan dan pengobatannya.
Resume ini harus ditulis segera setelah pasien keluar dan isinya
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
Mengapa pasien masuk rumah sakit (pertanyaan klinis singkat
tentang keluhan utma, dan riwayat penyakit sekarang)
Apakah hasil-hasil penting pemeriksaan laboratorium, rontgen
dan fisik (hasil negatif mungkin sama pentingnya dengan hasil
positif)
Apakah pengobatan medis maupun operasi yang diberikan
(termasuk respon pasien, komplikasi dan konsultasi)
Bagaimana keadaan pasien pada saat keluar (perlu berobat jalan,
mampu bergerak sendiri, mampu untuk bekerja)
Apakah anjuran pengoatan.perawatan yang diberikan (nama obat
dan dosisnya, tindakan pengobatan lainnya, dirujuk kemana,
perjanjian untuk datang lagi)
Resume ini harus ditandatangani oleh dokter yang merawat.
57
Lembaran-lembaran Khusus, misalnya;
(a) Kajian Awal Kebidanan
(b) Laporan Operasi;
Formulir laporan operasi digunakan sebagai media untuk mencatat
diagnose dan semua tindakan yang dilakukan selama pasien berada di
kamar operasi. Pengisian laporan operasi harus lengkap, tepat dan
akurat karena laporan operasi merupakan laporan yang paling vital.
a. Isi dan cara pengisian lembar laporan operasi :
Identitas pasien berisi ruangan pasien, nomor rekam medis
pasien, nama pasien, dan umur pasien. Umur pasien boleh
diisi dengan tanggal lahir pasien. Identitas pasien ini hal
paling pokok untuk diisi karena. Bila dokter maupun perawat
kamar operasi tidak segera mengisi identitas pasien, maka
ada kecenderungan isi dari laporan operasi tertukar dengan
pasien lain.
Nama ahli bedah, nama asisten I dan II, nama instrumenteren
dan sirkuler harus diisi dengan benar dan jelas karena bila
terjadi kesalahan tindakan maupun hal yang tidak diinginkan,
maka akan memudahkan tim khusus yang berwenang untuk
melakukan pelacakan.
Nama ahli anastesi, nama asisten anastesi, jenis anastesi
(general, regional, lokal). Perlu diketahui anastesi general
yaitu berupa tindakan anastesi yang bertujuan untuk
membuat tidur dan menghilangkan rasa sakit pada saat
dilakukan tindakan pembedahan, anastesi regional berupa
tindakan anastesi pada bagian tubuh sementara pada impuls
saraf sensorik sehingga impuls nyeri dari suatu bagian tubuh
diblokir untuk sementara (reversible), anastesi lokal adalah
obat yang disuntikkan ke jaringan agar mati rasa. Anastesi
lokal menghentikan kerja saraf untuk sementara sehingga
tidak merasakan sakit dan disuntikkan anastesi hanya pada
bagian tubuh yang akan dilakukan pembedahan.
58
Diagnosis pre-operasi diisi diagnose sebelum tindakan
pembedahan, diagnose post operasi diisi dengan diagnose
setelah tindakan pembedahan.
Jaringan yang di eksisi/ insisi dan vriescope/PA (ya/tidak),
dokter wajib menjelaskan bagian jaringan yang di potong
maupun diangkat dan apakah akan dikirim guna dilakukan
pemeriksaan vriescope/PA lebih lanjut.
Nama/ macam operasi, berupa jenis tindakan pembedahan
yang dilakukan.
Tanggal operasi, jam dimulai operasi, jam selesai operasi,
lama operasi berlangsung.
Laporan operasi berupa kolom yang besar yang digunakan
untuk dokter mengisi secara rinci tindakan pembedahan
yang telah dilakukan.
Tanda tangan dan nama terang dokter yang melakukan
tindakan pembedahan, sebagai bukti keabsahan dan
verifikasi bahwa dokter atas nama tersebut telah melakukan
operasi pada tanggal dan jam yang telah ditulis di kolom
tanggal dan jam.
59
Pra anastesi berkaitan dengan diagnosa maupun segala tindakan
sebelum dilakukan anastesi dan sesudah dilakukan pembedahan.
Selain itu juga terdapat kronologi keadaan umum pasien sebelum
dilakukan tindakan anastesi maupun pembedahan, teknik khusus
yang digunakan, teknis anastesi, penyulit selama pembedahan,
dll. Setiap dokter anastesi dan perawat yang bertanggungjawab
atas tindakan anastesi harus mengisi setiap poin dari formulir
anastesi dengan lengkap dan tepat.
Pre medikasi berkaitan dengan obat yang diberikan sebelum
dilakukan suatu tindakan pembedahan. Premedikasi ini berupa
kolom yang berisi nama obat, cara pemberian, waktu pemberian
dan reaksi.
Intra anastesi berkaitan dengan perjalanan selama dilakukan
tindakan pembedahan yang berisi pra induksi, induksi, dan vital
sign.
Instruksi pasca anastesi berisi keadaan umum pasien setelah
dilakukan tindakan anastesi dan pembedahan selesai. Instruksi
pasca anastesi ini berisi monitor yaitu keadaan umum pasien
setelah dilakukan tindakan anastesi, posisi pasien saat dilakukan
tindakan (terlentang/miring/tengkurap), infuse/ cairan transfuse
yang telah diberikan, antibiotic dan obat-obatan lain,
mual/muntah, ukuran skala nyeri bila pasien merasa kesakitan,
minum/makan, keadaan urine, dll.
Tanda tangan dokter anastesi, perawat kamar operasi.
Pasca anastesi berkaitan dengan keadaan umum pasien setelah
dilakukan tindakan anastesi maupun pembedahan.
(d) Riwayat Kehamilan;
(e) Catatan/Laporan Persalinan;
(f) Identifikasi Bayi;
Formulir ini sama halnya dengan rekam medis anak atau orang
dewasa. Seorang bayi dianggap sebagai individu yang mempunyai
catatan tersendiri dan seyogyanya catatan tersebut disimpan didalam
dokumen terpisah dengan dokumen rekam medis ibu. Hal itu
60
merupakan sesuatu yang penting untuk mengetahui semua keterangan
pengenal bayi yang termuat pada dokumen rekam medis bayi.
Identifikasi bayi berfungsi untuk mencatat semua data bayi dan untuk
tanda tangan terakhir dari dokter yang merawat.
Riwayat kelahiran
Dokter yang menolong persalinan bertanggung jawab untuk
mencatat riwayat kelahiran bayi. Riwayat kelahiran yag lengkap
mencakup bagian- bagian :
Riwayat ibu :
Umur ibu, jumlah kehamilan sebelumnya, jumlah bayi yang
dilahirkan hidup, jumlah kelahiran yang memerl tindakan abortus,
jumlah bayi yang dilahirkan mati, jumlah anak yang meninggal,
golonga darah ibu, factor RH, penyakit ibu, komplikasi kehamilan,
tanggal dan hasil test serologi dan photo thorax.
Kajian Awal bayi baru lahir
Riwayat kelahiran dari bayi harus mencakup keterangan mengenai
lamanya kehamilan pengawasan perinatal, umur bayi, tanggal
perkiraan persalinan, lamanya kala 1 dari persalinan, kala II,
pecahnya ketuban, (bagaimana dan berapa lamanya sebelum
kelahiran). Robekan perineum, letak, posisi cara kelahiran,
analgetika yag diberikan, anesthesia dan kompliksi kelahiran.
Identifikasi bayi :
Mencakup keadaan bayi, tanggal bayi, dan jam lahir, jenis kelamin,
berat badan, panjang badan, medikasi mata, pernfasan, Apgar score,
cap kaki bayi, tanda tangan perawat yang bertanggung jawab
terhadap identitas bayi dan kelainan yang ada.
61
b) Semua pencatatan harus ditandatangani oleh dokter/ tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal.
c) Pencatatan yang dibuat oleh mahasiswa kedokteran dan mahasiswa lainnya
ditandatangani dan menjadi tanggung jawab dokter yang merawat atau oleh
dokter pembimbingnya.
d) Catatan yang dibuat oleh Residen harus diketahui oleh dokter pembimbingnya.
e) Dokter yang merawat, dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan melakukannya
pada saat itu juga serta dibubuhi paraf.
f) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
KAMAR OPERASI
1. Lembar SSC
2. Lembar laporan anastesi
3. Lembar laporan operasi
4. Lembar pemakaian obat dan bahan di kamar operasi
5. Lembar observasi OK
6. Lembar transfer pasien
RUANG PERAWATAN
1. Lembar assesmen awal rawat inap dewasa
2. Lembar edukasi pasien awal
3. Lembar edukasi ruangan
4. Lembar assesmen awal medis
5. Lembar catatan perkembangan pasien terintergrasi
6. Lembar asuhan kebidanan atau keperawatan
7. Lembar assesmen ulang resiko jatuh
8. Lembar screening gizi
9. Lembar adima*
10. Lembar rekonsiliasi obat
11. Lembar catatan penggunaan obat
12. Lembar penunjang medis
13. Lembar lain – lain (exp : discharge planning dll)
63
14. Lembar ringkasan pulang keperawatan
15. Lembar ringkasan pulang
Perakitan rekam medis pasien rawat inap kasus bayi lahir meliputi :
TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN (TPP)
1. Sampul rekam medis
2. Lembar kasir
3. Lembar ringkasan masuk keluar
4. Lembar bantu administrasi
5. Lembar General Consent
6. Lembar Hak pasien dan keluarga
7. Lembar informasi sebelum penatalaksanaan
8. Lembar persetujuan BPJS
9. Lembar pernyataan menjamin darurat medis BPJS
64
UNIT GAWAT DARURAT (UGD)
1. Lembar pre admisi
2. Lembar pembuka rahasia
3. Lembar assesmen awal UGD (medis dan perawat)
4. Lembar assesmen awal medis
5. Lembar Informed Consent
6. Lembar catatan penggunaan obat
7. Lembar transfer pasien
RUANG PERAWATAN
1. Lembar assesmen awal rawat inap anak
2. Lembar edukasi pasien awal
3. Lembar edukasi ruangan
4. Lembar assesmen awal medis
5. Lembar catatan perkembangan pasien terintergrasi
6. Lembar asuhan keperawatan
7. Lembar assesmen ulang resiko jatuh
8. Lembar screening gizi*
9. Lembar adima**
10. Lembar rekonsiliasi obat
11. Lembar catatan penggunaan obat
12. Lembar penunjang medis
13. Lembar lain – lain (exp : discharge planning dll)
14. Lembar ringkasan pulang keperawatan
15. Lembar ringkasan pulang
65
diagnose maupun tindakan yang diberikan kepada pasien dapat tercatat dengan
baik. Berikut adalah tata cara perubahan formulir rekam medis:
a. Tenaga kesehatan (dokter, dokter gigi, perawat, bidan) dan tenaga kesehatan
lain yang berhak mengisi rekam medis.
b. Kedua tenaga kesehatan tersebut mengajukan formulir yang ingin diubah
baik ditambah maupun dikurangi.
c. Ajukan kepada kepala unit rekam medis. Kepala rekam medis akan
mengkategorikan perubahan tersebut. Bila berhubungan dengan kebijakan
maka kepala unit rekam medis akan mengajukan langsung kepada direktur.
Bila dalam kategori medis maka kepala unit rekam medis akan mengajukan
kepada manager penunjang medis.
d. Bila telah disetujui oleh direktur/ manager penunjang medis. Pihak rekam
medis akan mencetak formulir tersebut. Kemudian akan dilakukan observasi
selama 2 minggu. Bila formulir baru tersebut dapat berjalan dengan baik
maka akan dilanjutkan. Bila tidak berjalan baik maka akan dilakukan
evaluasi kembali.
Perencanaan perubahan rekam medis ini bertujuan untuk membantu setiap
praktisi kesehatan yang berhak mengisi rekam medis supaya lebih mudah, selain
itu data yang ditulis didalam rekam medis dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, jelas, tepat sasaran dan akurat.
66
Kecepatan dan ketepatan Koding dari suatu diagnosis sangat tergantung
kepada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut yaitu:
a. Tenaga medis dalam menetapkan diagnosis
b. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
c. Tenaga kesehatan lainnya.
Penetapan diagnosis sorang pasien merupakan kewajiban hak dan tanggung
jawab dokter (tenaga medis) yang terkait tidak boleh diubah oleh karenanya
diagnosis yang ada dalam rekam medis harus diisi dengan lengkap dan jelas
sesuai dengan arahan yang ada pada buku ICD 10.
Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas
keakuratan kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis.
Oleh karenanya untuk hal yang kurang jelas atau yang tidak lengkap, sebelum
koding ditetapkan, komunikasikan terlebih dahulu pada dokter yang membuat
diagnosis tersebut. Untuk lebih meningkatkan informasi dalam rekam medis,
petugas rekam medis harus membuat koding sesuai dengan klasifikasi yang
tepat. Disamping kode penyakit, berbagai tindakan lain juga harus dikoding
sesuai klasifikasi masing-masing.
a) Koding Penyakit (ICD-10)
b) Pembedahan/Tindakan (ICDPIM)
c) Koding Obat-obatan
d) Laboratorium
e) Radiologi
f) Dokter (pemberi pelayanan)
g) Alat-alat
h) Dan lain-lain
CARA PENGGUNAAN ICD - 10
a. Menggunakan buku ICD - 10 Volume I berisi tentang :
Intruduction ( pendahuluan )
Kelompok daftar tabulasi
Kode kondisi tertentu.
Petunjuk yang digunakan dalam daftar tabulasi
Kategori karakteristik perintah
b. Menggunakan buku ICD - 10 Volume III berisi tentang :
67
Penggunaan Index Alfabetic
Susunan
Kode angka
Tanda perintah yang ada dalam buku ICD - 10 Volume I
c. Petunjuk dasar koding
Identifikasi tipe panyakit/luka atau kondisi lain di dalam buku ICD-10
Vol. I.
Cari kata dasar ( Lead term )
Baca dan catat petunjuk kata dasar (di garis bawahi).
Rujuk di buku ICD - 10 Volume III
Rujuk di buku ICD - 10 Volume I
Tentukan kode penyakit tersebut.
Ya
Tidak
Berkas rekam
medis px lama
Ambil berkas rekam medis
pasien lama dan baru
Gambar 4 : Alur berkas rekam medis rawat jalan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri
Bunda
Keterangan :
Dari TPP, bila pasien baru maka akan dicetakkan KBP dan formulir identitas pasien
yang nantinya akan disimpan didalam dokumen rekam medis pasien baru. Dokumen
rekam medis pasien baru dan lama itu kemudian akan diletakkan di rak asisten untuk
dibawa ke ruang pemeriksaan. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokumen tersebut akan
69
dilengkapi oleh Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) kemudian data akan di entry
oleh asisten dokter ke komputer atau laptop. Setelah selesai, dokumen rekam medis
tersebut akan disimpan di ruang penyimpanan (filing) rawat jalan. Proses untuk pasien
lama hampir sama, namun yang membedakan yaitu untuk pasien lama, petugas akan
membuat tracer dan mengambil dokumen rekam medis pasien tersebut.
b. Flowchart alur dokumen rawat inap
TPP
Tidak
Kaber
Petugas rekam
A
medis
Master data
Input di komputer
pasien
FILING
Gambar 5 : Alur berkas rekam medis rawat inap di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
70
Keterangan :
1. Dari TPP, bila pasien baru maka akan dicetakkan KBP dan formulir identitas
pasien yang nantinya akan disimpan didalam berkas rekam medis pasien baru
2. Berkas rekam medis pasien baru dan lama diserahkan ke IGD
3. Petugas IGD akan memeriksa kondisi pasien
4. Bila pasien partus dengan tindakan saecarea maka dokumen akan dibawa ke
ruang operasi.
5. Dari ruang operasi dokumen akan dibawa ke ruang rawat inap,
6. Setelah pasien KRS, dokumen akan dibawa oleh petugas rekam medis saat proses
pendistribusian rekam medis.
7. Data pasien di input ke dalam komputer dan disimpan di master data pasien,
8. Dokumen di assembling dan di evaluasi kelengkapan pengisian rekam medisnya.
9. Setelah lengkap, dokumen rekam medis akan di simpan di tempat penyimpanan.
10. Kasus persalinan normal bisa dilakukan dikaber,
11. Dokumen akan dibawa ke kaber
12. Setelah itu rawat inap / langsung pulang dan proses selanjutnya sama dengan
yang dijelaskan sebelumnya.
13. Namun, untuk kasus dengan diagnosa lain seperti Dangue High Fever (DHF),
Hepatitis, dll maka dokumen langsung ke ruang rawat inap.
c. Alur distribusi pengendalian dokumen rekam medis
Setiap pasien lama yang akan periksa ke poliklinik atau yang telah melakukan
pemeriksaan di UGD akan diberikan dokumen rekam medis pasien yang terdahulu.
Proses pengendalian dokumen rekam medis ini dilakukan di TPP dan langsung
terhubung ke ruang filing rekam medis. Petugas TPP akan mendaftar pasien
baru/lama. Pasien baru akan langsung dibuatkan dokumen rekam medis di TPP karena
pasien baru masih belum memiliki nomor rekam medis dan dokumen rekam medis,
sedangkan pasien lama akan di cetakkan tracer yang sesuai dengan nomor rekam
medis pasien dan langsung terhubung di ruang filing rekam medis. Petugas filing akan
menerima cetakan tracer di ruangan dan melakukan proses pencarian sesuai nomor
rekam medis, nama pasien dan jenis perawatan (rawat jalan/rawat inap). Selanjutnya
akan didistribusikan ke TPP kembali melalui katrol.
71
4.6 Penyimpanan Rekam Medis
Setelah melakukan beberapa perbandingan dengan menelaah kelebihan dan
kekurangan dari kedua sistem tersebut. Pihak RSIA Puri Bunda memutuskan untuk
mengubah sistem penyimpanan sebelumnya yaitu sistem penyimpanan desentralisasi
menjadi sistem penyimpanan sentralisasi.
a. Sistem Sentralisasi
Perlu diketahui bahwa sistem sentralisasi yaitu sistem penyimpanan rekam medis
seorang pasien dalam satu kesatuan baik dokumen kunjungan rawat jalan maupun
dokumen selama seorang pasien rawat inap. Penggunaan sistem sentralisasi ini
berpusat pada satu tempat penyimpanan yang telah ditentukan oleh pihak rumah
sakit. Keuntungan menggunakan sistem sentralisasi yaitu;
1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan
dokumen rekam medis
2) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan ruangan
3) Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah di
standarisasikan
4) Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan
5) Mudah untuk menerapkan sistem unit record
Adapun kerugian sistem sentralisasi yaitu;
a) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan
rawat inap
b) Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 24 jam
Dari kedua pertimbangan tersebut maka Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
melakukan perubahan sistem penyimpanan yaitu secara sentralisasi.
Sedangkan untuk sistem penjajaran yang digunakan di RSIA Puri Bunda Malang
menggunakan angka langsung Straight Numbering Filling System (SNFS) yang cara
kerjanya yaitu mensejajarkan folder dokumen rekam medis berdasarkan urutan
langsung nomor rekam medisnya pada rak penyimpanan. Misalnya keempat rekam
medis berikut ini akan disimpan berurutan dalam satu rak,yaitu 46-50-23, 46-50-24,
46-50-25. Ada beberapa keuntungan dan kebaikan dari sistem penyimpanan angka
langsung, seperti:
72
a) Bila akan sekaligus mengambil 50 buah rekam medis dengan nomor yang berurutan
dari rak untuk keperluan pendidikan, penelitian, atau untuk inaktif akan sangat
mudah.
b) Mudah melatih petugas-petugas yang harus melaksanakan pekerjaan penyimpanan
tersebut.
b. Sistem Angka Langsung
Sistem penjajaran berkas rekam medis menurut nomor yang dipakai adalah sistem
angka langsung. Penjajaran dengan sistem angka langsung lazim disebut “straight
numerical filling”. Dimana sistem penyimpanan ini dengan cara mensejajarkan
folder DRM berdasarkan urutan langsung nomor rekam medisnya pada rak
penyimpanan. Misalnya keempat rekam medis berikut ini akan disimpan berurutan
dalam satu rak,yaitu 46-50-23, 46-50-24,46-50-25. Ada beberapa keuntungan dan
kebaikan dari pada sistem penyimpanan angka langsung, seperti:
a. Bila akan sekaligus mengambil 50 buah rekam medis dengan nomor yang
berurutan dari rak untuk keperluan pendidikan, penelitian, atau untuk inaktif
akan sangat mudah.
b.Mudah melatih petugas-petugas yang harus melaksanakan pekerjaan
penyimpanan tersebut.
Kekurangan :
a) Petugasnya harus memperhatikan seluruh angka nomor rekam medis
sehingga mudah terjadi kekeliruan menyimpan. Makin besar angka yang
diperhatikan,makin besar kemungkinan membuat kesalahan. Hal yang
menyebabkan kesalahan tersebut adalah tertukarnya urutan nomor,misalnya
rekam medis nomor 46-55-24 tersimpan pada tempat penyimpanan nomor
46-55-24.Keadaaan ini seringkali tidak dapat dihindarkan pada saat
menyimpan rekam medis karena sibuknya petugas penyimpanan dan
menyediakan rekam medis.
b) Terjadinya konsentrasi rekam medis pada rak penyimpanan untuk nomor
besar, yaitu rekam medis dengan nomor terbaru, sehingga beberapa petugas
yang bekerja bersamaan akan berdesak-desakan disatu tempat.
c) Pengawasan kerapian penyimpanan sangat sukar dilakukan,karena tidak
mungkin memberikan tugas bagi seseorang staf untuk bertanggungjawab
pada rak-rak penyimpanan.
73
c. Fasilitas Fisik Ruang Penyimpanan
Alat penyimpanan yang baik, penerangan yang baik, pengaturan suhu ruangan,
pemeliharaan ruangan, perhatian terhadap faktor keselamatan, bagi suatu ruang
penyimpanan rekam medis sangat membantu memelihara dan mendorong kegairahan
kerja dan produktivitas pegawai-pegawai yang bekerja di situ. Alat penyimpan rekam
medis yang dipakai adalah rak besi baut yang diberi sekat.
d. Penunjuk Penyimpanan (Tracer/OutGuide)
Tracer adalah suatu alat yang penting untuk mengawasi penggunaan rekam medis.
Dalam penggunaannya tracer ini diletakkan sebagai pengganti pada tempat map
rekam medis yang diambil (dikeluarkan) dari rak penyimpanan. Petunjuk keluar
tetap berada di rak tersebut, sampai map rekam medis yang diambil (dipinjam)
kembali. Petunjuk keluar yang dipakai berbentuk kartu yang dilengkapi dengan
kantong tempel tempat menyimpan surat pinjam. Petunjuk keluar ini dapat diberi
warna, yang maksudnya untuk mempercepat petugas melihat tempat-tempat
penyimpanan kembali map-map rekam medis yang bersangkutan. Petunjuk keluar ini
haruslah dibuat dari bahan karton yang keras dan kuat.
e. Pengambilan dan pengembalian dokumen rekam medis didalam rak penyimpanan
Petugas rekam medis Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda diharuskan memiliki
kecakapan dalam pengambilan dokumen rekam medis sehingga pelayanan yang
diberikan juga akan cepat tertangani. Petugas rekam medis bagian filing akan
melakukan pengambilan dokumen rekam medis dengan cara mencatat nomor rekam
medis, nama pasien, tanggal lahir, tanggal keluar dokumen rekam medis, serta
asuransi yang dipakai (bila ada) guna memastikan ketepatan dokumen rekam medis
yang diminta diatas kertas kecil yang kemudian dimasukkan kedalam tracer berbentuk
persegi panjang yang terbuat dari mika. Setelah itu petugas mencari nomor rekam
medis yang diminta didalam rak. Setelah dokumen ditemukan maka petugas akan
mengambil dokumen rekam medis lalu mencocokkan nomor rekam medisnya, nama
pasien, tanggal lahir serta asuransi yang dipakai (bila ada) setelah itu petugas akan
mengganti dokumen yang telah diambil dengan tracer yang telah disiapkan yang
didalamnya berisi kertas dengan nomor rekam medis, nama serta tanggal lahir. Hal ini
akan sangat membantu petugas dalam proses pengembalian. Setelah dokumen selesai
dipinjam, petugas filing akan segera mengembalikannya ke dalam rak penyimpanan.
Petugas akan mencocokkan identitas pasien yang telah ditulis didalam tracer. Bila
74
dokumen telah dinyatakan sesuai dengan dokumen rekam medis yang telah kembali,
maka petugas akan mengganti tracer dengan dokumen rekam medis tersebut. Standar
penyediaan dokumen rekam medis untuk rawat inap yaitu 15 menit, sedangkan untuk
rawat jalan 10 menit.
Tidak
Keterangan
Gambar 7 : Alur Penyusutan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda
Keterangan :
Penyusutan Rekam Medis dibagi menjadi tiga kategori yaitu retensi,
dokumen rekam medis tertentu, dokumen rekam medis rusak.
Bila penyusutan dokumen rekam melalui system retensi, maka dokumen
rekam medis inaktif akan dinilai oleh tim penilai.
Bila menurut tim penilai dokumen rekam medis tersebut ada nilai guna
maka dokumen tersebut perlu dilestarikan atau disimpan lebih lama, bila
tidak ada nilai guna maka akan segera dimusnakan.
Bila penyusutan melalui kategori dokumen tertentu, maka dokumen yang
sudah dipilih tersebut perlu dilestariakan.
Penyusutan melalui kategori dokumen rusak memiliki dua kriteria, bila
rusak seluruhnya maka akan segera dimusnahkan. Bila rusak sebagian
maka akan disimpan.
a. Perencanaan terhadap rekam medis yang tidak aktif
Jadwal Retensi Arsip (JRA) merupakan daftar yang berisikan sekurang-
kurangnya jenis arsip dan jangka waktu penyimpanannya sesuai dengan
kegunaannya.
Penentuan jangka waktu penyimpanan arsip (retensi arsip) ditentukan atas
dasar nilai kegunaan tiap-tiap arsip. Untuk menjaga obyektifitas dalam
78
menentukan nilai kegunaan tersebut, JRA disusun oleh suatu kepanitiaan yang
terdiri dari unsur panitia rekam medis dan unit rekam medis yang benar-benar
memahami kearsipan, fungsi dan nilai arsip rekam medis.Rancangan JRA yang
merupakan hasil kerja panitia perlu mendapat persetujuan Direktur Rumah
Sakit terlebih dahulu sebelum dijadikan pedoman resmi jadwal retensi arsip
yang diberlakukan. Setiap ada perubahan JRA harus melalui prosedur yang
sama dengan penyusunan JRA.
b. Pemusnahan dokumen rekam medis
Suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam medis yang telah
berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus dilakukan secara total
dengan cara membakar habis, mencacah atau daur ulang sehingga tidak dapat
lagi dikenal isi maupun bentuknya.
Tata cara pemusnahan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Bunda adalah
a. Kepala unit rekam medis membuat laporan tertulis kepada direktur tentang
pemusnahan dokumen inaktif.
b. Direktur membuat surat keputusan tentang pelaksanaan dan tata cara
pemusnahan dokumen rekam medis inaktif
c. Direktur membuat surat keputusan tim pemusnahan dokumen rekam medis
inaktif yang terdiri dari :
instalasi rekam medis
Sub komite rekam medis
Bidang keperawatan
Serta tenaga kesehatan yang terkait
Tim pemusnahan dokumen rekam medis mendokumentasikan
dokumen rekam medis yang dimusnahkan kedalam formulir berita
acara.
Berikut adalah beberapa hal yang didokumentasikan oleh tim pemusnahan :
Nomor urut
Nomor rekam medis
Nama pasien
Diagnosa
Kode diagnosa
Tanggal terakhir berobat
79
Dokter penanggung jawab pasien
81
BAB V
LOGISTIK
Instalasi Rekam Medis RSIA PURI BUNDA setiap bulan mempunyai permintaan
rutin yang terbagi menjadi dua yaitu ATK (Alat Tulis Kantor) dan ART (Alat Rumah
Tangga). ATK dan ART jadwal permintaannya setiap hari ,apabila persediaan mulai
menipis. Berikut tabel permintaan rutin Instalasi Rekam Medis RSIA PURI BUNDA :
NO JENIS BARANG
I. Pengolahan Rekam Medis
1.Form Identitas Pasien 24.Lembar Observasi
2.Form Unit Gawat Darurat 25. Form Morse Fall
3.Form Kajian Awal Medis 26. Form Soap
4.Form Hak-Hak Pasien Selama 27.Ringkasan Kebidanan/ Keperawatan
Rawat Inap
5.Form Format Sebelum 28.Skrining GIZI
Tindakan
6.Form Persetujuan Tindakan 29. Kajian Awal Farmasi
Dokter
7.Form Penolakan Tindakan 30. Lembar Bantu Kasir
Medis
8.Partograf 31. Resume Medis
9. Catatan Anestesi 32. Slip Pembayaran
10. Laporan Anestesi 33. Formulir Pemeriksaan Penunjang
11. Laporan operasi 34. Sticker
12. Form Pemakaian Obat OK 35. BHP
13. Form General Consent 36. Surat Rujukan
14. Form humpty dumpty 37. Surat Cuti Hamil
15. Form Kajian Awal Kebidanan 38. Surat Permintaan Resume Medis
16. Form Lembar Askep 39. Etiket Obat
17. Slip UGD 40. Surat Kontrol
18. Surat Keterangan Lahir 41. Surat Permintaan Rawat Inap
82
19. Map Rawat Jalan 42.Lembar Edukasi Keperawatan
20. Map Rawat Inap 43.Lembar Edukasi Kaber
21. Lembar Edukasi Kebidanan 44.Kertas F70 ukuran ¼
22. Kartu Kontrol 45. KMS Bayi
23.Buku/Register OK 46.Lembar Infertil
II. Registrasi Rawat Inap dan Rawat Jalan
1. Form. UGD 8.Stabilo
2. Form Rawat Jalan 9.Pensil,Pulpen, Penghapus,
Penggaris
3. Kartu Berobat 10. Streples
4. Kertas SEP BPJS 11.Klip
5. Buku Register Pasien Baru 16. Ampop Coklat
6. Buku Pendaftaran Pasien 17. Buku Tulis
7. Kertas polos rawat jalan 18.Map Bening
8. Kertas F4 Polos 19. Kertas A4 polos
83
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
84
Faktor-faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat digolongkan
pada tiga kelompok, yaitu :
a. Kondisi dan lingkungan kerja
b. Kesadaran dan kualitas pekerja, dan
c. Peranan dan kualitas manajemen
Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dapat terjadi bila :
a) Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus;
b) Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi;
c) Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu panas
atau terlalu dingin;
d) Tidak tersedia alat-alat pengaman;
e) Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dll.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan di bagian penyimpanan rekam medis:
a) Peraturan keselamatan harus terpampang dengan jelas disetiap bagian penyimpanan.
b) Harus dicegah jangan sampai terjadi, seorang petugas terjatuh ketika mengerjakan
penyimpanan pada rak-rak terbuka yang letaknya diatas. Harus tersedia tangga anti
tergelincir.
c) Ruang gerak untuk bekerja selebar meja tulis, harus memisahkan rak-rak
penyimpanan.
d) Penerangan lampu yang cukup baik, menghindarkan kelelahan penglihatan petugas.
e) Harus tersedia rak-rak penyimpanan yang dapat diangkat dengan mudah atau rak-rak
beroda.
f) Perlu diperhatikan pengaturan suhu ruangan, kelembaban, pencegahan debu, dan
pencegahan bahaya kebakaran.
85
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
86
d) Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
e) Didasarkan pada data yang ada.
3. Kriteria yang digunakan
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator,
sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a) Acuan dari berbagai sumber
b) Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c) Berdasarkan trend yang menuju kebaikan
Standar 100%
87
2. Kepatuhan pengisian resume medis
Definisi operasional Resume Medis adalah ringkasan pulang yang harus dibuat oleh
dokter dan dokter gigi yang melakukan perawatan pasien.isi
resume medis sekurang kurangnya memuat: identitas pasien,
nomor RM, diagnose masuk dan indikasi pasien dirawat, ringkasa
n hasil pemeriksaan fisisk dan penunjang,diagnose akhir,
pengobatan dan tindak lanjut, serta nama dokter dan tanda tangan
dokter atau dkoter gigi yang memberikan pelayanan kesehatan.
Frekuensi pengumpulan 1 Bulan
data
Numerator Jumlah rekam medis yang disurvei dalam 1 bulan yang tidak terisi
resume medisnya
Denominator Jumlah rekam medis yang disurvei dalam 1 bulan
Standar 85%
88
3. Indikator efisiensi rumah sakit
Standar 75%-85%
Definisi operasional TOI ( Turn Over Interval) adalah rata –rata dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
Frekuensi pengumpulan 1 Bulan
data
Numerator Prosentase/ rata –rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya dalam 1 bulan.
Denominator Prosentase terisinya tempat tidur yang kosong dalam 1 bulan
Frekuensi 1 Bulan
pengumpulan data
Definisi operasional BTO (Bed Turn Over) adalah Frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode,beberapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu.Idealnya 1 tahun,satu tempat tidur rata –
rata dipakai 40-50 kali.
Frekuensi pengumpulan 1 Bulan
data
90
4. Ketepatan Mengkoding Diagnosa
Definisi operasional Coding adalah salah satu kegiatan pengolahan data rekam medis
untuk memberikan kode dengan huruf atau dengan angka atau
kombinasi huruf dan angka yang mewakili komponen data.
Frekuensi pengumpulan 1 Bulan
data
Standar 90%
91
5. Ketidaklengkapan Anastesi
Definisi operasional Semua tindakan anastesi ditulis didalam formulir anastesi secara
lengkap dan tepat
Frekuensi pengumpulan 1 Bulan
data
Standar 0%
92
6. Ketidaklengkapan Informed Consent
Standar 0%
93