Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PELAKSANAAN KUNJUNGAN INDUSTRI

DI BATIK TULIS GIRILOYO JOGJAKARTA

Disusun oleh :

Nama : Riska Alfyiah


NIS : 13650/0328.122
Kompetensi Keahlian : Tata Busana
Kelas : XII – TBS

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO


DINAS PENDIDIKAN
SMKN 1 BOJONEGORO
JL. Panglima polim No. 50 Sumbang Bojonegoro TELP.(0353)881310
Email. Smkn1bojonegoro@yahoo.com
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kunjungan Kerja Industri ....................................................

B. Tujuan dan Manfaat Kunjungan Kerja Industri .............................................

C. Waktu dan tempat kegiatan ...........................................................................

BAB II : HASIL KEGIATAN

A. Sejarah batik tulis giriloyo .............................................................................

B. penjelasan umum produk ...............................................................................

C. Prosedur karyawan .........................................................................................

D. Pemasaran ......................................................................................................

BAB III : PENUTUP

A. Simpulan ........................................................................................................

B. Saran ..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................

LAMPIRAN ............................................................................................................................
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum WR, WB,


Puji dan syukur kami ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta Hidayah-nya, sehingga penyusunan Laporan Kunjungan Industri ke BATIK
TULIS GIRILOYO Yogyakarta ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala.
Adapun penyusunan Laporan Kunjungan Industri ini berdasarkan data-data yang di
peroleh selama melakukan Kunjungan Industri, dan sumber yang mendukung dari
internet. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Kunjungan Industri ini
tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Bapak Fatkhurrokhim, M.Pd. selaku kepala sekolah yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk melaksanakan Kunjungan Industri.
2. Ibu Fatim selaku ketua prog. Keahlian.
3. Bu Tri Widiastuti,Spd selaku wali kelas XII-TBS
4. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan, terima kasih atsa bantuan dan doa restu
yang berhubungan dengan kegiatan Kunjungan Industri.

Kami menyadari bahwa penyusunan laporan kunjungan industri masih banyak


kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan Laporan
Kunjungan Industri ini. Demikian kata pengantarini kami buat, semoga dapat
bermanfaat, khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.

Wassalamualaikum WR.Wb.

Bojonegoro, 09 Desember
2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kunjungan Kerja Industri


Batik adalah salah satu warisan adiluhung kebanggan bangsa indoseia, wujud dari
cinta dan karya seni yang diekspresikan pada desain motif kain, kayu dan kain dekoratif
lain yang dibuat dengan motif tertentu.
Minat masyakat pada batik ini sangat maju, batik tidak hanya digunakan pada
saat acara resmi atau identic dengan pakaian orang tua tetapi batik sering dipakai orang
muda dan tidak selalu remi. Seperti halnya dipekalongan dan solo yang memiliki
kampong batik, didaerah istimewa Yogyakarta juga terdapat sentra sentra produksi batik
yang mengembangkan motif tertentu seperti titodipuran, panembahan, dan
prawirotaman, dikabupaten gunung kidul terdapat desa nitikan, ngalang dan mengger.
Batik tulis giriloyoyo memiliki ciri batik yang halus dan rumit, kelebihan lainnya
adalah para pembatik giriloyo masih mempertahankan teknik membatik bolak balik
pada sisi setiap helai kain, sehingga kain batik dapat digunakan 2 sisi, proses seperti ini
jangang dilakukang oleh pembatik lain karena pengerjaannya memakan waktu banyak
dan membutuhkan ketekunan, kesabaran, serta keahlian yang mendalam. Nilai kekhasan
dan filosofi yang tertuang adalah motif khlasik atau tradisional karna terpengaruh oleh
tradisi kraton mataram. Saat ini pengrajin giriloyo sudah cukup banyak melakukan
kreatifitas dan pengembangan motif untuk menarik minat konsumen. Jika dilihat dari
segi pendapatan yang diperoleh setiap kelompok, belum mencapai tingkat yang
segnifikan, batik tulis giriloyo memiliki nilai jual yang tinggi tetapi tingkat pemahaman
masyarakat terhadap keberadaan batik tulis giriloyo belum sepopuler batik danar
hadi/mangkoro.

B. Tujuan dan Manfaat Kunjungan Kerja Industri


1. Sebagai tindak lanjut pembelajaran teori yang selama ini kita pelajari di kelas.
2. Sebagai media untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perusahaan
di Kota Yogyakarta.
3. Sebagai salah satu cara belajar yang fariatif agar tidak menimbulkan kejenuhan
dalm proses belajar, dengan cara mencari informasi dari berbagi sumber dan
mengolahnya untuk di jadikan pengetahuan tambahan.
4. Dapat mengetahui kedisiplinan dan tata tertib yang tegas di dunia kerja.
5. Melihat cara kerja, dan berbagai macam alat –alat produksi yang sudah cukup
modern.
6. Dapat mengetahui informasi-informasi di dunia kerja.
7. Mengetahui proses pembuatan susu yang diproduksi PT Mirota.
C. Waktu Dan Tempat
Kunjungan industry ini dilaksanakan tanggal 24 November 2021 berlokasi di
Sentra Batik Tulis Giriloyo, yang bertempat di Desa Wukirsari, Kecamatan Batul
Imogiri, Yogyakarta.
BAB II
TINJAUAN DU/DI

A. Gambaran umum Perusahaan Perusahaan/Industri/Instansi


Batik adalah suatu hasil karya yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Di
berbagai wilayah Indonesia banyak ditemui daerah-daerah perajin batik. Setiap daerah
pembatikan mempunyai keunikan dan kekhasan tersendiri, baik dalam ragam hias
maupun tata warnanya. Dan, salah satu daerah itu adalah Yogyakarta. Di Daerah
Istimewa Yogyakarta sendiri sentra produksi batik-tulis bertebaran di berbagai wilayah
yang masing-masing hanya mengembangkan motif-motif tertentu, sehingga mudah
untuk dikenali dari wilayah mana asal batik tersebut. Di Kota Yogyakarta industri batik
terdapat di wilayah: Tirtodipuran, Panembahan dan Prawirotaman. Di Kabupaten
Kulonprogo berada di Desa: Hargomulyo, Kulur dan Sidorejo. Di Kabupaten
Gunungkidul berada di Desa: Nitikan, Ngalang dan Mengger. Di Kabupaten Sleman
industri batik berada di Desa Nogotirto dan Mororejo. Di Kabupaten Bantul industri
batik berada di Desa: Wijireja, Murtigading dan Wukirsari. Ini artinya, di setiap daerah
TK.II (kota dan kabupaten) yang tergabung dalam Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat
sentra-sentra pembatikan. Artikel ini hanya akan membahas salah satu sentra
pembatikan yang ada di daerah Bantul, tepatnya di Desa Wukirsari yang produk
batiknya kemudian dikenal sebagai “Batik-Tulis Giriloyo”.

B. Sejarah Batik Tulis Giriloyo


Konon, desa yang sekarang dikenal sebagai Wukirsari adalah gabungan dari desa-
desa kecil, yaitu Giriloyo, Pucung, Singosaren dan Kedungbuweng. Penduduknya
masing-masing mempunyai aktivitas tersendiri, terutama Giriloyo, Pucung, dan
Singosaren, sehingga desa-desa tersebut menjadi terkenal karena keahlian yang dimiliki
oleh penduduknya. Dalam hal ini Giriloyo terkenal dengan batiknya, Pucung terkenal
dengan kerajinan kulit dan anyaman bambunya, dan Singosaren terkenal dengan
gentengnya.
Asal usul batik tulis Giriloyo konon berawal bersamaan dengan berdirinya makam
raja-raja di Imogiri yang terletak di bukit Merak pada tahun 1654. Pada waktu itu, ketika
Sultan Agung (cucu Panembahan Senopati) berniat membangun makam, beliau
menemukan bukit yang tanahnya berbau harum dan dirasa cocok untuk dibuat makam.
Namun, ketika pemakaman sedang dibangun, pamannya yang bernama Panembahan
Juminah menyatakan keinginannya untuk turut dimakamkan di tempat itu. Ternyata
yang meninggal duluan adalah pamannya. Oleh karena itu, yang pertama kali
menempati makam tersebut adalah pamannya dan bukan Sultan Agung. Sultan Agung
pun kecewa karena sebagai penguasa atau raja seharusnya yang pertama kali
dimakamkan di situ adalah dirinya. Untuk menetralisir kekecewaan, Sultan Agung
mengalihkan pembangunan calon makam untuk dirinya di bukit lain yang oleh
penduduk setempat dinamakan “Bukit Merak” yang berada di Dusun Pajimatan wilayah
Girirejo11.
Sejalan dengan berdirinya makam raja-raja di Imogiri ini maka perlu tenaga yang
bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaganya. Untuk itu, keraton menugaskan
abdi dalem yang dikepalai oleh seorang yang berpangkat bupati. Oleh karena banyak
abdi dalem yang bertugas memeliharanya, sehingga sering berhubungan dengan keraton,
maka kepandaian membatik dengan motif batik halus keraton berkembang di wilayah
ini. Kemudian, keterampilan membatik itu diwariskan kepada anak atau cucu
perempuannya.
Seiring dengan pesanan keraton yang semakin banyak, sementara jumlah perajian
batik yang ada di Pajimatan terbatas (tidak memadai), mereka mendatangkan tenaga-
tenaga dari Giriloyo. Dan, bagi penduduk Giriloyo itu merupakan suatu keberuntungan
karena mereka bisa ngangsu kaweruh tentang batik di Pajimatan sebelum mereka
berusaha sendiri. Apalagi, pengerjaannya dilakukan di rumah masing-masing. Artinya,
kain yang akan dibatik dibawa pulang ke Giriloyo, kemudian (setelah jadi) disetorkan ke
Pajimatan. Inilah yang kemudian membuat nama Giriloyo lebih mencuat ketimbang
Pajimatan.
Satu hal yang perlu diacungi jempol adalah bahwa para perajin batik Giriloyo tetap
mempertahankan batik-tulisnya. Mereka bukannya tidak mengenal batik-cap
sebagaimana sentra-sentra lainnya di wilayah bantul, seperti Desa Wijireja,
Murtigading2, tetapi mereka tidak tergoda; mereka tetap mempertahankan tradisi
leluhurnya, yaitu memproduksi batik-tulis dan bukannya batik-cap. Adapun jenis-jenis
batik yang diproduksi antara lain: jarit, sarung, dan kemben (selendang).

C. Penjelasan Umum Produk


 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk membuat batik-tulis diantaranya adalah: (1) wajan
kecil yang digunakan sebagai tempat untuk memanaskan malam (lilin) supaya cair; (2)
anglo, untuk memanaskan malam dengan bara api dari arang; (3) tepas (kipas), untuk
memperoleh angin agar bara api tetap menyala; (4) gawangan, untuk menempatkan mori
yang akan dibatik; (5) bandhul, untuk menahan kain agar tidak bergerak-gerak ketika
dilukis; (6) uthik, untuk mengais arang; (7) canting dengan berbagai macam ukuran
sebagai alat untuk mencurahkan malam cair ke dalam mori yang digambari; (8)
kenceng, untuk mendidihkan air ketika nglorot atau mbabar; (9) cawuk, untuk
mengerok; dan (10) alu, untuk memukuli kain mori yang akan dibatik agar lemas dan
memudahkan pembatik dalam proses pembuatannya. Bahan dasar untuk membuat batik
tulis adalah kain mori. Selain itu, ada pula bahan-bahan yang digunakan sebagai
pewarnanya yang dapat berupa zat kimia maupun pewarna alami seperti: kulit kayu
tingi, soga, tegeran, dan lain sebagainya.
 Proses Pembuatan Batik Tulis Giriloyo
Tahap-tahap pembuatan batik-tulis di Giriloyo adalah sebagai berikut. Sebelum kain
mori dibatik, biasanya dilemaskan. Caranya adalah dengan digemplong, yaitu kain mori
digulung kemudian diletakkan di tempat yang datar dan dipukuli dengan alu yang
terbuat dari kayu. Setelah kain menjadi lemas, maka tahap berikutnya adalah mola, yaitu
membuat pola pada mori dengan menggunakan malam. Setelah pola terbentuk, tahap
selanjutnya adalah nglowong, yakni menggambar di sebalik mori sesuai dengan pola.
Kegiatan ini disebut nembusi. Setelah itu, nembok yang prosesnya hampir sama dengan
nglowong tetapi menggunakan malam yang lebih kuat. Maksudnya adalah unutk
menahan rembesan zat warna biru atau coklat. Tahap selanjutnya adalah medel atau
nyelup untuk memberi warna biru supaya hasilnya sesuai dengan yang diinginkan.
Proses medel dilakukan beberapa kali agar warna biru menjadi lebih pekat. Selanjutnya,
ngerok yaitu menghilangkan lilin klowongan agar jika disoga bekasnya berwarna coklat.
Alat yang digunakan untuk ngerok adalah cawuk yang terbuat dari potongan kaleng
yang ditajamkan sisinya. Setelah dikerok, kemudian dilanjutkan dengan mbironi. Dalam
proses ini bagian-bagian yang ingin tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan
menggunakan canting khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat. Setelah
itu, dilanjutkan dengan nyoga, yakni memberi warna coklat dengan ramuan kulit kayu
soga, tingi, tegeran dan lain-lain. Untuk memperoleh warna coklat yang matang atau tua,
kain dicelup dalam bak berisi ramuan soga, kemudian ditiriskan. Proses nyoga
dilakukan berkali-kali dan kadang memakan waktu sampai beberapa hari. Namun,
apabila menggunakan zat pewarna kimia, proses nyoga cukup dilakukan sehari saja.
Proses selanjutnya yang merupakan tahap akhir adalah mbabar atau nglorot, yaitu
membersihkan malam. Caranya, kain mori tersebut dimasukkan ke dalam air mendidih
yang telah diberi air kanji supaya malam tidak menempel kembali. Setelah malam
luntur, kain mori yang telah dibatik tersebut kemudian dicuci dan diangin-anginkan
supaya kering. Sebagai catatan, dalam pembuatan satu potong batik biasanya tidak
hanya ditangani oleh satu orang saja, melainkan beberapa orang yang tugasnya berbeda.
 Motif Ragam Hias Batik Tulis Giriloyo
Kekayaan alam Yogyakarta sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan
pola-pola yang mengagumkan. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang
sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun hasilnya merupakan karya seni yang
amat tinggi nilainya. Jadi, kain batik-tulis bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah
menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa pembuatnya.
Motif-motif ragam hias biasanya dipengaruhi dan erat kaitannya dengan faktor-faktor:
(1) letak geografis; (2) kepercayaan dan adat istiadat; (3) keadaan alam sekitarnya
termasuk flora dan fauna; dan (4) adanya kontak atau hubungan antardaerah penghasil
batik; dan (5) sifat dan tata penghidupan daerah yang bersangkutan.
Dalam Katalog Batik Khas Yogyakarta terbitan Proyek Pengembangan Industri
Kecil dan Menengah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (1996), menyebutkan bahwa
di Daerah Istimewa Yogyakarta paling tidak memiliki lebih dari 400 motif batik, baik
motif klasik maupun modern. Beberapa nama ragam hias atau motif batik Yogyakarta
antara lain: Parang, Banji, tumbuh-tumbuhan menjalar, tumbuh-tumbuhan air, bunga,
satwa, Sido Asih, Keong Renteng, Sido Mukti, Sido Luhur, Semen Mentul, Sapit Urang,
Harjuna Manah, Semen Kuncoro, Sekar Asem, Lung Kangkung, Sekar Keben, Sekar
Polo, Grageh Waluh, Wahyu Tumurun, Naga Gini, Sekar Manggis, Truntum, Tambal,
Grompol, Ratu Ratih, Semen Roma, Mdau Broto, Semen Gedhang, Jalu Mampang dan
lain sebagainya.
Masing-masing motif tersebut memiliki nilai filosofis dan makna sendiri. Adapun
makna filosofis dari batik-batik yang dibuat di Giriloyo antara lain;
(1) Sido Asih mengandung makna si pemakai apabila hidup berumah tangga selalu
penuh dengan kasih sayang;
(2) Sido Mukti mengandung makna apabila dipakai pengantin, hidupnya akan selalu
dalam kecukupan dan kebahagiaan;
(3) Sido Mulyo mengandung makna si pemakai hidupnya akan selalu mulia;
(4) Sido Luhur mengandung makna si pemakai akan menjadi orang berpangkat yang
berbudi pekerti baik dan luhur;
(5) Truntum3 mengandung makna cinta yang bersemi;
(6) Grompol artinya kumpul atau bersatu, mengandung makna agar segala sesuatu
yang baik bisa terkumpul seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup kekeluargaan
yang rukun;
(7) Tambal mengandung makna menambah segala sesuatu yang kurang. Apabila
kain dengan motif tambal ini digunakan untuk menyelimuti orang yang sakit akan
sebuh atau sehat kembali sebab menurut anggapan pada orang sakit itu pasti ada
sesuatu yang kurang;
(8) Ratu Ratih dan Semen Roma melambangkan kesetiaan seorang isteri;
(9) Mdau Bronto melambangkan asmara yang manis bagaikan madu;
(10) Semen Gendhang mengandung makna harapan agar pengantin yang
mengenakan kain tersebut lekas mendapat momongan.
Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun,
sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan
oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap pembatik dapat membuat motif sendiri.
Orang yang membatik tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan
batik tulis merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para
pembatik di Giriloyo khususnya dan Yogyakarta umumnya, seluruhnya dilakukan oleh
kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian membatik tersebut pada umumnya
diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.

D. Prosedur Karyawan
Dalam usaha batik tulis giriloyo menerapkan 2 motode dalam pembagian kerja atau
partnership, yaitu warga asli penduduk desa giriloyo khususnya perempuan dan warga
pendang atau menikah dengan laki-laki warga kampong tersebut.
Bagi warga asli produk desa giriloyo khusus perempuan dianjurkan cara membuat batik,
dimana proses membatik tersebut pada awalnya dianjurkan oleh abdi dalem keraton
yang kemudian berkembang dan dibentuklah kelompok usaha dibahawah nuangan
paguyupan batik giriloyo. Dengan terbentuknya kelompok batik giriloyo ini ternyata
mendapat respon positif dari LSM social dan pemerintah, khusunya balai besar
kerajinan dan batik di giriloyo. Salah satu bentuk perhatian LSM dan pemerintah adalah
diberikannya pelatihan dan pendampingan kepada kelmpok batik terkait dengan
keterampilan pembuatan batik mulai tahap awal hingga akhir. Selain itu pengrajin batik
giriloyo juga diberikan pelatihan terkait dengan stategi pemasaran batik, sehingga
menjadi pengrajin yang madiri tidak lagi tergantung pada tenglukan batik.
Sedamhkan bagi warga pendatang atau menikah dengan laki laki warga kampong
tersebut, mereka diajarkan cara membuat kerjainan tangan seperti tas rajut dan membuat
bunga dari kain percaan batik.

E. Pemasaran
Pada awal promosinya batik tulis giriloyo diikut sertakan dalam pemeran oleh
pemkab bantul ke Jakarta. Selain promosi melalui pameran, cara lain yang dilakukan
para pengrajin adalah dengan menitipkan batik giriloyo ke galeri maupun took batik di
kota yogjakarta.
Setelah mendapat dukungan dari berbagai pihak antara lain LSM dan pemerintah para
pengrajin mulai bangkit dan berkembang. Proses pemasarannya pun mulai meluas, hal
ini dapat dilihat dari adanya website tempat berjualan secara online. Selainitu cara yang
digunakan untuk memperluas pemasarannya ialah dengan menggaet agen traveldan
bekerjasama dengann wartawan serta media
masa.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Batik tulis giriloyo merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki daerah Yogyakarta
khususnya masyarakat didesa giriloyo. Batik ini berkembang sekitar tahun 1654 / abad
ke-17 dimana batik giriloyo merupakan warisan dari kerajaan mataram yang saat itu
dipimpin oleh Sultan Agung.
Dalam katalog batik khas Yogyakarta terbitan proyek pengembangan industry kecil
dan menengah pronvinsi daerah Yogyakarta (1996), menyebutkan bahwa di daerah
Yogyakarta paling tidak memiliki lebih dari 400 motif batik, batik motif klasik maupun
modern. Usaha batik giriloyo ini seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua
maupun muda. Dimana mereka dibentuk secara berkelompok yang nantinnya kelompok
tersebut berada dibawah naungan paguyuban batik giriloyo.
Proses pembuatan batik giriloyo sebagai berikut :
a. Sebelum kain mori dibatik, biasanya dilemaskan. Caranya adalah dengan
digemplong, yaitu kain mori digulung kemudian diletakkan ditempat yang datar
dan dipukuli dengan alu yang terbuat dari alu.
b. Setelah kain lemas, maka tahap berikutnya adalah mola yaitu membuat pola pada
mori dengan menggunakan malam.
c. Setelah pola terbentuk, tahap selanjutnya adalah nglowong yakni menggambar
disebalik mori dengan pola
d. Setelah itu nembok yang prosesnya hamper sama dengan nglowong tetapi
menggunakan malam yang lebih kuat. Maksudnya adalah untuk menahan
rembesan zat warna biru atau coklat
e. Tahap selanjutnya adalah medel atau nyelup untuk memberi warna biru supaya
hasilnya sesuai dengan yang diinginkan
f. Selanjutnya ngerok yaitu menghilangkan lilin klowongan agar jika disoga
bekasnya berwarna coklat alatnya dinamakan cawuk
g. Setelah dikerok kemudian dilanjutkan dengan mbironi. Dalam proses ini bagian
yang tetap berwarna biru dan putih ditutup malam dengan menggunakan canting
khusus agar ketika disoga tidak kemasukan warna coklat
h. Setelah itu dilanjutkan dengan nyoga yakni memberi warna coklat dengan
ramuan kulit kayu soga,tingi,tegeran,dll.
i. Proses selanjutnya yaitu tahap akhir adalah mbabar/ ngolorot, yaitu
membersihkan malam.
Proses promosi batik tulis giriloyo ialah dengan cara diikut sertakan dalam pameran
oleh pemkab bantul Jakarta. Selain promosi melalui pameran, cara lain yang dilakukan
para pengrajin adalah menitipkan batik tersebut digaleri maupun took batik di kota
Yogyakarta. Dan dengan perkembangan teknologi yang semkain canggih batik giriloyo
saat ini dipasarkan melalui wepsite atau online.

B. Saran
Dalam pembuatan laporan kunjungan industry ini tidak terlepas dari kesalahan, maka
dari itu kami membutuhkan saran dari pembaca agar dapat menyempurnakan laporan
kunjungan industry ini.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai