Anda di halaman 1dari 40

MODUL AJAR

MODUL PELATIHAN
i

PENINGKATAN KOMPETENSI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena karunia dan rahmat-Nya saya dapat

menyusun Modul Pelatihan Kewirausahaan untuk masyarakat dengan baik. Modul ini

merupakan buku pendamping peserta diklat dalam proses pelatihan yang akan membantu peserta

diklat mencapai kompetensi dasar yang diharapkan melalui pembelajaran aktif, kreatif, inovatif

dan bermakna, serta memotivasi mereka untuk berpikir kritis. Semoga dengan adanya modul ini

dapat memberikan yang terbaik untuk kemajuan dunia usaha dalam rangka mempersiapkan

generasi penerus bangsa menjadi lebih berkualitas.

Dalam rangka menyongsong perdagangan bebas ASEAN. Dinas tenaga kerja propinsi

Sumatra Selatan mengadakan pelatihan dengan tema “Mempersiapkan Manusia Unggul

Dibidang Kewirausahaan untuk Menyongsong Asean Trading di Hotel The zuri Kabupaten Ogan

Komering Ulu”. Pelatihan ini di selenggarakan oleh UPT. Pelatihan Kependudukan dinas

Sumatra Selatan berkerjasama dengan Hotel The zuri sebagai penyedia konsumsi dan tempat

pelaksanaan pelatihan untuk wilayah Baturaja. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama tiga

hari mulai tanggal 3 september sampai dengan tanggal 5 september 2023. Dimana setiap hari

pelatihan ini dihadiri oleh 100 peserta yang berasal dari seluruh kabupaten Baturaja, baik wanita

mapun laki-laki, bahkan beberapa peserta mengajak pula anak-anak mereka selama mengikuti

pelatihan.

Baturaja, 16 juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 1
B. Deskripsi ..................................................................................................................................... 2
C. Tujuan Pelatihan ............................................................................................................................. 3
D. Manfaat Pelatihan ........................................................................................................................... 3
E. Materi Pelatihan .............................................................................................................................. 3
F. Methodologi .................................................................................................................................... 4
G. Persyaratan lainnya: ........................................................................................................................ 4
BAB II .................................................................................................................................................... 6
KONSEP PELATIHAN KEWIRAUSAHAN PEMUDA ......................................................................... 6
A. KONSEP PELATIHAN .................................................................................................................. 6
B. KONSEP KEWIRAUSAHAAN...................................................................................................... 9
C. KONSEP PEMUDA ..................................................................................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA ............................................ 14
A. MAKNA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA ............................................................ 14
B. PENJENJANGAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA .............................................. 14
C. PERLENGKAPAN DAN BAHAN ............................................................................................... 18
D. TEMPAT DAN WAKTU ............................................................................................................. 19
E. PENYELENGGARA, PELATIH (FASILITATOR), DAN PESERTA........................................... 19
F. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN ....................................................................... 21
G. BIAYA ......................................................................................................................................... 29
H. PEMANTAUAN, PENILAIAN, PEMBINAAN DAN PELAPORAN ........................................... 29
I. TINDAK LANJUT......................................................................................................................... 31
BAB IV ................................................................................................................................................. 33
PENUTUP ............................................................................................................................................ 33
A. RANGKUMAN ................................................................................. Error! Bookmark not defined.

iii
B. UJI KOMPETENSI............................................................................ Error! Bookmark not defined.
C. REFLEKSI DAN TINDAK LANJUT ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 36

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber

daya manusia dan sumber daya alam. Potensi Negara

kepulauan ini sangat besar. Melihat potensi tersebut,

khususnya generasi muda. Jumlah generasi muda

sangat besar sekitar 80 juta daru usia 15 sampai 35

tahun. Paradigma pemuda masih ingin bekerja,

padahal lapangan pekerjaan semakin sulit. Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang besar.

oleha karena mulai muncul trend untuk wirausaha. Sebagian besar pemuda Indonesia menjadi

wirausaha, namun adanya pemahaman yang kurang "pas" terhadap kewirausahaan. Faktor

penyebab ketidakinginan menjadi wirausaha adalah merasa tidak mempunyai modal, merasa

tidak berbakat, dan risiko bisnis terlalu besar. Upaya menyadarkan masyarakat khususnya

kelompok sasaran potensial, seperti: mahasiswa, generasi muda perlu terus dilakukan, terutama

mengenai: modal bukan satu-satunya kunci sukses wirausaha, kesuksesan wirausaha lebih

ditentukan oleh kejelian dan keuletan wirausaha daripada bakatnya, dan risiko usaha dapat

diminimalisasi dengan cara membuat perencanaan bisnis yang baik

Pemerintah sudah melakukan upaya yang komperehensif untuk meningkatkan dan

menggalakkan kewirausahaan. Pada tahun 1995 terbitlah Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1995

tentang Gerakan Nasional Memasyarakatkan dan Membudayakan Kewirausahaan (GNMMK).

Tindak lanjut gerakan ini cukup bergema. Seminar, lokakarya, simposium, diskusi, sampai

1
pelatihan kewirausahaan gaungnya begitu kuat. Pada tahun 2009, keluar Instruksi Presiden

nomor 6 terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif. Hal tersebut menjadi landasan

pengembangan kewirausahaan di bidang industri kreatif yang cukup kuat.

B. Deskripsi

Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan

dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Secara epistimologi,

kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu

proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Thomas W. Zimmerer,

kewirausahaan merupakan gabungan dan kreativitas, keinovasian dan keberanian menghadapi

resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.

Semangat, sikap, tingkah laku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan

yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi

dalam rangka memberikan layanan yang lebih baik dan menghasilkan keuntungan yang besar.

Oleh karena itulah, kewirausahaan selalu tak terpisah dari kreativitas dan inovasi. Inovasi

tercipta karena adanya daya kreatifitas yang tinggi. Dalam materi training ini para peserta akan

memperoleh pengetahuan tentang teori kewirausahaan. Para peserta mampu melakukan

perancangan tempat usaha, jenis usaha, komoditi marketing plan, melaksanakan, merintis dan

mengembangkan profesi wirausaha. Peserta diberikan pembekalan berupa penanaman sikap dan

perilaku sebagai seorang wirausaha yang memiliki etika mengetahui faktor pendorong

berkembangnya sebuah usaha, serta mengetahui success and fail story dari para pengusaha di

lapangan, sehingga mendorong para peserta untuk lebih menekuni profesi sebagai pelaku

wirausaha.

2
C. Tujuan Pelatihan

1. Untuk menanamkan sikap dan perilaku sebagai seorang wirausaha yang memiliki etika.

mengetahui faktor pendorong berkembangnya sebuah usaha, serta mengetahui success and fail
story dari para pengusaha di lapangan, sehingga mendorong para peserta untuk lebih menekuni
profesi sebagai pelaku wirausaha.

2. Meningkatkan semangat sikap, tingkah laku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi.

3. Untuk menciptakan sesuatu yang lain dan orang lain, dengan menggunakan waktu dan
kegiatan yang efektif dalam mencaal tujuan yang ditetapkan.

D. Manfaat Pelatihan

Melalui pelatihan kewirausahaan ini diharapkan peserta memiliki kemampuan:

• Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri.

•Kesiapan bekerja, berusaha, dan bermitra usaha yang dijiwal oleh semangat wirausaha.

•Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam pengembangan usaha.

• Pengetahuan praktis dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

E. Materi Pelatihan

• Pengertian Kewirausahaan: dan mempelajari ciri-ciri / karakter kewirausahaan.

• Menumbuhkan minat dan dorongan wirausaha

• Membuat rencana bisnis dan etika bisnis sehingga dapat bersikap professional.

3
• Bentuk-bentuk usaha dan syarat-syarat pendirian perusahaan serta legalitas usaha.

Membangun kesiapan mental menjadi pengusaha

. Berani memulai usaha

• Membangun ide-ide bisnis

• Menghadapi tantangan dan rintangan sebagai pengusaha

• Membangun target usaha

• Membangun kreativitas dalam usaha

F. Methodologi

Ceramah..

Bermain peran/simulasi.

. Diskusi.

Pemecahan Masalah/Studi Kasus.

• Observasi/Pengamatan.

• Presentasi.

G. Persyaratan lainnya:

Jumlah Instruktur : 2 (dua) Orang

Jumlah Peserta : 20-30 Orang/Angkatan Wirausaha maupun Calon Wirausaha

Peserta : Wirausaha maupun Calon Wirausaha

4
Lama Pelatihan : 30 Jam Pelajaran atau 3 Hari Pelatihan

Umur : 20-45 Tahun

Pendidikan : Minimal SLTP

Biaya Pelatihan : Rp. 1 Juta/org

Fasilitas : -Makan Siang, Snack Pagi & Sore

- Modul

- Tas dan ATK

- Sertifikat

5
BAB II

KONSEP PELATIHAN KEWIRAUSAHAN PEMUDA

A. KONSEP PELATIHAN

Malcolm Tight, dalam bukunya Key Concept in Adult Education and Training 2nd

Edition, menyatakan bahwa pelatihan lebih diasosiasikan pada mempersiapkan seseorang dalam

melaksanakan suatu peran atau tugas, biasanya dalam dunia kerja. Namun demikian, pelatihan

bisa juga dilihat sebagai elemen khusus atau keluaran dari suatu proses pendidikan yang lebih

umum. Peter mengemukakan: konsep pelatihan bisa diterapkan ketika :

1 ada sejumlah jenis keterampilan yang harus dikuasai,

2 latihan diperlukan untuk menguasai keterampilan tersebut,

3 hanya diperlukan sedikit penekanan pada teori

Definisi di atas memberikan penekanan pada "penguasaan” tugas atau peran, dan pada

kebutuhan untuk melakukan pengulangan latihan hingga bisa melakukannya sendiri, dan juga

menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan relatif spontan dan tanpa dimotivasi pengetahuan

dan pemahaman. Definisi lainnya menekankan pada tempat dilaksanakannya, seperti yang

diungkapkan oleh Goldstein and Gressner (1988), dimana pelatihan sebagai usaha sistematis

untuk menguasai keterampilan, peraturan, konsep, atau pun cara berperilaku yang berdampak

pada peningkatan kinerja. Misalnya, untuk pelatihan suatu jabatan kerja, setting pelatihan

diusahakan semirip mungkin dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. Contoh lainnya,

6
pelatihan juga bisa dilakukan di tempat yang sangat berbeda dengan lingkungan kerja yang

sebenarnya, misalnya di ruang kelas.

Definisi yang kedua ini menambahkan informasi tentang fungsi pelatihan pada definisi

pertama, sehingga lebih memperjelas bahwa pelatihan setidaknya terkait dengan perilaku dalam

menghadapi tugas. Yang perlu dipertanyakan apakah hal ini bisa efektif dilakukan tanpa

mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan, jika pelatih hanya membangun

konsep dan perilaku peserta pelatihan. Namun definisi kedua ini mempersempit lokasi pelatihan,

karena hanya terfokus pada pelatihan yang berhubungan dengan pekerjaan.

Definisi ketiga berikut ini yang dikemukakan oleh Dearden (1984) lebih memperjelas

keluasan lingkup istilah pelatihan. Menurutnya, pelatihan pada dasarnya meliputi proses belajar

mengajar dan latihan yang bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu, atau

efisiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan tepat dan

sesuai situasi tertentu. Seringkali pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja yang

langsung berhubungan dengan situasinya. Dearden lebih memilih menggunakan konsep

kompetensi (competences) dibandingkan kinerja (performance). Dia membatasi konsep tersebut

dengan tujuan mempersiapkan peserta untuk bertindak berdasarkan situasi-situasi yang biasanya

terjadi, serta menerapkannya pada saat melakukan tanggung jawab pekerjaan, baik beban kerja

yang lebih kompleks maupun yang lebih sederhana. Sebagai suatu pendekatan pembangunan di

bidang pendidikan, pelatihan memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain seperti yang diungkapkan

oleh Philips H. Coombs dan Manzoer Ahmed, melalui karyanya "Memerangi Kemiskinan di

Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal". Mereka menyatakan bahwa ciri khas pelatihan

sebagai suatu pendekatan pembangunan adalah sebagai berikut: diusahakan sedapat mungkin

untuk menyesuaikan bahan pengajaran dengan pola budidaya dan keadaan lingkungan di

7
kampung halaman peserta; seluruh kursus diselenggarakan sesuai dengan suatu siklus penuh

untuk budi daya bersangkutan bagian terbanyak dari masa pelajaran untuk kerja praktik;

pelajaran di ruang kelas dititik-beratkan pada diskusi dalam kelompok kecil daripada ceramah.

Penyelenggaraan pelatihan hendaknya dilakukan secara sistematis dan berkesi- nambungan.

Terkait dengan ini Eddie Davies, (2005), dalam bukunya The Art of Training and Development,

The Training Manager's a Handbook, mengajukan 10 langkah efektif menyelenggarakan

pelatihan, seperti diuraikan di bawah ini. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan, yaitu

mendeteksi permasalahan yang dihadapi saat ini dan tuntutan masa yang akan datang, khususnya

yang dapat diatasi dengan menyelenggarakan pelatihan.

Mengklarifikasi sasaran pelatihan, yaitu mengkaji kemampuan yang diharapkan dimiliki

oleh peserta setelah mengikuti program. Mempertimbangkan peserta/kelompok sasaran dengan

mencoba memahami dan mengidentifikasi kesenjangan calon peserta agar rancangan pelatihan

dapat menutup kesenjangan tersebut. Mengembangkan garis besar program pelatihan, yaitu

rencana induk yang disusun secara hierarkis dan sekuensial. Memilih metode dan media, yaitu

strategi dan perangkat pembelajaran yang aplikatif atau mudah digunakan dan efektif dalam

menghantarkan pesan pembelajaran. Menyiapkan panduan bagi pemimpin yang meliputi rencana

sesi, handouts dan storyboard. Melakukan ujicoba sesi pelatihan, yaitu menerapkan rancangan

pada target yang terbatas untuk mendeteksi sedini mungkin hal-hal yang menyebabkan

kegagalan pelatihan, misalnya ketepatan waktu, penafsiran yang berbeda, dan lain-lain.

Melaksanakan sesi pelatihan, dengan tetap melakukan pemantauan untuk dapat mendeteksi

apakah pelaksanaan kegiatan merujuk pada rencana yang telah disusun atau tidak. Melakukan

tindak lanjut pelatihan, agar hasil pelatihan dapat diimplementasikan oleh peserta sekembalinya

ke tempat kerja.

8
B. KONSEP KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki

kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana,

2000). Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan "Entrepreneurship", dapat diartikan sebagai

"the backbone of economy", yang adalah syaraf pusat perekonomian atau pengendali

perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusumo, 1997:1).

Secara epistimologi, kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk

memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda.

Menurut Thomas W. Zimmerer, kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas dan

keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang

dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan

keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan

memelihara usaha baru. Dalam konteks bahasa Indonesia, kewirausahaan berasal dari kata "wira"

yang berarti berani, gagah, utama atau perkasa dan "usaha" yang berati perbuatan yang dilakukan

untuk mencapai keinginan atau tujuan. Dengan kata lain, kewirausahaan adalah pola tingkah laku

manusia yang gagah dan berani untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan.

Kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai mental dan sikap jiwa manusia yang selalu

aktif untuk berusaha meningkatkan hasil karyanya dalam rangka meningkatkan pengahasilannya

secara ekonomis. Suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengejar peluang-peluang,

memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai keinginannya yang dijalani melalui proses inovasi

Proses dinamis untuk menciptakan kemakmuran Proses untuk menciptakan sesuatu yang lain

dari orang lain, dengan menggunakan waktu dan kegiatan yang efektif Semangat, sikap, tingkah

laku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada

9
upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka

memberikan layanan yang lebih baik dan menghasilkan keuntungan yang besar. Sedangkan

istilah kewirausahaan yang terdapat dalam kamus bisnis, dianalisa dengan dua pendekatan, yaitu

pendekatan fungsional dan pendekatan kewirausahaan sisi penawaran (sumber psikologis dan

sosiologis).

Dari pengertian kewirausahaan di atas dapat di simpulkan bahwa Kewirausahaan

merupakan suatu pola tingkah laku manajemen yang terpadu, Kewirausahaan adalah upaya

pemanfaatan peluang- peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya.

Oleh karena itulah, kewirausahaan selalu tak terpisah dari kreativitas dan inovasi, Inovasi

tercipta karena adanya daya kreatifitas yang tinggi. Kreatifitas adalah kemampuan untuk

membawa sesuatu yang baru ke dalam kehidupan. Kreatifitas merupakan sumber yang penting

dari kekuatan persaingan, karena lingkungan cepat sekali berubah. Untuk dapat memberikan

tanggapan terhadap perubahan tersebut, manusia harus kreatif. Pemikiran kreatif merupakan

motivator yang sangat besar karena membuat orang tertarik pada pekerjaannya. Pemikiran kreatif

juga memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk mencapai keinginan dan tujuan dalam

hidupnya. Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang

wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan

persaingan, maka dewasa ini terjadi perubahan paradigma pendidikan.

Sikap dari seorang wirausaha yang utama adalah tidak tergantung kepada orang lain. la

percaya bahwa pengetahuan, keterampilan dan waktu adalah modal utama untuk meraih

keberhasilan. Bantuan dari orang lain, hanya diperlukan jika memang suatu pekerjaan sudah

tidak dapat dilakukannya sendiri. Seorang wirausaha harus memiliki sikap dan mental sebagai

berikut: Penuh Perhitungan dan Berdaya Cipta menjadi seorang wirausaha, salah satunya

10
memerlukan sikap penuh perhitungan. Sikap ini diperlukan karena dalam berwirausaha harus

tumbuh sikap sikap berani menghadapi tantangan.Jika keberanian menghadapi tantangan tidak

diawali dengan sikap penuh perhitungan, bisa jadi hasil yang akan didapatkan hanyalah

kegagalan. Sikap penuh perhitungan dapat dimiliki jika membiasakan diri untuk bertindak

teliti/kritis, hemat dan memilih kegiatan yang beresiko rendah. Tangguh Seorang wirausaha

harus bersikap tangguh, mereka pantang mundur/menyerah pada keadaan, tidak mudah puas

terhadap prestasi yang telah dicapai. la ingin mencapai prestasi yang lebih baik, ingin lebih maju

dari apa yang telah dimilikinya sekarang.

Orang yang bersikap tangguh memiliki beberapa sifat, antara lain percaya diri, ulet,

tekun, rajin dan sabar, berani bersaing. Berdaya cipta Sikap berdaya cipta seorang wirausaha,

antara lain:

1. Berprakarsa (inisiative), atau disebut juga berusaha, maksudnya adalah suatu tekad atau

kemauan seseorang untuk berbuat atau melakukan sesuatu demi kemajuan.

2. Berpikir ke depan/maju. maksudnya mampu meramalkan, melihat dan memperkirakan

apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

3. Terbuka terhadap perubahan dan pembaharuan, maksudnya selalu menerima pendapat

orang lain dan mampu menerima kritik dari orang lain demi kemajuan.

4. Kreatif dalam memecahkan masalah. Maksudnya memiliki kemampuan dalam mencari

jalan keluar jika menghadapi kesulitan dalam berusaha dengan cara melihat dari berbagai

sisi. Bertanggung Jawab Sikap tanggung jawab adalah sikap yang harus dimiliki oleh

seorang wirausaha. Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam berusaha adalah

adanya sikap bertanggung jawab dan jujur yang akan tercermin pada perkataan dan

11
perbuatannya.Dalam ajaran Islam, ada beberapa sifat atau karakteristik yang harus

dimiliki oleh seorang wirausahawan, yaitu:

a. Memiliki pengetahuan dan keahlian


b. Jujur
c. Sabar dan pekerja keras
d. Istiqamah dan pantang menyerah
e. Tawakal
f. Berzakat dan berinfaq
g. Silaturahmi

C. KONSEP PEMUDA

Definisi pemuda, setidaknya memiliki tiga unsur atau tiga sudut pandang, yaitu

menyangkut batasan usia pemuda sifat atau karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas

kepemudaan. Secara biologis, yang digolongkan pemuda adalah mereka yang berumur antara 15

sampai dengan 30 tahun. Dari segi psikologis, kematangan seorang pemuda dimulai pada usia 21

tahun, sedang batasan manusia muda sebagai generasi penerus generasi terdahulu menentukan

usia antara 18 sampai 30 tahun dan kadang-kadang mencapai usia 40 tahun.Menyesuaikan

dengan tingkatan usia yang terjadi pada setiap manusia, maka pemuda dapat digolongkan kepada

tingkatan diantara akhir masa remaja sampai dengan akhir dewasa awal, atau dengan kategori

usia berada antara umur 18 hingga 40 tahun. Berdasarkan letaknya yang berada di antara akhir

masa remaja sampai akhir dewasa awal, maka pemuda memiliki ciri-ciri yang secara positif dan

negatif disatukan sebagai berikut:

1. Kemampuan koginitifnya sudah penuh,

2. Kematangan emosional,

3. Fungsi reproduksinya meningkat,

12
4. Banyak masalah,

5. Keterasingan sosial

6. Rasa tanggung jawab yang tinggi

7. Kreatif dan inovatif

8. Ketergantungan dengan generasi yang lebih tua

Pengembangan kepemudaan harus dilakukan secara "incorporated" melibatkan semua

potensi bangsa secara menyeluruh sehingga terdapat suatu konsistensi secara nasional (big push).

Golongan pemuda perlu memperoleh perhatian khusus, karena:

1. Mereka menjadi incaran pemasaran hasil industri (segmen pasar yang potensial). Segmentasi

ini cenderung dikembangkan oleh pasar, sehingga anak muda menjadi suatu subkultur yang

berbeda dengan kultur orang dewasa. Hal ini bisa memperbesar gejala "generation gap".

2. Strategis dan khas secara budaya dan kondisi fisik serta emosional

3. Mengalami persoalan besar sebagai pembayar hutang bangsa, menghadapi globalisasi,

pendukung paradigma pembangunan yang baru.

13
BAB III

PENYELENGGARAAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

A. MAKNA PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

Pelatihan Kewirausahaan Pemuda adalah suatu proses kegiatan peningkatan pengetahuan,

sikap dan keterampilan tentang kewirausahaan yang diperuntukkan bagi para pemuda, agar

mereka mengenali, berminat dan mampu menjadi wirausahawan tangguh.

B. PENJENJANGAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMUDA

Penjenjangan dalam pelatihan kewirausahaan pemuda, dilakukan supaya pelaksanaan

pelatihan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan sesuai dengan karakter kelompok sasaran

serta keluaran yang akan dihasilkan. Terdapat tiga jenjang pelatihan, yaitu

1. Pelatihan Kewirausahaan Pemuda Tingkat Dasar (PKP-TD),

2. Pelatihan Kewirausahaan Pemuda Tingkat Lanjutan (PKP-TL),

3. Pelatihan Kewirausahaan Pemuda Tingkat Pengembangan (PKP-TP).

Penjenjangan dalam pelatihan kewirausahaan pemuda, dapat dilihat di bawah ini.

a. Jenjang
b. Komponen
c. PKP-TD PKP- TL
d. PKP-TP
e. Kelompok Sasaran

PKP-TD ditujukan bagi para pemuda yang memiliki minat berwirausaha atau pemuda

yang baru memulai berusaha dengan skala modal 1 (satu) juta sampai dengan 10 (sepuluh)

juta.PKP-TD ditujukan bagi para pemuda yang memiliki minat berwirausaha dan telah

14
melakukan bisnis dengan skala modal 11 juta sampai dengan 30 juta. PKP-TD ditujukan bagi

para pemuda yang memiliki minat berwirausaha dan telah memiliki usaha/ bisnis dengan skala

modal 31 juta ke atas.

Tujuan Peserta pelatihan

a. Peserta pelatihan memahami tentang hakekat dan makna wirausaha, memiliki

kemampuan untuk mengenali potensi diri dan lingkungannya, mampu merancang

tujuan dan proses optimalisasi potensi diri dan lingkungannya bagi peningkatan taraf

hidupnya, mampu menetapkan jenis usaha yang sustainable dan profitable melalui

analisis yang rasional dan berdasar kelayakan usaha tertentu

b. Peserta Pelatihan dapat mengenal pola berpikir wirausaha serta meningkatkan

pemahaman manajemen (organisasi, produksi, keuangan dan pemasaran)

c. Peserta pelatihan memahami tentang hakekat dan makna wirausaha, memiliki

kemampuan untuk mengenali potensi diri dan lingkungannya, mampu merancang

tujuan dan proses optimalisasi potensi diri dan lingkungannya bagi peningkatan taraf

hidupnya, mampu menetapkan jenis usaha yang sustainable dan profitable melalui

analisis yang rasional dan berdasar kelayakan usaha tertentu

d. Peserta Pelatihan Menguasai cara melakukan akses informasi dan pasar serta

teknologi, cara pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta

pembuatan rencana bisnis atau studi kelayakan yang diperlukan pemuda agar lebih

siap dalam pengelolaan usaha yang sedang akan dilaksanakan Materi (minimal)

e. Undang-undang dan Peraturan yang berhubungan dengan dunia usaha di Indonesia

f. Mengenal kemampuan dan kelemahan diri

g. Dasar-dasar kewirausahaan;

15
h. Konsep diri pemuda:

i. Pengenalan dan cara pengembangan potensi diri;

j. Pengenalan dan cara pengembangan potensi lingkungan:

k. Membangun sikap&mental wirausaha;

l. Analisis dan cara menetapkan jenis usaha

m. cara merancang tujuan dan rencana peningkatan taraf hidup

n. Konsep dasar AMT (Achievement Motivation Training)

o. Semangat jiwa kewirausahaan (the spirit of entrepreneurshp)

p. Melakukan akses informasi dan pasar serta teknologi

q. Pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta pembuatan rencana

bisnis atau studi kelayakan yang diperlukan untuk berwirausaha

r. Teknik-teknik Business Forecasting merupakan suatu usaha untuk mendapatkan

informasi bisnis di masa depan

s. Penggunaan perangkat dalam bentuk software yang modern sekaligus mudah

digunakan

Metode

a. Ceramah..

b. Bermain peran/simulasi.

c. Diskusi.

d. Penugasan/Projeck work.

e. Pemecahan Masalah/Studi Kasus.

f. Observasi/Pengamatan.

g. Presentasi.

16
h. Permainan bisnis (business game)

i. Penanaman Sikap dilakukan melalui pembiasaan dan pemberanian melakukan

sesuatu.

j. Pembekalan Teknis

k. Pembekalan pengalaman awal.

l. Pengamatan langsung melalui pemagangan atau studi banding

m. Praktik kerja lapangan

n. Praktikum dan Simulasi wirausaha Pengembangan jaringan usaha

o. Penanaman Sikap,

p. Pembukaan Wawasan,

q. Pembekalan Teknis. pemuda.

r. Pembekalan pengalaman awal.

s. Pengamatan langsung melalui pemagangan atau studi banding

t. Praktik kerja lapangan

Keluaran

Daftar potensi diri masing-masing peserta, daftar potensi lingkungan/tempat tinggal

masing-masing peserta, naskah rancangan tujuan dan proses peningkatan income, dan focus jenis

usaha peningkatan income. Daftar potensi diri dan lingkungan, naskah rancangan tujuan dan

proses peningkatan income, focus jenis usaha, naskah analisis usaha, naskah perencanaan usaha,

pelaksanaan usaha dan pengadministrasian usaha, prosedur teknis produksi komoditas usaha.

17
Daftar lembaga dan cara melakukan akses informasi dan pasar serta teknologi, naskah

cara pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta naskah rencana bisnis atau

studi kelayakan, naskah pengelolaan dan pengembangan usaha.

Waktu

6 (enam) hari atau 60 JP (jam pelajaran) 10 (sepuluh) hari atau 100 JP

15 (lima belas) hari atau 150 JP

C. PERLENGKAPAN DAN BAHAN

Sarana belajar yang digunakan dalam pelatihan kewirausahaan pemuda ini, adalah:

1. Paket alat tulis kesekretariatan.

2. Paket perlengkapan peserta

3. Modul pelatihan

4. Perlengkapan pelatihan antara lain: OHP, papan tulis, pengeras suara, clip board, spidol, kertas

lebar, 40 kursi.

5. Ruang belajar

6. Instrumen/ format: biodata, daftar penerimaan peserta, format penerimaan perlengkapan

peserta, daftar hadir (peserta, fasilitator, panitia), format penilaian kinerja fasilitator dan

peyelenggaraan pelatihan.

7. Tempat praktik/sumber belajar pengelolaan bisnis (inkubasi bisnis).

18
D. TEMPAT DAN WAKTU

Pelatihan Kewirausahaan Pemuda diselenggarakan di lokasi/ di daerah di mana terdapat

komoditas yang akan dikembangkan, dan di lokasi tersebut terdapat kelompok-kelompok

wirausaha pemuda (misalnya, kelompok usaha pemuda produktif/ KUPP). Sedangkan waktunya

disesuaikan dengan perputaran musim (jika terkait dengan pengembangan komoditas) dan

operasionalisasi program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3) serta jenjang

pelatihan yang akan dilaksanakan.

E. PENYELENGGARA, PELATIH (FASILITATOR), DAN PESERTA

1. Penyelenggara

Penyelenggara pelatihan terdiri atas pegawai dinas pendidikan/ pemuda provinsi dan

kabupaten/kota yang ditetapkan oleh kepala dinas pendidikan/ pemuda provinsi. Susunan

organisasi penyelenggara disarankan sebagai berikut:

a. Ketua, yang memiliki lingkup tugas antara lain:

1) merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan pelatihan;

2) mengkoordinasikan kegiatan persiapan, pelaksanaan dan pelaporan;

3) memimpin dan mengawasi pelaksanaan pelatihan; dan

4) memimpin kegiatan-kegiatan kesekretariatan.

b. Sekretaris, yang bertugas antara lain:

1) membantu ketua dalam perencanaan dan pelaksanaan pelatihan;

19
2) menyelesaikan tugas administrasi dan persuratan dalam hubungannya dengan

penyelenggaraan pelatihan;

3) mendokumentasikan proses penyelenggaraan pelatihan;

4) menyusun laporan.

c. Bendahara, yang bertugas:

1) membantu ketua untuk melaksanakan pembiayaan pelatihan;

2) menyusun anggaran dan mengajukan kepada ketua untuk diambil keputusan;

3) menyusun pertanggungjawaban penggunaan anggaran,

d. Bagian Pengajaran&Penilaian, yang bertugas antara lain:

1) bersama pelatih mengembangkan modul/ bahan ajar pelatihan;

2) memantau, mengendalikan dan menilai proses dan hasil pelatihan;

3) menyiapkan sarana dan prasarana di kelas dan tempat praktik;

4) mencatat berbagai kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelatihan.

2. Pelatih

a. Pelatih ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan/Pemuda sejumlah sesuai kebutuhan, dengan

kualifikasi minimal:

1) berpengalaman melatih secara andragogis;

2) menguasai materi yang akan dilatihkannya;

3) menguasai dasar. dasar kewirausahaan, psikologi pemuda dan pembangunan

perdesaan.

20
b. Pelatih bertugas antara lain bekerjasama di antara sesama pelatih, bekerjasama dengan

penyelenggara dan peserta, menyusun modul pelatihan, mengelola pembelajaran, menilai proses

dan hasil pembelajaran.

c. Pelatih diusahakan dari lembaga pemerintah, lembaga keuangan dan lembaga. usaha dan

industri guna memperlancar proses tindak lanjut pelatihan berupa pembinaan implementasi hasil

pelatihan oleh peserta di lapangan.

3. Peserta

Peserta pelatihan terdiri atas peserta program/ kegiatan kewirausahaan pemuda atau

kelompok usaha pemuda produktif dan sejenisnya, diutamakan yang dibina/ didampingi oleh

peserta program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3). Setiap kelas/ angkatan

tidak lebih dari 40 (empat puluh) peserta. Peserta harus memiliki minat berwirausaha dan telah

memulai melakukan usaha.

F. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN

Pelatihan Kewirausahaan Pemuda diselenggarakan melalui beberapa langkah kegiatan sebagai

berikut :

1. Mengidentifikasi Kebutuhan Pelatihan

Sebelum pelatihan diselenggarakan, dinas pengelola program peningkatan partisipasi

pemuda perlu melakukan identifikasi terhadap kebutuhan dan potensi-potensi penyelenggaraan

pelatihan. Identifikasi kebutuhan pelatihan dimaksudkan untuk mencari dan menetapkan jenis-

jenis kemampuan wirausaha yang harus dimiliki pemuda peserta pelatihan, yang selanjutnya
21
diterjemahkan kedalam materi-materi pelatihan. Fungsi identifikasi dalam hal ini adalah

mengklarifikasi, memverifikasi dan mendetailkan materi-materi tersebut. Identifikasi secara

khusus dan utama ditujukan untuk menetapkan jenis komoditas usaha yang menguntungkan

dilihat dari berbagai aspek, terutama aspek pengembangan kepemudaan dan ekonomi masyarakat

desa. Oleh karena itu, identifikasi perlu diawali dengan menelaah rencana pengembangan

perekonomian daerah yang tercakup dalam dokumen rencana strategis pembangunan daerah.

Setelah jelas lokasi pengembangan ekonomi produktif yang ditetapkan, maka selanjutnya

Dinas perlu merancang program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3)

ditugaskan pada lokasi tersebut. Juga program-program lainnya yang memiliki mainstream

pengembangan kewirausahaan seperti KUPP perlu dialokasikan untuk memperkuat

pengembangan ekonomi produktif di lokasi tersebut. Hal lain yang perlu diidentifikasi adalah

potensi-potensi penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan, baik yang positif maupun negative,

yang meliputi tenaga ahli (pelatih dan narasumber), permodalan, bantuan sarana, teknologi dan

pemasaran. Potensi-potensi tersebut dapat dari perseorangan maupun kelompok dan

kelembagaan.

2. Menyusun Desain Pelatihan

Desain pelatihan merupakan bagian dari gran desain (Grand Design) pengembangan

kewirausahaan pemuda yang dijabarkan dari rencana pengembangan ekonomi daerah. Oleh

karenanya, penyusunan desain pelatihan perlu memperhatikan tujuan dan target yang terdapat

pada gran desain di atas. Desain pelatihan mencakup gagasan dan rencana kerja pelatihan yang

berorientasi pada pengembangan kewirausahaan pemuda. Dalam konteks ini. pelatihan diartikan

bukan hanya pembelajaran dalam kelas, tetapi termasuk juga pembimbingan dan pendampingan

22
di alam kerja/lapangan. Juga mencakup tiga tahap (level) pelatihan seperti tersebut di atas.

Desain pelatihan paling tidak menguraikan aspek-aspek sebagai berikut:

a. Latar belakang, yang menguraikan data dan alasan mengapa diperlukan. pelatihan

kewirausahaan pemuda, termasuk di dalamnya alasan tentang pengembangan ekonomi

produktif melalui budi daya komoditas tertentu.

b. Dasar pelaksanaan; menguraikan dasar yuridis pelaksanaan pelatihan, meliputi

peraturan-peraturan daerah, keputusan-keputusan pejabat daerah.

c. Tujuan pelatihan; menjelaskan tentang kompetensi lulusan/peserta pelatihan,baik

berkenaan dengan penguasaan dan pembiasaan sikap/mental kewirausahaan, pengelolaan

usaha maupun teknis usaha.

d. Tujuan pelatihan dirumuskan sesuai penjenjangan pelatihan kewirausahaan pemuda.

e. Materi pelatihan menguraikan tentang materi atau substansi yang akan dilatihkan

kepada peserta pelatihan, sehingga mereka menguasai kompetensi- kompetensi lulusan

yang telah dirancang dalam tujuan pelatihan. Materi pelatihan berkisar pada kebijakan-

kebijakan pemerintah tentang kewirausahaan pemuda, teori dan aplikasi/ pengalaman

wirausaha dan teknik atau kiat-kiat sukses berwirausaha.

f. Materi pelatihan disusun dalam sesi-sesi yang sikuentif dan sistematis dengan alokasi

waktu tiap sesi 45 sampai dengan 90 menit.

g. Metode dan teknik pelatihan; menguraikan tentang metode pelatihan yang akan

digunakan berikut teknik-teknik pembelajarannya. Metode pelatihan yang disarankan

23
adalah pembelajaran di kelas, pembiasaan dan pelatihan di lapangan melalui belajar dari

pengalaman dan pemecahan masalah.

h. Pemilihan metode dan teknik pembelajaran perlu memperhatikan penjenjangan

pelatihan kewirausahaan pemuda, agar proses pelatihan menjadi segar dan

menyenangkan bagi peserta.

i. Sarana dan prasarana pelatihan; menguraikan tentang gedung tempat latihan dan alat-

alat, perlengkapan serta media-media belajar yang akan digunakan dalam pelatihan.

Untuk sarana perlu mempertimbangkan setiap peserta pelatihan menggunakannya dengan

leluasa dan aman, terutaama pada penetapan alat-alat praktik.

j. Pelatih dan Panitia, menguraikan tentang kualifikasi dan tugas pelatih serta panitia.

Pelatih dipilih dari lembaga atau individu yang kompeten di bidangnya serta memiliki

jaringan yang kuat dan luas tentang permodalan, pemasaran danbantuan teknis usaha

k. Peserta pelatihan; menguraikan tentang profil, kualitikasi dan tugas peserta pelatihan.

Juga mencakup jumlah dan asal daerah/ lembaga peserta. Dirancang pula

pengelompokkan peserta dalam pembelajaran dan penerapan hasil belajarnya di

lapangan.

L. Waktu dan Tempat pelatihan; menjelaskan tentang lokasi pelatihan berikut nama

tempat dan alamatnya, lama waktu pelatihan, mulai tanggal berapa, bulan apa sampai

dengan tanggal dan bulan berapa.

M. Prosedur dan jadwal pelatihan; mendeskripsikan tentang langkah-langkah sekwentif

yang akan dilakukan, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindak

24
lanjut. Tahap-tahap kegiatan tersebut diuraikan dalam jadwal kerja pelatihan. Jadwal

kerja menginformasikan tentang kegiatan, waktu,tempat dan petugas yang melaksanakan

kegiatan tersebut.

N. Biaya; menguraikan tentang pos-pos pembiayaan dan jumlah biaya serta sumber

pembiayaan.

3. Menyusun Kurikulum Pelatihan

Kurikulum pelatihan disusun sebagai penjabaran tujuan dan materi pelatihan yang

tercantum dalam desain. Kurikulum disusun dalam bentuk matrik Garis Besar Program Pelatihan

(GBPP) yang mencakup:

a. Pokok bahasan/ sub pokok bahasan

b. Tujuan pembelajaran

c. Sillabi (pokok-pokok materi)

d. Metode belajar

e. Media belajar

f. Teknik evaluasi dan

g. Waktu,

Kurikulum pelatihan pada dasarnya merupakan skenario penyajian materi dalam

pelatihan, yang berfungsi memandu pelatih dan panitia dalam memproses pembelajaran dalam

pelatihan. Kurikulum akan menjelaskan tentang urutan. materi-materi, apa yang harus dilakukan

25
pelatih, apa isi bahan belajar yang harus disiapkan pelatih, dan rangkaian antarkeluaran dari

setiap pembelajaran sehingga mewujudkan keluaran akhir pelatihan.

4. Menyusun Bahan Belajar

Bahan belajar perlu disiapkan oleh panitia penyelenggara pelatihan, dengan cara pertama

menetapkan nama-nama pelatih yang dilibatkan dalam pelatihan; kedua melakukan diskusi

dengan seluruh pelatih untuk mengorientasi mereka tentang pelatihan kewirausahaan pemuda

yang akan dilaksanakan dan peran mereka dalam pelatihan tersebut; ketiga meminta tiap pelatih

bertanggung jawab terhadap materi yang ditugaskan kepadanya, termasuk menyiapkan bahan

belajar dan alat evaluasi. Dalam hal pembuatan bahan belajar perlu disepakati format dan

sistematika penulisan, agar mengesankan keseragaman.

5. Mengadakan persiapan pelatihan..

Hal-hal yang perlu dipersiapkan berkenaan dengan pelatihan, setelah desain, kurikulum dan

bahan belajar ada adalah yang terkait dengan akomodasi, logistik dan persuratan. Paling tidak

kegiatan-kegiatan berikut perlu dilakukan dalam rangka persiapan pelatihan kewirausahaan

pemuda :

a. penyiapan tempat pelatihan, termasuk tempat menginap (jika dirancang untuk menginap),

tempat praktik dan tempat/ gedung untuk kegiatan belajardalam kelas.

b. Penyiapan surat-surat dan administrasi lainnya, antara lain:

1) surat panggilan untuk peserta pelatihan. Dalam surat ini minimal harus tercakup

tentang nama pelatihan, waktu dan tempat pelatihan, jadwal pelatihan, persyaratan

atau bahan-bahan yang harus dipersiapkan/dibawa oleh peserta.

26
2) surat undangan pembukaan pelatihan untuk pejabat dan mitra serta pelatih dan

narasumber:

3) surat permohonan tenaga pelatih/ narasumber pelatihan;

4) surat-surat keputusan pejabat (kepala dinas) tentang susunan kepanitiaan,pelatih dan

peserta pelatihan;

5) daftar hadir, blanko data pribadi peserta dan pelatih

6) blanko pemantauan proses pelatihan

7) blanko pendaftaran.

c. pengadaan alat tulis kantor (ATK) pelatihan dan perlengkapan keperluan peserta dan

pelatih (training kit).

d. Perbanyakan bahan-bahan belajar dan alat evaluasi.

e. Mengadakan rapat akhir persiapan pelatihan.

f. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengecek dan memeriksa segala kelengkapan peralatan

dan bahan serta kesiapan tenaga pelatih, panitia dan narasumber. Melalui kegiatan ini

dapat diketahui dan diambil tindakan untuk hal-hal yang diketahui masih belum optimal

disiapkan.

6. Melaksanakan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan kewirausahaan pemuda dimulai dengan pendaftaran peserta dan

pelatih/ narasumber, menempatkan mereka di penginapan yang disiapkan, membagikan training

kit, mengondisikan pelatih, mengadakanpacara pembukaan, menjelaskan proses dan hasil

pelatihan kepada peserta, mengadakan test awal, mengolah dan menginformasikan hasil test awal

kepada pelatih, mengatur pelatih sesuai jadwal, memantau proses pembelajaran yang dikreasikan

pelatih, mengondisikan review harian untuk menilai kemajuan pembelajaran, menilai proses dan

27
hasil pelatihan, merancang kegiatan tindak lanjut, dan diakhiri dengan upacara penutupan serta

penjelasan kegiatan tindak lanjut pelatihan.

7. Menyusun Laporan

Laporan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan pemuda perlu disusun sebagai

pertanggungjawaban penyelenggara dan untuk memberikan informasi menyeluruh tentang proses

dan hasil penyelenggaraan pelatihan kepada pihak- pihak yang berkompeten. Laporan

seyogyanya disusun bersamaan pada saat pelaksanaan pelatihan, sehingga diharapkan pada saat

upacara penutupan draft laporan sudah berwujud.

Sistematika laporan disarankan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, tujuan, dasar dan ruang lingkup laporan

Bab II Pelatihan Kewirausahaan Pemuda, menguraikan tentang komponen- komponen pelatihan

seperti tujuan, sarana, peserta, pelatih, waktu, tempat, biaya dan sebagainya.

Bab III Proses dan Hasil Pelatihan, menguraikan tahapan-tahapan penyelengga- raan pelatihan

berikut hasil yang diperolehnya, baik hasil per tahapan maupun hasil akhir pelatihan.

Bab IV Kesimpulan dan Saran, menguraikan masalah-masalah yang muncul dan usaha-usaha

pemecahannya, kesimpulan pelatihan dan saran-saran yang diajukan untuk memperbaiki hasil

pelatihan di lapangan dan penyelenggaraan pelatihan serupa di masa yang akan datang. Laporan

juga perlu menampilkan profil peserta, pelatih dan panitia serta gambaran kurikulum dan bahan

belajar yang diberikan dalam pelatihan. Hal-hal tersebut ditampilkan dalam lampiran.

28
8. Menyusun Rencana

Tindak Lanjut Rencana tindak lanjut berisi kegiatan-kegiatan untuk memperkuat

implementasi hasil pelatihan oleh peserta di lapangan. Kegiatannya berupa pembimbingan dan

pendampingan terhadap peserta dengan area dampingan meliputi pembiasaan prilaku wirausaha,

perencanaan usaha, pembukuan usaha, membangun dan menjalin kemitraan usaha, pemupukan

modal usaha, kerjasama teknis usaha dan pemasaran hasil usaha. Tindak lanjut pada

kenyataannya dilaksanakan secara kerjasama dengan instansi pemerintah dan lembaga usaha dan

industri serta lembaga keuangan. Oleh karena itu, dalam rancangan tindak lanjut perlu dibangun

kerjasama dan sinergi program dengan mereka sejak awal.

G. BIAYA

Sumber biaya berasal dari anggaran pemerintah pusat dan daerah sertaanggaran swasta

yang tidak mengikat. Jumlahnya disesuaikan dengan standar harga satuan setempat. Pos-pos

pembiayaan dan besarannya mengacu pada peraturan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan

pemerintah.

H. PEMANTAUAN, PENILAIAN, PEMBINAAN DAN PELAPORAN

1. Pemantauan

Pemantauan pelatihan merupakan kegiatan yang melekat dengan pelaksanaan proses

pelatihan, Pemantauan adalah kegiatan untuk melihat/ mengamati proses pelatihan, terutama

interaksi peserta dengan peserta, peserta dengan pelatih, pelatih dengan pelatih dalam

29
pembelajaran dan pengaktualisasian sikap dan perilaku wirausaha. Pemantauan dilaksanakan

oleh petugas khusus dari kepanitiaan dengan menggunakan alat/ instrument yang telah disiapkan

sebelumnya. Instrumen pemantauan harus dapat merekam/ mencatat semua kegiatan yang

dilakukan pelatih dan peserta dalam pembelajaran. Rekaman/catatan hasil pemantauan

merupakan masukan utama bagi kegiatan penilaian proses pelatihan.

2. Penilaian

Penilaian secara sederhana dapat dimaknai suatu usaha membandingkan antara kenyataan

yang terjadi dengan proses atau tujuan pelatihan yang telah dicanangkan. Dalam pelatihan

kewirausahaan pemuda penilaian dilakukan terhadap pencapaian tujuan-tujuan tiap mata latih

dan tujuan akhir pelatihan. Untuk menilai kemampuan/ pemahaman awal peserta terhadap

materi-materi pelatihan dapat dilakukan dengan pre test. Penilaian perlu dirancang dengan

menggunakan instrument dan petugas yang adil. Oleh karena itu, penilaian perlu menggunakan

indicator dan ukuran yang tegas dan jelas. Teknik-teknik penilaian yang digunakan meliputi test

dan portopolio. Secara urutan penilaian dilakukan setelah hasil pemantauan diperoleh.

3. Pembinaan

Pembinaan adalah usaha untuk memperbaiki proses pelatihan dan pencapaian tujuan

pelatihan yang tidak sesuai dengan scenario pelatihan yang dirancang. Pembinaan dilakukan

secara rutin harian atau insidental. Pembinaan harian berupa pertemuan panitia, pelatih untuk

mereview hasil dan proses pelatihan untuk kemudian memperbaikinya dengan rencana-rencana

perbaikan yang disepakati. Pembinaan pelatihan kewirausahaan pemuda juga dilakukan dalam

implementasi hasil pelatihan oleh peserta di lapangan nyata dalam bentuk pendampingan.

30
4. Pelaporan

Mengelola data dan melaporkan hasil pemantauan, penilaian dan pembinaan selama

proses pelaksanaan pelatihan kewirausahaan pemuda dan hasil nyata yang dinikmati oleh peserta

pelatihan merupakan inti kegiatan pelaporan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang dari tingkat

kabupaten/kota ke tingkat provinsi dan selanjutnya ke tingkat pusat.

I. TINDAK LANJUT

Setelah laporan selesai disusun, maka kegiatan berikutnya adalah merencanakan dan

melaksanakan tindak lanjut pelatihan. Bentuk kegiatannya minimal mencakup 4 (empat)

kegiatan sebagai berikut.

1. Evaluasi dampak dari pelatihan.

Kegiatan ini dilakukan minimal 4 (empat) bulan setelah pelatihan dilaksanakan, bertujuan

untuk mengukur dan menilai apakah pelatihan yang telah dilakukan mempunyai dampak

terhadap penguasaan kewirausahaan pemuda dan terhadap pendapatan pemuda dan masyarakat

sekitarnya. Dampak ini bisa bersifat negatif dan positif. Evaluasi dampak dilakukan oleh tim

independen untukmenjamin obyektivitas.

2. Penguatan implementasi hasil pelatihan berupa bimbingan teknis.

Sejak penilaian akhir pelatihan, tingkat penguasaan materi pelatihan oleh masing-masing

peserta telah diketahui, Bahkan setelah dilakukan evaluasi dampak makin jelas siapa-siapa yang

harus dibina lebih lanjut pasca pelatihan dan siapa-siapa yang harus diberikan perlakuan khusus.

Oleh karena itu. bimbingan teknis kepada setiap peserta menjadi mutlak dilakukan, agar terjamin
31
proses implementasi hasil peltihan oleh peserta, yang pada akhirnya terjamin pula terciptanya

wirausahawan-wirausahawan yang tangguh.

3. Pemberian bantuan modal

Salah satu pembinaan pasca pelatihan kewirausahaan adalah pemberian bantuan modal,

karena wirausahawan pemula sangat membutuhkannya. Oleh karena itu, skema pembantuan

modal perlu dirancang sebagai bagian tidak terpisahkan dalam sistem penyelenggaraan pelatihan

kewirausahaan pemuda.

4. Penguatan jaringan pemasaran

Hal penting lainnya untuk pembinaan paska pelatihan terhadap alumnus pelatihan

kewirausahaan pemuda adalah menciptakan iklim kondusif bagi penguatan jaringan pemasaran

yang lebih luas yang dilakukan oleh alumnus.

32
BAB IV

PENUTUP

RANGKUMAN
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki

kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif

Pedoman penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan pemuda merupakan salah satu acuan

dalam penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan pemuda. Harapan yang muncul semoga

pedoman ini benar-benar memberikan petunjuk atau acuan bagi para penyelenggara pelatihan di

daerah, sehingga tujuan menggerakkan GNKP yang salah satunya melalui pelatihan dapat

dicapai lebih cepat.

Dalam menerapkan pedoman ini, pihak penyelenggara di daerah dapat melakukan

penyesuaian dan modifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi daerah yang menyelenggarakan,

dengan tidak mengurangi sedikit pun tujuan pelatihan yang tercantum di dalam pedoman

Tujuannya

1. Untuk menanamkan sikap dan perilaku sebagai seorang wirausaha yang memiliki etika.

2. Meningkatkan semangat sikap.

3. Untuk menciptakan sesuatu yang lain.

Manfaat setelah melalui pelatihan kewirausahaan ini diharapkan peserta memiliki kemampuan:

• Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri.

33
•Kesiapan bekerja, berusaha, dan bermitra usaha yang dijiwal oleh semangat wirausaha.

•Meningkatkan inovasi dan kreativitas dalam pengembangan usaha.

• Pengetahuan praktis dan keterampilan yang dibutuhkan untuk pengembangan usaha.

UJI KOMPETENSI
PILIHAN GANDA

1. Dalam pemberian nama usaha yang kita jalankan harus berpikir ke depan karena?

a. Memudahkan dalam usaha

b. Bisa menarik pelanggan

c. Berorientasi pada keuntungan usaha

d. Membedakan dengan nama usaha lain

e. Memudahkan orang untuk menghafalkan nama usahanya.

2.Yang bukan salah satu alasan kegagalan pebisnis saat menjalankan bisnis adalah?

a. Kekurangan modal

b. Manajer tidak kompeten

c. Lokasinya kurang strategis

d. Pemasaran hilang

e. Pelatihan kepemimpinan

34
3.Inovatif, kreatif, fleksibel memiliki banyak sumber serbaguna Ini adalah karakter

wirausaha, yang memanifestasikan dirinya dalam karakteristik. Profil pengusaha tersebut

memiliki?

a. Yakin

b. Berorientasi pada tugas dan hasil

c. Berani mengambil risiko

d. Memandang ke depan

e. Orisinalitas

REFLEKSI & TINDAK LANJUT

Pedoman penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan pemuda merupakan salah satu acuan

dalam penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan pemuda. Harapan yang muncul semoga

pedoman ini benar-benar memberikan petunjuk atau acuan bagi para penyelenggara pelatihan di

daerah, sehingga tujuan menggerakkan GNKP yang salah satunya melalui pelatihan dapat

dicapai lebih cepat. Apakah kamu telah memahami tentang pentingnya pelatihan kewirausahaan

? Apabila kamu telah menguasai materi yang di peroleh pada kegiatan pelatihan kewirausahaan,

kamu dapat mendalami dengan menambah wawasan dan mengimplementasi pada kehidupan

kamu sebagai pencapain atas kegiatan pelatihan kewirausahan.

35
DAFTAR PUSTAKA

BPKB Jayagiri, Depdikbud. (1999). Pelatihan Tutor Bidang Studi Paket B Terpadu

Dengan Pendidikan Mata Pencaharian. Bandung: BPKB Jayagiri.

BP-PLSP Regional II Jayagiri. (2005). Panduan Pengelolaan Program Pemberdayaan

Pemuda Melalui Manajemen PKBM. Ditjen PLS, Depdiknas. Bandung.

Eddie Davies. (2005). The Art of Training and Development, The Training Manager's a

Handbook (terjemahan). P.T. Gramedia: Jakarta.

Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI. (2005). Rencana strategis tahun 2005-

2009, Jakarta.

Malcolm Tight. (2002). Key Concept in Adult education and training 2nd Edition,

36

Anda mungkin juga menyukai