MODUL PELATIHAN
i
PENINGKATAN KOMPETENSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena karunia dan rahmat-Nya saya dapat
menyusun Modul Pelatihan Kewirausahaan untuk masyarakat dengan baik. Modul ini
merupakan buku pendamping peserta diklat dalam proses pelatihan yang akan membantu peserta
diklat mencapai kompetensi dasar yang diharapkan melalui pembelajaran aktif, kreatif, inovatif
dan bermakna, serta memotivasi mereka untuk berpikir kritis. Semoga dengan adanya modul ini
dapat memberikan yang terbaik untuk kemajuan dunia usaha dalam rangka mempersiapkan
Dalam rangka menyongsong perdagangan bebas ASEAN. Dinas tenaga kerja propinsi
Dibidang Kewirausahaan untuk Menyongsong Asean Trading di Hotel The zuri Kabupaten Ogan
Komering Ulu”. Pelatihan ini di selenggarakan oleh UPT. Pelatihan Kependudukan dinas
Sumatra Selatan berkerjasama dengan Hotel The zuri sebagai penyedia konsumsi dan tempat
pelaksanaan pelatihan untuk wilayah Baturaja. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan selama tiga
hari mulai tanggal 3 september sampai dengan tanggal 5 september 2023. Dimana setiap hari
pelatihan ini dihadiri oleh 100 peserta yang berasal dari seluruh kabupaten Baturaja, baik wanita
mapun laki-laki, bahkan beberapa peserta mengajak pula anak-anak mereka selama mengikuti
pelatihan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
B. UJI KOMPETENSI............................................................................ Error! Bookmark not defined.
C. REFLEKSI DAN TINDAK LANJUT ................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
padahal lapangan pekerjaan semakin sulit. Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi yang besar.
oleha karena mulai muncul trend untuk wirausaha. Sebagian besar pemuda Indonesia menjadi
wirausaha, namun adanya pemahaman yang kurang "pas" terhadap kewirausahaan. Faktor
penyebab ketidakinginan menjadi wirausaha adalah merasa tidak mempunyai modal, merasa
tidak berbakat, dan risiko bisnis terlalu besar. Upaya menyadarkan masyarakat khususnya
kelompok sasaran potensial, seperti: mahasiswa, generasi muda perlu terus dilakukan, terutama
mengenai: modal bukan satu-satunya kunci sukses wirausaha, kesuksesan wirausaha lebih
ditentukan oleh kejelian dan keuletan wirausaha daripada bakatnya, dan risiko usaha dapat
menggalakkan kewirausahaan. Pada tahun 1995 terbitlah Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 1995
Tindak lanjut gerakan ini cukup bergema. Seminar, lokakarya, simposium, diskusi, sampai
1
pelatihan kewirausahaan gaungnya begitu kuat. Pada tahun 2009, keluar Instruksi Presiden
nomor 6 terkait dengan pengembangan ekonomi kreatif. Hal tersebut menjadi landasan
B. Deskripsi
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Secara epistimologi,
kewirausahaan merupakan suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau suatu
proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Thomas W. Zimmerer,
resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru.
Semangat, sikap, tingkah laku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan
yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi
dalam rangka memberikan layanan yang lebih baik dan menghasilkan keuntungan yang besar.
Oleh karena itulah, kewirausahaan selalu tak terpisah dari kreativitas dan inovasi. Inovasi
tercipta karena adanya daya kreatifitas yang tinggi. Dalam materi training ini para peserta akan
perancangan tempat usaha, jenis usaha, komoditi marketing plan, melaksanakan, merintis dan
mengembangkan profesi wirausaha. Peserta diberikan pembekalan berupa penanaman sikap dan
perilaku sebagai seorang wirausaha yang memiliki etika mengetahui faktor pendorong
berkembangnya sebuah usaha, serta mengetahui success and fail story dari para pengusaha di
lapangan, sehingga mendorong para peserta untuk lebih menekuni profesi sebagai pelaku
wirausaha.
2
C. Tujuan Pelatihan
1. Untuk menanamkan sikap dan perilaku sebagai seorang wirausaha yang memiliki etika.
mengetahui faktor pendorong berkembangnya sebuah usaha, serta mengetahui success and fail
story dari para pengusaha di lapangan, sehingga mendorong para peserta untuk lebih menekuni
profesi sebagai pelaku wirausaha.
2. Meningkatkan semangat sikap, tingkah laku dan kemampuan seseorang dalam menangani
usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan
meningkatkan efisiensi.
3. Untuk menciptakan sesuatu yang lain dan orang lain, dengan menggunakan waktu dan
kegiatan yang efektif dalam mencaal tujuan yang ditetapkan.
D. Manfaat Pelatihan
• Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri.
•Kesiapan bekerja, berusaha, dan bermitra usaha yang dijiwal oleh semangat wirausaha.
E. Materi Pelatihan
• Membuat rencana bisnis dan etika bisnis sehingga dapat bersikap professional.
3
• Bentuk-bentuk usaha dan syarat-syarat pendirian perusahaan serta legalitas usaha.
F. Methodologi
Ceramah..
Bermain peran/simulasi.
. Diskusi.
• Observasi/Pengamatan.
• Presentasi.
G. Persyaratan lainnya:
4
Lama Pelatihan : 30 Jam Pelajaran atau 3 Hari Pelatihan
- Modul
- Sertifikat
5
BAB II
A. KONSEP PELATIHAN
Malcolm Tight, dalam bukunya Key Concept in Adult Education and Training 2nd
Edition, menyatakan bahwa pelatihan lebih diasosiasikan pada mempersiapkan seseorang dalam
melaksanakan suatu peran atau tugas, biasanya dalam dunia kerja. Namun demikian, pelatihan
bisa juga dilihat sebagai elemen khusus atau keluaran dari suatu proses pendidikan yang lebih
Definisi di atas memberikan penekanan pada "penguasaan” tugas atau peran, dan pada
kebutuhan untuk melakukan pengulangan latihan hingga bisa melakukannya sendiri, dan juga
menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan relatif spontan dan tanpa dimotivasi pengetahuan
dan pemahaman. Definisi lainnya menekankan pada tempat dilaksanakannya, seperti yang
diungkapkan oleh Goldstein and Gressner (1988), dimana pelatihan sebagai usaha sistematis
untuk menguasai keterampilan, peraturan, konsep, atau pun cara berperilaku yang berdampak
pada peningkatan kinerja. Misalnya, untuk pelatihan suatu jabatan kerja, setting pelatihan
diusahakan semirip mungkin dengan lingkungan kerja yang sebenarnya. Contoh lainnya,
6
pelatihan juga bisa dilakukan di tempat yang sangat berbeda dengan lingkungan kerja yang
Definisi yang kedua ini menambahkan informasi tentang fungsi pelatihan pada definisi
pertama, sehingga lebih memperjelas bahwa pelatihan setidaknya terkait dengan perilaku dalam
menghadapi tugas. Yang perlu dipertanyakan apakah hal ini bisa efektif dilakukan tanpa
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman peserta pelatihan, jika pelatih hanya membangun
konsep dan perilaku peserta pelatihan. Namun definisi kedua ini mempersempit lokasi pelatihan,
Definisi ketiga berikut ini yang dikemukakan oleh Dearden (1984) lebih memperjelas
keluasan lingkup istilah pelatihan. Menurutnya, pelatihan pada dasarnya meliputi proses belajar
mengajar dan latihan yang bertujuan untuk mencapai tingkatan kompetensi tertentu, atau
efisiensi kerja. Sebagai hasil pelatihan, peserta diharapkan mampu merespon dengan tepat dan
sesuai situasi tertentu. Seringkali pelatihan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja yang
dengan tujuan mempersiapkan peserta untuk bertindak berdasarkan situasi-situasi yang biasanya
terjadi, serta menerapkannya pada saat melakukan tanggung jawab pekerjaan, baik beban kerja
yang lebih kompleks maupun yang lebih sederhana. Sebagai suatu pendekatan pembangunan di
bidang pendidikan, pelatihan memiliki ciri-ciri yang khas, antara lain seperti yang diungkapkan
oleh Philips H. Coombs dan Manzoer Ahmed, melalui karyanya "Memerangi Kemiskinan di
Pedesaan Melalui Pendidikan Nonformal". Mereka menyatakan bahwa ciri khas pelatihan
sebagai suatu pendekatan pembangunan adalah sebagai berikut: diusahakan sedapat mungkin
untuk menyesuaikan bahan pengajaran dengan pola budidaya dan keadaan lingkungan di
7
kampung halaman peserta; seluruh kursus diselenggarakan sesuai dengan suatu siklus penuh
untuk budi daya bersangkutan bagian terbanyak dari masa pelajaran untuk kerja praktik;
pelajaran di ruang kelas dititik-beratkan pada diskusi dalam kelompok kecil daripada ceramah.
Terkait dengan ini Eddie Davies, (2005), dalam bukunya The Art of Training and Development,
mendeteksi permasalahan yang dihadapi saat ini dan tuntutan masa yang akan datang, khususnya
mencoba memahami dan mengidentifikasi kesenjangan calon peserta agar rancangan pelatihan
dapat menutup kesenjangan tersebut. Mengembangkan garis besar program pelatihan, yaitu
rencana induk yang disusun secara hierarkis dan sekuensial. Memilih metode dan media, yaitu
strategi dan perangkat pembelajaran yang aplikatif atau mudah digunakan dan efektif dalam
menghantarkan pesan pembelajaran. Menyiapkan panduan bagi pemimpin yang meliputi rencana
sesi, handouts dan storyboard. Melakukan ujicoba sesi pelatihan, yaitu menerapkan rancangan
pada target yang terbatas untuk mendeteksi sedini mungkin hal-hal yang menyebabkan
kegagalan pelatihan, misalnya ketepatan waktu, penafsiran yang berbeda, dan lain-lain.
Melaksanakan sesi pelatihan, dengan tetap melakukan pemantauan untuk dapat mendeteksi
apakah pelaksanaan kegiatan merujuk pada rencana yang telah disusun atau tidak. Melakukan
tindak lanjut pelatihan, agar hasil pelatihan dapat diimplementasikan oleh peserta sekembalinya
ke tempat kerja.
8
B. KONSEP KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif (Suryana,
2000). Istilah kewirausahaan berasal dari terjemahan "Entrepreneurship", dapat diartikan sebagai
"the backbone of economy", yang adalah syaraf pusat perekonomian atau pengendali
memulai suatu usaha atau suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda.
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang
keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan
memelihara usaha baru. Dalam konteks bahasa Indonesia, kewirausahaan berasal dari kata "wira"
yang berarti berani, gagah, utama atau perkasa dan "usaha" yang berati perbuatan yang dilakukan
untuk mencapai keinginan atau tujuan. Dengan kata lain, kewirausahaan adalah pola tingkah laku
manusia yang gagah dan berani untuk mencapai suatu keinginan atau tujuan.
Kewirausahaan juga dapat diartikan sebagai mental dan sikap jiwa manusia yang selalu
aktif untuk berusaha meningkatkan hasil karyanya dalam rangka meningkatkan pengahasilannya
secara ekonomis. Suatu proses yang dilakukan oleh seseorang untuk mengejar peluang-peluang,
memenuhi kebutuhan hidupnya dan mencapai keinginannya yang dijalani melalui proses inovasi
Proses dinamis untuk menciptakan kemakmuran Proses untuk menciptakan sesuatu yang lain
dari orang lain, dengan menggunakan waktu dan kegiatan yang efektif Semangat, sikap, tingkah
laku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada
9
upaya cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan layanan yang lebih baik dan menghasilkan keuntungan yang besar. Sedangkan
istilah kewirausahaan yang terdapat dalam kamus bisnis, dianalisa dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan fungsional dan pendekatan kewirausahaan sisi penawaran (sumber psikologis dan
sosiologis).
merupakan suatu pola tingkah laku manajemen yang terpadu, Kewirausahaan adalah upaya
pemanfaatan peluang- peluang yang tersedia tanpa mengabaikan sumber daya yang dimilikinya.
Oleh karena itulah, kewirausahaan selalu tak terpisah dari kreativitas dan inovasi, Inovasi
tercipta karena adanya daya kreatifitas yang tinggi. Kreatifitas adalah kemampuan untuk
membawa sesuatu yang baru ke dalam kehidupan. Kreatifitas merupakan sumber yang penting
dari kekuatan persaingan, karena lingkungan cepat sekali berubah. Untuk dapat memberikan
tanggapan terhadap perubahan tersebut, manusia harus kreatif. Pemikiran kreatif merupakan
motivator yang sangat besar karena membuat orang tertarik pada pekerjaannya. Pemikiran kreatif
juga memberikan kemungkinan bagi setiap orang untuk mencapai keinginan dan tujuan dalam
hidupnya. Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang
wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan
Sikap dari seorang wirausaha yang utama adalah tidak tergantung kepada orang lain. la
percaya bahwa pengetahuan, keterampilan dan waktu adalah modal utama untuk meraih
keberhasilan. Bantuan dari orang lain, hanya diperlukan jika memang suatu pekerjaan sudah
tidak dapat dilakukannya sendiri. Seorang wirausaha harus memiliki sikap dan mental sebagai
berikut: Penuh Perhitungan dan Berdaya Cipta menjadi seorang wirausaha, salah satunya
10
memerlukan sikap penuh perhitungan. Sikap ini diperlukan karena dalam berwirausaha harus
tumbuh sikap sikap berani menghadapi tantangan.Jika keberanian menghadapi tantangan tidak
diawali dengan sikap penuh perhitungan, bisa jadi hasil yang akan didapatkan hanyalah
kegagalan. Sikap penuh perhitungan dapat dimiliki jika membiasakan diri untuk bertindak
teliti/kritis, hemat dan memilih kegiatan yang beresiko rendah. Tangguh Seorang wirausaha
harus bersikap tangguh, mereka pantang mundur/menyerah pada keadaan, tidak mudah puas
terhadap prestasi yang telah dicapai. la ingin mencapai prestasi yang lebih baik, ingin lebih maju
Orang yang bersikap tangguh memiliki beberapa sifat, antara lain percaya diri, ulet,
tekun, rajin dan sabar, berani bersaing. Berdaya cipta Sikap berdaya cipta seorang wirausaha,
antara lain:
1. Berprakarsa (inisiative), atau disebut juga berusaha, maksudnya adalah suatu tekad atau
orang lain dan mampu menerima kritik dari orang lain demi kemajuan.
jalan keluar jika menghadapi kesulitan dalam berusaha dengan cara melihat dari berbagai
sisi. Bertanggung Jawab Sikap tanggung jawab adalah sikap yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha. Salah satu kunci keberhasilan seseorang dalam berusaha adalah
adanya sikap bertanggung jawab dan jujur yang akan tercermin pada perkataan dan
11
perbuatannya.Dalam ajaran Islam, ada beberapa sifat atau karakteristik yang harus
C. KONSEP PEMUDA
Definisi pemuda, setidaknya memiliki tiga unsur atau tiga sudut pandang, yaitu
menyangkut batasan usia pemuda sifat atau karakteristik pemuda, dan tujuan dari aktivitas
kepemudaan. Secara biologis, yang digolongkan pemuda adalah mereka yang berumur antara 15
sampai dengan 30 tahun. Dari segi psikologis, kematangan seorang pemuda dimulai pada usia 21
tahun, sedang batasan manusia muda sebagai generasi penerus generasi terdahulu menentukan
dengan tingkatan usia yang terjadi pada setiap manusia, maka pemuda dapat digolongkan kepada
tingkatan diantara akhir masa remaja sampai dengan akhir dewasa awal, atau dengan kategori
usia berada antara umur 18 hingga 40 tahun. Berdasarkan letaknya yang berada di antara akhir
masa remaja sampai akhir dewasa awal, maka pemuda memiliki ciri-ciri yang secara positif dan
2. Kematangan emosional,
12
4. Banyak masalah,
5. Keterasingan sosial
potensi bangsa secara menyeluruh sehingga terdapat suatu konsistensi secara nasional (big push).
1. Mereka menjadi incaran pemasaran hasil industri (segmen pasar yang potensial). Segmentasi
ini cenderung dikembangkan oleh pasar, sehingga anak muda menjadi suatu subkultur yang
berbeda dengan kultur orang dewasa. Hal ini bisa memperbesar gejala "generation gap".
2. Strategis dan khas secara budaya dan kondisi fisik serta emosional
13
BAB III
sikap dan keterampilan tentang kewirausahaan yang diperuntukkan bagi para pemuda, agar
pelatihan dapat mencapai tujuan yang diharapkan dan sesuai dengan karakter kelompok sasaran
serta keluaran yang akan dihasilkan. Terdapat tiga jenjang pelatihan, yaitu
a. Jenjang
b. Komponen
c. PKP-TD PKP- TL
d. PKP-TP
e. Kelompok Sasaran
PKP-TD ditujukan bagi para pemuda yang memiliki minat berwirausaha atau pemuda
yang baru memulai berusaha dengan skala modal 1 (satu) juta sampai dengan 10 (sepuluh)
juta.PKP-TD ditujukan bagi para pemuda yang memiliki minat berwirausaha dan telah
14
melakukan bisnis dengan skala modal 11 juta sampai dengan 30 juta. PKP-TD ditujukan bagi
para pemuda yang memiliki minat berwirausaha dan telah memiliki usaha/ bisnis dengan skala
tujuan dan proses optimalisasi potensi diri dan lingkungannya bagi peningkatan taraf
hidupnya, mampu menetapkan jenis usaha yang sustainable dan profitable melalui
tujuan dan proses optimalisasi potensi diri dan lingkungannya bagi peningkatan taraf
hidupnya, mampu menetapkan jenis usaha yang sustainable dan profitable melalui
d. Peserta Pelatihan Menguasai cara melakukan akses informasi dan pasar serta
teknologi, cara pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta
pembuatan rencana bisnis atau studi kelayakan yang diperlukan pemuda agar lebih
siap dalam pengelolaan usaha yang sedang akan dilaksanakan Materi (minimal)
g. Dasar-dasar kewirausahaan;
15
h. Konsep diri pemuda:
q. Pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta pembuatan rencana
digunakan
Metode
a. Ceramah..
b. Bermain peran/simulasi.
c. Diskusi.
d. Penugasan/Projeck work.
f. Observasi/Pengamatan.
g. Presentasi.
16
h. Permainan bisnis (business game)
sesuatu.
j. Pembekalan Teknis
o. Penanaman Sikap,
p. Pembukaan Wawasan,
Keluaran
masing-masing peserta, naskah rancangan tujuan dan proses peningkatan income, dan focus jenis
usaha peningkatan income. Daftar potensi diri dan lingkungan, naskah rancangan tujuan dan
proses peningkatan income, focus jenis usaha, naskah analisis usaha, naskah perencanaan usaha,
pelaksanaan usaha dan pengadministrasian usaha, prosedur teknis produksi komoditas usaha.
17
Daftar lembaga dan cara melakukan akses informasi dan pasar serta teknologi, naskah
cara pembentukan kemitraan usaha, strategi dan etika bisnis, serta naskah rencana bisnis atau
Waktu
Sarana belajar yang digunakan dalam pelatihan kewirausahaan pemuda ini, adalah:
3. Modul pelatihan
4. Perlengkapan pelatihan antara lain: OHP, papan tulis, pengeras suara, clip board, spidol, kertas
lebar, 40 kursi.
5. Ruang belajar
peserta, daftar hadir (peserta, fasilitator, panitia), format penilaian kinerja fasilitator dan
peyelenggaraan pelatihan.
18
D. TEMPAT DAN WAKTU
wirausaha pemuda (misalnya, kelompok usaha pemuda produktif/ KUPP). Sedangkan waktunya
disesuaikan dengan perputaran musim (jika terkait dengan pengembangan komoditas) dan
1. Penyelenggara
Penyelenggara pelatihan terdiri atas pegawai dinas pendidikan/ pemuda provinsi dan
kabupaten/kota yang ditetapkan oleh kepala dinas pendidikan/ pemuda provinsi. Susunan
19
2) menyelesaikan tugas administrasi dan persuratan dalam hubungannya dengan
penyelenggaraan pelatihan;
4) menyusun laporan.
2. Pelatih
a. Pelatih ditetapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan/Pemuda sejumlah sesuai kebutuhan, dengan
kualifikasi minimal:
perdesaan.
20
b. Pelatih bertugas antara lain bekerjasama di antara sesama pelatih, bekerjasama dengan
penyelenggara dan peserta, menyusun modul pelatihan, mengelola pembelajaran, menilai proses
c. Pelatih diusahakan dari lembaga pemerintah, lembaga keuangan dan lembaga. usaha dan
industri guna memperlancar proses tindak lanjut pelatihan berupa pembinaan implementasi hasil
3. Peserta
Peserta pelatihan terdiri atas peserta program/ kegiatan kewirausahaan pemuda atau
kelompok usaha pemuda produktif dan sejenisnya, diutamakan yang dibina/ didampingi oleh
peserta program Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan (SP-3). Setiap kelas/ angkatan
tidak lebih dari 40 (empat puluh) peserta. Peserta harus memiliki minat berwirausaha dan telah
F. LANGKAH-LANGKAH PENYELENGGARAAN
berikut :
pelatihan. Identifikasi kebutuhan pelatihan dimaksudkan untuk mencari dan menetapkan jenis-
jenis kemampuan wirausaha yang harus dimiliki pemuda peserta pelatihan, yang selanjutnya
21
diterjemahkan kedalam materi-materi pelatihan. Fungsi identifikasi dalam hal ini adalah
khusus dan utama ditujukan untuk menetapkan jenis komoditas usaha yang menguntungkan
dilihat dari berbagai aspek, terutama aspek pengembangan kepemudaan dan ekonomi masyarakat
desa. Oleh karena itu, identifikasi perlu diawali dengan menelaah rencana pengembangan
perekonomian daerah yang tercakup dalam dokumen rencana strategis pembangunan daerah.
Setelah jelas lokasi pengembangan ekonomi produktif yang ditetapkan, maka selanjutnya
ditugaskan pada lokasi tersebut. Juga program-program lainnya yang memiliki mainstream
pengembangan ekonomi produktif di lokasi tersebut. Hal lain yang perlu diidentifikasi adalah
yang meliputi tenaga ahli (pelatih dan narasumber), permodalan, bantuan sarana, teknologi dan
kelembagaan.
Desain pelatihan merupakan bagian dari gran desain (Grand Design) pengembangan
kewirausahaan pemuda yang dijabarkan dari rencana pengembangan ekonomi daerah. Oleh
karenanya, penyusunan desain pelatihan perlu memperhatikan tujuan dan target yang terdapat
pada gran desain di atas. Desain pelatihan mencakup gagasan dan rencana kerja pelatihan yang
berorientasi pada pengembangan kewirausahaan pemuda. Dalam konteks ini. pelatihan diartikan
bukan hanya pembelajaran dalam kelas, tetapi termasuk juga pembimbingan dan pendampingan
22
di alam kerja/lapangan. Juga mencakup tiga tahap (level) pelatihan seperti tersebut di atas.
a. Latar belakang, yang menguraikan data dan alasan mengapa diperlukan. pelatihan
e. Materi pelatihan menguraikan tentang materi atau substansi yang akan dilatihkan
yang telah dirancang dalam tujuan pelatihan. Materi pelatihan berkisar pada kebijakan-
f. Materi pelatihan disusun dalam sesi-sesi yang sikuentif dan sistematis dengan alokasi
g. Metode dan teknik pelatihan; menguraikan tentang metode pelatihan yang akan
23
adalah pembelajaran di kelas, pembiasaan dan pelatihan di lapangan melalui belajar dari
i. Sarana dan prasarana pelatihan; menguraikan tentang gedung tempat latihan dan alat-
alat, perlengkapan serta media-media belajar yang akan digunakan dalam pelatihan.
j. Pelatih dan Panitia, menguraikan tentang kualifikasi dan tugas pelatih serta panitia.
Pelatih dipilih dari lembaga atau individu yang kompeten di bidangnya serta memiliki
jaringan yang kuat dan luas tentang permodalan, pemasaran danbantuan teknis usaha
k. Peserta pelatihan; menguraikan tentang profil, kualitikasi dan tugas peserta pelatihan.
Juga mencakup jumlah dan asal daerah/ lembaga peserta. Dirancang pula
lapangan.
L. Waktu dan Tempat pelatihan; menjelaskan tentang lokasi pelatihan berikut nama
tempat dan alamatnya, lama waktu pelatihan, mulai tanggal berapa, bulan apa sampai
yang akan dilakukan, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian serta tindak
24
lanjut. Tahap-tahap kegiatan tersebut diuraikan dalam jadwal kerja pelatihan. Jadwal
kegiatan tersebut.
N. Biaya; menguraikan tentang pos-pos pembiayaan dan jumlah biaya serta sumber
pembiayaan.
Kurikulum pelatihan disusun sebagai penjabaran tujuan dan materi pelatihan yang
tercantum dalam desain. Kurikulum disusun dalam bentuk matrik Garis Besar Program Pelatihan
b. Tujuan pembelajaran
d. Metode belajar
e. Media belajar
g. Waktu,
pelatihan, yang berfungsi memandu pelatih dan panitia dalam memproses pembelajaran dalam
pelatihan. Kurikulum akan menjelaskan tentang urutan. materi-materi, apa yang harus dilakukan
25
pelatih, apa isi bahan belajar yang harus disiapkan pelatih, dan rangkaian antarkeluaran dari
Bahan belajar perlu disiapkan oleh panitia penyelenggara pelatihan, dengan cara pertama
menetapkan nama-nama pelatih yang dilibatkan dalam pelatihan; kedua melakukan diskusi
dengan seluruh pelatih untuk mengorientasi mereka tentang pelatihan kewirausahaan pemuda
yang akan dilaksanakan dan peran mereka dalam pelatihan tersebut; ketiga meminta tiap pelatih
bertanggung jawab terhadap materi yang ditugaskan kepadanya, termasuk menyiapkan bahan
belajar dan alat evaluasi. Dalam hal pembuatan bahan belajar perlu disepakati format dan
Hal-hal yang perlu dipersiapkan berkenaan dengan pelatihan, setelah desain, kurikulum dan
bahan belajar ada adalah yang terkait dengan akomodasi, logistik dan persuratan. Paling tidak
pemuda :
a. penyiapan tempat pelatihan, termasuk tempat menginap (jika dirancang untuk menginap),
1) surat panggilan untuk peserta pelatihan. Dalam surat ini minimal harus tercakup
tentang nama pelatihan, waktu dan tempat pelatihan, jadwal pelatihan, persyaratan
26
2) surat undangan pembukaan pelatihan untuk pejabat dan mitra serta pelatih dan
narasumber:
peserta pelatihan;
7) blanko pendaftaran.
c. pengadaan alat tulis kantor (ATK) pelatihan dan perlengkapan keperluan peserta dan
f. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengecek dan memeriksa segala kelengkapan peralatan
dan bahan serta kesiapan tenaga pelatih, panitia dan narasumber. Melalui kegiatan ini
dapat diketahui dan diambil tindakan untuk hal-hal yang diketahui masih belum optimal
disiapkan.
6. Melaksanakan Pelatihan
pelatihan kepada peserta, mengadakan test awal, mengolah dan menginformasikan hasil test awal
kepada pelatih, mengatur pelatih sesuai jadwal, memantau proses pembelajaran yang dikreasikan
pelatih, mengondisikan review harian untuk menilai kemajuan pembelajaran, menilai proses dan
27
hasil pelatihan, merancang kegiatan tindak lanjut, dan diakhiri dengan upacara penutupan serta
7. Menyusun Laporan
dan hasil penyelenggaraan pelatihan kepada pihak- pihak yang berkompeten. Laporan
seyogyanya disusun bersamaan pada saat pelaksanaan pelatihan, sehingga diharapkan pada saat
Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang, tujuan, dasar dan ruang lingkup laporan
seperti tujuan, sarana, peserta, pelatih, waktu, tempat, biaya dan sebagainya.
Bab III Proses dan Hasil Pelatihan, menguraikan tahapan-tahapan penyelengga- raan pelatihan
berikut hasil yang diperolehnya, baik hasil per tahapan maupun hasil akhir pelatihan.
Bab IV Kesimpulan dan Saran, menguraikan masalah-masalah yang muncul dan usaha-usaha
pemecahannya, kesimpulan pelatihan dan saran-saran yang diajukan untuk memperbaiki hasil
pelatihan di lapangan dan penyelenggaraan pelatihan serupa di masa yang akan datang. Laporan
juga perlu menampilkan profil peserta, pelatih dan panitia serta gambaran kurikulum dan bahan
belajar yang diberikan dalam pelatihan. Hal-hal tersebut ditampilkan dalam lampiran.
28
8. Menyusun Rencana
implementasi hasil pelatihan oleh peserta di lapangan. Kegiatannya berupa pembimbingan dan
pendampingan terhadap peserta dengan area dampingan meliputi pembiasaan prilaku wirausaha,
perencanaan usaha, pembukuan usaha, membangun dan menjalin kemitraan usaha, pemupukan
modal usaha, kerjasama teknis usaha dan pemasaran hasil usaha. Tindak lanjut pada
kenyataannya dilaksanakan secara kerjasama dengan instansi pemerintah dan lembaga usaha dan
industri serta lembaga keuangan. Oleh karena itu, dalam rancangan tindak lanjut perlu dibangun
G. BIAYA
Sumber biaya berasal dari anggaran pemerintah pusat dan daerah sertaanggaran swasta
yang tidak mengikat. Jumlahnya disesuaikan dengan standar harga satuan setempat. Pos-pos
pembiayaan dan besarannya mengacu pada peraturan dan petunjuk teknis yang dikeluarkan
pemerintah.
1. Pemantauan
pelatihan, Pemantauan adalah kegiatan untuk melihat/ mengamati proses pelatihan, terutama
interaksi peserta dengan peserta, peserta dengan pelatih, pelatih dengan pelatih dalam
29
pembelajaran dan pengaktualisasian sikap dan perilaku wirausaha. Pemantauan dilaksanakan
oleh petugas khusus dari kepanitiaan dengan menggunakan alat/ instrument yang telah disiapkan
sebelumnya. Instrumen pemantauan harus dapat merekam/ mencatat semua kegiatan yang
2. Penilaian
Penilaian secara sederhana dapat dimaknai suatu usaha membandingkan antara kenyataan
yang terjadi dengan proses atau tujuan pelatihan yang telah dicanangkan. Dalam pelatihan
kewirausahaan pemuda penilaian dilakukan terhadap pencapaian tujuan-tujuan tiap mata latih
dan tujuan akhir pelatihan. Untuk menilai kemampuan/ pemahaman awal peserta terhadap
materi-materi pelatihan dapat dilakukan dengan pre test. Penilaian perlu dirancang dengan
menggunakan instrument dan petugas yang adil. Oleh karena itu, penilaian perlu menggunakan
indicator dan ukuran yang tegas dan jelas. Teknik-teknik penilaian yang digunakan meliputi test
dan portopolio. Secara urutan penilaian dilakukan setelah hasil pemantauan diperoleh.
3. Pembinaan
Pembinaan adalah usaha untuk memperbaiki proses pelatihan dan pencapaian tujuan
pelatihan yang tidak sesuai dengan scenario pelatihan yang dirancang. Pembinaan dilakukan
secara rutin harian atau insidental. Pembinaan harian berupa pertemuan panitia, pelatih untuk
mereview hasil dan proses pelatihan untuk kemudian memperbaikinya dengan rencana-rencana
perbaikan yang disepakati. Pembinaan pelatihan kewirausahaan pemuda juga dilakukan dalam
implementasi hasil pelatihan oleh peserta di lapangan nyata dalam bentuk pendampingan.
30
4. Pelaporan
Mengelola data dan melaporkan hasil pemantauan, penilaian dan pembinaan selama
proses pelaksanaan pelatihan kewirausahaan pemuda dan hasil nyata yang dinikmati oleh peserta
pelatihan merupakan inti kegiatan pelaporan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang dari tingkat
I. TINDAK LANJUT
Setelah laporan selesai disusun, maka kegiatan berikutnya adalah merencanakan dan
Kegiatan ini dilakukan minimal 4 (empat) bulan setelah pelatihan dilaksanakan, bertujuan
untuk mengukur dan menilai apakah pelatihan yang telah dilakukan mempunyai dampak
terhadap penguasaan kewirausahaan pemuda dan terhadap pendapatan pemuda dan masyarakat
sekitarnya. Dampak ini bisa bersifat negatif dan positif. Evaluasi dampak dilakukan oleh tim
Sejak penilaian akhir pelatihan, tingkat penguasaan materi pelatihan oleh masing-masing
peserta telah diketahui, Bahkan setelah dilakukan evaluasi dampak makin jelas siapa-siapa yang
harus dibina lebih lanjut pasca pelatihan dan siapa-siapa yang harus diberikan perlakuan khusus.
Oleh karena itu. bimbingan teknis kepada setiap peserta menjadi mutlak dilakukan, agar terjamin
31
proses implementasi hasil peltihan oleh peserta, yang pada akhirnya terjamin pula terciptanya
Salah satu pembinaan pasca pelatihan kewirausahaan adalah pemberian bantuan modal,
karena wirausahawan pemula sangat membutuhkannya. Oleh karena itu, skema pembantuan
modal perlu dirancang sebagai bagian tidak terpisahkan dalam sistem penyelenggaraan pelatihan
kewirausahaan pemuda.
Hal penting lainnya untuk pembinaan paska pelatihan terhadap alumnus pelatihan
kewirausahaan pemuda adalah menciptakan iklim kondusif bagi penguatan jaringan pemasaran
32
BAB IV
PENUTUP
RANGKUMAN
Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki
kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif
pedoman ini benar-benar memberikan petunjuk atau acuan bagi para penyelenggara pelatihan di
daerah, sehingga tujuan menggerakkan GNKP yang salah satunya melalui pelatihan dapat
penyesuaian dan modifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi daerah yang menyelenggarakan,
dengan tidak mengurangi sedikit pun tujuan pelatihan yang tercantum di dalam pedoman
Tujuannya
1. Untuk menanamkan sikap dan perilaku sebagai seorang wirausaha yang memiliki etika.
Manfaat setelah melalui pelatihan kewirausahaan ini diharapkan peserta memiliki kemampuan:
• Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dijiwai oleh semangat wirausaha mandiri.
33
•Kesiapan bekerja, berusaha, dan bermitra usaha yang dijiwal oleh semangat wirausaha.
UJI KOMPETENSI
PILIHAN GANDA
1. Dalam pemberian nama usaha yang kita jalankan harus berpikir ke depan karena?
2.Yang bukan salah satu alasan kegagalan pebisnis saat menjalankan bisnis adalah?
a. Kekurangan modal
d. Pemasaran hilang
e. Pelatihan kepemimpinan
34
3.Inovatif, kreatif, fleksibel memiliki banyak sumber serbaguna Ini adalah karakter
memiliki?
a. Yakin
d. Memandang ke depan
e. Orisinalitas
pedoman ini benar-benar memberikan petunjuk atau acuan bagi para penyelenggara pelatihan di
daerah, sehingga tujuan menggerakkan GNKP yang salah satunya melalui pelatihan dapat
dicapai lebih cepat. Apakah kamu telah memahami tentang pentingnya pelatihan kewirausahaan
? Apabila kamu telah menguasai materi yang di peroleh pada kegiatan pelatihan kewirausahaan,
kamu dapat mendalami dengan menambah wawasan dan mengimplementasi pada kehidupan
35
DAFTAR PUSTAKA
BPKB Jayagiri, Depdikbud. (1999). Pelatihan Tutor Bidang Studi Paket B Terpadu
Eddie Davies. (2005). The Art of Training and Development, The Training Manager's a
Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga RI. (2005). Rencana strategis tahun 2005-
2009, Jakarta.
Malcolm Tight. (2002). Key Concept in Adult education and training 2nd Edition,
36