https://vecteezy.com
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
hanya dengan perkenan-Nya buku Strategi City Branding ini dapat
diselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Pengantar........................................................................................................................iii
Daftar Isi...........................................................................................................................v
Daftar Gambar..............................................................................................................vii
Daftar Tabel.................................................................................................................viii
I. Hal Ihwal City Branding......................................................................................1
1.1 Apakah City Branding?..................................................................................1
1.2 Definisi City Branding....................................................................................3
1.3 Sejarah Perkembangan Kajian City Branding................................................6
1.4 Signifikansi City Branding.............................................................................9
1.5 Contoh City Branding yang Sukses............................................................10
1.6 Bagaimana membuat City Branding.............................................................13
1.7 Stakeholder Penyusunan City Branding.....................................................20
II. Menyusun City Branding..................................................................................23
2.1 Analisis SWOT Potensi Daerah..................................................................27
2.2 Blueprint........................................................................................................31
2.3 Strategi Branding..........................................................................................34
2.4 Strategi Komunikasi.....................................................................................36
2.5 Implementation..............................................................................................38
III. Branding dan Marketing Kota…...................................................................43
3.1 Place Marketing.............................................................................................43
3.2 Place of Origin Branding.............................................................................44
3.3 Nation Branding............................................................................................44
3.4 Destination Branding.....................................................................................45
3.5 Culture/Entertainment Branding....................................................................50
3.6 Place/City Branding.......................................................................................50
3.7 Integrated Marketing Communication (IMC)..............................................54
3.8 Regional Branding.........................................................................................57
IV. Pemanfaatan Potensi Budaya dan Alam.........................................................59
vi Daftar Isi
Bab 1
HAL IHWAL CITY
BRANDING
Penggunaan slogan dan logo baru sebagai salah satu komponen city
branding pada akhirnya menjadi sebuah trend dan menjadi kebutuhan
mendesak bagi sebagian besar kota di Indonesia. Sebagai
konsekuensinya pemerintah selaku pemegang dan pelaksana
kebijakan, sering kali
Hal Ihwal City 3
(http://blog.unnes.ac.id/rahinadkv/2016/04/01/peran-akademisi-dalam-
kontruksi-city-branding/ Diakses pada 14 Januari 2019)
2. Memperbaiki citra
Citra suatu kota yang sudah dinilai buruk oleh pengunjung
maupun penduduk kota sendiri, cukup sulit suatu kota memiliki daya
tarik bagi pihak yang berkepentingan, namun salah satu strategi
mengembalikan citra positif kota yaitu dengan city branding yang
diimbangi dengan
1 Hal Ihwal City
5. Meningkatkan perdagangan
Melalui penerapan city branding suatu kota akan dikenal luas
oleh masyarakat baik itu di dalam negeri maupun luar negeri. Maka
akan tercipta suatu transaksi yang dilakukan oleh pihak eksternal
kota maupun pihak internal kota yang menyebabkan terjadinya
peningkatan perdagangan.
Mapping Survey
Membangun city branding yang kuat dibutuhkan perencanaan yang
matang. Gelder (2003) menyebutkan ada beberapa langkah utama dalam
membangun dan merencanakan city branding yaitu mapping survey,
langkah ini meliputi survei persepsi dan ekspektasi tentang suatu daerah,
baik dari masyarakat daerah itu sendiri maupun pihak-pihak luar yang
mempunyai keterkaitan dengan daerah itu.
Stakeholders
Internal Eksternal
1. Pemerintah Kota 1. Pemerintah Pusat/Propinsi
2. Disbudpar/dinas terkait 2. Calon investor
3. Pelaku UMKM & pelaku bisnis, 3. Wisatawan asing dan
terutama produsen produk khas domestik
kota (City of Origin) 4. Calon pendatang potensial
4. Akademisi (pelajar maupun pekerja)
5. Agamawan 5. Distributor/retailer luar
6. Seniman/budayawan kota untuk produk khas
7. Travel agent, pengelola wisata & kota.
Hospitality 6. Pemasok bahan baku dari
8. Organda luar kota
9. Komunitas lokal 7. Luar negeri
10. Media massa lokal 8. Dsb.
11. Masyarakat pada umumnya.
12. Dsb.
Bab 2
MENYUSUN CITY
BRANDING
1. Mapping Survey
Membangun city branding yang kuat dibutuhkan perencanaan yang
matang. Gelder (2003) menyebutkan ada beberapa langkah utama dalam
membangun dan merencanakan city branding yaitu mapping survey,
langkah ini meliputi survei persepsi dan ekspektasi tentang suatu daerah,
baik dari masyarakat daerah itu sendiri maupun pihak-pihak luar yang
mempunyai keterkaitan dengan daerah itu.
2 Menyusun Strategi City
2. Competitive Analysis
Competitive analysis adalah melakukan analisis daya saing, baik
level makro maupun mikro daerah itu sendiri. Analisis SWOT pada
dasarnya merupakan identitas berbagai faktor dan unsur penentu
pembangunan suatu institusi secara sistematis untuk melakukan evaluasi
kondisi lingkup kegiatan bersangkutan dan selanjutnya dapat pula
digunakan untuk merumuskan strategi pembangunan institusi yang
tepat sesuai dengan kondisi dan potensi yang dimilikinya. Dalam
penerapannya, institusi yang dimaksud disini dapat berbentuk
perusahaan atau dinas dan instansi pemerintah.
dapat muncul dalam bentuk kesuburan tanah yang lebih baik, potensi
sumber daya alam yang lebih besar, kualitas pendidikan yang lebih
baik, kondisi keuangan yang lebih mapan dan lain-lainnya.
Hasil dari analisis SWOT akan berupa ragam objek atau keadaan
internal dan eksternal yang menjadi faktor kunci pencapaian tujuan
organisasi atau wilayah, peta posisi organisasi terhadap lingkungannya
serta gambaran alternatif pilihan strategi umum yang sesuai umtuk
dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran-sasaran organisasi selama 3 –
5 tahun ke depan.
Menyusun City 2
a) Strengths
(Kekuatan) Kondisi
:
Kota Bandung merupakan kota yang strategis yang mudah
dikunjung oleh siapa saja.
Kota Bandung mampu memadukan antara modernisasi dengan
tradisi.
Masih banyak pohon-pohon yang menghiasi jalan di Kota
Bandung sehingga menambah keindahan kota dan masih
memberikan suasana kesejukan dibanding kota lain.
Di beberapa wilayah Kota Bandung, bangunan bersejarahmasih
dijaga dengan baik, sehingga jika kita berada di tempat tersebut
bisa memberikan atmosfir yang berbeda seakan kembali pada
zaman Bandung tempo dulu.
Biaya hidup di Kota Bandung lebih terjangkau.
Ekonomi :
Kota Bandung sudah memiliki perekonomian yang kuat.
Fasilitas :
2 Menyusun Strategi City
Masyarakat:
Masyarakat Kota Bandung yang ramah, sopan, dan mudah
untuk bersosialisasi menambah kenyamanan kota ini.
Banyak terdapat komunitas kreatif yang dilahirkan anak muda
Bandung, yang telah melahirkan banyak prestasi untuk
mengharumkan nama Kota Bandung.
b) Weakness
(Kelemahan) Kondisi
:
Jalan-jalan di Kota Bandung mulai padat sehingga
menimbulkan kemacetan lalu lintas dan mengganggu
kenyaman dan keteraturan kota.
Menyusun City 2
Fasilitas :
Kurangnya perawatan untuk taman-taman kota seperti di
Taman Lansia, Taman Maluku, Taman Dewi Sartika, dan lain
sebagainya.
Kurangnya ruang publik di Kota Bandung yang dapat
menyeimbangkan suasana kota sehingga kota menjadi aman
dan nyaman.
Sarana dan prasarana yang ada di Kota Bandung masih belum
memadai.
Masyarakat :
Kurangnya kepedulian masyarakat Kota Bandung dalam
melestarikan budaya Kota Bandung misalnya saja Bahasa
Sunda yang kini kian pudar.
Masyarakat Kota Bandung belum sepenuhnya mengetahui
potensi yang dimiliki Kota Bandung, sehingga perlu
diperkenalkan kembali untuk menambah kecintaan terhadap
Kota Bandung.
3 Menyusun Strategi City
c) Opportunities (Peluang)
Kota Bandung bisa menjadi kota percontohan dalam bidang
kuliner, fashion dan bidang kreatifitas lain.
Kota Bandung bisa go international jika ada kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat Kota Bandung dalam membenahi
Kota Bandung kearah lebih baik.
Kota Bandung bisa mengembalikan kenyamanan dan
keteraturan seperti tempo dulu jika pemerintah membuat ruang-
ruang publik yang dapat dinikmati masyarakat dan membuat
peraturan tegas terhadap segala tindakan yang mengancam
kenyamanan, keamanan, dan keteraturan Kota Bandung.
Kota Bandung bisa menjadi kota yang mewadahi kreatifitas
semua kalangan masyarakat.
Kota Bandung memiliki banyak sumber daya manusia yang
berkualitas yang dapat meningkatkan perekonomian kota.
d) Threat (Ancaman) :
Kota Bandung terancam kehilangan karakter karena pengaruh
dari perkembangan kota yang pesat yang mendorong
masyarakat untuk terus berubah namun tidak diimbangi dengan
pelestarian budaya.
Banyaknya wisatawan yang datang mengunjungi Kota
Bandung, bisa menjadi sebuah ancaman untuk Kota Bandung
yang membuat masyarakat Kota Bandung tidak merasa
Menyusun City 3
2.2 Blueprint
Blueprint adalah penyusunan cetak biru atau grand design daerah
yang diinginkan, baik logo, semboyan, "nick names", "tag line", dan
lain sebagainya beserta strategi branding dan strategi komunikasinya.
(Wibawanto, Wandah. 2015. Peran Akademisi dalam Konstruksi City
Branding. Semarang: Universitas Negeri Semarang).
Sebagai contoh kita akan menganalisis city branding pada
Kabupaten Trenggalek. Berdasarkan tiga karakteristik Kabupaten
Trenggalek, yaitu pantai, dataran tinggi dan turonggo yakso akan
didistribusikan ke dalam desain elemen branding. Konsep desain juga
dipengaruhi dengan target audience atau pasar yang akan disasar.
Perilaku masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki interest pada
trend, gaya hidup, pekerja keras, inovatif, dan ketenaran. Dari
karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa target konsumen
memiliki selera yang fun, modern, simpel dan up to date. Konsep tersebut
selanjutnya dijadikan dasar penentuan konsep desain city branding.
Sumber:
ramah yang membuat orang merasa nyaman. Oranye adalah hasil peleburan
merah dan kuning, sehingga efek yang di hasilkan masih tetap sama,
yaitu kuat dan hangat, karena sebab itulah warna ini paling banyak di
pakai untuk menarik perhatian orang. Warna biru memiliki sifat yang
menyegarkan, selain itu warna biru sering di anggap sebagai warna
yang melambangkan kepercayaan dan trustfulness.
Jenis font yang digunakan pada logo memiliki tipe san serif. San
serif berarti huruf yang tidak memiliki sirip pada ujung hurufnya
sehingga memiliki ketebalan huruf yang sama atau hampir sama.
Pememilihan tipe font san serif menimbulkan kesan yang moderen,
kontemporer dan efisien pada sebuah logo. Font yang digunakan pada
logi ini menggunakan font “Harabara” pada tulisan Trenggalek dan font
“Lato” pada tulisan slogan. Harabara memiliki kesan yang moderen
tatapi tidak kaku dan cenderung memiliki kesan fun. Font Lato pada
tulisan slogan memiliki kesan yang profesional sehingga perpaduan
huruf harabara dan lato sangatlah cocok. Kabupaten Trenggalek tidak
memiliki ciri khas khusus yang sangat menonjol dalam aspek pertanian,
perikanan, perkebunan, sosial, budaya, pariwisata dan lain sebagainya.
belum berhasil harus terus mencari dan menemukan fomula yang tepat
untuk mengkonstruksi identitasnya sedangkan yang telah berhasil pun
terus berinovasi (rebranding) demi kelanggengannya. Penting bagi
pemerintah agar mengkomunikasikan secara konsisten tentang eksistensi
suatu kota dan menunjukkan maksud dari suatu brand sebuah kota,
sehingga tidak memunculkan kebingungan masyarakat terhadap brand
sebuah kota melalui city branding.
2.5 Implementation
Kavaratzis (2004) mendeskripsikan 3 bentuk implementasi
komunikasi dalam model city branding, yaitu :
branding sebuah daerah yang sudah diupayakan oleh sebuah daerah justru
tidak memberikan efek yang positif pada suatu kota. (Wibawanto,
Wandah. 2015. Peran Akademisi dalam Konstruksi City Branding.
Semarang: Universitas Negeri Semarang)
Menyusun City 4
Branding dan Marketing 4
Bab 3
BRANDING DAN
MARKETING KOTA
a. Brand Culture
Yang dimaksud dengan Brand Culture adalah bagaimana suatu
Brand Destinasi dapat mencerminkan karakteristik destinasi berdasarkan
aspek budaya masyarakat (kepercayaan, tradisi, ritual, dll) dan aspek
destinasi itu sendiri (situs bersejarah, monumen, situs arkeologi,
bangunan tua, dll). Hal
Branding dan Marketing 4
hanya berupa gambar, namun jenis tulisan dan warna tulisan juga
termasuk ke dalam Brand Logos (and symbols).
f. Brand Slogan
Meskpin tidak selalu ada slogan dalam Brand Destinasi, nyatanya
Brand Slogan dibutuhkan untuk mengkomunikasikan brand secara lebih
persuasif sehingga wisatawan yang asalnya tidak tertarik menjadi tertarik
untuk berkunjung. Brand memegang peranan penting dalam pemasaran
destinasi pariwisata. Memiliki sebuah brand yang mampu
merepresentasikan nilai, budaya, filosofi, harapan masyarakat atau
stakeholder di dalam suatu destinasi tentunya akan sangat berpengaruh
positif terhadap perkembangan pariwisata di destinasi tersebut.
Morgan and Pritchard (2004) menyarankan 5 tahapan untuk
melakukan destination branding dalam merubah image sebuah daerah.
Tabel 1.2 Fase Destination Branding Phase 1 Market investigation,
analysis and strategic recommendations Phase 2 Brand identity
development Phase 3 Brand launch and introduction – communicating
the vision Phase 4 Brand implementation Phase 5 Monitoring,
evaluation, and review Sumber: Morgan, Pritchard, and Pride (2004)
Bab 4
PEMANFAATAN POTENSI
BUDAYA DAN ALAM UNTUK
CITY BRANDING
Visi dan Strategi Visi yang dipilih untuk masa depan kota dan
pengembangan stratgi yang jelas untuk
merealisasikan visi tersebut
adalah untuk menikmati kuliner dan pemandangan alam. Hal ini dapat
menjadi masukan yang potensial untuk dikembangkan.
Dari keseluruhan responden pada dua kali survei (sejumlah 115 orang),
sebanyak 63% menyatakan menikmati kunjungan ke tempat wisata di
Pinrang. Angka ini menunjukkan bahwa kepuasan kunjungan relatif
masih sekitar separuh dari seluruh responden. Ini berarti bahwa potensi
wisata di Pinrang masih memerlukan perbaikan pengelolaan yang lebih
baik dan promosi yang lebih luas.
Potensi yang dapat diidentifikasi dari hasil survei ini adalah bahwa
media sosial adalah wahana yang dapat dimaksimalkan untuk promosi
pariwisata Pinrang. Selain itu, preferensi masyarakat terhadap pariwisata
Pinrang adalah pada kuliner dan menikmati pemandangan.
Kesimpulan sementara untuk potensi ekowisata sebagai strategi city
branding Kabupaten Pinrang, pada saat ini, berdasarkan persepsi
masyarakat adalah tidak ada. Potensi ekowisata yang dapat dijadikan
identitas kota dan kemudian menjadi city branding tidak dapat
dilakukan karena berbagai kekurangan dan kelemahan dalam
pengelolaan sektor pariwisata ini. Namun, perkembangan pengelolaan
pariwisata dan kebijakan pemerintah masih harus dielaborasi untuk
mengetahui kemungkinan-kemungkinan lain berdasarkan adanya peluang
dan hambatan yang harus dihadapi untuk mewujudkan city branding
Kabupaten Pinrang.
City branding Kabupaten Pinrang, menurut para stakeholder, adalah
pada aspek agraris dan bahari. RJPMD 2014-2019 menjelaskan bahwa
Kabupaten Pinrang merupakan bagian dari Sistem Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET) Pare-pare yang merupakan Kawasan
Strategis
Pemanfaatan Potensi Budaya dan 6
Bab 5
SIMPULAN
Daftar Pustaka
Buku:
Agus. Suryono.2004. Pengantar Teori Pembangunan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Anholt, S. (2007). Competitive Idenity: The New Brand Management
For Nations, Cities And Regions. London: Palgrave Macmillan.
Ariando, Valdo. (2015). Destination Branding Kepulauan Seribu: Studi
Kasus Destination Branding Kepulauan Seribu Dalam Upaya
Mengembangkan Destinasi Wisata Bahari Internasional.
Yogyakarta:UGM-Ilmu Komunikasi (S1)
Astuti, Widiana Puji, Andriani Kusumawati. 2018. Upaya Pemasaran
Pariwisata Ponorogo Melalui City Branding dalam Meningkatkan
Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Pada City Branding
Kabupaten Ponorogo dengan Tagline “Ethnic Art Of Java”). Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB). 55(1): 48-58.
Avraham, E. & Ketter, E. (2008). Media Strategies For Marketing Places
In Crisis: Improving The Image Of Cities, Countries, And Tourist
Destinations. Oxford, England: Butterworth Heinemam.
B. T. Indrojarwo, Sabar, and E. Zulaikha. 2010. Visual Design Study of
city branding of Surabaya as a National Creative Industry Center
with MDS Method,” Jurnal City Brand. 1(2): 1-21.
7 Daftar
Journal:
Alaux, Christophe, Serval, Sarah & Zeller, Christelle. (2015). Le Marketing
Territorial Des Petits Et Moyens Territoires: Identite, Image Et
Relations, ́ Gestion Et Management Public, Volume 4 / N° 2, P.
61- 78.
Anholt, S. (2002). Foreword. Journal Of Brand Management, 9(4–5), 229–
239.
Branding ‘Solo, The Spirit of Java’. Jurnal Bumi Indonesia, 1(1): 3.
Braun, Erik. (2008). City Marketing: Towards An Integrated Approach.
(Ph.D. Thesis), Erasmus Research Institute Of Management
(Erim).
7 Daftar
Website:
Agustin, Dara, Puspa. (2015). Analisis SWOT dalam Perencanaan
Wilayah dan Kota Diakses dari
http://www.radarplanologi.com/2015/ 11/analisis-swot-dalam-
perencanaan-wilayah-dan-kota.html pada tanggal 13 Januari 2019.
Daftar 7
TENTANG
TENTANG
TENTANG
TENTANG
I J rt.: 12920
1 1 1 1 1 1 1 1I I I I
9 786027
w w w bane ctd