Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Perkembangan teknologi dalam metode pengajaran di PL

Perkembangan teknologi digital di era revolusi industri 4.0 ini sangat berdampak
terhadap kehidupan manusia yaitu, segala sesuatu dilakukan secara otomatis melalui
perkembangan teknologi internet yang semakin berkembang, sehingga pada umumnya
teknologi dianggap sebagai perpanjangan tangan manusia untuk dapat memanfaatkan alam
dan sesuatu yang ada di sekelilingnya secara lebih maksimal. Dengan demikian, secara
sederhana teknologi bertujuan untuk mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia. Kata
teknologi berasal dari bahasa Yunani yaitu techne yang berarti “keahlian”. Sehingga dalam
hal ini, teknologi merupakan sebuah konsep yang berkaitan dengan jenis penggunaan dan
pengetahuan tentang alat dan keahlian, dan bagaimana ia dapat memberi pengaruh pada
kemampuan manusia untuk mengendalikan dan mengubah sesuatu yang ada di sekitarnya.1

Pada dasarnya yang menciptakan teknologi dan menggunakannya untuk mempermuda


melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari adalah manusia. Namun Allah sama sekali
tidak melarang manusia untuk menciptakan teknologi, menggunakan dan mengembangkan
karena itu merupakan mandat yang Allah berikan kepada manusia untuk mengelolah alam
semesta untuk kebutuhan manusia itu sendiri. Dalam Alkitab dapat dijumpai bahwa teknologi
sudah ada sejak manusia diciptakan. Dalam hal ini, Allah menciptakan manusia menurut
gambar dan rupaNya (Imago Dei) dan memperlengkapi manusia dengan kekuatan berpikir
(rasio) (Kej. 1:27-31)18 dengan tujuan agar manusia berpikir dan mampu menggali potensi
alam untuk memenuhi kebutuhannya. Artinya teknologi yang kita lihat, rasakan, dan
kembangkan saat ini sesungguhnya sudah ada di Alkitab meski tidak secanggih sekarang. 2
Dalam kitab Kejadian kisah air bah, Allah memerintahkan Nuh membuat kapal untuk
menyelamatkan dirinya dan keluarganya dari kebinasaan air bah. Dalam hal ini, kemampuan
Nuh bukan berarti Allah tidak campur tangan dalam menentukan pembangunan kapal
tersebut tetapi Allah menentukan dimensi ruang dalam kapal bahkan bahannya pun Allah
yang menentukan (Kej. 6:14-15). Dalam Kitab Keluaran juga Musa diperintahkan Allah
1
Dyoys A. Rantung, Fredik M. Boiliu, “Teknologi Dalam Pemberlajaran Pendidikan Agama Kristen Yang
Antisipatif Di Era Revolusi Industri 4.0, Vol. 4 No. 1, Jurnal Shanan, 2020, hl.96
2
Drie S. Brotosudarmo, Teladan Kehidupan: Pendidikan Agama KristenReferensi KTSP dengan Kecerdasan
Majemuk, peny. Dien Simiyatiningsih (Yogyakarta: Andi Offset, 2007), 125.
untuk membuat Kemah Suci (Kel. 25:9). Allah sendiri telah menjadi arsitek yang
merencanakan ruang-ruang, dimensi dan bahan untuk kemah suci tersebut (Kel. 25:1-27:21)
dan kemuliaan Allah memenuhi Kemah Suci tersebut (Kel. 40:35). Selanjutnya di dalam
Kitab 1 Raja-Raja juga dapat dilihat tentang Bait Suci dan istana yang dibangun oleh Salomo
(1Raj. 7-8), sejak dari awal perencanaan pun Allah sudah campur tangan. Dengan demikian,
kita dapat ketahui bahwa teknologi sudah ada sejak zaman manusia diciptakan. Allah yang
memerintahkan manusia untuk menciptakan teknologi dan Allah sendiri sebagai arsitek yang
terlibat lansung dalam menciptakan teknologi. Artinya bagwa yang menciptakan teknologi itu
adalah manusia tetapi Allah yeng memerintahkan manusia untuk menciptakan teknologi dan
membekali manusia dengan ilmu pengetahuan. Namun yang Allah sangat menentang
manusia dalam menciptakan teknologi, mengunakan dan mengembangkan dengan motivasi
yang salah. Hal ini terlihat jelas di Kitab Kejadian Allah memporak-porandakan kota Babel
(Kej.11:1-9). Dalam hal ini, yang ditentang Allah bukanlah pendirian kota dan menara Babel-
nya, tetapi motivasi mereka dalam membangun adalah untuk mencari nama dan ingin
menyamai Allah (Kej. 11:4). Pada zaman Salomo, Allah menghukum bangsa Israel karena
kemewahan, gemerlap teknologi di zamannya telah disalah gunakan oleh Salomo untuk
mengoleksi wanita asing sehingga dia kemudian jatuh kepada penyembahan berhala (1Raj.
11:1-13). Di zaman Yesus, ketika murid-murid menunjuk pada bangunan Bait Suci Yesus
mengatakan bahwa bangunan tersebut akan diruntuhkan, apabila tidak digunakan
sebagaimana mestinya untuk memuliakan Allah (Mat. 24:1-2). Di zaman Yesus juga dapat
dijumpai dalam Alkitab Perjanjian Baru bahwa Yesus menentang penyalahgunaan fungsi Bait
Suci yang dibangun selama empat puluh enam tahun menjadi arena komersil (Yoh. 2:16).
Dengan demikian, Allah menentang manusia dalam menciptakan teknologi ialah
penyimpangan atau motivasi manusia dalam menciptakan teknologi untuk menyombongkan
diri, meyalahgunakan teknologi dan menyamakan diri dengan Allah.3 Terkait hal ini maka
dapat disimpulakan bahwa, sebagai mandataris Allah, manusia dituntut untuk terus
mengembangkan teknologi secara positif yaitu dalam hal ini pengembangan teknologi dalam
proses belajar mengajar.

2.2. Perkembangan media pembelajaran dalam metode pengajaran Yesus

Dalam Bahasa Latin kata media yaitu medius yang berarti “tengah, perantara atau
pengantar”, Dengan demikian, media pembelajaran bukanlah materi belajar, melainkan
sebuah sarana untuk mengomunikasikan pelajaran kepada murid. Media pembelajaran
3
Ibid, Dyoys A. Rantung, Fredik M. Boiliu, hl.97-98
merupakan teknologi pembawa pesan, pembelajaran yang memiliki peran sebagai perantara
antara pengirim dan penerima pesan (Darmawan, 2014, p. 48). Dalam alkitab Perjanjian Baru
dijumpai sosok Yesus Sang Guru Agung memberi teladan dan menjadi model mengajar
dengan efektif dan efisien. Yesus adalah sosok guru yang datang dari Allah (Yoh. 3:2).
Orang-orang Yahudi yang mengikuti-Nya memanggil-Nya dengan sebutan Rabbi. Sebutan
Rabbi adalah gelar kehormatan yang menunjukkan bahwa betapa kagumnya para pengikut-
Nya. Dalam Yohanes 13:13 tampak dialog Yesus terkait pengakuannya sebagai guru. Dalam
Yohanes 13:13 dituliskan bahwa “Kamu menyebut aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu
tepat. Memang Akulah Guru dan Tuhan.” (Alkitab, 2011, bk. Yohanes 13:13). Alasan yang
menunjukkan bahwa Yesus layak disebut guru atau rabbi karena dalam menyampaikan
pengajaranNya disertai dengan kuasa, otoritas, wibawa, mujizat sehingga para pengikut dan
pendengarnya menjadi terpukau dan memberi tanggapan positif (Karnawati, Hosana, &
Darmawan, 2019). Yesus menjadi Guru yang Agung karena Ia menjadi Guru yang
menjadikan seluruh kehidupannya dan pengajaran menjawab kebutuhan manusia yang
berdosa. Dalam Alkitab tampak bahwa Yesus adalah guru yang menggunakan metode yang
kreatif dan kontekstual. Ia menggunakan pengalaman hidup para pendengar-Nya untuk
menyampaikan pesan yang hendak disampaikan-Nya.

Sebagai guru, Yesus mempunyai sasaran dan metode-metode untuk mencapai sasaran
itu. Dengan berbagai ilustrasi, metode, media dan situasi bahkan tempat, Yesus berhasil
menyampaikan pesan-Nya melalui pengajaran. Salah satu bukti bahwa Yesus menjangkau
semua orang untuk mendengar pesan-Nya adalah dengan sifat pengajaran-Nya yang tidak
eksklusif. Pengajaran-Nya ditujukan kepada semua orang tanpa pandang bulu (Mrk. 2:13;
3:7-8; 6:34; 10:1). Bahkan, Yesus tidak membedakan gender, kepribadian ataupun kasta
dalam tujuan pengajaran-Nya ini. Semua orang berhak menerima kabar baik yang
menyelamatkan. Pengajaran-Nya diselamatkan kepada khalayak umum (Mat. 11:1; Mrk. 4:1-
20), massal (Mat. 13:53-58), di tempat terbuka (Mat. 5-7; Mrk. 2:13-17; 4:1-20; Luk. 6:20-
23), dan di Bait Suci (Mat. 4:23-25; 9:35-38; Mat. 13:53-58; 21:23-27; Mrk. 1:21-28).
Kepada banyak orang diberitakan Injil Kehidupan Yesus sebagai Guru Agung dalam
pengajaran-Nya merupakan dasar yang layak dijadikan acuan bagi setiap guru, khususnya
guru Agama Kristen. Tuhan Yesus mengajar murid-murid-Nya menggunakan rumah ibadah
(Mat. 4:23), bukit (Mat. 5), tepi danau (Mrk. 4:1), ladang gandum (Luk. 6:1), jalan (Mat. 8),
tempat-tempat orang menderita, sakit dan melakukan penolakan dengan tujuan agar pesan
yang disampaikan Yesus sesuai dengan kebutuhan pendengar-Nya. Dari kegiatan mengajar
yang Yesus lakukan tampaknya Yesus melakukan manajemen pembelajaran yang efektif
dengan mengatur lingkungan pembelajaran menjadi realistis tanpa pengalaman belajar
buatan.

Media yang dipilih atau digunakan Yesus dalam pengajaran-Nya adalah objek yang
ada di sekitar-Nya, benda-benda yang ada di alam dan bahkan juga manusia (murid atau
orang yang mendengar pengajaran-Nya). Meski media yang Yesus gunakan tidak berupa
audio atau visual teknologi seperti yang berkembang pada masa modern ini, namun
pengajaran-Nya berhasil dengan sangat baik dan Alkitab mencatat banyaknya perubahan
yang terjadi pada kehidupan setiap orang yang menerima pengajaran-Nya. Pengajaran Tuhan
Yesus sangat menarik memiliki strategi yang baik, metode yang variatif dan media yang
mendukung terciptanya interaksi dan komunikasi yang baik dengan murid-murid-Nya,
sehingga murid-murid-Nya tergugah dan rasa ingin tahunya bertambah. Profesionalitas Yesus
dalam mengajar juga ditunjukkan dengan arah tujuan pembelajaran yang menjadi hal penting
dalam proses belajar. Media pembelajaran yang Yesus gunakan merupakan suatu warisan
yang dapat ditiru, sebagaimana Yesus pun menggunakan media pembelajaran agar para
murid-Nya mengerti apa yang Dia sampaikan. Yesus seringkali menggunakan media yang
ada disekitar sebagai sarana dalam mengajar, seperti roti tidak beragi, pohon ara, anak kecil,
penabur Lalang di antara gandum, biji sesawi dan ragi, domba, serigala, gembala, pukat, dan
sebagainya untuk mengajarkan dan menyampaikan pesan yang ingin, Yesus menggunakan
media yang dapat dilihat dengan konkrit sehingga dapat menolong pendengar memahami
pesan dengan cepat (GP, 2017, p. 471).
2.3. Relevansi dengan PAK masa kini

Seperti yang sudah di sampaikan sebelumnya bahwa teknologi maupun media


merupakan alat atau sarana yang di pakai dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
mempermudah aktivitas manusia. Yaumi yang mengutip Simon mengatakan bahwa teknologi
adalah ilmu pengetahuan yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan manusia
dalam menguasai alam fisik melalui aplikasi hukum yang ditetapkan secara jelas. 4 Maka
secara jelas disini teknologi dan media selalu bejalan pararel atau dengan kata lain hidup
berdampingan dengan kehidupan manusia dari waktu-kewaktu.

Menurut kamus Webster kata “teknologi” mengandung arti systematics treatment. Hal
ini dapat menjelaskan bahwa teknologi adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara
sistematik dan teratur.5 Maka penulis mencoba mengartikan dari penjelasan diatas bahwa
pekerjaan yang dilakukan dengan mudah dan teratur salah satu nya dibantu oleh teknologi.
Pengertian yang lain mengatakan bahwa teknologi adalah penerapan ilmu yang menyelidiki
suatu hasil penemuan dengan cara yang khusus dalam suatu bidang ilmu. 6 Dari beberapa
pengertian mengenai teknologi maka dapat dikatakan bahwa terdapatnya keseluruhan sarana
yang menyediakan barang-barang yang di perlukan bagi kehidupan manusia demi
mempermuda aktivitas manusia.

Sedangkan media sendiri dalam KBBI adalah (sarana) Komunikasi seperti koran,
majalah, radio, televisi, film, poster, spanduk; yang terletak di antara dua pihak (orang,
golongan dan sebagainya); selain itu media dalam perpektif Pendidikan merupakan
instrument yang sangat strategis dalam menentukan keberhasilan proses belajar mengajar.
Hal ini di karenakan keberadaannya yang secara langsung dapat memberikan dinamika
terhadap perserta didik.7

Sejalan dengan perkembangan jaman yang ada, tentu Pendidikan Agama Kristen
memiliki pola Pendidikan yang dinamis, artinya dalam pengajarannya tidak terlepas dari
teknologi dan juga media-media yang ada saat ini, dengan tujuan membimbing pribadi pada
kebenaran Kristus, tampa menguarangi esensi dari pengajaran PAK itu sendiri, Menurut
4
Muhammad Yaumi, Media & Teknologi Pembelajaran, Media & Teknologi Pembelajaran (Jakarta: Prenada
Media Group, 2018), 8.
5
Journal, Inculco, and Christian Education. “Relationship of Christian Religious Education Between the
Learning” 1, no. 1 (2021): 288.
6
0Alfian Erwinsyah, “Pemahaman Mengenai Teknologi Pendidikan Dalam
Peningkatan Pembelajaran,” Jurnal Manajemen Pendidikan Islam2 5, no. 1 (2017): 69–84.
7
file:///I:/Manajemen%20Pendidikan%20Agama%20Kristen%20dalam%20Media%20dan%20Masyarakat/
PERAN_MEDIA_PEMBELAJARAN_PAK_DALAM_MENGH.pdf
pasmino PAK adalah Pendidikan yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus yang memakai
media mimbar sebagai sarana komunikasi yang berfungsi membawa setiap pribadi pada
Kristus melalui bimbingan Roh Kudus.8

Pendidikan Agama Kristen adalah pendidikan yang sangat penting, sebab pendidikan
Agama Kristen adalah pendidikan yang memberikan landasan iman kepada setiap orang, baik
melalui keluarga, gereja, dan sekolah.9

Werner C. Graendrord berpendapat bahwa Pendidikan Agama Kristen merupakan


Proses pengajaran dan pelajaran yang berdasarkan Alkitab, berpusatkan pada Kristus dan
bergantung pada kuasa Roh Kudus, yang membimbing pada setiap pribadi pada semua
tingkat pertumbuhan, melalui pengajaran masa kini kearah pengenalan dan pengalaman
rencana dan kehendak Allah melalui Kristus dalam setiap aspek kehidupan dan
memperlengkapi mereka bagi pelayanan yang efektif, yang berpusat pada Kristus Sang Guru
Agung dan perintah yang mendewasakan murid.10 Sehingga pemanfaatan teknologi dan
media dalam mendukung pertumbuhan dan iman sangatlah penting baik bagi keluarga,
gereja maupun sekolah.

a. Keluarga

Keluarga merupakan tempat pendidikan petama dimana didalam nya terdapat pengajaran
iman dan nilai-nilai moral. Keluarga Kristen merupakan tempat pertama yang di anugerahkan
Allah agar terjalinnya relasi yang harmonis antara sesama (yaitu orang tua dan anak) dan juga
kepada Allah sendiri. Pendikan Agama Kristen sudah menjadi bagian yang fundamental
dalam keluarga sebagaimana dalam kitab kejadian 2 Allah Pendidikan pertama Allah
terunkan kepada keluarga. Senada dengan hal ini, Menurut Homrighausen pendidikan agama
Kristen dalam keluarga merupakan 11dasar dari seluruh pendidikan lainnya,

Menurut Janse Belandina pendidikan Agama Kristen dalam keluarga bertujuan untuk: (a)
Mengalami proses pertumbuhan sebagai pribadi dewasa dalam segala aspek. (b) Mampu
mengidentifikasi berbagai pergumulan dalam keluarga serta kaitannya dengan pengaruh
modernisasi. (c) Mampu menjelaskan makna kebersamaan dengan orang lain tanpa harus

8
5Robert W. Pazmino, Fondasi Pendidikan Kristen, 1st ed. (Bandung-Jakarta: STT Bandung-BPK Gunung Mulia,
2012), 119.
9
Hastuti, Ruwi. “Pendidikan Agama Kristen Dalam Keluarga Sebagai Pusat Bermisi.” Jurnal Antusias 2, no. 4
(2013): 1.
10
Hardi budiyana, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Kristen, (Karanganyar, Berita Hidup Seminary, 20211), 6
11
Menurut Homrighausen pendidikan agama Kristen dalam keluarga merupakan
dasar dari seluruh pendidikan lainnya,19
kehilangan identitasnya sebagai orang Kristen yang percaya kepada Yesus Kristus. (d)
Mampu mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam menghadapi gaya hidup modern. (e) Mampu
mengkritisi perkembangan budaya dan IPTEK.12

Adapun pemanfatan teknologi dan media seringkali disalahgunakan dalam keluarga,


sehingga berdampak pada ketidak harmonisan dalam keluarga itu sendiri. Dengan
perkembanga tekonolgi yang begitu canggi saat ini, seseorang dapat dengan mudah
melakukan kejahatan dalam berbagai bentuk. Sehingga peran Pendidikan Agama Kristen
melalui teknologi bagi keluarga sangat penting itu dapat dimulai dari orang tua yang
mendidik dan mengajar serta mendampingi anak-anakanya sejak dini agar mereka bijak
dalam menggunakan teknologi yang ada dan sebalik nya orang tua memberikan contoh dan
teladan sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan.

Teknologi dan media di era saat ini sudah menjadi bagian dari gaya hidup setiap orang,
teknologi yang dianggap paling berdampak pada kehidupan manusia saat ini salah satunya
Gadget atau Handpone sehingga bagaimana Peran pendidikan agama Kristen yang harus di
lakuan dalam keluarga untuk mengatsi penggunaan gadget yang berlebihan pada anak adalah
orang tua mengajarkan kepada anak bagaimana cara menggunakan gadget dengan baik dan
benar, memdidik anak dalam penggunaan gadget dengan cara mendisiplinkan anak dan orang
tua mendapingi anak dalam penggunaan gadget denga cara dengan cara mengontrol setiap
konten yang ada di gadget anak-anaknya.

b. Gereja

Peran gereja dalam mendidikan para umat tentu tidak terlepas dari teknologi dan
media. Di era digital saat ini tentu teknologi dan media mewarkan banyak hal yang bisa
lakukan dengan mudah baik untuk hal positif maupun negatif. Sehingga gereja dituntut
agar arif dalam mengoptimalkan penggunaan teknologi kearah penggunaan yang positif.

Gereja merupakan bagian dari misi Allah dalam dunia dengan tujuan menjadikan
manusia serupa dengan Kristus dalam pertobatan, agar misi dari Allah dapat terlaksana

12
Rantung, Djoys Anneke, and Fredik Melkias Boiliu. “1770-Article Text-6372-1-10-20200701.” Jurnal
Shanan 4 (2020): 100.
dan Allah boleh dimuliakan. Jemaat yang belum bertobat akan cederung jatuh pada
penggunaan teknologi atau media yang salah. Sepeti Judi online, pornografi dan

Pendidikan agama Kristen memiliki peran yang sangat penting di gereja untuk
mengantasipasi penggunaan teknologi pada jemaat sehingga mereka tidak salah
menggunakan teknologi tetapi menggunakannya menurut iman Kristen.13

Penggunaan teknologi yang salah tentu akan berdampak pada pertumbuhan dari pada
iman jemaat. Dengan demikian, yang perlu gereja mengajarkan kepada jemaat dalam
penggunaan teknologi melalui beberapa hal yaitu: Pertama, menggunakan teknologi
sesuai fungsi dan daya kemampuan bukan persaingan. Kedua, teknologi adalah alat bukan
tujuan jadi jangan memberhalakan teknologi atau menggunakan teknologi secara
berlebihan sehingga menimbulkan gaya saing di antara setiap orang. Ketiga tidak boleh
membiarkan kemajuan kemajuan teknologi menjadi objek yang keliru dan meninggalkan
ketergantungan kepada Allah (Kej. 11:1-9).14

Jika ditarik lagi dari fungsi dan tujuan dari teknologi dan media tentu adalah sarana
yang yang dipakai untuk mempermudah pekerjaan, menghubungkan komunikasih dengan
dunia luas. Maka peluar gereja sangat terbuka dalam menjalan kan misi Allah melalui
teknologi dan media yang ada. Teknologi teknologi juga merupakan suatu sumber daya di
mana gereja harus dengan bijak mengambil peran sebagai penatalayan yang cakap demi
terlaksananya pemberitaan Amanat Agung di era digital.15

c. Sekolah

Dalam perkembangan teknologi yang terus berjalan, sekolah merupakan salah satu
bagian sentral dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Banyak tantangan yang harus
dihadapi dalam sekolah ketika diperhadapkan dengan perkembangan teknologi yang ada,
salah satunya adalah penggunaan teknologi oleh siswa-siswa terhdap hal-hal yang
merusak moral dan spiritual mereka, bagian ini maka terlepas dari tugas dan tanggung
jawab dari guru pendidikan agama Kristen agar berperan aktif dalam mengarahkan siswa
mengalami pertumbuhan iman, agar mereka dengan sunggu-sunggu mengenal Yesus
Kristus secara pribadi.

13
Ibid. 103
14
Ibid. 104
15
Afandi, Yahya, Dosen Sekolah, Tinggi Teologi, and Satyabakti Malang. “‘ Digital Ecclesiology .’” Jurnal Fidei 1,
no. 2 (2018): 279.
Peran guru pendidikan agama Kristen di sekolah untuk mengantisipasi penggunaan
teknologi yang salah pada siswa yaitu: Pertama, guru PAK harus mengajarkan kepada
siswa tentang penggunaan teknologi yang baik dan benar berdasarkan standar kebenaran
Firman Tuhan. Kedua, guru PAK harus mengkonseling siswa-siswi yang sudah
kecanduan teknologi dan yang belum kecanduan sehingga mereka tetap menggunakan
teknologi sesuai dengan kebutuhan. Ketiga, guru PAK harus megontrol siswa dalam
penggunaan teknologi yang mana di sekolah siswa tidak boleh menggunakan handphone
pada saat belajar. Selain itu, guru harus membangun kerja sama dengan orang tua untuk
mengontrol siswa dalam penggunaan teknologi di rumah.16

16
Ibid. 105

Anda mungkin juga menyukai