Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Jaafar Usman Ulang

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 811318925

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4407/Pengantar Pendidikan


Anak Berkebutuhan Khusus

Kode/Nama UPBJJ : 82 / Palu

Masa Ujian : 2019/20.2 (2020.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Faktor- factor Penyebab adalah :
a. Penyebab Prenatal yaitu penyebab yang bereaksi sebelum kelahiran. Artinya, pada
waktu janin masih bereda dalam kandungan, mungkin sang ibu terserang virus,
misalnya virus rubella, mengalami trauma atau salah minum obat, yang semuanya ini
berakibat bagi munculnya kelahiran pada bayi. Berdasarkan penyebab ini, Anda tentu
dapat memahami kehati- hatian yang ditubjukan oleh seorang calon ibu pada masa
kehamilan. Kehati- hatian ini merupakan satu usaha untuk mencegah beraksinya
berbagai penyebab yang memungkinkan terjadinya keluarbiasaan.
b. Penyebab Perinatal, yaitu penyebab yang muncul pada saat atau waktu proses
kelahiran,ss seperti terjadinya benturan atau infeksi ketika melahirkan, proses
kelahiran dengan penyedotan ( di- vacuum ), pemberian oksigen yang terlampau lama
bagi anak yang lahir premature. Dari uraian ini anda dapat menduga betapa
pentingnya proses kelahiran tersebut. Keteledoran yang kecil dapat berakibat fatal
bagi bayi. Misalnya, keterlambatan memberi oksigen, kecerobohan, menggunakan
alat- alat atau kelebihan memberi oksigen akan mengundang munculnya
keluarbiasaan yang tentu saja akan mengagetkan orang tua bayi.
c. Penyebeb Postnatal, yaitu penyebab yang muncul setelah kelahiran, misalnya
kecelakaan, jatuh atau kena penyakit tertentu. Penyebab ini tentu dapat dihindari
dengan cara berhati- hati, selalu menjaga kesehatan, serta menyiapkan lingkungan
yang kondusif bagi keluarga.
2. Menurut saya pelayanan pendidikan bagi anak luar biasa belum maksimal karena
dibuktikan bahwa anak berkebutuhan khusus masih diikutkan dalam kelas reguler
sehingga kurang bisa mengembangkan potensi anak karena anak tersebut diperlakukan
sama dengan anak normal. Hal tersebut mungkin terjadi karena sulitnya akses ke layanan
pendidikan anak berkebutuhan khusus (SLB) dan kurangnya pengetahuan orang tua dari
anak tersebut.
3. Agar anak tersebut dapat memaksimalkan bakat dan potensi yang dimiliki karena tanpa
adanya layanan khusus, anak tersebut akan sulit dalam mengembangkan bakat yang
dimiliki.
4. Pembelajaran kolaborasi (Collaborative Learning) merupakan model pembelajaran yang
menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar. Pendekatan ini dapat digambarkan
sebagai sebuah model pembelajaran dengan menumbuhkan siswa secara aktif untuk
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dalam mencapai tujuan bersama.
penerapan model pembelajaran kolaborasi Dari sudut pandang ini, model belajar
kolaboratif menjadi efisien karena setiap siswa dituntut untuk berfikir secara interaktif.
Para ahli berpendapaat bahwa berfikir bukanlah sekedar memanipulasi objek-objek
mental, melainkan juga interaksi dengan orang lain dan dengan lingkungan. Dalam kelas
yang menerapkan model kolaboratif, guru membagi otoritas dengan siswa dalam
berbagai cara khusus. Guru mendorong siswa menggunakan pengetahuan mereka,
menghormati rekan kerjanya dan memfokuskan diri pada pemahaman tingkat tinggi .
5. Jawaban: Anak yang memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap
perkembangan yang tidak serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia
perkembangan, misalnya: anak berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat
seperti anak seusianya, tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti
anak berusia 10 tahun, jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12
tahun, dan jika berbicara seperti anak berusia lima tahun.Yang perlu dipahami adalah
bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat, tetapi juga sering
menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya. Hal ini tidak jarang
membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering merasa terganggu
dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat istimewa biasanya
memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar sekaligus. Jika
ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi "kehausan" akan
informasi.
Di kelas Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering
tidak menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku
yang kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan
cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan
sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal
yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur karena ada
perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman, pikiran) dan
perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk menulis.
Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan motoriknya.
Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif dan
perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak terjadi
pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.

Anda mungkin juga menyukai