Anda di halaman 1dari 4

Kondisi Pedagang Kaki Lima di Pasar Banjaran Kabupaten Tegal

dalam Paradigma lingkungan


Arief Wahyudianto
3312420017
https://jateng.tribunnews.com/2021/04/15/kasatlantas-polres-tegal-water-barrier-
di-area-pasar-banjaran-bisa-permanen-jika-pedagang-bandel

Pendahuluan

Kondisi krisis lingkungan bukan tanpa sebab yang jelas dalang dari semua ini
manusia namun manusia seperti apa yang membuat krisis lingkungan semakin marak di
kota – kota di indonesia termasuk kabupaten tegal. Jika yang nampak dari aktivias
masyarakat di pasar banjaran itu sangat jelas terkait banyaknya sampah itu diakibatkan
karena pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan di depan area pasar dapat di trotoar,
tangga pasar yang jelas bukan dalam tempatnya. Biasanya pedagang itu berjualan di
kios – kios kecil bahkan ini hanya memakai alas sederhana untuk menaruh barang
dagangannya dipinggir jalan. Ini yang menyebabkan akhirnya sampah bertumbpukan,
arus lalu lintas yang terhambat, polusi yang diakibatkan oleh bus kota dari arah tegal –
purwokerto. Belum mendapat perhatian pemerintah secara serius dan perlu
ditanggulangi jika tidak akan menjadi masalah yang cukup besar. Pertumbuhan dan
berkembangnnya pedagang kaki lima menjadi permasalahan yang serius karena
dianggap menjadi penyebab menurunnya kualitas lingkungan. Rencana pembangunan
yang sudah terstruktur dan tertata rapi akan tetapi bisa saja dalam implementasinya
dapat tidak berhasil karena adanya pedagang kaki lima tersebut. Krisis lingkungan yang
disebabkan pedagang kaki lima ini mengganggu kepentingan umum, kelancaran lalu
lintas, tertanggunya tatanan lingkungan kota dan sering melakukan pelanggaran tata
tertib.

Ulasan Teori

Teori ulasan konsep lingkungan jika direlevansikan dengan kejadian itu maka
dapat dilihat pada teori ekosentrime. Teori ini memandang etika pada keseluruhan
ekologis baik yang hidup maupun yang tidak ekosentrisme berkaitan dengan etika
lingkungan yang lebih luas secara ekologis makhluk hidup dan benda – benda abotis
lainnya saling berkaitan satu sama lain oleh sebab itu kewajiban moral dan tanggung
jawabnya tidak dibatasi oleh makhluk hidup. Fenomena pada krisis lingkungan yang
ada di pasar banjaran kabupaten tegal ketika dipandang dari sudut teori ini makhluk
hidup gagal dalam upaya membasmi lingungan yang tidak sehat mereka tidak dapat
sadar akan kondisi lingkungan yang makin memburuk dan tidak mampu memberikan
solusi atas permasalahan yang dihadapi. Tidak adanya interaksi yang kuat antara satu
dengan yang lainnya meskipun ini problematik bersama namun kecenderungan untuk
merawat kurang diperhatikan.

Temuan dan Analisis

Kondisi perdagangan yang cukup tinggi menimbulkan surplus ekonomi yang


cukup stabil akan tetapi perlu dimengerti bahwasannya hal ini juga menjadi bumerang
bagi masyarakat. Ini yang kemdian perlu dilakukan upaya untuk perbaikan dari segi tata
letak kota yang sempit perlu adanya sekat atau pembatas jalan yang dapat
mengintimidasi segala bentuk perdagangan yang tidak sesuai tata tertib dari sini
dibutuhkan kebijkan yang mengikat diikuti dengan perda yang sesuai agar nantinya
pedagang kaki lima ini dapat mengikuti semua proses aturan yang tidak dapat dilanggar.
Setelah itu mungkin beberapa pedagang kaki lima dapat ditertibkan dan dialokasikan ke
tempat yang lebih lebar akan tetapi kondisinya masih strategis tidak jauh dari aktivitas
ekonomi yang tinggi. Masalah di atas muncul secara bertahap dan menumpuk untuk
sebagian besar. Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh kabupaten/kota meskipun itu
terjadi melanggar peraturan daerah. Era otonomi daerah yang dapat meningkatkan
partisipasi masyarakat sebagai salah satu aktor kota dalam perencanaan dan
pembangunan, belum membuahkan hasil. Masalah lainnya adalah kurangnya dukungan
dari jaringan utilitas untuk kegiatan pedagang sektor informal, seperti tempat
pembuangan sampah. Ketika tidak ada tempat pembuangan sampah yang representatif,
para pedagang cenderung membuang sampahnya di sembarang tempat, bahkan di
saluran drainase (kerusuhan) di sekitar lokasi PKL.

Kesimpulan
Kemampuan untuk mengontrol lingkungan agar tetap sehat diperlukan upaya
yang masif dari setiap sudut elemen masyarakat dan pemerintah tidak hanya melakukan
sosialisasi tanpa aksi namun secara bertahap dapat mengkonsentrasikan di pelaku yang
melakukan tindakan pencemaran dan perlu adanya kontrol penuh dari pemerintah selaku
agen yang memiliki otoritas. Pencemaran lingkungan yang terjadi di pasar banjaran
kabupaten tegal sudah krisis sejak dahulu oleh sebab itu dibutuhkan upaya perbaikan
jika dibiarkan terus menerus akan menjadikan dampak yang cukup serius. Kerusakan
lingkungan seperti sampah plastik yang berserakan itu disebabkan karena banyaknya
pedagang kaki lima yang berjualan di trotoal dan tidak pada tempatnya serta minimnya
pengumpulan sampah atau tempat pembuangan sampah yang memadai. Ini yang
seharusnya dapat realokasi untuk para pedagang agar mereka tertib dan tidak merugikan
pengguna jalan karena kemacetan dan tidak adanya polusi di daerah tersebut. Dapat
diamati ketika berjualan di dekat jalan raya itu juga tidak sehat dari segi makanan
seringkali terkena polusi dan kotor akhirnya menimbulkan penyakit yang bisa jadi
menular ini akan sangat berbahaya jika tidak segera diatasi oleh sebab itu masyarakat
harus sadar terhadap krisis lingkungan. Bentuk dari upaya yang dilakukan pemerintah
melalui pemerataan pembangunan daerah sekitar mencoba untuk mewujudkan perda
yang implementasinya sesuai dan memberikan efek kepada para pelanggar. Krisis
lingkungan jika dilakukan terus menerus akan berdampak fatal terbukti nyata ketika
musim hujan kondisi di pasar banjaran banjir karena disebabkan oleh kondisi tanah
yang rendah, sampah berserakan dan kurangnya pohon – pohon disekitar ruas jalan ini
menimbulkan pemerintah belum mampu mengkondisikan daerahnya ditambah ketika
waktu bulan ramadhan tiba kondisi kemacetan semakin parah dan tidak dilakukan upaya
untuk penjagaan lalu lintas yang cukup.

Referensi

(Budiman, 2010; Sardjito, 2017)Budiman, B. (2010). Kajian Lingkungan Keberadaan


Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjaran Kabupaten Tegal. 27.
http://eprints.undip.ac.id/24635/1/tesisBambang.pdf

Sardjito, S. (2017). Transformasi Dampak Krisis Ekonomi ke Krisis Lingkungan Binaan


oleh Sektor Informal. Jurnal Penataan Ruang, 12(1), 27.
https://doi.org/10.12962/j2716179x.v12i1.5222

Anda mungkin juga menyukai